You are on page 1of 43

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan terganggunya sistem peredaran darah
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90
mmHg (Rachmawati, 2013). Diperkirakan 7,5 juta kematian di dunia
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Jumlah orang dengan hipertensi
ditemukan sebanyak 600 juta pada tahun 1980 dan mengalami peningkatan
menjadi kurang lebih 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO
pada tahun 2007 menetapkan hipertensi berada pada peringkat ketiga sebagai
faktor resiko penyebab kematian dunia (Syahrini et al, 2012).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia. Hipertensi menjadi pembunuh tersembunyi yang
penyebab awalnya sering tidak diketahui. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan yang besar dan cukup serius serta cenderung meningkat di masa
yang akan datang. Hal ni disebabkan karena meningkatnya arus globalisasi di
segala bidang dengan pengembangan teknologi dan industri telah banyak
membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. (Dewi, 2013).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada kelompok orang dewasa adalah 6-
15% yang merupakan bagian dari proses degeneratif. Terdapat 50% penderita
hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Data dari
Depkes pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi terjadinya hipertensi di
Indonesia mencapai 21% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 42% pada
tahun 2025. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
Kementerian Kesehatan RI, prevalensi hipertensi di Jawa Tengah mencapai
26,4%.
Data kasus hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi pada tahun 2015 sebesar 40.254
kasus. Salah satu daerah di kabupaten Banyumas yang memiliki angka kejadian
hipertensi adalah wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, dengan angka
kejadian 482 kasus pada periode Juli hingga Oktober 2017. Hipertensi
merupakan penyakit yang masuk dalam kategori 10 besar diagnosis penyakit
rawat jalan di Puskesmas 1 Baturraden sepanjang tahun 2017. Sejak bulan

1
Februari 2017, hipertensi mendominasi pada peringkat 4 besar penyakit
terbanyak di Puskesmas 1 Baturraden.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi dibedakan
menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol.
Faktor yang dapat dikontrol beberapa diantaranya gaya hidup, merokok, pola
makan, aktivitas fisik, stres dan kualitas tidur. Sedangkan faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti riwayat penyakit keluarga, umur dan jenis kelamin
(Andrea, 2013). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga pada
semua umur di Indonesia, yakni mencapai 6,8% setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5%) (Depkes sRI, 2010). Oleh karena itu, perlu adanya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan yang adekuat untuk penderita
hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor risiko hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di
wilayah Puskesmas 1 Baturraden
b. Menyusun rencana penyelesaian masalah hipertensi dalam
masyarakat secara komprehensif
c. Melakukan penatalaksanaan masalah hipertensi dalam masyarakat
d. Menentukan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.
e. Mencari alternatif pemecahan masalah hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.

2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah penyakit
hipertensi, terutama faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya
penyakit hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit hipertensi,
faktor risiko dan cara untuk mencegah penyakit tersebut sehingga
diharapkan dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi
komplikasi hipertensi.
b. Manfaat bagi puskesmas
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas yang
berkaitan dengan masalah hipertensi seperti promosi kesehatan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan
kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.s

3
II. GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografis Puskesmas I Baturraden


Puskesmas I merupakan salah satu wilayah Kecamatan Baturraden,
Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah 987.407 Ha. Puskesmas I
Baturraden terdiri dari 6 desa yang ada di Kecamatan Baturraden. Desa Karang
Tengah merupakan desa yang paling luas yaitu sekitar 305.000 Ha. Sedangkan
desa Pamijen merupakan desa yang paling kecil yaitu sekitar : 85.650 Ha.
Letak geografis Puskesmas I Baturraden Berbatasan dengan wilayah
beberapa Puskesmas, yaitu :
Di sebelah utara : Perhutani
Di sebelah selatan : Puskesmas Purwokerto Utara
Di sebelah barat : Puskesmas Kedungbanteng
Di sebelah timur : Puskesmas II Baturraden

Letak Puskesmas I Baturraden 65 % merupakan daerah dataran tinggi


(Pegunungan) sedangkan 35 % merupakan daerah dataran rendah. Puskesmas I
Baturraden sebagian besar berada 25100m dari permukaan laut. Luas
penggunaan lahan di Puskesmas I Baturraden terdiri atas :

Tanah sawah : 148.47 Ha (1,50%)


Tanah pekarangan : 178.49 Ha (1,81%)
Tanah tegalan : 198.36 Ha (2,01%)
Tanah perkebunan : 267.86 Ha (2,71%)
Tanah hutan : - Ha
Tanah kolam : 98.87 Ha (1,00%)
Tanah lain-lain : 207.355 Ha (20,99%)

B. Keadaan Demografi Puskesmas I Baturraden


1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Statistik Kecamatan Baturraden hasil registrasi
penduduk tahun 2016, jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas I
Baturraden 31.104 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 15.759 jiwa dan
perempuan 15.345 jiwa yang tergabung dalam 6.855 rumah tangga.

4
Sedangkan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 29.413 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 14.858 jiwa dan perempuan 14.555 jiwa yang tergabung dalam
6.584 rumah dan 8.760 Kepala Keluarga (KK). Laju pertumbuhan penduduk
tahun 2015 2016 1691 sebanyak 1,05 %.
2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di Puskesmas I Baturraden Tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Kepadatan penduduk tahun 2016
meningkat 0,2 jiwa/km dibandingkan dengan tahun 2015.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan


Umur Di Wilayah Puskesmas I Baturraden
Jumlah Penduduk
Kelompok Umur
No Laki- Laki-Laki dan
(Tahun) Perempuan
Laki Perempuan
1 0-4 1385 1186 2571
2 5-9 866 1202 2068
3 10-14 1201 1165 2366
4 15-19 1187 1141 2328
5 20-24 1243 1054 2297
6 25-29 1260 1075 2335
7 30-34 1343 1401 2744
8 35-39 1423 1274 2697
9 40-44 1130 1158 2288
10 45-49 998 1104 2042
11 50-54 857 993 1790
12 55-59 754 767 1521
13 60+ 1703 1885 3588
Jumlah 15759 15345 31104

Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, penduduk


berusia penduduk berumur 60 tahun ke atas yaitu kelompok umur tertinggi,

5
yaitu 3588 jiwa atau 11%. Maka penduduk dalam Wilayah Puskesmas
I Baturraden tergolong pada usia non produktif. Sedangkan jumlah penduduk
berumur 55-59 tahun yang terndah yaitu sebesar 1521 jiwa atau 4 %.

3. Kepadatan Penduduk
Penduduk di Wilayah Puskesmas I Baturraden untuk tahun 2016
belum menyeluruh secara merata, pada umumnya penduduk banyak
menumpuk, rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Puskesmas I Baturraden
sebesar 2,3 Jiwa /Km. Desa terpadat di wilayah Puskesmas I Baturraden
yaitu Desa Purwosari dengan tingkat kepadatan 3,96 Jiwa / Km. Sedangkan
desa dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Desa Kebumen dengan
tingkat kepadatan 1,09 Jiwa/Km.

C. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Tingkat Pendidikan

Dari hasil Statistik desa tahun 2016 jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan usia 10 tahun keatas yang melek huruf laki laki 13.500
orang perempuan 12.957 orang. Berikut disajikan diagram jumlah
penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan di wilayah
Puskesmas I Baturraden.

tidak tamat sd tamat sd


tamat sltp tamat slta
akademi/universitas

6
2. Mata pencaharian penduduk

Dari data Kecamatan Baturraden tahun 2016 , mata pencaharian / jenis


pekerjaan penduduk Puskesmas I Baturraden adalah sesuai situasi sebagai
berikut: Petani sendiri 3.052 (13,56 %) Buruh tani 2.979 (13,24%),
pengusaha 52 (0,23%), pengangkutan 206 (0,92%), buruh industry 356
(1,58%), buruh bangunan 1.032 (4,59% ), pedagang 1.607 (7,14%), PNS
/ABRI 986 (4,38%), pesiunan 342 (1,52%), lain lain 1.836 (8,16 %).

7
III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Masyarakat


1. Angka Kesakitan
a. Acutte Flaccid Paralisis (AFP)
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I
penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 0 3 tahun.
Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia <
15 tahun. Puskesmas I Baturraden tahun 2016 tidak ditemukan kasus AFP.
b. Tuberkulosis Paru
Kasus TB Paru (BTA+ diobati ) sebanyak 11 kasus terdiri dari
lakilaki 9 kasus dan perempuan 2 kasus di obati 11 kasus sembuh
sebanyak 5 kasus atau 45,45 %. Dibandingkan tahun 2016 Kasus TB
Paru yang sembuh 6 dari 21 atau 28,5% sehingga mengalami kenaikan
16,95%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat
terutama penderita dalam kepatuhan berobat sudah meningkat, namun
demikian pengawasan minum obatnya ditingkatkan Standar Pelayan
Minimal untuk Kesembuhan Penderita TBC BTA Positif (>85%).
c. Pneumonia Balita
Pneumonia balita sebanyak 66 kasus,terdiri dari laki-laki 30 kasus
dan perempuan 36 kasus yang ditangani sebanyak 66 kasus atau 100 %.
d. HIV- AIDS
Kasus penyakit AIDS di Puskesmas I Baturraden ditemukan dua
kasus, dan terdapat 14 (empat belas) orang yang positif HIV.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kasus Penyakit DBD sebanyak 21 kasus yang terdiri dari laki-laki
12 kasus dan perempuan 9 kasus jumlah tersebut seluruhnya telah
mendapatkan penanganan 100%. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya terjadi peningkatan kasus sebanyak 5 kasus.
f. Malaria
Tidak ditemukan kasus malaria positif.

8
2. Angka Kematian
a. Angka Kematian Bayi
Jumlah bayi yang lahir hidup di wilayah Puskesmas I Baturaden per
2016 lalu yakni sebesar 862, sementara jumlah bayi mati sebesar 8 bayi.
b. Angka Kematian Ibu Melahirkan / Maternal
Pada tahun 2016, tidak didapatkan kematian ibu melahirkan /
maternal di wilayah Puskesmas I Baturaden.
3. Status Gizi
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Jumlah bayi yang lahir hidup dan ditimbang di wilayah Puskesmas I
Batuaden pada tahun 2016 sebanyak 431 dan ditemukan bayi lahir hidup
dengan Berat Badan Lahir Rendah sebanyak 18 bayi.
b. Status Gizi Balita
Per Tahun 2016, jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas
I Baturaden sebanyak 2.192 balita dengan perincian sebagai berikut:
1) Balita Datang Ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas I Baturaden pada tahun 2016, balita yang
datang ditimbang adalah sebanyak 1.790 orang atau sebesar 81,7%.
2) Balita Bawah Garis Merah/BGM
Di wilayah Puskesmas I Baturaden per 2016, balita yang status
gizinya di bawah garis merah adalah sebanyak 14 balita atau sebesar
0,8 %.

B. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada Peran Serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di
masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,
balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
1. Desa yang Melaksanakan PHBS
Dari jumlah 2.734 rumah tangga (meliputi Kecamatan Kutosari,
Kecamatan Pamijen, dan Kecamatan Ketenger), rumah tangga yang dipantau

9
pada tahun 2016 sebanyak 1.940 dan rumah tangga yang melakukan PHBS
sebanyak 1.940 (100,0%).
2. Posyandu
Di wilayah Puskesmas I Baturaden terdapat 31 buah posyandu. Adapun
menurut tingkat perkembangan posyandu dapat dirinci sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama
Tidak ada.
b. Posyandu Madya
Tidak ada.
c. Posyandu Purnama
Dari 31 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Baturaden terdapat 16
Posyandu Purnama atau sebesar 51,61%.
d. Posyandu Mandiri
Dari 31 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Baturaden
terdapat 15 Posyandu Mandiri atau sebesar 48,39 %.

C. Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan


Dari jumlah penduduk sebanyak 31.104 orang yang menggunakan sarana
pelayanan kesehatan di Puskesmas I Baturaden pada tahun 2016 adalah 30.830
orang atau sebanyak 99,1% penduduk, terdiri dari pasien laki-laki 13.705 orang
dan perempuan 17.125 orang.

D. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat kesehatan
di samping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator penting
yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Rumah
Dari jumlah 2.734 rumah tangga (meliputi Kecamatan Kutosari,
Kecamatan Pamijen, dan Kecamatan Ketenger), rumah tangga yang dipantau
pada tahun 2016 sebanyak 1.940 dan rumah tangga yang melakukan PHBS
sebanyak 1.940 (100,0%).

10
2. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Jumlah TPM dibina dan diuiji petik sebanyak 28 buah, terdiri atas:
a. Jasa boga : 14
b. Restoran :2
c. Depot air minum : 12
d. Makanan jajan :0
3. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pada tahun 2016 Prosentase Tempat Tempat Umum institusi yang
terdiri dari Sarana Kesehatan , sarana pendidikan, saranan ibadah, dan
perkantoran dan Hotel di wilayah Puskesmas I Baturraden sebanyak 25 buah,
yang memenuhi syarat 25 (100 %).
4. Akses air bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat kesehatan
dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat menimbulkan penyakit
di lingkungan masyarakat. Dari 31.104 penduduk yang ada di wilayah
Puskesmas 1 Baturraden jumlah keluarga yang memiliki terdiri dari ledeng,
SPT, SGL, mata air, PAH, Perpipaan (PDAM BP SPAM) jumlah penduduk
yang ada 31104 Jiwa, Sumur Gali sebanyak 2.395 penduduk pengguna
12.645 jiwa,memenuhi syarat 2.305 SGL jumlah penduduk penggunan
sebanyak 11.520 jiwa, sumur Gali dengan Pompa 1114 pengguna 4.767 jiwa,
Memenuhi syarat 1060 pengguna 5.589 jiwa. Mata air terlindung 11 jumlah
penduduk pengguna 1.524 jiwa,yang memenuhi syarat 9 jumlah
penduduk pengguna 2.454 jiwa. Perpipaan (PDAM,BPSPAM) jumlah sarana
820,penduduk pengguna 3.645 Jiwa,memenuhi syarat 677 jumlah penduduk
pengguna 4.601 jiwa. Penduduk dengan Akses berkelanjutan terhadap
air minum layak, jumlah 24.164 jiwa (77,69) gambaran sarana sanitasi
dasar yang ada di Puskesmas I Baturraden.

E. Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Pelayanan Persalinan

11
Pertolongan persalinan di Puskesmas I Baturraden tahun 2016
sebesar 432 atau 98 %. Target standar pelayan minimal untuk pertolongan
pesalinan tahun 2016 sebesar 90 %. Dengan demikian cakupan persalinan
nakes Puskesmas I Baturraden tahun 2016 sudah memenuhi standar
pelayanan minimal.
b. Pelayanan Ibu Nifas
Persalinan pada ibu nifas di Puskesmas I Baturraden tahun 2016
sebesar 98 % dan bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2015 maka
sudah tercapai yaitu sebesar 90 %.
c. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe tahun 2016 sebanyak 486 atau
105, 2% (Fe1 30 Tablet), sedang Fe3 (90 tablet) sebanyak 444 atau 96,1%.
Pemberian Tablet Fe pada ibu hamil di Puskesmas I Baturraden bila
dibandingkan dengan SPM maka telah mencapai target adalah 90%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Peserta KB Baru
Peserta KB baru atau peserta usia subur (PUS) tahun 2016
5.079 menjadi KB baru 716 atau 14,1%.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB Aktif Puskesmas I Baturraden sebesar 4033 atau sebesar
79,4%. Cakupan KB aktif ini menunjukan tingkat pemanfaatan
kontrasepsi di antara pasangan usia Subur.
3. Pelayanan Imunisasi
a. Persentase Desa yang Mencapai UCI
Pada tahun 2016 wilayah Puskesmas 1 Baturraden pencapaian Desa
UCI adalah 100% secara keseluruhan.
b. Cakupan Imunisasi Bayi
1) BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani sebanyak 425 atau
101,67%.
2) DPT l dan DPT 3

12
Bayi yang di imunisasi DPT 1 dan DPT 3 pada tahun 2016
sebanyak 432 atau 102 %.
3) Polio 4
Bayi yang di imunisasi Polio 4 di wilayah Puskesmas 1 Baturraden
pada tahun 2016 sebanyak 425 atau 100,7%.
4) Campak
Bayi yang di imunisasi campak di wilayah Puskesmas 1
Baturraden pada tahun 2016 seebanyaj 420 atau 99,5 %.
c. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
1) Jumlah Peserta KB Aktif
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Baturraden peserta KB
IUD sebanyak 4.033 orang atau sebesar 79,4 %.

F. Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
Jumlah saran pelayanan kesehatan berupa puskesmas, puskesmas
keliling, puskesmas desa (POSJEDES) di wilayah puskesmas I
Baturaden sebanyak 12 buah, dengan perincian sebagai berikut :
a. Puskesmas dengan labkes :1 buah
b. Puskesling :3 buah
c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) :8 buah
Dari jumlah 12 buah tersebut melaksanakan kegiatan pengobatan pada
setiap hari kerja.

No DESA PUSKESMAS PUSKESLING POSKEDES


1 Purwosari - - 1
2 Kutasari - 1 1
3 Pamijen - - 1
4 Kebumen 1 - 1
Kr.
5 - 1 3
Tengah
6 Ketengger - 1 1

13
Jumlah 1 3 8

2. Pelayan Gawat Darurat


Pelayanan kesehatan gawat darurat dilakukan di Puskesmas I
Baturraden 100%. Upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat
masyarakat, sedangkat standar pelayanan minimal SPM dapat diakses
masyarakat 90% dengan demikian cakupan di Puskesmas I Baturraden
dibanding dengan SPM sudah tercapai.

G. Tenaga Kesehatan
1. Tenaga Medis
Tenaga medis tahun 2016 yang ada pada Puskesmas I Baturraden
sebanyak 2 orang rasio (dokter umum) 6.799 per 100.000 penduduk., dokter
gigi orang 3,22 per 100.000 penduduk. Adapun jumlah tenaga paramedis
(Bidan) 12 orang rasio sebesar 38,58 per 100.000 penduduk perawat 4 orang
rasio 12,86 per 100.000 penduduk.
2. Tenaga perawat dan bidan
Pada tahun 2016 tenaga perawat dan bidan yang ada di puskesmas I
Baturraden sebanyak 16 orang, Rasio tenaga perawat 4 orang rasio sebesar
12,86 per 100.000 penduduk dan bidan terhadap penduduk sebesar 38,58
per 100.000 penduduk sedangkan penyebaran tenaga bidan adalah
sebagai berikut :
a. Bidan Desa 8 orang
b. Bidan dan Perawat Puskesmas 8 orang
3. Tenaga Farmasi
Jumlah tenaga farmasi pada Puskesmas I Baturraden pada tahun 2016
ada 1 orang tenaga farmasi.
4. Tenaga Gizi
Tenaga gizi pada Puskesmas I Baturraden tahun 2016 ada tenaga gizi
satu orang.
5. Tenaga Teknis Medis

14
Tahun 2016 teknis medis pada Puskesmas I Baturraden ada
tenaga teknis medis yaitu laboran.

6. Tenaga Sanitarian
Pada tahun 2016 jumlah tenaga sanitarin pada puskesmas I
Baturraden sebanyak 1 orang. Rasio tenaga sanitasi terhadap penduduk 3,5
per 100.000 penduduk.
7. Tenaga kesehatan Masyarakat
Tenaga kesehatan masyarakat tahun 2016 Puskesmas I Baturraden 1
orang tenaga kesmas, ratio tenaga kesehatan Masyarakat 3,4 per 100.000
penduduk.
Tabel 3.1 Tenaga Kesehatan Di Puskesmas I Baturraden Tahun 2016
Ratio per Target IIS per
No Jenis Tenaga Jumlah 100.000 100.000
Penduduk Penduduk
1 Dokter Umum 2 6,9 40
2 Dokter Gigi 1 3,6 11
3 Farmasi 1 3 10
4 Bidan 12 38,58 100
5 Perawat 3 12,86 117,5
6 Ahli Gizi 3 4 22
7 Sanitasi 1 3,5 40
Kes.
8 1 3,5 40
Masyarakat

H. Sumber Daya Kesehatan Lain


1. Posyandu
Berdasarkan data tahun 2016 posyandu yang ada dalam wilayah
Puskesmas 1 Baturraden sebanyak 31 posyandu. Adapun, manerut
tingkat perkembangannya (stratifikasi) posyandu adalah sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama
Tahun 2016 jumlah posyandu dengan strata posyandu pratama tidak ada.

15
b. Posyandu Madya
Tahun 2016 jumlah posyandu dengan strata madya tidak ada.

c. Posyandu Purnama
Dari 31 posyandu di puskemas 1 Baturraden. Jumlah posyandu purnama
sebesar 16 posyandu atau sebesar 51,6 %.
d. Posyandu Mandiri
Jumlah posyandu mandiri sebanyak 2 posyandu atau sebasar 48,8 % dari
posyandu yang ada.

