You are on page 1of 10

PERENCANAAN STRUKTUR LEG PADA JACK UP PLATFORM

Windy Kurniawan
Departemen Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto SH, Tembalang
Semarang 50275
Email: windykurniawan001@gmail.com

ABSTRAK
Laut jawa dan blok natuna adalah salah satu eksplorasi offshore minyak bumi di
Indonesia. Laut jawa termasuk laut dangkal. Kedalaman eksplorasi minyak bumi di
laut jawa berkisar kurang dari 200 meter. Struktur bangunan lepas pantai yang
sangat cocok adalah jenis jack up platform. Jenis ini dipakai pada perairan dangkal
dan memiliki ombak laut yang tidak terlalu tinggi. Struktur dari bangunan ini tidak
menetap dan mudah saat selesai eksplorasi. Jack up platform ditopang oleh struktur
kaki/leg. Bangunan jenis ini tidak dapat beroperasi sendiri, karena tidak mempunyai
propeler sendiri. Bangunan jenis ini biasanya dibantu oleh tug boat untuk berpindah
ke tempat eksplorasi yang lain Platform ini dapat mengapung dan mempunyai tiga,
empat atau lebih kaki yang dapat dinaik-turunkan. Untuk dapat dioperasikan,
semua kaki nya harus di turunkan sampai menginjak dasar laut. Struktur leg
didesain berbentuk truss yang dapat menopang pengoperasian dari eksplorasi
minyak bumi. Leg sendiri selain mampu menahan berat sendiri dan beban yang
bekerja juga harus mampu menahan beban lateral yang disebabkan oleh ombak dan
badai yang terjadi. Tipe Truss dari leg tersebut biasanya berbentuk silinder yang di
sambungan nya dalam bentuk las. Pada dasar leg dipasang spud cans agar platform
dapat berdiri. Spud cans berfungsi membagi beban agar dapar diterima oleh daya
dukung tanah tempat leg berdiri. Platform dari tipe jack up dapat runtuh akibat dari
fluidisasi tanah.
Kata kunci : leg, jack up, offshore, eksplorasi

1. PENDAHULUAN
Kandungan minyak dan gas bumi yang terkandung di perut bumi ternyata tidak hanya terdapat
di bawah daratan melainkan juga di bawah dasar laut. Dengan kemajuan teknologi dan
meningkatnya harga minyak mentah, pengeboran dan produksi di perairan yang lebih dalam
kini telah menjadi lebih layak dan ekonomis. Untuk mengambilnya tentu saja diperlukan suatu
peralatan (struktur) pendukung dengan teknologi yang maju yang dapat bertahan dari
ganasnya terjangan gelombang laut. Jack up platform adalah suatu struktur kompleks yang
digunakan sebagai bangunan lepas pantai dalam berbagai mode operasi. Jack up digunakan
dalam berbagai fungsi diantaranya yaitu sebagai eksplorasi pengeboran, produksi, akomodasi,
dan sebagai platform perawatan (maintenance platform). Seperti halnya dengan setiap
teknologi inovatif, jack up telah digunakan dengan keterbatasan operasional dan desainnya.
Keterbatasan ini meliputi batasan beban dek ketika mengapung, kemampuan membawa beban
ketika proses lifting, batasan pengeboran dan batasan tanah khusus nya pondasi.

Jack up sendiri memiliki kelebihan dibandingkan dengan anjungan terapung adalah dengan
kondisi terpancang, struktur jack-up memiliki sistem operasi yang lebih efisien tanpa banyak
waktu yang terbuang karena pengaruh lingkungan yang ada. Apabila dibandingkan dengan
anjungan terpancang, struktur jack-up dapat dengan mudah dipindahkan dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. Idealnya, jack-up harus tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim seperti
gempa maupun kondisi ekstrim lainnya. Beberapa dekade terakhir ini, banyak dilakukan
penelitian untuk mendapatkan sistem struktur dengan respon yang paling baik terhadap
gempa. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti :

Gambar 1 : Kegagalan Struktur pada Bangunan Lepas Pantai

Secara umum terdapat 2 jenis portal baja tahan gempa, yaitu Moment Resisting Frames (MRF)
dan Braced Frames (BF). Braced frames memiliki 2 jenis portal yaitu Concentrically Braced
Frames (CBF) dan Eccentrically Braced Frames (EBF). Sistem CBF dan EBF telah banyak
diterapkan di struktur darat, sedangkan pada bangunan lepas pantai hanya menerapkan sistem
CBF. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem EBF lebih baik dari sistem CBF karena
EBF dianggap mampu menggabungkan keunggulan dan menutupi kekurangan sistem CBF
dan MRF. EBF menghasilkan struktur dengan kekuatan yang tinggi respon inelastis yang
stabil terhadap beban siklik, daktilitas dan kapasitas disipasi energi yang baik sehingga
memiliki kinerja yang lebih baik dari CBF dan MRF (Bruneau, 1998).

