You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan
nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya
sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya
produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan
udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti
gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah
paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim,
dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu, tingkat I : Secara klinis normal tanpa kelainan
pemeriksaan fisik dan fungsi paru, timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronkial di laboratorium. Tingkat II, tanpa keluhan dan kelainan
pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. Tingkat III :Tanpa keluhan, pemeriksaan
fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas, penderita sudah sembuh dan
bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. Tingkat IV : Klien mengeluh batuk, sesak
nafas dan nafas berbunyi wheezing, pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda

1
obstruksi jalan nafas. Tingkat V: Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi
seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi
biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non
alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen. Faktor-faktor seperti udara dingin,
infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat
menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma
menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga
dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui pengertian asma bronkial
3. Untuk mengetahui tentang pencegahan asma bronchial
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan asma bronchial
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan asma bronchial

1.2 Manfaat
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa ilmu keperawatan
serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit asma brochial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic
Society, 1962).

2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:
1. Genetik
yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan. Kontaktan, yang
masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.

3
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma
yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

2.4 Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat
mukus,edema dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena
secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut.Hal ini mengakibatkan udara distal
tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi.Keadaan hiperinflasi ini bertujuan
agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.Penyempitan saluran napas

4
dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,sedang,maupun kecil.Gejala mengi
menandakan ada penyempitan di saluran napas besar,sedangkan pada saluran napas yang kecil
gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan saluran napas pada asma
akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan
sirkulasi darah paru
3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli

2.5 Manifestasi Klinis


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik:
sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di
dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent
chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal.
Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

2.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat
dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran
nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.

5
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma.
Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O bila perlu
2. Pengobatan farmakologik
1. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex)
2. Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
a. Kromalin; Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
b. Ketolifen; Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.

6
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
2. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas
sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Pola pernafasan abnormal
- Menggunakan alat bantu pernapasan, meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Hipoksemia
- Penurunan bunyi nafas
- Perubahan frekuensi nafas
- Sianosis
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
- GDA abnormal
5. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

7
- Penurunan berat badan karena anoreksia
7. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch
Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau

8
terjadinya depresi segmen ST negatif.

4. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.

5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.

C. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Faktor pencetus serangan Ketidakefektifan
Kien mengatakan sesak asma bersihan jalan napas
napas
Edema mukosa dan dinding
DO : bronkhus
Adanya suara napas
tambahan dan wheezing Peningkatan usaha dan
Pernapasan >20x/m frekuensi pernapasan

Penggunaan otot bantu napas

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
2. DS : Faktor pencetus serangan Gangguan pertukaran
Kien mengatakan sesak asma gas
napas
Edema mukosa dan dinding

9
DO : bronkhus
Frekuensi napas >20x/m
Frekuensi nadi >90x/m Peningkatan usaha dan
Dispnea frekuensi pernapasan
Sianosis
GDA abnormal Penggunaan otot bantu napas

Gangguan pertukaran gas
3. DS : Faktor pencetus serangan Ketidakseimbangan
Pasien mengeluh nafsu asma nutrisi kurang dari
makan menurun (tak ada kebutuhan tubuh
keinginan makan) Edema mukosa dan dinding
DO : bronkhus
BB
Mual/ muntah Peningkatan usaha dan
Tampak letih dan lemah frekuensi pernapasan

Penggunaan otot bantu napas

Keluhan sistemis,
mual/muntah, intake nutrisi
tidak adekuat, malaise
kelemahandan keletihan fisik

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
4. DS : Faktor pencetus serangan Ansietas
Pasien mengatakan cemas asma
dengan penyakit yang
dialaminya Edema mukosa dan dinding
DO : bronkhus

10
Pasien tampak gelisah
Berkeringat dingin Peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan

Penggunaan otot bantu napas

Keluhan psikososial,
kecemasan, ketidaktahuan
akan prognosis

Ansietas

D. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakefektifan Dalam waktu 3x24 Kaji warna dan Karakteristik
bersihan jalan jam setelah ke kentalan sputum sputum
diberikan tindakan Atur posisi semi dapatmenunjukkan
bersihan jalan napas fowler berat ringannya
kembali efektif Ajarkan cara batuk obstruksi.
efektif Meningkatkan
Kriteria hasil : Bantu klien napas ekspansi dada
Dapat dalam Batuk yang
mendemonstrasi Pertahankan intake terkontrol dan
kan batuk efektif cairan sedikitnya efektif dapat
Dapat 2500 ml/hari memudahkan
menyatakan kecuali tidak pengeluaran sekret
strategi diindikasikan yang melekat pada
untukmenurunka Kolaborasi dengan jalan napas.
n kekentalan melakukan Ventilasi maksimal
sekresi fisioterapi dada membuka lumen
Tidak ada suara jalan napas dan