Target tahun 2016 presentase posyandu purnama dan mandiri sebasar


90% dari posyandu yang ada. Sehingga dilihat dari hasil 2016 sudah
mencapai target diperlukan upaya peningkatan strata posyandu dengan lebih
mengintensifkan program revitalisasi posyandu baik secara lintas
program maupun secara lintas sektoral.

16
IV. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. Analisis Potensi dan Kebutuhan

Upaya kesehatan Puskesmas 1 Baturraden tahun 2017, meliputi:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


a. Pelayanan K-4
Cakupan pelayan Ibu Hamil (K4) di Pusksmas I Baturraden tahun 2016
sebesar 486 atau 105,2 % standar pelayan minimal untuk ibu hamil K4
sebesar 95% dengan demikian untuk Puskesmas I Baturraden sudah
tercapai.
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (NAKES)
Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes di Puskesmas I Baturraden
tahun 2016 sebesar 432 atau 98 %. Target standar pelayan minimal untuk
pertolongan pesalinan tahun 2016 sebesar 90%. Dengan demikian cakupan
persalinan nakes Puskesmas I Baturraden tahun 2016 sudah memenuhi
standar pelayanan minimal.
c. Pelayanan Ibu Nifas
Cakupan persalinan pada ibu nifas tahun 2016 sebesar 98 % dan bila
dibandingkan dengan target SPM tahun 2015 maka sudah tercapai yaitu
sebesar 90 %.
d. Pelayanan Bumil Risti

Pada tahun 2016 bumil risti 158 orang dari jumlah tersebut yang ditangani
/ mendapat pelayanan juga sebanyak 158 orang atau 100%. Pada tahun
2016 neonatal / risti ditangani sebanyak 42, dari jumlah tersebut yang
ditangani / mendapat pelayanan 100%.

e. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Jumlah peserta usia subur (PUS) tahun 2016 5.079 menjadi KB baru 716
atau 14,1%. Cakupan peserta KB Aktif Puskesmas I Baturraden sebesar
4033 atau sebesar 79,4%. Cakupan KB aktif ini menunjukan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi di antara pasangan usia subur.

17
2. Pelayanan Imunisasi

Universal Child Immunizaton (UCI) merupakan gambaran dimana > 80


% dari jumlah bayi 0 11 bulan yang ada didesa atau kelurahan tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2016 desa kelurahan
UCI mencapai 100 % sama dengan tahun sebelumnya. Puskesmas I
Baturraden telah mencapai target program Lima Imunisasi Dasar Lengkap
(LIL) sebanyak 420 atau 99,5%. Pada program imunisasi bayi, jumlah sasaran
bayi pada tahun 2016 sebesar 422, sedang cakupan masing masing imunisasi
sebagai berikut : BCG : 425 atau 101,67%, DPT1 HB3 / DPT3 HB3 : 432
atau 102%, sedang POLIO4 : 425 atau 100,7%, Campak :420 atau 99,5 %.
Berdasarkan angka cakupan melebihi 100%, disebabkan jumlah bayi sasaran
yang digunakan adalah jumlah bayi estimasi bukan realisasi.

3. Pelayanan Gizi

Jenis pelayanan yang telah diberikan oleh petugas gizi Puskesmas 1


Baturraden antara lain adalah cakupan Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe
tahun 2016 sebanyak 486 atau 105, 2% (Fe1 30 Tablet), sedang Fe3 (90
tablet) sebanyak 444atau 96,1% Pemberian Tablet Fe pada ibu hamil di
Puskesmas I Baturraden bila dibandingkan dengan SPM maka telah mencapai
target adalah 90%.Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi Usia 0 6 bulan.

4. Penyelenggaraan dan Penanggulangan Gizi Buruk


Upaya yang ditempuh antara lain meningkatkan penyuluhan,
meningkatkan fungsi kelompok kerja (Pokja) Posyandu Desa untuk informasi
masyarakat sehingga meningkatkan peran serta masyarakat pada tahun 2016
adalah sebagai berikut :

Jumlah seluruh balita laki laki 487 balita, sedangkan perempuan 455 balita
(S) = 942 balita.

Jumlah balita yang ditimbang laki-laki 412 balita atau 84,5%, perempuan
392 balita atau 86,15 % (D) = 804 balita atau 85.3% BGM, Laki-laki 4 atau
1,0% sedangkan perempuan 10 atau 2,6 % jumlah BGM; 14 balita atau
1,7%.

18
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Baturraden I, jumlah balita
yang ada pada tahun 2016 adalah 1955 balita, laki laki sebanyak 993, balita
perempuan 962. Balita yang mendapat kapsul vitamin A 2 kali laki laki 1955
anak atau 100%, standar pelayanan minimal untuk balita mendapat kapsul
vitamin A 2 kali disbanding SPM sudah tercapai.

Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas I Baturraden tahun 2016


sebanyak 462 orang, yang mendapatkan tablet Fe1 (30 Tablet) sebanyak 476
orang atau 105,2 %,sedangkan yang mendapatkan tablet Fe 30 tablet) sebanyak
444 orang atau 96,1% kondisi tersebut diatas bila dibandingkan dengan SPM
(90%) sudah mencapai target.

5. Pelayanan pengendalian KLB


Berdasarkan data yang ada pada Puskesmas I Baturraden tahun 2016 tidak
terdapat KLB.

6. Promosi Kesehatan (promkes)


1) Penyuluhan

Di Puskesmas 1 Baturraden penyuluhan dilaksanakan tiap bulan di


masing-masing desa pada setiap pertemuan PKK / Rakor desa, dan
pertemuan rakor setiap 1 bulan sekali yang dilaksanakan di Puskesmas 1
Baturraden. Materi penyuluhan beragam disesuaikan dengan sasaran.

2) Pelayanan Pengendalian Vektor


Pengendalian vector yang dulakukan secara rutin adalah
penggerakan PSN, abatisasi dan penyuluhan, apabila terjadi kasus baru
dilaksanakan fogging fokus bekerjasama dengan Dinas Kesehatan.

B. Perumusan Masalah

1. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Tempat

Survey ini dilakukan di Desa Karang Tengah, Desa Kebumen, Desa


Pamijen, Desa Kutosari, dan Desa Purwosari.

19
b. Ruang Lingkup Waktu

Survey ini dilakukan pada hari Selasa, 21 November 2017.

2. Metode Pengumpulan
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dimana melakukan
pengamatan atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi survey adalah masyarakat Desa Karang Tengah, Desa Kebumen,


Desa Pamijen, Desa Kutosari, dan Desa Purwosari.

b. Sampel

Sampel survey adalah masyarakat 5 desa di Desa Karang Tengah, Desa


Kebumen, Desa Pamijen, Desa Kutosari, dan Desa Purwosari yang
menderita Hipertensi Primer. Metode pengumpulan sampel adalah
purposive sampling non-random, yaitu menggunakan sampel sejumlah
orang yang kompeten atau berhubungan langsung dengan kejadian, dalam
praktik lapangan kali ini, yang dipilih sebagai sampel adalah 40 warga desa
yang terpilih yang terkena Hipertensi Primer pada bulan Oktober 2017.