Pada tahun 2006, Berman telah melakukan eksperimen terhadap tubular link. Dari hasil
analisis dan eksperimen yang dilakukan, tubular link lebih stabil terhadap lateral torsional dan
lebih daktail. Sistem EBF dengan tubular link sangat dimungkingkan untuk digunakan pada
struktur kaki bangunan lepas pantai seperti jacket dan jack-up. Penelitian Studi Perilaku
Struktur Jack-Up Platform system Eccentrically Braced Frames (EBF) dengan Tubular Link
Terhadap beban Gempa Dengan Analisa Pushover. Agar menghasilkan struktur jacket yang
lebih efisien dan tahan terhadap gempa

2. JACK UP PLATFORM
Rig jack up digunakan untuk pemboran di perairan darat yang dangkal dan tenang seperti di
danau, rawa, sungai, kanal dan laut yang tenang. Rig jack up ini berupa anjungan besar yang
mengapung yang harus di tarik dengan kapal tunda ke lokasi. Setelah rig jack up ditarik ke
lokasi, tiga atau empat kakinya diturunkan sampai menyentuh dasar laut, anjungannya terletak
di atas permukaan air. Sesuai untuk perairan dangkal.
Gambar 1 : bagian-bagian dari struktur jack up platform
Sumber : Diktat Kuliah Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Dr.Ir. Ricky Lukman
Tawekal

Bagian-bagian dari struktur bangunan lepas pantai seperti jack up platform terdiri dari :
Platform, Leg dan Spudcans

3. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR JACKUP PLATFORM


Langkah-langkah perencanaan struktur jack up platform meliputi desain kriteria, desain
konseptual, desain detail, dokumentasi dan pemeriksaan pihak ketiga. Berikut adalah bagan
uraian mengenai desain tersebut.
Sumber : Diktat Kuliah Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Dr.Ir. Ricky Lukman
Tawekal
Kriteria Desain
Setiap bangunan lepas pantai memiliki kriteria desain yang berbeda-beda sesuai dengan
kriteria yang ada pada suatu lokasi berdasarkan tinjauan terhadap kawasan dimana banguanan
ini yang akan dibangun. Ada beberapa kriteria desain yang memegang peranan penting dalam
pembuatan struktur antara lain :
1. Kedalaman Laut
2. Gelombang
3. Gempa
4. Kondisi Tanah
5. Angin
6. Arus
7. Marine Growth
8. Kapasitas desain dari deck
9. Peralatan yang akan dipasang pada deck

Analisa Awal Pembebanan


Pembebanan yang diperhitungkan dalam struktur ini ialah berat sendiri, beban top side weight
pada deck serta beban hidup yang diambil dari data yang ada sebagai beban gravitasi,
kemudian beban lingkungan, yaitu beban gelombang pada struktur di bagian bawah
permukaan air laut dan beban angin pada struktur di bagian atas permukaan air laut. Beban ini
didefenisikan sebagai beban statis, beban dinamis dan kelelahan (fatique). Tinjauan dari beban
statis ini meliputi tegangan statis yang bersifat lokal akibat beban lokal, lenturan yang terjadi
pada bagian struktur, pemusatan tegangan pada bagian struktur, pertimbangan keamanan
keseluruhan struktur (integrasi struktur) dan variasi kondisi pembebanan yang mungkin terjadi
dalam masa operasi. Tinjauan beban dinamis meliputi beban dinamis pada bagian-bagian
struktur, tegangan dan lenturan akibat beban dinamis. Tinjauan terhadap kelelahan struktur
(fatique) meliputi kemungkinan perubahan sifat material selama operasi, kemungkinan
kerusakan bagian-bagian kritis akibat kelelahan, kemungkinan retak akibat kelelahan dan
korosi.

