You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

I. Maksud Dan Tujuan


I.1. Maksud

Maksud dari diadakannya fieldtrip ini yaitu agar praktikan mampu mempelajari dan
mempraktikkan survei bawah permukaan dengan metode geofisika eksplorasi mikrotremor
di lapangan,

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari fieldtrip ini yaitu:

1. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan yang digunakan dalam melakukan


survei bawah permukaan dengan metode mikrotremor dan kegunaan setiap
bagian dari peralatan tersebut
2. Mahasiswa dapat melakukan survei bawah permukaan dengan metode
mikrotremor

II. Alat dan Kegunaan


Nomor Alat Kegunaan
1. Accu sebagai sumber energi (12 volt)
2. Console sebagai controller dari geophone ke laptop
3. Flashdisk sebagai media penyimpanan file
4. Geophone sebagai alat penerima getaran
5. GPS untuk mengetahui koordinat lokasi di lapangan
6. Kompas sebagai pengganti busur dalam menentukan lokasi geophone
7. Laptop sebagai media pemroses peranti lunak doremi
8. Meteran untuk mengukur jarak antar geophone
Software
9. untuk memroses data dari geophone
doremi
untuk menaikkan voltase dari accu yang 12 volt menjadi 16 volt
10. Step up
ketika didistribusikan ke alat
11. Wireline Sebagai media penghubung geophone console.
Dasar teori suw

Mikrotremor merupakan vibrasi periode pendek yang berasal dari efek pantai,
pembebanan atmosferik, interaksi angin dengan vegetasi, serta sumber buatan lainnya.
Mikrotremor mempunyai periode secara umum antara 0,05 - 2 detik dan frekuensi yang lebih tinggi
dari frekuensi gempa bumi. Gelombang mikrotremor dapat dipakai untuk mengetahui jenis tanah (top
soil) berdasarkan tingkat kekerasannya. Semakin kecil nilai periode natural tanah maka tingkat
kekerasan tanah akan semakin besar, begitu pula sebaliknya apabila nilai periode natural tanah
semakin besar maka tanah tersebut semakin lunak.

Survei mikrotremor dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pendekatan pertama menurut
Nogoshi dan Igarashi (1971) adalah perekaman dilakukan secara simultan pada dua atau lebih lokasi
dengan instrumen tunggal. Kemudian cara yang keduan yaitu pengukuran menurut Nakamura
(1989) mikrotremor yaitu melakukan pengukuran periode puncak (peak period) amplifikasi
dari rasio spektrum horisontal/vertikal (H/V) agar menghasilkan estimasi kondisi geologi suatu
tempat. Amplifikasi terjadi jika amplitudo rasio lebih besar dari satu. Nakamura (1989)
mengasumsikan bahwa 9 H/V merefleksikan tingkat amplifikasi dari tanah. Respon lokal suatu
tempat, dinyatakan dalam nilai H/V, merupakan fungsi dari frekuensi (Hz) dan dibangkitkan
dari spektrum amplitudo Fourier. Respon lokal pada daerah sedimen sangat berhubungan dengan
ketebalan sedimen dan kecepatan gelombang geser.

Nilai frekuensi natural dari pengolahan HVSR menyatakan frekuensi alami yang terdapat di
daerah tersebut. Batasan pengamatan frekuensi untuk mikrotremor secara umum antara 0,5-20 Hz
dan untuk mikrotremor frekuensi kecil bisa mencapai 0,2 Hz. Nilai frekuensi natural suatu daerah
dipengaruhi oleh ketebalan lapisan sedimen dan kecepatan rata-rata bawah permukaan (Nakamura,
2000).

/ 4
=
4

fo = nilai frekuensi natural,

Vs = gelombang geser,

h = kedalaman.

Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi akibat adanya perbedaan
densitas yang signifikan antar lapisan. Dengan kata lain gelombang seismik akan mengalami
perbesaran amplitude apabila merambat pada suatu medium ke medium lain yang lebih keras
dibandingkan dengan medium awal yang dilaluinya. Konsep dasar amplifikasi gelombang seismik
(Nakamura, 1989) Amplifikasi gelombang seismik dapat terjadi ketika gelombang merambat ke
permukaan tanah sedangkan frekuensi natural tanah memiliki nilai yang hampir sama dengan
frekuensi gempa. Fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada
di atas lapisan keras berkaitan dengan perbedaan densitas, kecepatan Vo dan V1. Frekuensi resonansi
banyak ditentukan oleh fisik dari lapisan sedimen yaitu ketebalan (h) dan kecepatan gelombang geser
(Vs) (Nakamura, 1989).

Menurut Towhata (2008), ada 4 penyebab amplifikasi gelombang seismik pada suatu daerah adalah:

Adanya lapisan sedimen yang terlalu tebal di atas lapisan keras,


Frekuensi natural tanah (fo) yang rendah,
Frekuensi natural gempa dengan geologi setempat hampir sama,
Gelombang gempa terjebak di dalam lapisan sedimen dalam waktu yang lama.

o Vo / 1 V1
=
o Vo / 1 V1

1 = densitas batuan dasar (kg/m3 ),

v1= kecepatan rambat gelombang di batuan dasar (m/s),

o = densitas batuan sedimen (kg/m3 ),

vo = kecepatan rambat gelombang di batuan sedimen (m/s).

Menurut Nakamura (2000), nilai amplifikasi tanah berkaitan dengan perbandingan kontras
densitas lapisan permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila perbandingan kontras densitas kedua
lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Amplifikasi juga
berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral horizontal dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi
bisa bertambah apabila suatu batuan telah mengalami deformasi yang mengubah sifat fisik batuan.
Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi pada tubuh
batuan tersebut (Marjiyono, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut, maka amplifikasi dapat
dituliskan sebagai suatu fungsi perbandingan nilai kontras densitas,

Amplifikasi merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengestimasi efek lokal yang
diakibatkan oleh gempa bumi adalah hubungan antara frekuensi natural suatu bangunan dengan
frekuensi natural lapisan tanah di bawahnya. Sehingga dapat diketahui nilai resonansi bangunan yang
nantinya bisa diperkirakan tingkat kerentanannya terhadap gelombang seismik.

You might also like