Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan terganggunya sistem peredaran darah
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90
mmHg (Rachmawati, 2013). Diperkirakan 7,5 juta kematian di dunia
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Jumlah orang dengan hipertensi
ditemukan sebanyak 600 juta pada tahun 1980 dan mengalami peningkatan
menjadi kurang lebih 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO
pada tahun 2007 menetapkan hipertensi berada pada peringkat ketiga sebagai
faktor resiko penyebab kematian dunia (Syahrini et al, 2012).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia. Hipertensi menjadi pembunuh tersembunyi yang
penyebab awalnya sering tidak diketahui. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan yang besar dan cukup serius serta cenderung meningkat di masa
yang akan datang. Hal ni disebabkan karena meningkatnya arus globalisasi di
segala bidang dengan pengembangan teknologi dan industri telah banyak
membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. (Dewi, 2013).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada kelompok orang dewasa adalah 6-
15% yang merupakan bagian dari proses degeneratif. Terdapat 50% penderita
hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Data dari
Depkes pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi terjadinya hipertensi di
Indonesia mencapai 21% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 42% pada
tahun 2025. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
Kementerian Kesehatan RI, prevalensi hipertensi di Jawa Tengah mencapai
26,4%.
Data kasus hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi pada tahun 2015 sebesar 40.254
kasus. Salah satu daerah di kabupaten Banyumas yang memiliki angka kejadian
hipertensi adalah wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, dengan angka
kejadian 482 kasus pada periode Juli hingga Oktober 2017. Hipertensi
merupakan penyakit yang masuk dalam kategori 10 besar diagnosis penyakit
rawat jalan di Puskesmas 1 Baturraden sepanjang tahun 2017. Sejak bulan
1
Februari 2017, hipertensi mendominasi pada peringkat 4 besar penyakit
terbanyak di Puskesmas 1 Baturraden.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi dibedakan
menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol.
Faktor yang dapat dikontrol beberapa diantaranya gaya hidup, merokok, pola
makan, aktivitas fisik, stres dan kualitas tidur. Sedangkan faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti riwayat penyakit keluarga, umur dan jenis kelamin
(Andrea, 2013). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga pada
semua umur di Indonesia, yakni mencapai 6,8% setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5%) (Depkes sRI, 2010). Oleh karena itu, perlu adanya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan yang adekuat untuk penderita
hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor risiko hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di
wilayah Puskesmas 1 Baturraden
b. Menyusun rencana penyelesaian masalah hipertensi dalam
masyarakat secara komprehensif
c. Melakukan penatalaksanaan masalah hipertensi dalam masyarakat
d. Menentukan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.
e. Mencari alternatif pemecahan masalah hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.
2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah penyakit
hipertensi, terutama faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya
penyakit hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit hipertensi,
faktor risiko dan cara untuk mencegah penyakit tersebut sehingga
diharapkan dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi
komplikasi hipertensi.
b. Manfaat bagi puskesmas
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas yang
berkaitan dengan masalah hipertensi seperti promosi kesehatan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan
kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas.s
3
II. GAMBARAN UMUM
4
Sedangkan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 29.413 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 14.858 jiwa dan perempuan 14.555 jiwa yang tergabung dalam
6.584 rumah dan 8.760 Kepala Keluarga (KK). Laju pertumbuhan penduduk
tahun 2015 2016 1691 sebanyak 1,05 %.
2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di Puskesmas I Baturraden Tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Kepadatan penduduk tahun 2016
meningkat 0,2 jiwa/km dibandingkan dengan tahun 2015.
5
yaitu 3588 jiwa atau 11%. Maka penduduk dalam Wilayah Puskesmas
I Baturraden tergolong pada usia non produktif. Sedangkan jumlah penduduk
berumur 55-59 tahun yang terndah yaitu sebesar 1521 jiwa atau 4 %.