Sifat beban yang bekerja pada jack up platform seperti functional load, enviromental load,
deformation load dan accidental load. Functional load merupakan beban hidup/bergerak dan
beban mati seperti beban peralatan eksplorasi yang bergerak, berat sendiri struktur serta gaya
kapal yang merapat. Enviromental load terdiri dari gelombang, arus, gempa dan angin

1. Arus
Untuk menentukan variasi kecepatan arus akibat pasang surut air laut diberikan persamaan
sebagai berikut :
1
= ()7
(1)

Dimana :
VT = Kecepatan arus akibat pasang surut dengan berbagai ukuran dari dasar laut (m/s)
VoT = Kecepatan arus akibat pasang surut yang terjadi di permukaan air laut (m/s)
Y = Berbagai ukuran ketinggian dari dasar laut (m)
h = Ketnggian normal air laut (m)
untuk menentukan variasi arus akibat gesekan angin terhadap air laut diberikan oleh
persamaan berikut :

= ()
(2)

Dimana :
VT = Kecepatan arus akibat angin dengan berbagai ukuran dari dasar laut (m/s)
VoT = Kecepatan arus akibat angin yang terjadi di permukaan air laut (m/s)
Y = Berbagai ukuran ketinggian dari dasar laut (m)
h = Ketnggian normal air laut (m)

2. Angin
1
= 2 (3)
2

Dimana :
F = Beban angin
= Densitas udara (t/m2)
= Kecepatan angin (mph)
CS = Shape Coefficient
A = Area yang terkena angin (m2)

3. Gempa
=
(4)
Dimana :
F = Gaya horizontal
CS = Shape Coefficient
W = Total berat sendiri struktur baik yang bergerak maupun tidak

4. Gelombang
Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan
angin, lamanya angin bertiup dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup (fetch). Gelombang
terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang dan periode gelombang. Prosedur yang
dikungan untuk menghitung gelombang adalah hindcasting. Berikut adalah persamaan
mengenai fetch :

=1 . 1
=
(5)
=1
Dimana :
Lfi = Panjang fetch ke-i
i = sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch

jumah pengukuran i untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran dalam wilayah
fetch ( 20o searah jarum jam dan 20o berlawanan arah jarum jam)
anjungan lepas pantai terdapat di laut dalam berdasarkan kriteria gelombang dengan
persamaan berikut ini :
1
>2 (6)

Data angin untuk peramalan gelombang terdapat koreksi faktor sebagai berikut koreksi
ketinggian, koreksi durasi, koreksi stabilitas, koreksi efek lokasi, koreksi ke wind factor
stress.

Orientasi dan lokasi platform


Jack up platform adalah anjungan lepas pantai yang bersifat semi terapung. Untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat berikutnya anjungan ini memerlukan kapal tunda untuk
menariknya. Penempatan dari jack up platform hanya sampai kedalaman operasi 5 m sampai
dengan 200 m. Sebelum melakukan penurunan kaki jack up dilakukan
pemeriksaan/penyelidikan jenis tanah tempat berpijaknya struktur anjungan ini. Kaki pada
jack up dilengkapi dengan roda gigi (gearbox) di setiap kaki.

Tipe struktur leg


Struktur yang biasanya digunakan untuk perencanaan leg pada jack-up platform bertipe
eccentrically braced frames (EBF). Tipe ini mempunyai kelebihan dengan tipe lainnya,
diantaranya sistem EBF memiliki kelebihan dari moment resisting frame (MRF) dalam hal
daktilitas dan disipasi energi (energy dissipation) serta kelebihan dari concetrically braced
frame (CBF) dalam hal kekakuan. Pada sistem EBF terdapat elemen penting yang
berpengaruh pada karakteristik EBF yang berupa elemen balok pendek yang disebut link. Link
merupakan elemen struktur yang direncanakan untuk berprilaku inelastik serta mampu untuk
berdeformasi plastis yang besar pada saat terjadi beban lateral (gempa). Bagian link ini
berfungsi menyerap energi pada saat terjadi beban lateral (gempa). Mekanisme leleh pada
elemen link terdiri dari 2 mekanisme leleh yaitu kelelehan geser dan kelelehan lentur,
tergantung panjang link (e) yang digunakan. Pada sistem struktur EBF, elemen struktur di luar
link direncanakan untuk berprilaku elastis sedangkan pada bagian link direncanakan untuk
dapat berdeformasi inelastis pada saat terjadinya beban lateral (gempa).

