You are on page 1of 177

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKAN


PADAOBESITAS MAHASISWA UNIVERSITAS
HASANUDDIN ANGAKATAN 2013

SRI YANI

K21112611

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKAN


PADAOBESITAS MAHASISWA UNIVERSITAS
HASANUDDIN ANGAKATAN 2013

SRI YANI

K21112611

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian skripsi dan

disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Gizi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar.

Makassar, 11 Juni 2014

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

AminuddinSyam,SKM,M.Kes, M.Med.Ed SriahAlharini, SKM,M.Kes


NIP : 19670617 199903 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes


PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar pada tanggal 11 Juni 2014.

Ketua :AminuddinSyam,SKM,M.Kes,M.Med.Ed (................................)

Sekretaris : SriahAlharini, SKM, M.Kes (...............................)

Anggota : 1. Dr.Dra.NurhaedarJafar,Apt, M.Kes (................................)

2. Abdul Salam, SKM,M.Kes (..............................)

3.Muh.Nur Hasan Syah,S.Gz, M.Kes (.................................)


Ringkasan

Universitas
Hasanuddin
Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Ilmu Gizi
Sri Yani
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan pada Obesitas Mahasiswa
Unhas Angkatan Tahun 2013.

Latar Belakang: Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja
yang mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada
saat dewasa. Remaja yang obesitas didiagnosis akan menderita penyakit ketika
dewasa, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Remaja obesitas sepanjang
hidupnya juga berisiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan
yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis
kanker.Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan pengetahuan gizi dan pola
makan dengan kejadian obesitas.

Metode: Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik, metode yang


digunakan adalah metode survei cros sectional. Pengambilan data pengetahuan
dengan menggunakan kuesioner pengetahuan gizi dan pola makan dengan
menggunakan recall 2x 24 jam dan FFQ. Pengambilan sampel dengan tehnik
Purposive Sampling dengan jumlah 71 orang.hubungan kedua variabel dalam
bentuk tabulasi silang (Crosstab) dengan menggunakan SPSS 16 dengan uji
statistik Chi- Square

Hasil:Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan sinifikan


antara pengetahuan dengan obesitas 0,430> 0,05 sedangkan untuk recall zat gizi
makro hanya lemak yang berhubungan dengan kejadian obesitas p=0,048 <0,05,
energi tidak terdapat hubungan signifikan dengan obesitas ( p = 0,586 ), protein
tidak terdapat hubungan signifikan dengan obesitas p = 0,480), karbohidrat tidak
terdapat hubungan signifikan dengan obesitas ( p = 0,843) dan serat tidak terdapat
hubungan signifikan dengan obesitas (p= 0,928) untuk pola konsumsi kedua
kategori responden hanya buah yang jarang dikonsumsi dengan memiliki skor
rendah ( 0,207) dengan frekuensi 1x perminggu, sedangkan kelompok makanan
pokok, makanan jadi, cemilan dan minuman lebih sering dikonsumsi oleh kedua
responden.

Daftar Pustaka: 69 (2000-2013)


Kata Kunci: Pengetahuan, pola makan,overweight dan obesitas
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan hasil skripsi yang merupakan upaya penulis untuk memenuhi salah

satu syarat guna menyelesaikan program studi pada program Srata Satu

Universitas Hasanuddin. Tak lupa penulis juga haturkan shalawat serta salam

kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam

yang gelap gulita menjadi terang benderang seperti saat ini.

Berhasilnya penelitian ini dengan judul Hubungan Pengetahuan gizi dan

pola makan dengan pada overweight dan obesitas pada Mahasiswa

Universitiaias Hasanuddin Angkatan 2013

Keberhasilan penulis sampai pada tahap skripsi ini tak lepas dari bantuan,

baik berupa materi, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih setinggi tingginya kepada:

Bapak Aminuddin Syam, SKM., M.Kes., M.Ed. Med, selaku pembimbing I dan

Ibu Sriah Alharini, SKM.,M.Kes , selaku pembimbing II yang dengan tulus, iklas

dan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan

arahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya penulisan ini.

Melalui kesempatan ini pula, dengan rasa hormat dan penghargaan yang

tulus, penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Dra. Nurhaedar Jafar Apt., M.Kes selaku Ketua Program Studi

Jurusan Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin


sekaligus pengguji yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan serta

nasehat dalam setiap saat dan seluruh dosen di prodi ilmu gizi.

2. Bapak Abdul salam, SKM.,M.Kes, selaku koordinator skripsi sekaligus

pengguji yang telah memberikan nasehat, bimbingan serta saran dan kritik

dalam perbaikan penulisan

3. Bapak Muh. Nur Hasan Syah, S.Gz.,M.Kes, selaku penguji yang telah

memberikan saran dan kritik dalam perbaikan penulisan.

4. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Pembantu

Dekan, Dosen pengajar serta seluruh staf administrasi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin, Khususnya Jurusan Ilmu Gizi yang

telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

5. Teman- teman kelompok obesitas lia, naro, intan dan ima atas segala

bantuan, dukungan serat semangat dan kebersamaannya selama penelitian

dan penulisan.

6. Teman- teman tugas belajar angkatan 2012, serta teman- teman reguler

angkatan 2010 atas segala kebersamaannya di bangku perkuliahan.

Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan yang

penulis terima mendapat imbalan dari Alloh SWT.

Terkhusus untuk ayahnda, Ibunda, suami dan purtiku tercinta, atas

ketulusan doa serta pengorbanannya selama ini buat penulis.


Akhirnya, penulis menyadari dalam proses penulisan ini masih terdapat

berbagai kesalahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga

penelitian ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak.

Makassar, Juni 2014

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian.. 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Obesitas . 10
B. Tinjauan Umum tentang pengetahuan gizi..31
C. Hubungan Pengetahuan Dengan Obesitas . 36
D. Tinjauan Umum Tentang Pola Makan ... 38
E. Hubungan Pola Makan Dengan Obesitas.44
F. Kerangka Teori ... 51
G. Kerangka Konsep 52
H. Hipotesis Penelitian.53
I. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .. 56
B. Lokasi Penelitian 56
C. Populasi dan Sampel . 56
D. Tehnik Pengambilan Sampel..58
E. Instrumen Penelitian . 59
F. Pengumpulan Data 60
G. Pengolahan dan Penyajian Data 61
H. Analisis Data 62
I. Diagram Alur penelitian63
BAB IV HASIL DAN PEMBASAHAN
A.Hasil Penelitian.64
B.Pembahasan.98
C.KelemahanPenelitian.117
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan118
B.Saran..118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel. Judul Halaman

2.1. Kategori IMT ................................................................................... 16

2.2. Klasifikasi Faktor Aktivitas ..............................................................27

2.3. Kategori pengetahuan Gizi.36

2.4. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013.41

4.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden67

4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin responden..69

4.3. Distribusi responden berdasarkan IMT responden....70

4.4. Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan.....70

4.5. Distribusi responden berdasarkan asupan zat gizi makro......71

4.6. Distribusi responden berdasarkan karakteristik..73

4.7. Distribusi pengetahuan berdasarkan obesitas..76

4.8. Distribusi asupan energi dengan IMT....77

4.9. Distribusi asupan protein dengan IMT78

4.10. Distribusi asupan lemak dengan IMT.79

4.11. Distribusi asupan KH dengan IMT.80

4.12. Distribusi asupan serat dengan IMT81

4.13.Distribusi frekuensi bahan makanan pada overweight....83

4.14. Distribusi frekuensi bahan makanan pada obesitas.89


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1.Fatofisiologi obesitas.. .......................................................................... 19

2.2.Kejadian obesitas.. .................................................................................... 22

2.3.Mekanisme kejadian Obesitas.. ................................................................. 24

2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 51

2.5.Kerangka Konsep.................................................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN

1. Master tabel

2. Hasil Analisis

3. Kuesioner Pengetahuan

4. Kuesioner recall

5. Kuesioner food frequency quesioner (FFQ)

6. Dokumentasi

7. Surat Ijin Penelitian

8. Daftar Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO ( World Health Organization) 2011 Memperkirakan di dunia ada

sekitar 1,6 milyar remaja berumur 15 tahun kelebihan berat badan dan

sebanyak 400 juta orang gemuk (obesitas) dan di perikirakan lebih dari 700

juta orang dewasa akan gemuk (obesitas) pada tahun 2015.(1)

Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang

meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik dinegara maju maupun

berkembang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di

kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk korea Selatan

tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16%

penduduk mengalamai overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah

perkotaan Cina, prevalensi overweight 12,% pada laki- laki dan 14,4% pada

perempuan, sedangkan di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-

laki dan perempuan masing- masing adalah 5,3% dan 9,8%. (2)

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda.

Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara

sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas

dapat terjadi baik pada anak- anak hingga usia dewasa. Obesitas disebabkan

oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti perubahan

fisik,perkembangan, aktifitas,dan pemeliharaan kesehatan.(3)


Data Riset Kesehatan Dasar 2010,menunjukkan bahwa secara nasional

masalah kegemukan pada anak umur 6 12 tahun masih tinggi yaitu 9,2%

atau masih di atas 5,0%, prevalensi kegemukan pada anak perempuan yaitu

berturut turut sebesar 10,7% dan 7,7%,sedangkan prevalensi kegemukan

berdasarkan tempat tinggal di pedesaan yaitu berturut turut sebesar 10,4%

dan 8,1%, dan satatus gizi pada kelompok dewasa di atas 18 tahun didominasi

dengan masalah obesitas.

Menurut data Riskesdas 2007, pada tahun 2007, proporsi laki-laki obese

(IMT>25) umur > 18 tahun yaitu 13,9 % dan proporsi perempuan obese

(IMT>25) umur > 18 tahun yaitu14,8%. Pada tahun 2010 proporsi laki-laki

obese (IMT>25) umur > 18 tahun yaitu 16,3 % dan proporsi perempuan

obese (IMT>25) umur > 18 tahun yaitu 26,9 %. Sedangkan pada tahun 2013

proporsi laki-laki obese (IMT>25) umur > 18 tahun yaitu 19,7 % dan proporsi

perempuan obese (IMT>25) umur > 18 tahun sebesar 32,9 %.(4)

Prevalensi obesita terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya,

beban obesitas pada anak dan remaja diperkirakan 1 dari 10 anak yang

mengalami obesitas. Berdasarkan data Nasional Health and Nutrition

Examination Survey (Nhanes) yang di kumpulkan antara tahun 2009 dan

2010 menyatakan bahwa remaja yang berusia antara 11-19 tahun di Amerika

Serikat mengalami obeitas sebesar 17,1% dan pada remaja laki-laki sebesar

19,6% (2)

Di Indonesia, persoalan obesitas merupakan salah satu masalah

kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas berhubungan erat dengan


pola makan. Berbagai faktor berperan dalam timbulnya obesitas, tetapi yang

paling penting adalah ketidak seimbangan antara masukan makanan dan

aktifitas fisik (5)

Di negara berkembang, jumlah remaja yang mengalami obesitas

dengan prevalensi terbanyak diduduki oleh negara-negara di kawasan Asia,

termasuk Indonesia. Di Indonesia, prevalensi obesitas yang tinggi pada

wilayah kota dan Kabupaten di temukan pada etnis Sulawesi, Maluku dan

Papua di wilayah kota (31,8%-39,8%) dan di wilayah Kabupaten (25,6%-

29,7%). Prevalensi obesitas yang tinggi di wilayah tersebut terjadi akibat

perilaku penduduk lokal yang dikenal suka mengadakan pesta dan jamuan

adat dengan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi. Konsumsi

makanan sehari-hari juga banyak mengandung protein dan lemak. (6)

Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja

yang mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula

pada saat dewasa. Selain itu, terjadi peningkatan remaja obesitas yang

didiagnosis dengan kondisi penyakit yang biasa dialami orang dewasa,

seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Remaja obesitas sepanjang hidupnya

juga berisiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang

serius, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis

kanker.Obesitas juga membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada

remaja, termasuk peningkatan risiko depresi karena lebih sering ditolak oleh

rekan-rekan mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat badan

mereka.Obesitas terjadi karena berbagai faktor penyebab yang kompleks


antara lain genetik, pola makan, aktivitas fisik dan faktor-faktor sosial

budaya. Remaja obesitas menghabiskan waktu untuk aktivitas statis lebih

lama daripada remaja non obesitas.(6)

Dalam penelitian Arundhana (2013). Menyatakan bahwa kelebihan

berat badan atau overwight yang juga umum dinyatakan dengan istilah

kegemukan merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat

ketidakseimbangan antara energi yang masuk kedalam tubuh melalui

makanan dengan aktifitas energi yang digunakan untuk melakukan

kegiatan dan aktifitas fisik. Kegemukan yang tidak segera di atasi dapat

berkembang menjadi obesitas. (3)

Adanya kecenderungan masyarakat untuk memilih makanan yang

tinggi kalori dan lemak tetapi rendah serat terutama karena meningkatnya

status ekonomi menjadi pemicu terjadinya kegemukan. Banyak jenis-

jenis makanan yang tampilannya menarik tetapi tidak seimbang seperti

yang banyak ditawarkan oleh restauran fast food menjadi tren yang

mengubah kebiasaan makan menjadi tidak seimbang dan akan

berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Faktor gaya hidup yang kurang

gerak juga / aktifitas juga menyebabkan penimbunan lemak tubuh yang

mengarah pada kegemukan. Pada umumnya penyebabanya adalah ketidak

seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan

merupakan akumulasi sempanan energi yang berubah menjadi lemak.

Faktor lain yang berperan dalam kegemukan adalah genetik/ keturunan,

usia, kehamilan, perrilaku dan lingkungan. (7)


Berdasarkan hasil penelitian yessi Kurniati 2014, prevalensi

obesitas pada mahasiswa Universitas Hasanuddin angkatan 2012 cukup

tinggi yaitu 7,9 %, prevalensi ini melebihi rata-rata nasional prevalensi

obesitas pada usia 16-18 tahun yaitu 1,4%.(8)

Mahasiswa pada umumnya menghabiskan waktu setengah hari

hingga satu hari penuh berada di lingkungan kampus, dengan aktifitas

yang beragam. Mahasiswa dengan beragam aktifitas tersebut

membutuhkan pemenuhan gizi melalui makanan yang di konsumsinya.

Pemenuhan konsumsi mahasiswa tidak selalu di penuhi oleh

penyelenggaraan makanan yang dirumah, sehingga tidak memenuhi

kebutuhan makanannya mahasiswa memilih makanan di luar rumah

dengan cara jajan di kantin,warung, kedai makanan atau kafetaria di

sekitar lingkungan kampus.(9)

Pada masa remaja, prestasi aka-demik merupakan salah satu

penentu akan kemampuan individu. Datar, Sturm, dan Magnabosco (2004)

dalam Sutjijoso (2009), menyatakan prestasi anak obesitas pada pelajaran

matematika dan membaca cenderung lebih rendah dibandingkan anak yang

tidak obesitas.(10)

Beberapa faktor seperti kepercayaan diri yang rendah (minder),

mengantuk dan ketidakhadiran di sekolah karena alasan kesehatan yang

merupakan dampak dari anak yang mengalami obesitas menjadi faktor

yang berpengaruh terhadap hasil prestasi. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang ditulis oleh Gable (2008),yaitu menunjukkan bahwa anak yang


mengalami obesitas cenderung memiliki nilai yang kurang pada beberapa

mata pelajaran dibandingkan dengan anak yang memiliki berat badan

normal, dan merupakan bukti nyata adanya pengaruh dari obesitas

terhadap prestasi belajar.(11)

Selain faktor internal, faktor eksternal yang berasal dari

lingkungan juga memberikan stigma pada anak obesitas sebagai anak

yang malas, bodoh dan lamban. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk

melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya

hambatan pergerakan oleh kegemukannya.(11)

Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh

peningkatan pendidikan dapat merubah gaya hidup dan pola makan

tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat

menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut jika

dikonsumsi secara rasional mudah menyebabkan kelebihan massukan

kalori yang akan menimbulkan obesitas.(8)

Masa remaja merupakan saat dimana seseorang mulai berinteraksi

dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan

perilaku. Perubahan gaya hidup remaja memiiki pengaruh yang signifikan

terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, banyak

makan diuar rumah, dan banyak mendapat pengaruh dalam pemilihan

makanan yang akan dimakannya, mereka juga lebih sering mencoba-coba

makanan baru, salah satunya adalah fast food. (8)


Menurut (Sanjur, 2002 dalam Kurniati, 2014). Mengatakan bahwa

pengetahuan gizi dapat mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap

pangan. Praktek/ perilaku konsumsi pangan merupakan hasil interaksi dari

pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi. Sehingga pengetahuan gizi dapat

membentuk praktek pangan secara langsung dan dapat juga mempengaruhi

praktek panngan melalui sikap(8)

Dari data di atas dapat diketahui prevalensi obesitas terus

meningkat dari tahun ketahun dan prevalensi obesitas merupakan tanda

peringatan bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala

implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat

Indonesia khususnya bagi remaja.