3. Kepadatan Penduduk
Penduduk di Wilayah Puskesmas I Baturraden untuk tahun 2016
belum menyeluruh secara merata, pada umumnya penduduk banyak
menumpuk, rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Puskesmas I Baturraden
sebesar 2,3 Jiwa /Km. Desa terpadat di wilayah Puskesmas I Baturraden
yaitu Desa Purwosari dengan tingkat kepadatan 3,96 Jiwa / Km. Sedangkan
desa dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Desa Kebumen dengan
tingkat kepadatan 1,09 Jiwa/Km.
1. Tingkat Pendidikan
Dari hasil Statistik desa tahun 2016 jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan usia 10 tahun keatas yang melek huruf laki laki 13.500
orang perempuan 12.957 orang. Berikut disajikan diagram jumlah
penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan di wilayah
Puskesmas I Baturraden.
6
2. Mata pencaharian penduduk
7
III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
8
2. Angka Kematian
a. Angka Kematian Bayi
Jumlah bayi yang lahir hidup di wilayah Puskesmas I Baturaden per
2016 lalu yakni sebesar 862, sementara jumlah bayi mati sebesar 8 bayi.
b. Angka Kematian Ibu Melahirkan / Maternal
Pada tahun 2016, tidak didapatkan kematian ibu melahirkan /
maternal di wilayah Puskesmas I Baturaden.
3. Status Gizi
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Jumlah bayi yang lahir hidup dan ditimbang di wilayah Puskesmas I
Batuaden pada tahun 2016 sebanyak 431 dan ditemukan bayi lahir hidup
dengan Berat Badan Lahir Rendah sebanyak 18 bayi.
b. Status Gizi Balita
Per Tahun 2016, jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas
I Baturaden sebanyak 2.192 balita dengan perincian sebagai berikut:
1) Balita Datang Ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas I Baturaden pada tahun 2016, balita yang
datang ditimbang adalah sebanyak 1.790 orang atau sebesar 81,7%.
2) Balita Bawah Garis Merah/BGM
Di wilayah Puskesmas I Baturaden per 2016, balita yang status
gizinya di bawah garis merah adalah sebanyak 14 balita atau sebesar
0,8 %.
B. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada Peran Serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di
masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,
balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
1. Desa yang Melaksanakan PHBS
Dari jumlah 2.734 rumah tangga (meliputi Kecamatan Kutosari,
Kecamatan Pamijen, dan Kecamatan Ketenger), rumah tangga yang dipantau
9
pada tahun 2016 sebanyak 1.940 dan rumah tangga yang melakukan PHBS
sebanyak 1.940 (100,0%).
2. Posyandu
Di wilayah Puskesmas I Baturaden terdapat 31 buah posyandu. Adapun
menurut tingkat perkembangan posyandu dapat dirinci sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama
Tidak ada.
b. Posyandu Madya
Tidak ada.
c. Posyandu Purnama
Dari 31 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Baturaden terdapat 16
Posyandu Purnama atau sebesar 51,61%.
d. Posyandu Mandiri
Dari 31 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Baturaden
terdapat 15 Posyandu Mandiri atau sebesar 48,39 %.
D. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat kesehatan
di samping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator penting
yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Rumah
Dari jumlah 2.734 rumah tangga (meliputi Kecamatan Kutosari,
Kecamatan Pamijen, dan Kecamatan Ketenger), rumah tangga yang dipantau
pada tahun 2016 sebanyak 1.940 dan rumah tangga yang melakukan PHBS
sebanyak 1.940 (100,0%).
10
2. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Jumlah TPM dibina dan diuiji petik sebanyak 28 buah, terdiri atas:
a. Jasa boga : 14
b. Restoran :2
c. Depot air minum : 12
d. Makanan jajan :0
3. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pada tahun 2016 Prosentase Tempat Tempat Umum institusi yang
terdiri dari Sarana Kesehatan , sarana pendidikan, saranan ibadah, dan
perkantoran dan Hotel di wilayah Puskesmas I Baturraden sebanyak 25 buah,
yang memenuhi syarat 25 (100 %).