4. Variabel

Variabel survey adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, perilaku


merokok, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat stress , riwayat penyakit
keluarga ( genetik), kualitas tidur, BMI, dan fasilitas layanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah
Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan apa yang
dicapai, oleh karena itu seringkali menimbulkan sebuah perasaan tidak puas.
Dalam penetapan masalah sebuah masalah diperlukan tiga syarat yang harus
dipenuhi, antara lain: adanya kesenjangan, adanya rasa tidak puas, adanya rasa
tanggung jawab untuk menanggulangi masalah. Berikut adalah sepuluh

20
permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas 1 Baturraden berdasarkan data
sekunder Puskesmas 1 Baturraden bulan Oktober 2017.

Tabel 4.1 Sepuluh Permasalahan Kesehatan yang Ada di Puskesmas 1


Baturraden
No Penyakit Jumlah Kunjungan Tiap Kasus
1 Myalgia 180
2 ISPA 164
3 Dispepsia 128
4 Hipertensi Primer 122
5 Diabetes Mellitus Tipe 2 74
6 Kehamilan 68
7 Nasofaringitis Akut 56
8 Artrosis 37
9 Cephalgia 37
10 Diare dan Gastroenteritis 29

Penentuan prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden


dilakukan dengan menggunakan metode Hanlon kuantitatif. Untuk keperluan
ini digunakan 4 kelompok kriteria sebagai berikut.
Kelompok kriteria A : besarnya masalah didasarkan pada ukuran besarnya
populasi yang mengalami masalah tersebut.
Kelompok kriteria B : keseriusan masalah dilihat dari aspek urgensi,
keparahan (severity), dan ekonomi (cost).
Kelompok kriteria C : ketersediaan solusi yang efektif menyelesaikan
masalah.
Kelompok kriteria D : kriteria PEARL, yaitu penilaian terhadap propriety,
economic, acceptability, resources availability,
legality.
Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah
di Puskesmas 1 Baturraden adalah sebagai berikut.
a. Kriteria A
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari
besarnya penduduk yang terkena efek langsung.

21
Tabel 4.2 Indikator Penilaian Kriteria A
Besarnya Masalah Skor
25 % 10
10 -24,9 % 8
1 9,9 % 6
0,1 0,9 % 4
< 0,1 % 2

Tabel 4.3 Penilaian Kriteria A


Masalah Besarnya Masalah
Myalgia 4
ISPA 4
Dispepsia 4
Hipertensi Primer 4
Diabetes Mellitus Tipe 2 4

b. Kriteria B
a. Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian), terdiri dari:
Tidak gawat
Kurang gawat
Cukup gawat
Gawat
b. Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian), terdiri dari:
Tidak urgen
Kurang urgen
Cukup urgen
Urgen
Sangat urgen
c. Biaya (biaya penanggulangan), terdiri dari:
Sangat murah
Murah
Cukup mahal
Mahal
Sangat mahal

22
Tabel 4.4 Indikator Penilaian Kriteria B
Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2

Tabel 4.5 Penilaian Kriteria B


Masalah Urgency Severity Cost Nilai
Myalgia 4 4 4 4
ISPA 2 4 4 3.3
Dispepsia 4 4 4 4
Hipertensi Primer 8 8 8 8
Diabetes Mellitus Tipe 2 8 8 8 8

c. Kriteria C (penanggulangan masalah)


Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang
harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia
mampu menyelesaikan masalah, jika makin sulit dalam penanggulangan,
skor yang diberikan makin kecil.

23
Tabel 4.6. Indikator Penilaian Kriteria C

Ketersediaan Solusi Skor


Sangat efektif ( 80-100%) 10
Efektif (60-80%) 8
Cukup efektif (40-60 %) 6
Kurang efektif(20-40%) 4
Tidak efektif (0-20%) 2

Pada tahap ini dilakukan penentuan skor berdasarkan kesepakatan


14 orang anggota kelompok. Skor tertinggi merupakan masalah yang
dianggap paling mudah ditanggulangi. Adapun hasil kesepakatan tersebut
adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7. Penilaian Kriteria C


Masalah Penganggulangan Masalah
Myalgia 4
ISPA 6
Dispepsia 6
Hipertensi Primer 8
Diabetes Mellitus Tipe 2 8

d. Kriteria D
Kriteria PEARL berisi penilaian terhadap lima aspek, yaitu:
Propriety: kesesuaian program dengan masalah
Economic: besar manfaat secara ekonomi
Acceptability: bisa diterima masyarakat
Resources: ketersediaan sumber daya untuk menyelesaikan masalah
Legality: ada atau tidaknya pertentangan dengan hukum
Berikut adalah kriteria PEARL untuk sepuluh penyakit terbanyak di
Puskesmas I Sokaraja.

Tabel 4.8. Kriteria PEARL


Masalah P E A R L Hasil
Myalgia 1 1 1 1 1 1
ISPA 1 1 1 1 1 1
Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Hipertensi Primer 1 1 1 1 1 1
Diabetes Mellitus Tipe 2 1 1 1 1 1 1

24
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapatkan, nilai tersebut
dihitung menggunakan formula sebagai berikut.
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B) x C
Nilai Prioritas Total (NPT) = [(A+B) x C] x D

Tabel 4.9 Penetapan Prioritas Masalah


No Kasus A B C D NPD NPT Prioritas
1 Myalgia 4 4 4 1 32 32 V
2 ISPA 4 3.3 6 1 43.8 43.8 IV
3 Dispepsia 4 4 6 1 48 48 III
4 Hipertensi Primer 4 8 8 1 96 96 I
5 Diabetes Mellitus 4 8 8 1 96 96 II
Tipe 2

Dari hasil perhitungan menggunakan metode Hanlon yang telah


dilakukan didapatkan nilai prioritas dasar (NPD) dan nilai prioritas total (NPT)
tertinggi adalah hipertensi primer. Oleh karena itu, hipertensi primer
merupakan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di wilayah kerja
Puskesmas 1 Baturraden.

D. Analisis Penyebab Masalah


Faktor risiko hipertensi:
1. Usia dan Jenis Kelamin
Hipertensi erat kaitannya dengan usia, semakian tua seseorang semakin
besar risiko terserang hipertensi. Usia lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi (Yundini, 2006). Dengan bertambahnya usia, risiko terkena
hipertensi lebih besar hingga sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas
umur 60 tahun (Nurkhalida, 2003). Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan
orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam
puluhan (Staessen, 2003).