Studi tentang hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan

kejadian obesitas belum pernah dilakukan di universitas Hasanuddin

Makassar, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti ingin mengetahui

hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan kejadian obesitas

pada mahasiswa angkatan 2013 Universitas Hasanuddin Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas yang menjadi

permasalahan adalah bagaimana tingkat pengetahuan gizi dan pola makan

terhadap kejadian obesitas pada Mahasiswa Universitas Hassanuddin

angkatan Tahun 2013.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan

kejadian obesitas pada Mahasiswa Universitas Hassanuddin Angkatan

Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus.

1. Untuk mengetahui pengetahuan gizi penderita obesitas pada

Mahasiswa Univversitas Hassanudin Angkatan Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pola makan penderita obesitas pada Mahasiswa

Universitas Hassanudin Angkatan Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah:

1. Manfaat bagi Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbanagn

ilmiah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi

perkembangan ilmu kesehatan khususnya ilmu gizi dalam kaitanya

dengan factor penyebab obesitas .

2. Manfaat bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan acuan bagi

remaja agar dapat mengetahui dan menyadari untuk mengambil sikap

terhadap masalah yang terkait dengan factor penyebab obesitas.

3. Manfaat Bagi Peneliti


Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengalaman

mengenai penelitian dan dapat menerapkan ilmu selama kuliah

terutama mengenai obesitas dan hubungannya dengan pengetahuan

gizi dan pola makan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Obesitas.

1. Pengertian Obesitas

Menurut Ali Khomsan (2010), Obesitas atau kegemukan dapat di

definisikan sebagai kelebihan bobot 20% di atas standar. Obesitas

merupakan refeksi tidak seimbangan antara konsumsi energi dan

pengeluaran energi. Penyebab Obesitas ada yang bersifat exogenous,

yaitu konsumsi energi yang berlebihan, dan penyebab endogenous yang

berarti adanya gangguan metabolik dalam tubuh. (12)

Obesitas tidak sama dengan overweight merupakan keadaaan

patologis, yaitu terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang

diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.Secara sederhana

mendefinisikan obesitas sebagai kondisi abnormal atas akumulasi lemak

yang ekstrim pada jaringan adipose. Inti dari obesitas ini adalah

terjadinya keseimbangan energi positif yang tidak diinginkan dan

bertambahnya berat badan.(12)

Sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan

berat badan ideal yang dapat di sebabkan oleh penimbunan jaringan

lemak atau jaringan non lemak, misalnya pada seorang atlet binaragawan

kelebihan berat badan dapat di sebabkan oleh hipertropi otot. Obesitas

pada anak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


kejadian obesitas saat dewasa, sekitar 26% bayi dan anak- anak dengan

status obes akan tetap obes pada dua puluh tahun ke depan.(12)

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan dan

pengeluaran energi. Kelebihan asupan ini bisa terjadi karena frekuensi

makan yang berlebih, jumlah makanan yang berlebih ataupun jenis

makanan yang dikonsumsi.(12)

Sebuah penelitian oleh Obuda, Budapest. Menemukan bahwa

prevalensi obesitas dua kali lebih tinggi pada kalangan anak-anak yang

makan tiga kali sehari dibandingkan dengan mereka yang memiliki

kebiasaan makan lima kali perhari. Hampir dua pertiga dari anak-anak

dilaporkan mengkonsumsi minuman ringan sehari-hari, sementara setiap

lima anak laki-laki dan delapan anak perempuan tidak mengkonsumsi

buah atau sayur setiap pagi. Sedangkan, sebanyak 14,5% dari anak-anak

kelebihan berat badan dan 4,6% mengalami obesitas.(13)

Penelitian lain di New Delhi menemukan bahwa total lemak tinggi

dan asupan SFA dan rendahnya asupan PUFA dan MUFA menunjukkan

ketidakseimbangan yang bertanggung jawab atas peningkatan prevalensi

obesitas dan resistensi insulin di remaja India.(13)

Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya

penimbunana lemak yang berlebihan daripada yang di perlukan untuk

fungsi tubuh, obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit

ketidakseimbangan gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh

melebihi kebutuhannya. Perbandinngan normal antara lemak tubuh


dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23% pada

pria. Obesitas merupakan salah satu faktor penyabab terjadinya penyakit

degeneratif seperti Diabetes Melilitus (DM), Penyakit Jantung Koroner

(PJK) dan Hipertensi.(14)

Obesitas harus mendapatkan perhatian yang besar karena kelebihan

berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler, terutama stroke ,

Jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal dan beberapa penyakit

kanker. (15)

Status gizi pada remaja akan berakibat pada masa lanjutnya.

Ketidakmatangan pola pikir serta keinginan kuat untuk mengimitasi

lingkungan menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja.(12)

Menurut (Miko dkk, 2009).Usia remaja merupakan periode awal

dari usia dewasa. Kejadian obesitas pada usia remaja berdampak pada

kejadian obesitas pada usia dewasa, pada masa ini pertumbuhan fisik

berlangsung cepat menjadi ukuran dewasa, dan perlu adaptasi dengan

perkembangan psikologis. Dari katagori usia remaja di mulai dari 10

tahun sampai 21 tahun, usia remaja awal atau pubertas (12- 15 tahun)

yang perlu mendapat perhatian khusus.(16)

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau

segala perbuatan manusia untuk mengalami suatu objek yang di

hadapinya, hasil usaha untuk memahami suatu objek tertentu. Faktor

pengetahuan mempengaruhi terhadap terjadinya obesitas, pengetahuan

seseorang tentang pengaturan makanan, cara pengolahan makanan dan


kandungan gizi dalam bahan makanan sangat mempengaruhi asupan

makan seseorang dan memberikan resiko yang sangat besar terjadinya

obesitas.(17)

Menurut penelitian ( Mangala 2010). Obesitas berhubungan

dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya

jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan pertumbuhan status

ekonomi yang terjadi dinegara- negara yang sedang berkembang

berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi dinegara-

negara ini, termassuk indonesia, peningkatan pendapatan pada kelompok

masyarakat tertentu menyebabkan perubahan gaya hidup terutama pola

makan.(18)

Faktor- faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang

menyebabkan obesitas adalah kwantitas, porsi sekali makan, kepadatan

energi dari makanan yang di makan, kebiasaan makan. Regulasi dan

metabolisme dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu Controller (otak)

dan Controlled system/ nutrient partitioning yaitu organ lain yang diluar

otak yang brperan dalam mengunakan dan menyimpan energi seperti

saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa.(19)

Pola makan atau pola konsumsi pangan dapat mempengaruhi status

gizi seseorang. Perilaku konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh

faktor intrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

seperti usia, jenis kelamin, dan keyakinan serta faktor ekstrinsik, yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti tingkat


ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan, tempat tinggal, lingkungan

sosial, dan kebudayaan. (20)

Kegemukan seringkali di tafsirkan sebagai sebab proses

pembentukan, karena beberapa jenis tubuh mengandung makanan yang

tidak habis dalam proses metabolisme tubuh, sehingga tubuh terlihat

gemuk. Kegemukan terkadang juga berdasarkan pada kecenderungan

tubuh untuk menyimpan makanan lebih banyak daripada yang

dikonsumsinya. Artinya proses metabolisme tubuhnya berjalan lambat.