4. Akses air bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat kesehatan
dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat menimbulkan penyakit
di lingkungan masyarakat. Dari 31.104 penduduk yang ada di wilayah
Puskesmas 1 Baturraden jumlah keluarga yang memiliki terdiri dari ledeng,
SPT, SGL, mata air, PAH, Perpipaan (PDAM BP SPAM) jumlah penduduk
yang ada 31104 Jiwa, Sumur Gali sebanyak 2.395 penduduk pengguna
12.645 jiwa,memenuhi syarat 2.305 SGL jumlah penduduk penggunan
sebanyak 11.520 jiwa, sumur Gali dengan Pompa 1114 pengguna 4.767 jiwa,
Memenuhi syarat 1060 pengguna 5.589 jiwa. Mata air terlindung 11 jumlah
penduduk pengguna 1.524 jiwa,yang memenuhi syarat 9 jumlah
penduduk pengguna 2.454 jiwa. Perpipaan (PDAM,BPSPAM) jumlah sarana
820,penduduk pengguna 3.645 Jiwa,memenuhi syarat 677 jumlah penduduk
pengguna 4.601 jiwa. Penduduk dengan Akses berkelanjutan terhadap
air minum layak, jumlah 24.164 jiwa (77,69) gambaran sarana sanitasi
dasar yang ada di Puskesmas I Baturraden.
E. Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Pelayanan Persalinan
11
Pertolongan persalinan di Puskesmas I Baturraden tahun 2016
sebesar 432 atau 98 %. Target standar pelayan minimal untuk pertolongan
pesalinan tahun 2016 sebesar 90 %. Dengan demikian cakupan persalinan
nakes Puskesmas I Baturraden tahun 2016 sudah memenuhi standar
pelayanan minimal.
b. Pelayanan Ibu Nifas
Persalinan pada ibu nifas di Puskesmas I Baturraden tahun 2016
sebesar 98 % dan bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2015 maka
sudah tercapai yaitu sebesar 90 %.
c. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe tahun 2016 sebanyak 486 atau
105, 2% (Fe1 30 Tablet), sedang Fe3 (90 tablet) sebanyak 444 atau 96,1%.
Pemberian Tablet Fe pada ibu hamil di Puskesmas I Baturraden bila
dibandingkan dengan SPM maka telah mencapai target adalah 90%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Peserta KB Baru
Peserta KB baru atau peserta usia subur (PUS) tahun 2016
5.079 menjadi KB baru 716 atau 14,1%.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB Aktif Puskesmas I Baturraden sebesar 4033 atau sebesar
79,4%. Cakupan KB aktif ini menunjukan tingkat pemanfaatan
kontrasepsi di antara pasangan usia Subur.
3. Pelayanan Imunisasi
a. Persentase Desa yang Mencapai UCI
Pada tahun 2016 wilayah Puskesmas 1 Baturraden pencapaian Desa
UCI adalah 100% secara keseluruhan.
b. Cakupan Imunisasi Bayi
1) BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani sebanyak 425 atau
101,67%.
2) DPT l dan DPT 3
12
Bayi yang di imunisasi DPT 1 dan DPT 3 pada tahun 2016
sebanyak 432 atau 102 %.
3) Polio 4
Bayi yang di imunisasi Polio 4 di wilayah Puskesmas 1 Baturraden
pada tahun 2016 sebanyak 425 atau 100,7%.
4) Campak
Bayi yang di imunisasi campak di wilayah Puskesmas 1
Baturraden pada tahun 2016 seebanyaj 420 atau 99,5 %.
c. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
1) Jumlah Peserta KB Aktif
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Baturraden peserta KB
IUD sebanyak 4.033 orang atau sebesar 79,4 %.
F. Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
Jumlah saran pelayanan kesehatan berupa puskesmas, puskesmas
keliling, puskesmas desa (POSJEDES) di wilayah puskesmas I
Baturaden sebanyak 12 buah, dengan perincian sebagai berikut :
a. Puskesmas dengan labkes :1 buah
b. Puskesling :3 buah
c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) :8 buah
Dari jumlah 12 buah tersebut melaksanakan kegiatan pengobatan pada
setiap hari kerja.