25
Dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bias terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang dengan usia 35 tahun atau lebih. Wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bias memicu terjadi
hipertensi (Gunawan, 2001).
Bila ditinjau perbandingan antara pria dan wanita, ternyata didapatkan
angka yang cukup bervariasi. Jawa tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%
untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatra Barat 18,6% pria
dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah Jakarta didapatkan 14,6% untuk
pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006)
Pada grafik didapatkan hasil 20% untuk kategori yang tidak berisiko
terhadap hipertensi dan 80% untuk usia dengan risiko hipertensi

90%
80%
80%
70%
60% Perempuan <45
50% tahun/Laki-laki <60
tahun
40%
Perempuan >45
30% tahun/Laki-laki > 60
tahun
20%
20%
10%
0%
Usia

Gambar 4.1. Grafik usia dan jenis kelamin


2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa
tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan
salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan
ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi

26
yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma
yang rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik
selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka
risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam
bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah(Theodosa,
2000).
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air (Theodosa, 2000).
Menurut Alison Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya
hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat
diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan
epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada
populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai
kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari (Hull-Alison,
1996)
Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah
sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang
setara (Sheps, 2005). Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi.
Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami
tekanan darah tinggi (hipertensi). Ada dugaan bahwa meningkatnya berat

27
badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7
mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi
orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
terjadinya hipertensi (Khomsan-Ali, 2003).
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih (Nurkhalida, 2003).
Pada grafik didapatkan 50% penderita hipertensi memiliki IMT
Normal, 27,5% mengalami overweight, 25% mengalami Obestitas I, dan
2,5% mengalami Obesitas II
60%

50%
50%
40%
Normal

30% Overweight

27.50% Obesitas I
20% 25%
Obesitas II

10%
2.50%
0%
BMI

Gambar 4.2 Grafik Indeks Massa Tubuh Responden

3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pengunaan faslitas pelayanan kesehatan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan oleh
petugas/ tenaga ataupun bentuk kegiatan-kegiatan lain dari pemanfaatan
pelayanan kesehatan tersebut. Syarat pokok suatu pelayanan kesehatan dapat
dikatakan baik menurut Azwar (1996) haruslah :
a. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous).
b. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate).

28
c. Mudah dicapai (accessible).
d. Mudah dijangkau (affordable).
e. Bermutu (quality)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan


kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh
pelayanan efektifitas pelayanan tersebut. Bila berbicara kapan memerlukan
pelayanan kesehatan, umumnya semua orang akan menjawab bila merasa
adanya ganguan pada kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah akan tahu
kapan sakit, dan tidak seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini
memberi informasi bahwa konsumen pelayanan kesehatan selalu dihadapkan
dengan masalah ketidakpastian (Azwar, 1996). Rendahnya pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan menurut (Kepmenkes, 2010) dapat disebabkan
oleh :

a. Jarak yang jauh (faktor geografi).


b. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) .
c. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi).
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya).

Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


a. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan Tempat pelayanan yang tidak
strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas.
b. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan
yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses peserta Jamkesmas
terhadap pelayanan kesehatan.
c. Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan
rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Demand
(permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang
dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar.
Pada grafik untuk Fasilitas Kesehatan terdiri dari (1) akses ke
pelayanan kesehatan, (2) upaya promosi kesehatan ke penduduk, (3) upaya
medikasi ke dokter, (4) kepemilikan asuransi kesehatan. Masing-masing

29
poin di atas mendapatkan nilai 1 akan dijumlah nantinya. Semakin tinggi
poin, semakin baik layanan kesehatan terhadap suatu individu

70%

60%
63%
50%
0
40% 1

30% 2

27.50% 3
20%
4
10%
0% 2.50% 7.50%
0%
Faskes

Gambar 4.3. Grafik Gambaran Fasilitas Kesehatan Menurut


Responden

4. Riwayat Hipertensi Pada Keluarga


Terdapat peran genetik yang kompleks terhadap kejadian hipertensi
(Rule, et al., 2009). Salah satu mekanismenya berhubungan dengan mutasi
C677T gen MTHFR atau kekurangan folat. Hasil penelitian Survaillance of
Non-communicable Diseases di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah,
sebanyak 76 subyek laki-laki hipertensi terdapat 19 orang membawa risiko
genetik C677T den MTHFR dan 6 di antaranya kekurangan folat.
Berdasarkan survei yang dilakukan, ditemukan 75% dari responden
memiliki riwayat hipertensi yang diderita oleh anggota keluarganya baik dari
pihak ayah, ibu, maupun keduanya. Rincian dari hasil survei mengenai
adanya riwayat hipertensi pada keluarga responden dapat dilihat pada tabel
berikut.

30
70%

60%
57.50%
50%
Tidak Ada
40% Ayah/Ibu
Ayah dan Ibu
30%
Ayah, Ibu, Kakek/Nenek
20% 25%
Ayah, Ibu, Kakek, Nenek
10%
12.50%
0% 5%
0%
Riwayat HT Keluarga

Gambar 4.4 Grafik Riwayat Penyakit Keluarga Responden

5. Kualitas Tidur
Kualitas tidur seseorang dapat memengaruhi tekanan darahnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Loredo pada tahun 2004 pada orang yang
tertidur lebih dalam dan tidak terputus menunjukkan kecenderungan
penurunan tekanan darah pada subyek normal. Pada survei yang dilakukan
kelompok ini, terdapat 35% responden yang memiliki kualitas tidur yang
buruk dan sangat buruk.

70.00%

60.00%
57.50%
50.00%
Sangat Baik
40.00%
Baik
30.00% Buruk
27.50% Sangat Buruk
20.00%

10.00%
7.50% 7.50%
0.00%
Kualitas Tidur

Gambar 4.5 Grafik Kualitas Tidur Responden

31
6. Merokok
Didapatkan hasil bahwa penderita hipertensi yang tidak merokok
sebanyak 11 responden (27,5%), yang perokok pasif sebanyak 21 responden
(52,5%), dan yang 8 responden (20%) merupakan perokok aktif. Adapun 3
responden (7,5%) yaitu perokok aktif ringan, 1 responden (2,5%) yaitu
perokok aktif sedang, dan 4 responden (10%) yaitu perokok aktif berat.
Menurut Ahmad (2011), unsur yang terkandung dalam rokok seperti nikotin
akan merangsang pelepasan katekolamin yang bisa memacu organ jantung
untuk bekerja lebih keras sehingga tekanan darah dalam tubuh akan
meningkat. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Oleh karena itu, jika kebiasaan ini terus dilanjutkan ketika
seseorang menderita tekanan darah tinggi, hal tersebut merupakan kombinasi
yang sangat berbahaya.
Data statistik menunjukkan rokok telah membunuh lebih dari 19.000
orang setiap tahun. Pada orang yang merokok secara terus-menerus,
kemungkinan terjadinya serangan jantung enam kali lebih besar
dibandingkan orang yang tidak merokok (Wolff, 2006).Menurut Ahmad
(2011) perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai berat. Perokok
ringan jika merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang
menghisap 10-20 batang, dan perokok berat jika lebih dari 20 batang per hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggraini et al. (2009) di
Puskesmas Bangkinang Kabupaten Kampar dengan desain cases control,
hasil ini dianalisis dengan uji korelasi Spearmans rho, dengan nilai korelasi
sedang dengan p value = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik Puskesmas Bangkinang.
Nilai PAR yang diperoleh sebesar 0,50 yang artinya sekitar 50% kejadian
hipertensi dapat dicegah dengan menghilangkan faktor resiko kebiasaan
merokok.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti
berpendapat bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