Gambar 2. Jenis-jenis Eccentrically Braced Frames (EBF)


Sumber : Jurnal Teknik Pomits, Intitut Teknologi Bandung

Konfigurasi split K-braced mempunyai keuntungan karena bentuknya yang simetris dan letak
link yang tidak langsung terhubung oleh kolom sehingga terhindar dari masalah full moment
connection pada kolom ( sendi plastis tidak terjadi di dekat kolom)

Kekuatan struktur EBF dipengaruhi oleh nilai perbandingan e/L nya. Kekuatan struktur EBF
meningkat seiiring dengan penurunan nilai e/L atau pemendekan elemen link hingga
mencapai kapasitas geser plastis dari link. Pada struktur EBF, link pendek (e/L kecil) memiliki
keunggulan dalam menyediakan kekakuan dan kekuatan struktur yang tinggi. Nilai e/L yang
kecil mengakibatkan kebutuhan rotasi link yang sangat besar. Link panjang (e/L besar)
menghasilkan kekuatan dan kekakuan yang rendah serta kebutuhan rotasi link yang lebih
kecil. Nilai e/L yang besar menghasilkan struktur EBF yang mendekati sifat struktur MRF,
sedangkan nilai e/L yang kecil menghasilkan struktur EBF yang mendekati sifat struktur CBF.

Link beam merupakan elemen balok pendek yang direncanakan mengalami kelelahan lebih
awal pada saat bekerjanya beban lateral pada struktur. Pada bagian link ini bekerja gaya geser
(shear) pada kedua ujung link dengan besar yang sama dan arah yang berlawanan. Gaya geser
yang bekerja tersebut mengakibatkan momen pada kedua ujung link dengan besar dan arah
yang sama. Mekanisme leleh yang terjadi pada elemen link ditentukan oleh gaya geser dan
lentur yang terjadi pada link. Apabila link mengalami leleh akibat gaya geser, maka link
tersebut berupa link geser, sedangkan apabila link mengalami leleh karena lentur, link tersebut
berupa link lentur. Hal ini dipengaruhi oleh panjang link.

Link beam bekerja sebagai sekring gempa yang bersifat daktail, menyerap energi gempa yang
masuk ke bangunan. Panjang dari elemen link akan menentukan mekanisme leleh dan
kegagalan ultimate yang terjadi pada elemen link. Secara umum terdapat 2 jenis link
berdasarkan panjang linknya, yaitu link geser (short link) dan link lentur (long link). Link
geser mengalami leleh disebabkan oleh gaya geser sedangkan link lentur mengalami leleh
karena momen lentur. Panjang dari elemen link merupakan faktor penting untuk menentukan
perilaku inelastik elemen link, panjang link berfungsi untuk mengontrol mekanisme leleh
yang terjadi pada link. Pada link geser, gaya geser mencapai keaadaan plastis (Vp) terlebih
dahulu sebelum momen lentur mencapai kapasitas momen plastisnya dan link mengalami
leleh dalam geser. Sebaliknya, pada link lentur, momen plastis (Mp) tercapai terlebih dahulu
sebelum kelelahan geser terjadi.

Kekuatan (geser dan lentur) batas pada elemen link ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :

= (7)

= 0,6 ( 2 )
(8)

Dimana :
= Momen plastis penampang
= Modulus plastis penampang
Fy = Tegangan leleh penampang
= Gaya geser plastis penampang
= Tinggi penampang
= Tebal flens
= Tebal web

Link
Kekuatan geser rencana link, Vn harus lebih besar dari kuat geser perlu Vu dengan :

= 0,6 ( 2 ) (9)
Dimana :
= Kuat geser nominal link, diambil yang terkecil di antara Vp atau 2Me/e
= Faktor reduksi geser 0,9
e = panjang link

Kapasitas kekuatan link harus memenuhi sebagai berikut :


Mn = M p (10)
Mn > Mu (11)
Vn > Vu (12)
Dimana :
Mn = Momen lentur rencana link
Mu = Momen lentur perlu
= Faktor reduksi lentur 0,9

Ketentuan mengenai panjang link (e) adalah sebagai berikut :


1,6
Link geser (short link) : (13)