13
Jumlah 1 3 8
G. Tenaga Kesehatan
1. Tenaga Medis
Tenaga medis tahun 2016 yang ada pada Puskesmas I Baturraden
sebanyak 2 orang rasio (dokter umum) 6.799 per 100.000 penduduk., dokter
gigi orang 3,22 per 100.000 penduduk. Adapun jumlah tenaga paramedis
(Bidan) 12 orang rasio sebesar 38,58 per 100.000 penduduk perawat 4 orang
rasio 12,86 per 100.000 penduduk.
2. Tenaga perawat dan bidan
Pada tahun 2016 tenaga perawat dan bidan yang ada di puskesmas I
Baturraden sebanyak 16 orang, Rasio tenaga perawat 4 orang rasio sebesar
12,86 per 100.000 penduduk dan bidan terhadap penduduk sebesar 38,58
per 100.000 penduduk sedangkan penyebaran tenaga bidan adalah
sebagai berikut :
a. Bidan Desa 8 orang
b. Bidan dan Perawat Puskesmas 8 orang
3. Tenaga Farmasi
Jumlah tenaga farmasi pada Puskesmas I Baturraden pada tahun 2016
ada 1 orang tenaga farmasi.
4. Tenaga Gizi
Tenaga gizi pada Puskesmas I Baturraden tahun 2016 ada tenaga gizi
satu orang.
5. Tenaga Teknis Medis
14
Tahun 2016 teknis medis pada Puskesmas I Baturraden ada
tenaga teknis medis yaitu laboran.
6. Tenaga Sanitarian
Pada tahun 2016 jumlah tenaga sanitarin pada puskesmas I
Baturraden sebanyak 1 orang. Rasio tenaga sanitasi terhadap penduduk 3,5
per 100.000 penduduk.
7. Tenaga kesehatan Masyarakat
Tenaga kesehatan masyarakat tahun 2016 Puskesmas I Baturraden 1
orang tenaga kesmas, ratio tenaga kesehatan Masyarakat 3,4 per 100.000
penduduk.
Tabel 3.1 Tenaga Kesehatan Di Puskesmas I Baturraden Tahun 2016
Ratio per Target IIS per
No Jenis Tenaga Jumlah 100.000 100.000
Penduduk Penduduk
1 Dokter Umum 2 6,9 40
2 Dokter Gigi 1 3,6 11
3 Farmasi 1 3 10
4 Bidan 12 38,58 100
5 Perawat 3 12,86 117,5
6 Ahli Gizi 3 4 22
7 Sanitasi 1 3,5 40
Kes.
8 1 3,5 40
Masyarakat
15
b. Posyandu Madya
Tahun 2016 jumlah posyandu dengan strata madya tidak ada.
c. Posyandu Purnama
Dari 31 posyandu di puskemas 1 Baturraden. Jumlah posyandu purnama
sebesar 16 posyandu atau sebesar 51,6 %.
d. Posyandu Mandiri
Jumlah posyandu mandiri sebanyak 2 posyandu atau sebasar 48,8 % dari
posyandu yang ada.
16
IV. ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Pada tahun 2016 bumil risti 158 orang dari jumlah tersebut yang ditangani
/ mendapat pelayanan juga sebanyak 158 orang atau 100%. Pada tahun
2016 neonatal / risti ditangani sebanyak 42, dari jumlah tersebut yang
ditangani / mendapat pelayanan 100%.
17
2. Pelayanan Imunisasi
3. Pelayanan Gizi
Jumlah seluruh balita laki laki 487 balita, sedangkan perempuan 455 balita
(S) = 942 balita.
Jumlah balita yang ditimbang laki-laki 412 balita atau 84,5%, perempuan
392 balita atau 86,15 % (D) = 804 balita atau 85.3% BGM, Laki-laki 4 atau
1,0% sedangkan perempuan 10 atau 2,6 % jumlah BGM; 14 balita atau
1,7%.