32
hipertensi, kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi.
60.00%

50.00% 52.50% Tidak merokok,tidak


terpapar
40.00% Pasif

30.00% Aktif Ringan


27.50%
20.00% Aktif Sedang

10.00% Aktif Berat


10%
7.50% 2.50%
0.00%
Merokok

Gambar 4.6 Grafik Konsumsi Rokok Responden

7. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Muliyati (2011), menunjukan
adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah. Kurangnya
aktivitas fisik dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung, sehingga
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah yang pada
akhirnya mengakibatkan naiknya tekanan darah (Anggara dan Prayitno,
2012). Begitu pula sebaliknya, latihan fisik dalam jangka waktu yang lama
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada pasien hipertensi
(Carpio-Rivera et al, 2015). Survey yang dilakukan pada 40 responden
penderita hipertensi primer di Puskesmas I Baturraden menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien hipertensi melakukan aktivitas fisik yang rendah, yaitu
sebanyak 47,50% pasien, sedangkan 37,50% melakukan aktivitas fisik
sedang, dan 15% pasien melakukan aktivitas fisik yang tinggi.

33
50%
45% 47.50%
40%
35% 37.50%
30%
Aktifitas Tinggi
25%
Aktivitas Sedang
20%
Aktivitas Rendah
15%
15%
10%
5%
0%
Aktivitas Fisik

Gambar 4.7 Grafik Aktivitas Fisik Responden

8. Makanan
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan oleh
WHO adalah tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basuki pada tahun 2001 di pedesaan
Sukabumi ditemukan juga bahwa tingginya prevalensi hipertensi di daerah
tersebut disebabkan oleh seringnya masyarakat mengkonsumsi makanan
asin atau konsumsi garam yang berlebih. Selain itu, konsumsi makanan
berlemak juga dapat meningkatkan terjadinya suatu hipertensi karena dapat
mengganggu metabolisme tubuh dan dapat terbentuk plak pada pembuluh
darah, sehingga akan meningkatkan resistensi perifer pembuluh darah yang
nantinya akan meningkatkan tekanan darah (Basuki, 2007).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puddey pada
tahun 2006 dimana pada penelitian ini disebutkan risiko jangka panjang
terjangkit hipertensi meningkat dengan konsumsi alkohol.
Berdasarkan survey kepada responden, Didapatkan hasil dari 40
responden hipertensi bahwa sebanyak 5 responden (12,5%) tidak menyukai
konsumsi makanan yang asin dan berlemak, 17 responden (42,5%)
menyukai konsumsi makanan yang asin saja atau berlemak saja, contohnya
jeroan. Sedangkan, 18 responden sisanya (45%) menyukai konsumsi
makanan yang asin dan berlemak.

34
50.00%
45.00%
45%
40.00% 42.50%
35.00%
30.00%
Tidak
25.00%
Asin/Lemak
20.00%
Asin dan Lemak
15.00%
10.00% 12.50%
5.00%
0.00%
Makanan

Gambar 4.8 Grafik Tingkat konsumsi makanan responden

35
V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)

A. Nama Kegiatan

Baturraden Bebas Hipertensi

B. Latar Belakang Kegiatan

Peningkatan angka kejadian Hipertensi tiap bulannya di Puskesmas


Baturraden I dapat dilihat dari data puskesmas pada tahun 2017.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian
Hipertensi dibagi menjadi faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan.

Faktor yang dapat dikendalikan diantaranya adalah merokok, pola


makan, aktifitas fisik, tingkat stress, dan pola tidur. Sedangkan faktor
yang tidak dapat dikendalikan seperti genetik dan usia. Dari analisis data
yang telah kami lakukan, ditemukan bahwa faktor hipertensi yang sangat
berpengaruh adalah kurangnya kesadaran diri masyarakat dalam
mengatur gaya hidup, seperti makan-makanan asin dan tinggi lemak,
serta merokok.

Melalui pelatihan kader tentang hipertensi, serta memberikan


wawasan mengenai gaya hidup sehat agar terhindar dari hipertensi, kader
diharapkan mampu memonitor dan mengedukasi masyarakat secara
efektif dan merata. Kader kesehatan ini merupakan upaya promotif dan
preventif terhadap isu kesehatan di masyarakat, khususnya Hipertensi
dengan konsep pendekatan follow up.

C. Tujuan

1. Menurunkan angka kejadian Hipertensi di Puskesmas Baturraden I


melalui kegiatan promotif dan preventif
2. Mencegah terjadinya prognosis yang buruk terhadap pasien Hipertensi
di Puskesmas Baturraden I.

36
3. Merencanakan dan menginisiasi program berbasis kesehatan
masyarakat yang tepat guna dan berkelanjutan.

D. Sasaran
1. Kader Pos Bina Terpadu Puskesmas Baturraden I Desa Kutosari, Desa
Purwosari, Desa Kebumen, Desa Pamijen, dan Desa Karangtengah
2. Tenaga Kesehatan Puskesmas Baturraden I

3. Seluruh warga wilayah Puskesmas Baturraden I di Desa Kutosari,


Desa Purwosari, Desa Kebumen, Desa Pamijen, dan Desa
Karangtengah.

E. Pelaksanaan

1. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Januari Desember 2018

2. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas Baturraden I, Desa Kutosari, Desa Purwosari, Desa


Kebumen, Desa Pamijen dan Desa Karangtengah

F. Pokok Kegiatan

1. Edukasi mengenai penyakit Hipertensi oleh Dokter kepada Kader


Desa setempat.
2. Sosialisasi program prolanis.

3. Pelatihan pengecekan tekanan darah.

Program ini dijalankan pada kelima desa, yaitu desa Kutosari, Desa
Purwosari, Desa Kebumen, Desa Pamijen dan Desa Karangtengah.
Pelaksanaan akan dilakukan di Puskesmas Baturaden I. Pertemuan awal
akan diadakan lima kali oleh tenaga kesehatan, pertemuan dilakukan
setiap seminggu sekali. Setelah menerima pelatihan pengecekan tekanan
darah dan wawasan tentang tekanan darah tinggi, tiap bulannya akan

37
diadakan Posbindu rutin di masing-masing desa. Di Posbindu ini, warga
dapat mengecek tekanan darah secara rutin dengan kader kesehatan desa
setempat. Edukasi pun dapat dilakukan oleh kader. Di setiap bulan,
terdapat monitoring hasil kerja kader serta di akhir program, akan ada
evaluasi akhir tahun sehingga kader kesehatan dapat mengungkapkan
kendala yang dihadapi dalam program selama satu tahun.