1,6 2,5
Link medium ( intermediate links) : <<

(14)
2,5
Link lentur ( long links) : (15)

Sudut rotasi link beam adalah sudut inelastis antara link beam dan balok di samping link ketika
besarnya total story drift sama dengan besarnya desain story drift, . Maka untuk
meminimalisir perputaran pada link beam digunakan dengan baja berbentuk tabung (tubular
link) yang tahan terhadap rotasi/ perputaran.
Sudut rotasi pada link beam seharusnya tidak melebihi nilai berikut :

0,08 radian untuk panjang link geser


0,02 radian untuk panjang link lentur
Interpolasi linear antara 0,08 0,02 radian untuk panjang link intermediate

Sambungan
Sambungan pada baja berbentuk tubular menggunakan sambungan las. Sambungan ini
dianggap memiliki kinerja yang sangat baik dan sejumlah kelebihan diantaranya sebagai
berikut :
1. Sambungan yang dibentuk sangat kaku dan hampir tidak ada terjadinya rotasi, hal ini
disebabkan karena pada sambungan las tidak ada celah antara kedua material yang di las
2. Kurva histeretik yang terbentuk akibat beban siklik selalu besar dan gemuk, hampir tidak
ada terjadi pinching karena tidak adanya slip pada baut yang terbentuk. Oleh karena itu
sebagai konsekuensinya sambungan las ini akan mempunyai kemampuan disipasi energi
yang besar.
3. Tidak adanya perlemahan berupa lubang-lubang baut atau rivet pada penampang elemen
yang disambung sehingga dalam perencanaan kekuatan desain elemen bisa lebih optimum
dan ekonomis.
Gambar 3. Simple joints pada tubular joint
Sumber : American Petroleum Institute

Spudcan
Spudcan adalah sepatunya leg yang akan masuk dan menyentuh seabed sebagai pondasi jack
up. Spudcan dapat bersifat setempat yang artinya hanya berada pada masing-masing leg/kaki
dari jack-up dan spudcan yang bersifat mat artinya berbentuk luasan yang cukup besar yang
mengabungkan struktur leg. Spudcan yang bersifat setempat digunakan untuk jenis tanah pada
seabed yang stabil. Bentuk spudcan berbentuk kerucut terbalik. Sedangkan spudcan yang
bersifat mat digunakan untuk jenis tanah pada seabed yang tidak stabil. Untuk
menghubungkan antara leg dan spudcans upper interlock leg dan pada bagian hull dan
spudcans terdapat interlock hull.
Gambar 4 : Bagian-bagian dari spudcans
Sumber : American Petroleum Institue
4. Kesimpulan
1. Pemakaian eccentrically braced frames digunakan pada struktur leg berbentuk K
dimaksudkan agar dapat menghindari link pada bagian kolomnya struktur leg.
2. Pemakaian spudcan harus mempertimbangkan kondisi dan jenis tanah pada saat jack up
di operasikan
3. Sambungan las digunakan pada struktur leg agar tidak terjadinya rotasi karena tidak
adanya celah pada sambungan
4. Penggunaan bangunan lepas pantai tipe jack up platform hanya pada daerah yang
kedalaman rata-rata nya di bawah 200 m dan gelombang yang terjadi di bawah 2 m.

DAFTAR PUSTAKA
American Institu of Steel Construction. (2010). Seismic Provisions for Structural Steel
Buildings. ANSI/AISC 341-10
American Institu of Steel Construction. (1989). Manual of Steel Construction, Allowable Stress
Design. New York.
American Petroleum Institute. (2000). Recommended Practice for Planning, Designing, and
Construction Fixed Offshore Platforms Working stress design. Edisi ke-21.
Aziz Abdul (2012). Studi Prilaku Rangka Baja K-split EBF terhadap Beban Gempa dengan
Analisa Pushover. Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.
Faizal M Taufiq, dkk. (2013). Studi Prilaku Non Linear Pushover Struktur Jack Up Sistem
Eccentrically Braced Frames.Jurnal Teknik Pomits, vol 1, 1-5. Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.
Lukman Ricky Tawekal. Perencanaan Bangunan Lepas Pantai. Diktat. Intitut Teknologi
Bandung, Bandung.
Suari Indah Herning (2012). Studi Perbandingan Prilaku Kinerja Chevron Knee Braced Frame.
Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.

You might also like