18
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Baturraden I, jumlah balita
yang ada pada tahun 2016 adalah 1955 balita, laki laki sebanyak 993, balita
perempuan 962. Balita yang mendapat kapsul vitamin A 2 kali laki laki 1955
anak atau 100%, standar pelayanan minimal untuk balita mendapat kapsul
vitamin A 2 kali disbanding SPM sudah tercapai.
B. Perumusan Masalah
1. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Tempat
19
b. Ruang Lingkup Waktu
2. Metode Pengumpulan
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dimana melakukan
pengamatan atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
a. Populasi
b. Sampel
4. Variabel
C. Prioritas Masalah
Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan apa yang
dicapai, oleh karena itu seringkali menimbulkan sebuah perasaan tidak puas.
Dalam penetapan masalah sebuah masalah diperlukan tiga syarat yang harus
dipenuhi, antara lain: adanya kesenjangan, adanya rasa tidak puas, adanya rasa
tanggung jawab untuk menanggulangi masalah. Berikut adalah sepuluh
20
permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas 1 Baturraden berdasarkan data
sekunder Puskesmas 1 Baturraden bulan Oktober 2017.
21
Tabel 4.2 Indikator Penilaian Kriteria A
Besarnya Masalah Skor
25 % 10
10 -24,9 % 8
1 9,9 % 6
0,1 0,9 % 4
< 0,1 % 2
b. Kriteria B
a. Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian), terdiri dari:
Tidak gawat
Kurang gawat
Cukup gawat
Gawat
b. Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian), terdiri dari:
Tidak urgen
Kurang urgen
Cukup urgen
Urgen
Sangat urgen
c. Biaya (biaya penanggulangan), terdiri dari:
Sangat murah
Murah
Cukup mahal
Mahal
Sangat mahal
22
Tabel 4.4 Indikator Penilaian Kriteria B
Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2
23
Tabel 4.6. Indikator Penilaian Kriteria C
d. Kriteria D
Kriteria PEARL berisi penilaian terhadap lima aspek, yaitu:
Propriety: kesesuaian program dengan masalah
Economic: besar manfaat secara ekonomi
Acceptability: bisa diterima masyarakat
Resources: ketersediaan sumber daya untuk menyelesaikan masalah
Legality: ada atau tidaknya pertentangan dengan hukum
Berikut adalah kriteria PEARL untuk sepuluh penyakit terbanyak di
Puskesmas I Sokaraja.
24
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapatkan, nilai tersebut
dihitung menggunakan formula sebagai berikut.
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B) x C
Nilai Prioritas Total (NPT) = [(A+B) x C] x D
25
Dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bias terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang dengan usia 35 tahun atau lebih. Wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bias memicu terjadi
hipertensi (Gunawan, 2001).
Bila ditinjau perbandingan antara pria dan wanita, ternyata didapatkan
angka yang cukup bervariasi. Jawa tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%
untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatra Barat 18,6% pria
dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah Jakarta didapatkan 14,6% untuk
pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006)
Pada grafik didapatkan hasil 20% untuk kategori yang tidak berisiko
terhadap hipertensi dan 80% untuk usia dengan risiko hipertensi
90%
80%
80%
70%
60% Perempuan <45
50% tahun/Laki-laki <60
tahun
40%
Perempuan >45
30% tahun/Laki-laki > 60
tahun
20%
20%
10%
0%
Usia
26
yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma
yang rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik
selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka
risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam
bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah(Theodosa,
2000).
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air (Theodosa, 2000).
Menurut Alison Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya
hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat
diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan
epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada
populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai
kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari (Hull-Alison,
1996)
Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah
sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang
setara (Sheps, 2005). Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi.
Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami
tekanan darah tinggi (hipertensi). Ada dugaan bahwa meningkatnya berat
27
badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7
mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi
orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
terjadinya hipertensi (Khomsan-Ali, 2003).
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih (Nurkhalida, 2003).