G. Alat dan Sarana


1. Proyektor

2. Laptop

3. Microphone dan sound system

4. Kursi

5. Ruangan Aula

6. Kertas Pre dan Post-Test

7. Kartu follow up pasien Hipertensi

8. Tensi jarum

H. Pelaksanaan Rencana Anggaran


Biaya Rincian Jumlah
1. Konsumsi kader 5 (kader) x 5 Rp.1.250.000,00
(pertemuan) x 5 (desa)
x Rp.10.000,00
2. Alat tulis 5 (desa) x Rp.250.000,00
Rp.50.000,00
Total Rp.1.500.000,00

I. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dilakukan setiap bulan untuk mengetahui apakah sesuai
dengan rencana atau tidak. Sedangkan evaluasi digunakan untuk menilai
apakah kegiatan mencapai tujuan yang direncanakan. Evaluasi adalah

38
penilaian yang sistematis dari tindakan yang telah dikerjakan dalam
rangka meningkatkan perencanaan atau pelaksanaan kegiatan saat ini dan
masa yang akan datang. Semua hal tersebut diukur berdasarkan pada
indikator keberhasilan. Monitoring adalah penilaian yang sistematis dan
berkesinambungan terhadap kemajuan dari suatu kegiatan dari waktu ke
waktu.

Adapun indikator monitoring dan evaluasi sebagai berikut


1. Absensi kader
Kader harus hadir 100% pada setiap pelatihan untuk memastikan
seluruh kader mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang seluk
beluk hipertensi.

2. Nilai Pre Test dan Post Test


Pre test diadakan sebelum pelatihan dimulai untuk mengetahui
tingkat pemahaman kader-kader kesehatan masyarakat terhadap
masalah kesehatan. Sedangkan post test diadakan setelah pelatihan
selesai dan bertujuan untuk menilai sejauh mana kader-kader
kesehatan masyarakat dapat menyerap dan memahami ilmu yang
disampaikan pada saat pelatihan.

3. Mampu Mendeteksi Dini Penyakit


Setelah mengikuti pelatihan kader diharapkan mampu
mendeteksi secara dini hipertensi yang terjadi di masyarakat melalui
gejala-gejala awal

4. Kuesioner Pengetahuan Warga


Dapat dibagikan kuesioner kepada setiap Kepala Keluarga (KK)
mengenai hipertensi untuk memastikan apakah seluruh warga sudah
mengerti tentang hipertensi. Warga diharapkan sudah mendapatkan
pemahaman yang baik setelah kader di desa tersebut mengikuti
pelatihan. Namun kuesioner ini membutuhkan biaya cukup besar
karena harus melibatkan seluruh KK.

5. Keaktifan Kader dalam Kegiatan Warga

39
Diharapkan kader selalu terjun di dalam setiap kegiatan warga
dan memanfaatkan momentum yang ada untuk melakukan edukasi
bagi warga terkait hipertensi. Kegiatan warga yang dimaksud antara
lain kegiatan PKK, senam, dan sebagainya.

6. Peningkatan Kunjungan Warga ke Puskesmas dengan Gejala yang


Masih Dini
Peningkatan jumlah kunjungan puskesmas oleh warga dengan
gejala dini hipertensi menunjukkan peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya memeriksakan diri ke puskesmas. Jumlah
kunjungan ini dapat dijadikan indikator keberhasilan program
pelatihan terhadap kader-kader kesehatan masyarakat saat target
penurunan prevalensi dan angka mortalitas akibat hipertensi belum
tercapai.

40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan problem solving in community di Puskesmas 1
Baturraden adalah sebagai berikut.
1. Masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja adalah ISPA, hipertensi primer, DM tipe 2,
dispepsia, dan myalgia. Masalah yang menjadi prioritas setelah
dihitung menggunakan metode Hanlon adalah Hipertensi.
2. Rencana penyelesaian masalah Hipertensi adalah pelaksanaan
kegiatan pelatihan kader Baturraden Tanpa Hipertensi.
3. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas khususnya di Desa
Pamijen, Desa Kutosari, Desa Kebumen, Desa Karangtengah, dan
Desa Purwosari adalah usia, kurang aktivitas, faktor keturunan, rokok,
stress, kualitas tidur, obesitas, dan pelayanan kesehatan. Perilaku
responden yang sulit untuk tidak mengkonsumsi makanan rendah
garam dan makanan berlemak merupakan faktor utama penyebab
kejadian hipertensi primer tersebut.
4. Alternatif pemecahan masalah Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
1 Baturraden, Banyumas antara lain:
a. Penyuluhan tentang hipertensi
b. Melaksanakan senam hipertensi yang rutin
c. Pengadaan pelatihan kader

B. Saran
Sebaiknya dilakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai
pencegahan terjadinya penyakit Hipertensi dan skrining tekanan darah
tinggi warga agar dapat mencegah peningkatan angka kejadian penyakit
Hipertensi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nabyluro R.2011. Cara Mudah Mencegah, Mengobati Asam Urat dan
Hipertensi. Cetakan Pertama. Jakarta: Dinamika Media.

Andrea, C.T., Al-Ansary, L. A., Yaser, A., Ghada, B., Laure, P., Mohammed, A.,
et al. 2013. A Systematic Review of Recent Clinical Practice Guidelines on
the Diagnosis. Assessment and Management of Hypertension. PLoS ONE.
Vol. 8(1): 53744.

Anggraini, Dian Ade, et al.2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poloklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Bankinang.

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Basuki B., Setianto. 2007. Age, body posture, daily working load past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med
J Indon. Vol.10, no.1, pp.29-33.

Dewi, T. K. 2013. Gambaran Pengetahuan Warga Tentang Hipertensi di RW 02


Sukarasa Kecamatan Sukasari. Retrieved from
http://repository.upi.edu/6266/4/D3KEP 1008866 Chapter1.pdf

Gunawan. 2001. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia.


Hull, Alison. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi
Aksara; 18,29
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2010-2014. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kemenkes RI.
Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Loredo JS., Nelesen R., Ancoli-Israwl S., Dimsdale JE. 2004. Sleep Quality and
Blood Pressure Dipping in Normal Adults. Medline 28(5):649
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi ; Seringai Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sekejap. Cetakan Pertama. Yogyakarta: In-Books.

42
Puddey IB, Beilin LJ. 2006. Alcohol is bad for bloodpressure.
ClinExpPharmacolPhysi ol. Vol. 33, pp. 847-52.

Rahmawati, L. 2013. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Senam Ergonomik


Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II
Kelurahan Pabuaran. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman.

Rule AD, Fridley BL, Hunt SC, Asmann Y, Boerwinkle E, Pankow JS. 2009.
Genome-wide Linkage Analysis for Uric Acid in Families Enriched for
Hypertension. Nephrol Dial Transplant. Medline. Vol 24(8):2414-20
Sheps, Sheldon G. 2005. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari
Mediatama.
Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager,
Essential Hyppertension. The Lancet, 2003; 1629-1635
Syahrini, EN., Susanto, HS., Udiyono, A. 2012. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 1 (2): 315-325.

Teodosha S., Gilliard, Lackland., Brent, Egan., Robert, Woolson. 2000. Effect of
Total Obesity and Abdominal Obesity on Hipertension. Medical University
of Saouth caroline.

World Health Organization (WHO). 2013. A global brief on Hypertension: silent


killer, global public health crises. Geneva: WHO.
Wolff, Hanspeter. 2006. Hipertensi : Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan
Darah Tinggi Sejak Dini. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Yundini. 2006. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit


Tidak Menular.

43

You might also like