Proses inilah yang mengubah makanan yang kita konsumsi menjadi zat-

zat yang memungkinkan bagi sel tubuh untuk pembakaran dan

mengambil manfaat darinya. Namun, ada penyebab yang lebih penting

yang memungkinkan seseorang berbadan gemuk, yaitu terlalu banyak

makan. Atau menurut bahasa ilmiah, terlalu banyak memasukan unsur-

unsur kalori pada makanan yang melebihi kenutuhan tubuh, sehingga

kalori itu tertimbun dalam bentuk lemak.(21)

2. Metode penilaian status Gizi

Menurut supariasa et all (2009). Metode penilaian status gizi dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi

secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

antropometri, klinis, biokimia dann biofisiei konsumsi , sedangkan

penilaian secara tidak langsung dapat dibagi yaitu: survei konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi.(22)


Semua metode penilaian status gizi memiliki keunggulan dan

kelemahannya maing- masing, karena itu dalam penggunaanya

diperlukan berbagai pertimbangan. Antropometri merupakan cara yang

paling sering digunakan dalam kegiatan dan program gizi di masyarakat.

Jika pasaokan kalori tidak di imbangi dengan penurunan kalori

maka akan mengakibatkan keseimbangan alori positif (kelebihan kalori)

sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya serangan beberapa

penyakit degenerati

3. Penentuan Obesitas

Keadaan obesitas di tentukan dengan mengklasifikasikan status

gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), seperti pada tabel1.

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang

berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan

sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi

badan dalam ukuran meter.(22)

Rumus menentukan IMT:

IMT= BB

TB2

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan batas kriteria dalam

menentukan status gizi remaja. (23)


Tabel 2. 1 Katagori IMT

Kategori IMT

Kurus <18,5

Normal 18,5- <24,9

BB Lebih 25,0- <27,0

Obesitas >27,0

Rikkesdas,2010

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah suatu standar pengukuran

obesitas pada orang dewasa . Walaupun IMT tidak dapat mengukur jumlah

lemak secara langsung, tetapi IMT merupaka metode yang paling banyak

digunakan dalam menentukan apakah orang tersebut mendapat obesitas atau

tidak. Pendekatan lain untuk menentukan obesitas antara lain:

a. Antropometri ( ketebalan lipatan kulit)

b. Densitometri (berat badan di dalam air)

c. CTScan

d. MRI

e. Electrical Impendence

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia

18 tahun keatas) merupakan masalah penting, kkarena selain mempunyai

resiko penyakit- penyakit tertentu juga mempengaruhi aktifitas atau

produktifitas kerja oleh karena itu pemantauan BB dapat dilakukan dengan

Pengukuran yang paling sering digunakan dan paling sederhana adalah BB


(berat badan) dan TB (tinggi badan).Kedua pengukuran ini merupakan

langkah awal dalam pemeriksaan klinis karena kedua pengukuran tersebut

dibutuhkan untuk menghitung IMT. Indeks Masa Tubuh (kg/m2) didapatkan

dengan cara membagi berat badan dalam kg dengan tinggi badan dalam

meter dikuadratkan. IMT ini relatif tidak di pengaruhi oleh tinggi

badan,tetapi mempunyai hubungan yang bermakna dengan lemak tubuh.(22)

Obesitas tidak hanya berkaitan dengan dengan berat badan total,

tetapi juga distribusi simpanan lemak dalam tubuh. Secara klinis obesitas

dapat dikenali dengan mudah antara lain (Menurut Sjarif 2005, dalam

penelitian Riski, 2011) : (1) wajah membulat, ( 2) pipi tembem, (3) leher

relatif pendek, (4) dagu rangkap, (5) dada membusung dengan payudara

yang membesar yang terdri dari jaringan lemak, (6) perut membuncit di

sertai dengan adanya lipatan dari dinding perut, (7) kedua tungkai

membentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel

dan bergesekan, hal ini dapat menyebabkan terjadinya laserasi atau ulserasi

yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap, (8) pada anak laki- laki

penis terlihat kecil karena tertutup jaringan lemak suprapubik.(24)

4. Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang di simpan

dalam bentuk jaringan lemak. Pengaturan keseimbangan energi di

perankan oleh hipotalamus melalui tiga proses fisiologis yaitu

pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran

energi, dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan


penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal sinyal eferen (yang

berpuasat di hipolamus) setelah mendapatkan sinyal eferen dari perifer

(jaringan adipose, usus, dan jaringan otot). Sinyal tersebut bersifat

anabolik dan dapat pula bersifat katabolik. Serta terbagi dalam dua sinyal

yaitu sinyal panjang dan pendek. Sinyal pendek akan mempengaruhi porsi

makan dan waktu makan serta berhubungan dengan faktor distensi

lambung dan peptide gastrointestinal, yang di perankan oleh kolesitokinin

(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang

diperankan oleh hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan

dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang

dibutuhkan, maka jaringan adipose disertai dengan peningkatan kadar

leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexsigenic

center di hipolamus agar menurunkan produksi neuro peptide Y (NPY)

sehingga terjadi penurunan nafsu makan, sebaliknya bila kebutuhan energi

lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adipose berkurang dan

terjadi ransangan pada orexigenic center dihipolamus yang menyebabkan

peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi

resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan

penurunan nafsu makan.(25)

Pada saraf pusat terdapat terdapat beberapa faktor yang mengatur

nafsu makan yaitu: NPY (neuropeptida), MCH, (melanin concentrate

hormone), AgRP (Agouti related peptide), MSH (melanosit-stimulating

hormone), GLP -1 (Glucagon peptide), CCK (Cholesytokinin). Berat


badan diatur oleh kedua endokrin dan komponen saraf .

ketidakseimbangan kecil antara asupan energi dan pengeluaran pada

akhirnya akan berdampak besar pada berat badan. Beragam hormonal,

metabolism, dan sinyal saraf bertindak dengan mempengaruhi ekspresi dan

pelepasan berbagai peptide di hipotalamus misalnya NPY (neuropeptida),

MCH, (melanin concentrate hormone), AgRP (Agouti related peptide),

MSH (melanosit-stimulating hormone). Pengeluaran enegi meliputi

komponen berikut yaitu istirahat atau tingkat metabolisme basal,

penyimpanan makanan, pengaruh latihan fisik, adaptif seperti meningkat

dengan peningkatan konsumsi makanan.(26)

Gambar 2.1

Intake > Energy Expenditure

OBESITY
Sumber: Jeffery Eleftheria, 2010

Pada regulatory obesity gangguan primernya terletak pada pusat

yang mengatur masukan makanan (central mechanism egulating food

intake ). Pada metabolic obesity terdapat kelainan pada metabolisme lemak

dan karbohidrat. Jadi pada dasarnya patogenesis obesitas adalah gangguan

pada pengaturan asupan makanan dan kelainan pada metabolisme tubuh

khususnya lemak dan kabohidrat.(27)

Pada penderita obesitas makanan yang masuk kedalam tubuh

dengan jumlah makanan yang lebih besar daripada yang dipakai oleh tubuh

untuk energi. Makanan berlebihan baik lemak, karbohidrat atau protein,

kemudian disimpan sebagai lemak dalam jaringan adipose yang

kemudiann akan dipakai sebagai energi. Jumlah energi (dalam bentuk

makanan) yag memiliki tubuh lebih besar daripada jumlah energi yang

keluar, maka berat badan akan meningkat.(27)

5. Faktor- faktor Penyebab Obesitas

Menurut (Zainun Dalam Nelvin 2008). Penyebab obesitas

sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang menyebabkan

obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas

seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan,

pengtahuan gizi, pola makan dan aktifitas fisik yang akan dijelaskan

sebagai berikut:(27)
a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seseorang memegang peranan yang cukup

berrati, lingkungan ini termasuk pengarh gaya hidup dan bagaimana

pola makan seseorang. Pola makan seseorang ada yangg disebut

food addiction dan food abuser. Food addiction adalah pola makan

yan berlebih dalam periode tertentu karena mereka meny ukai

makanan tersebut, kecintaan makanan ini dapat berlanjut menjadi

obesitas. Pada food abuser ini akan menjadi ketagihan secara

emosional apabila digunakan dalam mengendalikan stres, mood dan

rasa kehilangan.(27)

b. Riwayat keluarga/ Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan

besar.Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi

obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi

40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi

14% .(28)

c. Sosial Ekonomi

Menurut syarif 2003 ,Dalam Putri 2011, Perubahan

pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah

makana yang dikonsumsi (28)

Menurut Aritonang, 2004 dalam Siregar 2009, perubahan

pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan


konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatann berarti

memperbesar peluang untuk membeli pangan keluarga dengan

kualitas dan kwantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan

pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan

kwantitas pangan yang dibeli. (29)

Keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan

apapun, termasuk makanan sehart dan bergizi namun juga makanan

tinggi kalori/ lemak/ gula/ dan junk food, fast food, soft drink, yang

merupakan penyumbang besar terhadap masalah obesitas.