Pada grafik didapatkan 50% penderita hipertensi memiliki IMT
Normal, 27,5% mengalami overweight, 25% mengalami Obestitas I, dan
2,5% mengalami Obesitas II
60%
50%
50%
40%
Normal
30% Overweight
27.50% Obesitas I
20% 25%
Obesitas II
10%
2.50%
0%
BMI
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pengunaan faslitas pelayanan kesehatan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan oleh
petugas/ tenaga ataupun bentuk kegiatan-kegiatan lain dari pemanfaatan
pelayanan kesehatan tersebut. Syarat pokok suatu pelayanan kesehatan dapat
dikatakan baik menurut Azwar (1996) haruslah :
a. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous).
b. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate).
28
c. Mudah dicapai (accessible).
d. Mudah dijangkau (affordable).
e. Bermutu (quality)
29
poin di atas mendapatkan nilai 1 akan dijumlah nantinya. Semakin tinggi
poin, semakin baik layanan kesehatan terhadap suatu individu
70%
60%
63%
50%
0
40% 1
30% 2
27.50% 3
20%
4
10%
0% 2.50% 7.50%
0%
Faskes
30
70%
60%
57.50%
50%
Tidak Ada
40% Ayah/Ibu
Ayah dan Ibu
30%
Ayah, Ibu, Kakek/Nenek
20% 25%
Ayah, Ibu, Kakek, Nenek
10%
12.50%
0% 5%
0%
Riwayat HT Keluarga
5. Kualitas Tidur
Kualitas tidur seseorang dapat memengaruhi tekanan darahnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Loredo pada tahun 2004 pada orang yang
tertidur lebih dalam dan tidak terputus menunjukkan kecenderungan
penurunan tekanan darah pada subyek normal. Pada survei yang dilakukan
kelompok ini, terdapat 35% responden yang memiliki kualitas tidur yang
buruk dan sangat buruk.
70.00%
60.00%
57.50%
50.00%
Sangat Baik
40.00%
Baik
30.00% Buruk
27.50% Sangat Buruk
20.00%
10.00%
7.50% 7.50%
0.00%
Kualitas Tidur
31
6. Merokok
Didapatkan hasil bahwa penderita hipertensi yang tidak merokok
sebanyak 11 responden (27,5%), yang perokok pasif sebanyak 21 responden
(52,5%), dan yang 8 responden (20%) merupakan perokok aktif. Adapun 3
responden (7,5%) yaitu perokok aktif ringan, 1 responden (2,5%) yaitu
perokok aktif sedang, dan 4 responden (10%) yaitu perokok aktif berat.
Menurut Ahmad (2011), unsur yang terkandung dalam rokok seperti nikotin
akan merangsang pelepasan katekolamin yang bisa memacu organ jantung
untuk bekerja lebih keras sehingga tekanan darah dalam tubuh akan
meningkat. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Oleh karena itu, jika kebiasaan ini terus dilanjutkan ketika
seseorang menderita tekanan darah tinggi, hal tersebut merupakan kombinasi
yang sangat berbahaya.
Data statistik menunjukkan rokok telah membunuh lebih dari 19.000
orang setiap tahun. Pada orang yang merokok secara terus-menerus,
kemungkinan terjadinya serangan jantung enam kali lebih besar
dibandingkan orang yang tidak merokok (Wolff, 2006).Menurut Ahmad
(2011) perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai berat. Perokok
ringan jika merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang
menghisap 10-20 batang, dan perokok berat jika lebih dari 20 batang per hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggraini et al. (2009) di
Puskesmas Bangkinang Kabupaten Kampar dengan desain cases control,
hasil ini dianalisis dengan uji korelasi Spearmans rho, dengan nilai korelasi
sedang dengan p value = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik Puskesmas Bangkinang.
Nilai PAR yang diperoleh sebesar 0,50 yang artinya sekitar 50% kejadian
hipertensi dapat dicegah dengan menghilangkan faktor resiko kebiasaan
merokok.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti
berpendapat bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
32
hipertensi, kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi.