11
napas tambahan dengan tehnik meningkatkan
dan wheezing ( postural drainase, gerakan sekret ke
Pernapasan klien perkusi dan fibrasi dalam jalan napas
normal (16- dada. besar untuk
20x/m) tanpa Kolaborasi dikeluarkan.
ada penggunaan pemberian obat Hidrasi yang
otot bantu napa Bronkodilator adekuat membantu
golongan B2 mengencerkan
Nebuler (via sekret dan
inhalasi) dengan mengefektifkan
golongan pembersihan jalan
terbutaline 0.25 mg, napas.
fenoterol HBr 0.1% Fisioterapi dada
solution, merupakan strategi
orciprenaline sulfur untuk mengeluarkan
0.75 mg. Intravena sekret.
dengan golongan Pemberian
theophyline bronkodilator via
ethilenediamine inhalasi akan
(Aminofilin) bolus langsung menuju
IV 5-6 mg/kgBB. area bronkhus yang
mengalami spasme
sehingga lebih cepat
berdilatasi
Pemberian secara
intravena
merupakan usaha
pemeliharaaan agar
dilatasi jalan napas
dapat optimal.
Agen mukolitik

12
menurunkan
kekntalan dan
perlengketan sekret
paru untuk
memudahkan
pembersihan.
Agen ekspektoran
akan memudahkan
sekret lepas dari
perlengketan jalan
napas.
Kortikosteroid
berguna pada
keterlibatan luas
dengan hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema
mukosa dan dinding
bronkhus.
Gangguan Dalam waktu 3x24 Kaji kefektifan jalan Bronkhospasme di
pertukaran gas jam setelah napas deteksi ketika
diberikan Kolaborasi untuk terdengar mengi saat
intervensi, pemberian di askultasi dengan
pertukaran gas bronkodilator secara stetoskop.
membaik aerosol Peningkatan
Kriteria hasil : Lakukan fisioterapi pembentukan mukus
Frekuensi napas dada sejalan dengan
16-20x/menit Kolaborasi untuk penurunan aksi
nadi 70=90x/m, pemantauan analisa mukosiliaris
sianosis (-), menunjang

13
dispnea (-). gas arteri penurunan lebih
GDA dalam Kolaborasi pemberian lanjut diameter
batas normal oksigen via nasal bronkhi dan
mengakibatkan
penurunan aliran
udra serta penurunan
pertukaran gas, yang
diperburuk oleh
kehilangan daya
elastisitas paru.
Terapi aerosol
membantu
mengencerkan
sekresi sehingga
dapat dibuang.
Bronkhodilator yang
dihirup sering
ditambahkan ke
dalam nebulizer
untuk memberikan
aksi bronkhodolator
langsung pada jalan
napas, dengan
demikiam
memperbaiki
pertukaran gas.
Tindakan inhalasi
atau aerosol harus
diberikan sebelum
waktu makan untuk
memperbaiki

14
ventilasi paru
dengan demikian
mengurangi
keletihan yang
menyertai kativitas
makan.
Setelah inhalasi
bronkhodilator
nebuliser, klien
disarankan untuk
meminum air putih
untuk lebih
mengencerkan
sekresi.
Kemudian
membatukkan
dengan ekpulsif atau
postural drainase
akan membantu
dalam pengeluaran
sekresi.
Klien dibantu untuk
melakukan hal ini
dengan cara yang
tidak membuatnya
keletihan.
Sebagai bahan
evaluasi setelah
melakukan intervensi.
Oksigen diberikan
ketika terjadi

15
hipoksemia.
Perawat harus
memantau
kemanjuran terapi
oksigen dan
memastikan bahwa
klien patuh dalam
menggunakan alat
pemberi oksigen.
Klien diinstruksikan
tentang penggunaan
oksigen yang tepat
dan tentang bahay
peningkatan laju
aliran oksigen tanpa
ada arahan yang
eksplisit darp
perawat.