Sebaliknya keluarga yang berpendapatan rendah cenderung

mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi sehingga sering

mengantarkan pada kondisi gizi buruk.(5)

Gambar. 2.2. Kejadian Obesitas (Misdierly, 2007)

d. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan juga dapat menyebabkan terjadinya

obesitas maksudnya adalah ada beberapa penyakit yang dapat

menimbulkan obesitas seperti penderita Hipotiroidisme, sindrom

Cushing, Sindrom Prader- Willi dan beberapa kelainan syaraf yang

bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obesitas juga dapat


disebabkan memakai obat- obatan tertentu seperti steroid dan

beberapa anti depresi.(27)

e. Faktor Psikis

Sedangkan Faktor psikis adalah apa yang ada dalam pikiran

seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang dalam mengatur

pola makanannya. Penambahan ukuran dan jumlah sel lemak

menyebabkan bertambahnya jumlah sel didalam jaringan tubuh pada

penderita obesitas terutama kegemukan pada anak- anak memiliki

sel- sel lemak 5 kali lebih banyak di bandingkan oang normal.

Aktifitas fisik yang kurang mungkin adalah penyebab utama

meningkatnya obesitas ditengah masyarakat. Orang-orang yang

mengkonsumsi makanan kaya akan lemak dan kurng melakukan

aktifitas fisik atau jarang olahraga akan cenderung mengalami

obesitas karena tidak adanya keseimbangan antara asaupan makanan

dan energi yang dikeluarkan.(27)

f. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam

menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan

gizi yang cukup. Pengetahuan di pengaruhi oleh tingkat

pendidikannya, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka

pengetahuan dan keterampilannya semakin baik. Dengan tingkat

pengetahuan yang baik maka akan semakin banyak juga


memperoleh infomrasi yang diperoleh dalam menentukan pola

makan bagi dirinya dan keluarganya(5).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atatu

pengalaman orang lain. pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui

pendidikan formal namun juga dari informasi orang lain, media

massa, atau dari hasil pengalaman orang lain. pengetahuan gizi yang

kurang akan menyebabkan seseorang tidak terampil dalam

membedakan makanan yang memicu terjadinya peningkatan berat

badan sehingga tidak mampu melakukan pemilihan makanan dengan

baik dan lebih memilih makanan dengan rasa yang enak dan instan

yang tinggi kadar lemak dan kalori yang menyebabkan terjadinya

penumpukan lemak dalam tubuh yang memicu terjadinya

obesitas(5).

Mekanisme kejadian obesitas dapat di lihat pada Gambar 2.2

Berikut ini:(5) dan (30)

O
B
E
S
I
T
A
S
Gambar 2.3. Irianto 2009.

g. Faktor Gizi

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan

dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi di pengaruhi berat

badan ibu. Kenaikan berat dan lemak anak lemak anak di pengaruhi

oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupann tinggi

kalori dari karbohidrat dan lemak Menurut (Syarif, 2003 dalam putri,

2011).Dan menurut ( Nugraha 2009) Makanan merupakan sumber

asupan energi, didalam makanan yang akan di ubah menjadi energi

adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohirat,

protein dan lemak berlebih, maka karbohdrat akan di simpan sebagai

glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan di

bentuk protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan di

simpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan

lemak tidak terbatas.(19, 28)

.f. Aktifitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik

rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain

serta tersedianya iburan dalam bentuk game elektonik atau

playstation dan tontonan televisi (19). Kurangnya aktivitas fisik


inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya

pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan.(28)

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang di hasilkan oleh oto-

otot rangka yang di hasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga

(dinyatakan dalam Kilo- Kalori),yang meliputi pekerjaan, waktu

senggang dan aktifitas sehari- hari. Aktifitas fisik tersebut

memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat

menyebabkan perrbaikan kesehtan bila di lakukan secara teratur.

Seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik menyebabkan

tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh.

(14)

Penelitian (Nuri Rahmawati 2010). Ada lima daftar utama

keuntungan dari meningkatkan aktifitas fisik pada seseoang yang

mengalami obesitas yaitu:(14)

1. Meningkatkan pengeluaran energi

2. Memungkinkan Penekanan terhadap selera makan

3. Menggurangi kehilangan massa otot dalam tubuh (lean body

mass) selama pengaturan pola makan (diit)

4. Memperbaiki fungsi psikologis yang berhubungan dengan

obesitas(misalnya Hipertensi)

5. Memungkinkan pengaturan pola makan.


Tabel: 2.2 Faktor Aktifitas

Aktivits Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Istirahat Tidur, baring,duduk 1,2 1,2

Ringan sekali Menulis,mengetik 1,4 1,4

Menyapu, menjahit,mencuci 1,5 1,5

piring,menghias ruang

Ringan- Sedang Sekolah,Kuliah,kerja kantor 1,7 1,6

Sedang Mencangkul,menyapit rumput 1,8 1,7

Berat Menggergaji pohon dengan 2,1 1,8

gergaji tangan

Berat Sekali Mendaki gunung,menarik 2,3 2,0

becak

Sumber: Irianto,2008

g. Faktor Hormonal

Istilah hormon berasal dari bahasa Yunani, yang berarti to

set in motion yaitu dimana aksi inamiknya, melalui respon seluler,

mengatur proses fisiologi tubuh dengan mekanisme umpan balik

(Feedback mechanism). Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin

dan disekresi langsung masuk darah. Hormon-hormon yang berperan

dalam metabolisme tubuh sebagai contoh : kadar gula darah

meningkat (hiperglikemia) atas pengaruh hormon pertumbuhan

(growth hormone), hormon tiroid, kortikosteroid, glukagon dan


adrenalin, sedangkan kadar gula diturunkan (bisa sampai

hipoglikemia) oleh hormon insulin.(31)

Contoh lain dari peran hormon pada obesitas yaitu pada

penelitian berikut. Seperti ditunjukkan dalam lebih dari 16 000 peserta

dalam dua penelitian besar, waktu menarcheal merupakan penentu

utama dari berat badan dan kegemukan di masa dewasa awal.

Perempuan sedikit lebih pendek dari akhir-kematang perempuan,

tetapi berat 4 kg lebih. kematangan awal adalah 30% lebih gemuk dari

pada akhir kematangan, +0.46 Z skor untuk masing-masing dari empat

lipatan kulit yang berbeda. kematangan dini jauh lebih sering obesitas

dibandingkan kematangan akhir (rasio risiko = 1,8). Data

menunjukkan bahwa waktu pematangan memiliki besar efek jangka

panjang pada tingkat kegemukan daripada tingkat kegemukan yang

dimiliki di waktu pematangan (32)

Menurut (Nugraha, 2009 dalam Cut Merisa. 2011)

menyatakan bahwa ; Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi

otak diantaranya berasal dari saluran cerna. Saluran cerna diketahui

mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi asupan makanan.

Terdapat pula hormon- hormon yang mempengaruhi asupan makanan

diantaranya kolesistokinin, gastrinreleasing peptide, oksintomodulin,

neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi

asupan makanan. Terdpat pula hormon- hormon yang mempengaruhi

asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik yang meningkatkan


maupun menurunkan yaitu nerofinefrin, serotonin,dopamimin dan

histamin. Diantaranya histamin, apabila sekresi histamin berkurang,

maka asupan makanan akan meningkat.(28)

1.Leptin

Peptida lain adalah leptin.Leptin terutama di sekresi oleh sel

adipositi meskipun juga dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster.

Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang akan

menghambat produksi peptide neuropeptida Y( NPY) dan peptide

agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk

merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin atau

reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang

berlebihan(28)

Leptin merupakan hormon yang diproduksi primer oleh sel-

sel adiposa. Hormon ini mengatur asupan makanan, pengeluaran

energi, dan berat badan terutama melalui aktivasi reseptor leptin

fungsional di hipotalamus. Baru-baru ini telah dikemukakan bahwa

organ perasa perifer merupakan salah satu target leptin. Pada tikus

kurus, secara selektif leptin menekan saraf gustatorius serta respons

terhadap bahan rasa manis tanpa mempengaruhi respons terhadap

stimulus rasa lain. Sedangkan tikus obes yang diabetes dengan

kelainan pada reseptor leptin, kurang mengalami supresi leptin

terhadap rasa manis. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
memeriksa lebih jauh hubungan potensial antara leptin dan rasa

manis pada manusia.(31)

2.Tiroid

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon

tiroid di dalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu

kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih

lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh,

sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan berat

badannya.(33)

1. Insulin

Hormon Insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini

di karenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam

menyalurkan energi ke dalam sel- sel tubuh. Orang yang

mengalami peningkatan hormon insulin, maka timbunan lemak

didalam tubuhnyapun akan meningkat(33)

2. Adinopektin.

Adinopektin adalah jenis hormon yang bertanggung jawab

terhadap pengaturan dan pengeluaran energi, yang berperan penting

dalam proses radang, dan arterosklerosis. Adinipektin merupakan

salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan adiposa.

Adinopektin berperan memperbaiki sensitivitas insulin dan

menghambat peradangan vaskuler. Adinopektin berhubungan

terbalik dengan leptin. Kadar Adinopektin di dalam plasma secara


bermakna menurun pada subjek yang mengalami obesitas,

resistensi insulin, dan pengindap Diabetes Mellitus tipe-2. Kadar

hormon inimeningkat setelah penurunan berat badan.(33)

B. Tinjauan Pengetahuan

A. Pengetahuan Gizi

Penegetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap

kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek.

Pengetahuanmerupakann hasil stimulasi informasi yang diperhatikan,

dipahami dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk

termasuk pendidikan formal maupun nonformal, percakapan harian,

memebaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari penngalaman

lainnya.(8)

Pengetahuan adalah mediator perubahan perilaku. Meskipun tak

mutlak bahwa pengetahuan yang baik akan melahirkan perilaku yang baik

pula. Namun, pengetahuan merupakan cikal bakal bagi terjaddinya sebuah

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.(8)

Menurut (Sanjur, 2002 dalam Kurniati, 2014). Mengatakan bahwa

pengetahuan gizi dapat mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap

pangan. Praktek/ perilaku konsumsi pangan merupakan hasil interaksi dari

pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi. Sehingga pengetahuan gizi dapat

membentukpraktek pangan secara langsung dan dapat juga mempengaruhi

praktek panngan melalui sikap.(8)


Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai

gizi. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk

bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah.Sebagian keluarga

menganggap asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak

ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga

mengetahui bahw ada jenis makanan yag lebih berkualitas, namun mereka

tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk

penyiapannya.(34)

Pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mempengaruhi

pemilihan konsumsi sehingga dapat mempertahankan status gizi yang

baik. Pengetahuan mengenai gizi berhubungan dengan naik turunnya berat

badan, sehingga penyeimbangan energi dapat dilakukan dengan

pembatasan konsumsi karbohidrat dan lemak. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu bjek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan di peroleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.(18)

Hasil penelitian (Suryaputra. 2012). Menunjukkan bahwa sebagian

besar (60%) tingkat pengetahuan gizi remaja pada kelompok obesitas

adalah kurang, sedangkan 85% remaja pada kelompok non obesitas

memiliki pengetahuan gizi yang cukup.(35)


Tingkat pengetahuan gizi remaja merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja.Pengetahuan

gizi yang kurang pada remaja sebagian besar remaja kelompok obesitas

memungkinkan meraka kurang dapat memilih menu makanan yang

bergizi. Sebagian besar kejadian masalah gizi kurang atau lebih dapat

dihindari apabila remaja mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup

tentang memelihara gizi dan mengatur makanan.(35)

Pengetahuan dapat menjadi pedoman yang baik untuk menjaga

kesehatan tubuh dan menjaga berat tubuh yang ideal. Pentingnya upaya

promotif dalam menangani obesitas dilakukan dengan cara memberikan

pengetahuan mengenai citra tubuh yang positif. Kemampuan untuk

menyaring informasi dari media massa juga hal penting yang harus di

pahamkan kepada masyarakat agar mereka dapat memperoleh informasi

yang benar dari media massa.(36)

Menurut (Notoatmojo. 2010), pengetahuan terbagi atas enam

tingkatan di antaranya:(37)

1. Tahu ( Know)

Tahu dapat di artikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di

pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Tahu adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah.


6. Memahami ( comprehension)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan tentang objek yang

telah diketahui secara benar dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar;

7. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

8. Analisis ( analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen- komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain.

9. Sintesis ( Syntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

10. Evaluasion ( evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk dapat melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian- penilainan itu di

dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.(37)


B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan ( Notoadmodjo,

2010) yaitu:

1. Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika

tingkat ekonomi seseorang baik, maka pendidikannya akan tinggi

sehingga pengetahuannya akan tinggi pula.

2. Kultur ( Budaya dan Agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

karena informasi yang baru akan di saring kira- kira sesuai dengan

tingkat budaya yang ada dan agama yang di anut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima

dan meyesuaikan diri dengan hal- hal baru.

4. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka akan memberikan pengalaman yang

semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka

pengalaman akan semakin banyak

5.Informasi

Seseorang sengan sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang luas.


Seseorang adalah mediator perubahan perilaku. Meskipun tidak

mutlak bahwa pengetahuan yang lebih baik akan melahirkan perilaku

yang baik pula. Namun, pengetahuan merupakan cikal bakal bagi

terjadinya sebuah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.(37)

C. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas

(37)

Mengenai pengetahuan responden diukur berdasarkan skoring.

Menurut Arikunto (2007) Pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua

yaitu:(12)

Tabel: 2.3 Kategori penegetahuan Gizi

Kategori Pengetahuan Gizi Skor

Baik >75%

Kurang <75 %

Sumber: Arikunto 2007.

D. Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Obesitas

Menurut penelitian Ampera Miko dkk, (2009), Di SMAN 1,2 dan

3 Favorit di kota Banda Aceh. Menunjukkan bahwa pengetahuan gizi

kurang mayoritas pada siswa dengan status gizi normal yaitu 78 orang
(62,4%), status gizi kurang 31 orang (42,5%) dan status gizi lebih 10 orang

(40,0%) Analisis hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dilakukan

dengan analisis chi square.Variable pengetahuan gizi merupakan hasil

wawancara kuesioner pengetahuan gizi yang terdiri dari 15 pertanyaan

guna menilai tingkat pengetahuan siswa.(16)

Hasil Penelitian Merinta Sada dkk,(2012). Dengan hasil uji

hubungan pengetahuan gizi seimbang dan aktifitas fisik terhadap status

gizi menurut IMT, aktifitas fisik terhadap status gizi menurut LP diperoleh

nilai p masing-masing sebesar 0,005, 0,001, dan 0,012, yang berarti ada

hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dan aktifitas fisik dengan

status gizi menurut IMT, serta aktifitas fisik dengan status gizi menurut

LP. Sedangkan untuk pengetahuan gizi seimbang, tidak ditemukan ada

hubungan dengan status gizi menurut LP (p = 0,942).(38)

Hasil Penelitian Siregar (2009), menunjukan bahwa jumlah sopir

angkot yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebpnyak 50,28%.

Dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan sopir dikategorikan sebagai

pengetahuan cukup. Hal ini juga terkait dengan tingkat pendidikan yang

rata-rata lulusan SMU. Supir angkot cukup mengetahui tentang makanan

gizi seimbang sehingga diharapkan memiliki pola konsumsi pangan yang

cukup. Tetapi makanan yang tersedia terbatas dirumah makan sekitar

pangkalan, karena tidak menyediakan makanan yang beranekaragam.(29)


C. Tinjaun Tentang Pola Makan.

1. Pengertian Pola Makan

Peningkatan kemakmuran dimasyarakat yang di ikuti oleh

peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari

pola makan tradisional ke pola makanan ppraktis dan siap saji yang dapat

menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Hal tersebut terutama

terlihat dikota- kota besar di Indonesia. Pola makan tersebut jika tidak

dikonsumsi secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan

kalori yang akan menimbulkan obesitas.(8)

Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus pola

makan budaya asing yang disebabkan oleh kemajuann tehnologi

informasi dan globalisasi ekonomi, disamping itu perbaikkan ekonomi

juga berdampak pada berkurangnya aktifitas fisik masyarakat

tertentu.Menurut (2).