60.00%
7. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Muliyati (2011), menunjukan
adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah. Kurangnya
aktivitas fisik dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung, sehingga
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah yang pada
akhirnya mengakibatkan naiknya tekanan darah (Anggara dan Prayitno,
2012). Begitu pula sebaliknya, latihan fisik dalam jangka waktu yang lama
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada pasien hipertensi
(Carpio-Rivera et al, 2015). Survey yang dilakukan pada 40 responden
penderita hipertensi primer di Puskesmas I Baturraden menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien hipertensi melakukan aktivitas fisik yang rendah, yaitu
sebanyak 47,50% pasien, sedangkan 37,50% melakukan aktivitas fisik
sedang, dan 15% pasien melakukan aktivitas fisik yang tinggi.
33
50%
45% 47.50%
40%
35% 37.50%
30%
Aktifitas Tinggi
25%
Aktivitas Sedang
20%
Aktivitas Rendah
15%
15%
10%
5%
0%
Aktivitas Fisik
8. Makanan
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan oleh
WHO adalah tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basuki pada tahun 2001 di pedesaan
Sukabumi ditemukan juga bahwa tingginya prevalensi hipertensi di daerah
tersebut disebabkan oleh seringnya masyarakat mengkonsumsi makanan
asin atau konsumsi garam yang berlebih. Selain itu, konsumsi makanan
berlemak juga dapat meningkatkan terjadinya suatu hipertensi karena dapat
mengganggu metabolisme tubuh dan dapat terbentuk plak pada pembuluh
darah, sehingga akan meningkatkan resistensi perifer pembuluh darah yang
nantinya akan meningkatkan tekanan darah (Basuki, 2007).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puddey pada
tahun 2006 dimana pada penelitian ini disebutkan risiko jangka panjang
terjangkit hipertensi meningkat dengan konsumsi alkohol.
Berdasarkan survey kepada responden, Didapatkan hasil dari 40
responden hipertensi bahwa sebanyak 5 responden (12,5%) tidak menyukai
konsumsi makanan yang asin dan berlemak, 17 responden (42,5%)
menyukai konsumsi makanan yang asin saja atau berlemak saja, contohnya
jeroan. Sedangkan, 18 responden sisanya (45%) menyukai konsumsi
makanan yang asin dan berlemak.
34
50.00%
45.00%
45%
40.00% 42.50%
35.00%
30.00%
Tidak
25.00%
Asin/Lemak
20.00%
Asin dan Lemak
15.00%
10.00% 12.50%
5.00%
0.00%
Makanan
35
V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
A. Nama Kegiatan
C. Tujuan
36
3. Merencanakan dan menginisiasi program berbasis kesehatan
masyarakat yang tepat guna dan berkelanjutan.
D. Sasaran
1. Kader Pos Bina Terpadu Puskesmas Baturraden I Desa Kutosari, Desa
Purwosari, Desa Kebumen, Desa Pamijen, dan Desa Karangtengah
2. Tenaga Kesehatan Puskesmas Baturraden I
E. Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
2. Tempat Pelaksanaan
F. Pokok Kegiatan
Program ini dijalankan pada kelima desa, yaitu desa Kutosari, Desa
Purwosari, Desa Kebumen, Desa Pamijen dan Desa Karangtengah.
Pelaksanaan akan dilakukan di Puskesmas Baturaden I. Pertemuan awal
akan diadakan lima kali oleh tenaga kesehatan, pertemuan dilakukan
setiap seminggu sekali. Setelah menerima pelatihan pengecekan tekanan
darah dan wawasan tentang tekanan darah tinggi, tiap bulannya akan
37
diadakan Posbindu rutin di masing-masing desa. Di Posbindu ini, warga
dapat mengecek tekanan darah secara rutin dengan kader kesehatan desa
setempat. Edukasi pun dapat dilakukan oleh kader. Di setiap bulan,
terdapat monitoring hasil kerja kader serta di akhir program, akan ada
evaluasi akhir tahun sehingga kader kesehatan dapat mengungkapkan
kendala yang dihadapi dalam program selama satu tahun.