16
Ketidakseimbangan Dalam waktu 3x24 Kaji status nutrisi mevalidasi dan
nutrisi kurang dari jam setelah klien, turgor kulit, menetapkan
kebutuhan tubuh diberikan tindakan berat badan, derajat masalah
keperawatan intake integritas mukosa untuk
nutrisi klien oral, kemampuan menetapkan
terpenuhi menelan, riwayat piihan intervensi
Kriteria hasil : mual/muntah dan yang tepat.
Klien dapat diare. Berguna dalam
mempertahanka Pantau intake mengukur
n status gizinya output, timbang kefektifan intake
dari yang semula berat badan secara gizi dan
kurang menjadi periodik (sekali dukungan cairan.
adekuat. seminggu) Menurunkan
Pernyataan Lakukan dan rasa tak enak
motivasi kuat ajarkan perawatan karena sisa
untuk memenuhi mulut sebelum dan makanan, sisa
kebutuhan sesudah sputum atau obat
nutrisinya intervensi/pemeriks pada pengobatan
aan peroral. sistem
Kolaborasi dengan pernapasan yang
ahli gizi untuk dapat
menetapkan merangsang
komposisi dan jenis pusat muntah.
yang tepat Merencanakan diet
Fasilitasi pemberian dengan kandungan
diet berikan dalam gizi yang cukup
porsi kecil tapi untuk memenuhi
sering. peningkatan

Kolaborasi untuk kebutuhan energi

pemeriksaan dan kalori

laboratorium sehubungan dengan

17
khususnya BUN, status
protein serum dan hipermetabolik
albumin. klien.
Kolaborasi untuk Memaksimalkan
pemberian intake nutrisi tanpa
multivitamin. kelelahan dan energi
besar serta
menurunkan iritasi
saluran cerna.
Menilai kemajuan
terapi diet dan
membantu
perencanaan
intervensi
selanjutnya
Multivitamin
bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan vitamin
yang tinggi sekunder
dari rosres
pemkeberhasilan
peningkatan laju
metabolisme umum.

Ansietas Dalam waktu 1x24 Bantudalam Pemanfaatan


jam klien mampu mengidentifikasi sumber
memahami dan sumber koping koping yang
menerima keadaanya yang ada ada secara
sehingga tidak terjadi Ajarkan tehnik konstruktif
kecemasan. relaksasi sangat

18
Pertahankan bermanfaat
hubungan saling dalam
Kriteria hasil : percaya antara menagatasi
Klien terlihat klien dengan stres.
mampubernapas perawat Mengurangi
secara normal Kaji faktor yang ketegangan
dan mapu menimbulkan otot dan
beradaptasi rasa cemas kecemasan
dengan Bantu klien Hubungan
keadaannya. mengenali dan saling percaya
Respon mengakui rasa membantu
nobverbal klien cemasnya memperlancar
tampak lebih proses
rileks dan santai. teraupetik
Tindakan
yang tepat
diperlukan
dalam
mengatasi
masalah yang
dihadapi klien
dan
membangun
kepercayaan
dalam
mengurangi
kecemasan.
Rasa cemas
merupakan
efek emosi
sehingga

19
apabila sudah
teridentifikasi
dengan baik,
maka
perasaan yang
nenganggu
dapat
diketahui.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel
dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962).
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu, tingkat I : Secara klinis normal
tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru, timbul bila ada faktor pencetus baik
didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. Tingkat II,
tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau
alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan
obat-obatan.
Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi
dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik
dengan alergen. Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan

20
fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus
terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering
dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma
campuran yaitu alergi dan non alergi.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu kita untuk untuk mengaplikasikan
bagaimana penatalaksanaan yang baik terhadap pasien dengan masalah asma bronchial.

DAFTAR PUSTAKA

Aljeir. 2007. Asuhan Keperawatan dengan Infeksi dan Inflamasi Sistem Pernafasan.
Jakarta : EGC.
Anonim. 2007. ISO Indonesia volume 42. Jakarta : Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia.
Bataone, Marosa. 2002. Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Yayasan Panti Rapih.
Doenges, Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Anonim. [internet]. Hptt:/www.asuhankeperawatan.com.

21

You might also like