Menurut Hong yang dikutip Oleh Santoso, 2004 dalam Agus

Mulia, (2010). Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelompok tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok

orang (keluarga) memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh

fisiologis, kebudayaan dan sosial. Sedangkan kebiasaan makan sendiri

adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan

yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan


makan akan di pengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah

kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sejak

dahulu makanan juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan

persahabatan.Dalam penelitian.(39)

Menurut penelitian (Agus Mulia, 2010). Banyak faktor yang

mempengaruhi pola makan. Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju

dewasa) diringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial

mereka, dan aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan

dampak terhadap apa yang dimakan mahasisiwa tersebut. Biasanya

mahasiswa lebih suka makanan yang serba instan yang di dapat dari luar

rumah seperti fast food.Fast Food bisanya mengandung zat gizi yang

terbatas atau rendah, di antaranya adalah Kalsium, riboflavin, vitamin A,

magnesium, vitamin C folat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan

natrium cukup tinggi pada berbagai fast food.(39)

Menurut Penelitian (Silitongga , 2008) . Bahwa mengkonsumsi

makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak

yang tinggi akan menyebabkan jumlah energi yang masuk tidak

seimbang dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini dalam tubuh

akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan

mengakibatkan obesitas. Ditambah kebiasaan yang tidak benar

sehinggga memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini

antara lain sering mengkonsumsi makanan kecil yang penuh kalori atau

sering diberi istialah ngemil.(27)


Soekirman (2008) mengatakan, Pengaruh modernisasi dalam

peubahan pola makan dan gaya hidup juga berperan bagi timbulnya

penyakit degeneratif yang menyerang kelompok usia dewasa. Aktifitas

bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dasar manusia,

tetapi juga menjadi kegiatan rekreasi ataupun bisnis. Gaya hidup ini

didukung dengan makin berkembangnya restorant dan autlet makanan

siap saji. Dari warung tradisional hingga makanan asing siap melayani

masyarakat.(7)

Meningkatnya aktifitas, kehidupan sosial dan kesibukan para

mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi

makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan

sama sekali tidak makan siang. Mahasiswa dengan aktifitas sosial tinggi,

memperlihatkan peran teman sebaya menjadi nampak jelas. Di kota besar

sering kita lihat kelompok- kelompok mahasiswa yang bersama- sama

makan dirumah makan yang menyajikan makanan siap saji/ fastfood

yang berasal dari negara- negara barat. Fastfood tersebut, pada

umumnya mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga yang

melebihi standar AKG apabila di konsumsi setiap hari dalam jumlah

banyak dapat mengakibatkan kegemukan dengan segala dampaknya.(7)


Tabel: 2. 4 Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
Kelompok
Jenis Kelamin E P L KH Serat
umur

Laki- Laki 16-18 tahun 2675 66 89 368 37

19-29 tahun 2725 62 91 375 38

Perempuan 16-18 tahun 2125 59 71 292 30

19-29 tahun 2250 56 75 309 32

Sumber: Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013

Dalam pola makan ini terdapat beberapa bagian yang dapat

mempengaruhii obesitas yaitu:

1. Sosial Budaya

Keadaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau

bangsa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa dan bagaimana

penduduk makan atau dengan kata lain, pola kebudayaan

mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini terlihat dari

addanya beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai

lebih dalam masyarakat dan bila seseorang mengkonsumsi makanan

maka akan meningkatkan prestisenya dalam masyarakat. Dimana

terkadang makanan tersebut kurang mengandung nilai gizi atau

mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung berlebihan yaitu

protein dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya

obesitas. Selain itu ada jenis makanan tradisional dari suku tertentu

yang mengandung lemak tinggi, misalnya suku minang yang


makanan tradisionalnya banyak bersantan sehingga konsumsi lemak

masyarakat menjadi sangat tinggi dan kemungkinan obesitas akan

semakin meningkat dalam masyarakat. (40)

Menurut Almatsier (2010).kecuali peranan biologik yaitu

untuk memenuhi rasa lapar makanan juga mempunyai peranan sosial

budaya. Dan dikelompokansebagaiberikut:(7, 40)

1. Fungsi kenikmatan atau gastronomik

Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan

berbeda dari satu bangsa dengan banggsa lainnya, dan dari daerah /

suku ke daerah / suku lain. Makanan dinegara tropik berbeda dengan

di negara dengan empat musim. Makanan dinegara tropik biasanya

lebih berbumbu. Ini kemungkinan karena secara naluri penduduk

dinegara tropik sejak dahulu kala telah tahu bahwa pemberian

bumbu banyak pada makanan dapat menghambat pembusukan. Di

Eropa, semakin keselatan makanan penduduk semakin

berbumbu(dibandingkan antara makanan bangsa inggris yang

umumnya hambar dan makanan Italii yang lebih berbumbu(40)

Di Indonesia, kesukaan makanan antar daerah/ suku juga

banyak berbeda. Sudah terkenalbahwa makanan di sumatra,

khususnya di sumatra barat lebih pedas daripada makanan di jawa,

khususnya jawa tengah yang suka makanan manis.(40) Secara umum

makanan yang disukai adalah makanan yangg memenuhi selera atau


citarasa/ inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna,bau, rasa, suhu, dann

tekstur.(40)

2. Makanan untuk menyataka jati diri.

Makanan sering di anggap sebagai bagian penting untuk

menyatakan jatidiri seseoorang atau sekelompok orang.Di Jepang

misalnnya, ikan mentah/ sushi merrupakann makanan terhormat untuk

di sajikann kepada tammu- tamu. Di sebagiann bbesar sumatra

daginng dianggap sebagai makanan berprestise. Amatlah memalukan

bila kepada tamu tidak menghidangkan daging.

3. Fungsi religi dan Magis

Banyak simbol religi dan magis yang dikaitkan dengan makanan.

Dalam agama Islam kambing sering dikaitkan dengan upacara-

upacara penting dalam kehidupan, seperti upacara pada selamatan bayi

baru lahir, atau pada khitanan. Dalam agama katholik anggur darah

kritus dan roti tubuhnya. Pada masyarakat jawa pada berbagai

upacara selamatan di hidangkan nasi tumpeng atau nasi kuning.(40)

Menurut Supariasa dkk, 2002 Pengukuran konsumsi makanan

untuk tingkat individu dapat dilakukan dengan metode food recall 24

jam dan Food frequency.(22)

a. Mengingat makanan (food recall) adalah makanan yang dimakan

oleh inndividu selama 24 jam sebelum melakukan wawancara.

Contoh makanan (food model) dan (food picture) dapat dipakai

sebagai alat bantu.


b. Frekuensi konsumsi makanan ( food frequency questionnaire)

adalah recall makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner

terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makan. Cara ini

merekam keterangan tentang berapa kali konsumsi bahan makanan

dalam sehari, seminggu, sebulan atau jangka waktu tertentu.(22)

C. Hubungan Pola makan dengan kejadian Obesitas.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Adriardus,( 2011).Dari data yang

diperoleh ternyata ada hubungan antara pola makan dengan berat badan

lebih pada remaja SMAN 4 Semarang, dimana diketahui tingkat

signifikansi p = 0.005 dengan uji pearson chi square dengan RP 3.00

dengan 95 % confidence interval 1.303-6.905 artinya, pola makan

merupakan faktor resiko dari kejadian overweight, dimana anak yang

mempunyai pola makan berlebih dan sangat berlebih mempunyai rasio

prevalens 3.00 untuk mempunyai berat badan lebih dan secara statistik

terdapat hubungan bermakna antara pola makan dan berat badan lebih.(41)

Penelitian yang dilakukan oleh Susi muktiharti dkk .2010. Yang

berjudul Faktor resiko Kejadian Obesitas pada Remaja SMA Negeri 2 dan

SMA Negeri 3 di Kota Pekalongan Tahun 2010. Dengan hasil uji chi

square diperoleh value = 0,010 < 0,05 sehingga Ho ditolak, berarti ada

hubungan signifikan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada

remaja di Wilayah Pekalongan Utara. Nilai odd ratio (OR) diperoleh 4,467

(1,571-13,866), hal ini berarti pola makan merupakan faktor resiko

kejadian obesitas dengan peluang sebesar 4,467 kali.