2. Laptop
4. Kursi
5. Ruangan Aula
8. Tensi jarum
38
penilaian yang sistematis dari tindakan yang telah dikerjakan dalam
rangka meningkatkan perencanaan atau pelaksanaan kegiatan saat ini dan
masa yang akan datang. Semua hal tersebut diukur berdasarkan pada
indikator keberhasilan. Monitoring adalah penilaian yang sistematis dan
berkesinambungan terhadap kemajuan dari suatu kegiatan dari waktu ke
waktu.
39
Diharapkan kader selalu terjun di dalam setiap kegiatan warga
dan memanfaatkan momentum yang ada untuk melakukan edukasi
bagi warga terkait hipertensi. Kegiatan warga yang dimaksud antara
lain kegiatan PKK, senam, dan sebagainya.
40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan problem solving in community di Puskesmas 1
Baturraden adalah sebagai berikut.
1. Masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja adalah ISPA, hipertensi primer, DM tipe 2,
dispepsia, dan myalgia. Masalah yang menjadi prioritas setelah
dihitung menggunakan metode Hanlon adalah Hipertensi.
2. Rencana penyelesaian masalah Hipertensi adalah pelaksanaan
kegiatan pelatihan kader Baturraden Tanpa Hipertensi.
3. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas 1 Baturraden, Banyumas khususnya di Desa
Pamijen, Desa Kutosari, Desa Kebumen, Desa Karangtengah, dan
Desa Purwosari adalah usia, kurang aktivitas, faktor keturunan, rokok,
stress, kualitas tidur, obesitas, dan pelayanan kesehatan. Perilaku
responden yang sulit untuk tidak mengkonsumsi makanan rendah
garam dan makanan berlemak merupakan faktor utama penyebab
kejadian hipertensi primer tersebut.
4. Alternatif pemecahan masalah Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
1 Baturraden, Banyumas antara lain:
a. Penyuluhan tentang hipertensi
b. Melaksanakan senam hipertensi yang rutin
c. Pengadaan pelatihan kader
B. Saran
Sebaiknya dilakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai
pencegahan terjadinya penyakit Hipertensi dan skrining tekanan darah
tinggi warga agar dapat mencegah peningkatan angka kejadian penyakit
Hipertensi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nabyluro R.2011. Cara Mudah Mencegah, Mengobati Asam Urat dan
Hipertensi. Cetakan Pertama. Jakarta: Dinamika Media.
Andrea, C.T., Al-Ansary, L. A., Yaser, A., Ghada, B., Laure, P., Mohammed, A.,
et al. 2013. A Systematic Review of Recent Clinical Practice Guidelines on
the Diagnosis. Assessment and Management of Hypertension. PLoS ONE.
Vol. 8(1): 53744.
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Basuki B., Setianto. 2007. Age, body posture, daily working load past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med
J Indon. Vol.10, no.1, pp.29-33.
42
Puddey IB, Beilin LJ. 2006. Alcohol is bad for bloodpressure.
ClinExpPharmacolPhysi ol. Vol. 33, pp. 847-52.
Rule AD, Fridley BL, Hunt SC, Asmann Y, Boerwinkle E, Pankow JS. 2009.
Genome-wide Linkage Analysis for Uric Acid in Families Enriched for
Hypertension. Nephrol Dial Transplant. Medline. Vol 24(8):2414-20
Sheps, Sheldon G. 2005. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari
Mediatama.
Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, Willem H Birkenhager,
Essential Hyppertension. The Lancet, 2003; 1629-1635
Syahrini, EN., Susanto, HS., Udiyono, A. 2012. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 1 (2): 315-325.
Teodosha S., Gilliard, Lackland., Brent, Egan., Robert, Woolson. 2000. Effect of
Total Obesity and Abdominal Obesity on Hipertension. Medical University
of Saouth caroline.
43