11. Resiko Obesitas

Resiko obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Seperti yang diuraikan sebagai berikut.(42) :

1. Gangguann psiko- sosial: rasa rendah diri, depresi dan menarik

diri dari lingkungan. Hal ini terjadi karena karena anak yang

obesitas sering menjadi bahan olok- olokan temannya, atas

ketidakmampu atas ketidakmampuannya untuk melaksanakan suatu

tugas atau kegiatan, terutama olah raga akibat adanya hambatan

pergerakan oleh karena kegemukan.selain itu sebagai akibat

kegemukan, penis tampak kecilkarena terkubur dalam jringan

lemak ( burried pennis) dan ini dapat menyebabkan rasa malu

karena merasa berbeda dengan anak lain. Dan bau aroma badan

yang badan yang kurang menarik dapat membuat anak menarik diri

dari lingkungannya.

2. Pertumbuhan fisik linier yang lebih cepat dan usia tulang yang

lebih lanjut dibanding usia biologisnya.

3. Masalah Ortopedi seringkali terjadi slipped capital femonal

apiphysis dan penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang

terlalu berat.

4. Gangguan pernafasan sering terserang infeksi ssaluran nafas, tidur

ngorok, kadang- kadang terjadi apnes sewaktu tidur, dan sering


mengantuk siang hari. Bila gangguan sangat berat disebut sebagai

sindrom pickwicknan, yaitu adanya hipoventilasi alveolar.

5. Gangguan endocrine menarche lebih cepat terjaadi, karena

disamping faktor hormonal, untuk terjadi menarche diperlukan

jumlah lemak tertentu sehinngga pada anak obesitas dimana lemak

tubuh sudah cukup terseedia, menars akan menjadi lebih dini.

Penelitian ini menyatakan bahwa usia tulang yang lanjut lebihh

berperan pada terjadinya menarche dari jumlah lemak tubuh.(43)

6. Obesitas yang berlanjut (menetap) sampai dewasa, terutama bila

obesitas mulai pada masa pra pubertas.

7. Ganguan penyakit degratif dan penyakit metabolik, sepeti

hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetets mellitus,

hiperlipoproteinemia, dan penyakit hiperkolesterolemia.(43)

a. Resiko Diabetes Melitus

Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Selain itu juga, berisiko untuk

menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi pada penyakit

degeratif seperti penyakit jantung, penyummbatan pembuluh darah

dan lain- lain. Selain itu obesitas pada usia 6-7 tahun juga dapat

menurunkan tingkat kecerdasan karena aktifitas dan kreatifitasnanak

menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat

badan.(42)
Menurut penelitian Wahyusari (2010).Diabetes Mellitus

dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu

timbul jika seseorangtidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90%

penderita Diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita

kegemukan. Pada umumnya penderita Diabetes mempunyai kadar

lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita

Diabetes yang ingin menurunkan berat badannya sebaiknya

dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber

lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat.(33)

b. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Orang yang mempunyai kelebihan berat badan atau

obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap hipertensi

atau tekanan darah tinggi. Hasil penelitian menunjukan frekuensi

pada usia 20- 39 tahun meningkat dua kali lipat pada orang yang

kelebihan berat badan dibandingkan yang mempunyai berat badan

ideal. (33)

c. Penyakit Kanker

Obesitas diperkirakan merupakan faktor resiko

berkembangnya penyakit kanker, Wanita yang mengalami obesitas

akan mengalami berkembangnya penyakit kanker payudara dan

rahim. Pria dan wanita yang kelebihan berat badan tingkat

kematian akibat kanker ternyata lebih tinggi biasanya banyak

terjadi pada wanita.(33)


d. Dislipidemia

Obesitas berhubungan dengan profil lemak yang kurang

baik. Kelainan profil lemak yang berhubungan dengan obesitas

termasuk peningkatan konsentrasi kolesterol dalam serum,

kolesterol LDL, kolesterol VLDL, trigliserida, dan apolipoprotein B

dan penurunan kolesterol HDL. Pada meta-analisis yang luas,

penururnan berat badan sebanyak 1 kg menurunkan total kolesterol

serum sebanyak 0,05 mmil/L dan kolesterol LDL sebanyak 0,02

mmol/L serta peeningkatan kolesterol HDL sebanyak 0,009 mmol/

L. Terdapat tiga komponen dislipidemia yang terjadi pada obesitas

yaitu peningkatan triglyceride- rich lipoproteins ( TRLs) puasa dan

setelah makan, penurunan HDL, dan peningkatan sdLDL.

Mekanisme terjadinya dislipidemia belum di pahami sepenuhnya

dan melibatkan kombinasi dari resistensi insulin dan

hiperinsulinemia yang menstimulasi sintesis trigliserida hepatik.(33)

e. Jantung Koroner

Penyakit Jantung koroner adalah penyakit yang terjadi

akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88%

mendapat resiko terserang penyakit Jantung Koroner.Meningkatnya

faktor resiko penyakit jantung Koroner sejalan dengan terjadinya

pembahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukan


kegemukan yang terjadi pada usia 20-40 tahun ternyata berpengaruh

lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan

yang terjadi pada usia yang lebih tua(33).

8. Gejala dan Tanda- tandanya

Menurut (Sarwono, 2003 dalam Nelvin, 2008). Mengungkapkan

bahwa salah satu tanda- tanda obesitas adalah penimbunan lemak yang

berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan

paru- paru, sehingga timbul gangguan perrnafasan dan sesak nafas,

meskipun penderita hanya melakukan aktifitas yang ringan. Biasanya

gangguan pernapasan itu terjadi pada saat tidur dan menyebabkan

terhentinya pernapasan untuk sementara ( tidur apnau), sehingga pada

siang hari penderrita sering merasa mengantuk. Obesitas juga sering di

temukan pada berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung

bawah dan masalah osteoritis. Seering juga ditemukan kelainan tubuh

pada penderita obesitas, seseorang yang menderita obesitas memiliki

permukaaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat

badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang sacara efisien dan

mengeluarkan keringat yang banyak. Gejala obesitas dapat ditemukan

pada penderita edema (pembengkakan akibat penimbuan jumlah cairan)

di daerah tungkai dan pergelangan tangan.(27)

Faktor yang menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan atau

obesitas. Obesitas disebabkan oleh dua faktor utama yaitu makan


melebihi porsi yang diperlukan tubuh dan penggunnaan energi yang

rendah atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor lain yang

menyebabkan terjadinya obesitas adalah: pendidikan dan pengetahuan,

Pola makan, karakteristik individu, hereditas, psikologis, aktifitas fisik

dan gaya hidup.(27)


KERANGKA TEORI

Pengetahuan Gizi Pengeluaran

Energi
Gangguan Emosi
O
Suku Bangsa
B
Pola Makan Simpanan
Lipogenesis
Lemak di
E
dan
Riwayat Keluarga
jaringan S
Liposisi
Aktifitas Fisik Adipose
I
Gangguan
Asupan T
Hormon
Makanan
A
Sosoial Ekonomi Gangguan
Keseimbangan
hormon S
Durasi Tidur

Sumber: Dimodifikasi Misnaderly 2007, Irianto 2009, dan Jeffrey. S. Flier

Eleftheria. Maratos. S. Flier.2010


kerangka Konsep.

Pengetahuan Gizi

Obesitas

Overweight

Pola makan

Sumber : Lindawidya (2009),

Keterangan:

= Variabel Independen

= Variabel depanden

Dari Kerangka konsep di atas variabel independen yang akan di teliti terdiri

dari dua faktor yaitu pengetahuan gizi dan pola makan


F. Hipotesis Penelitian.

Ho =Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian

obesitas pada mahasiswa UNHAS tahun angkatan 2013.

=Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas

pada mahasiswa UNHAS tahun angkatan 2013.

Ha = Ada Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian obesitas

pada mahasiswa UNHAS tahun angkatan 2013.

= Ada Hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa UNHAS tahun angkatan 2013


3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Operasional Instrumen Kriteria Objektif

Obesitas Status gizi yang dinyatakan dengan Indeks Masa BB= seca, ketelitian 0,1 kg. BB Lebih =25,0-<27,0
Tubuh (IMT) yang di sesuaikan dengan umur dan jenis TB= microtoise,ketelitian 0,1 Obesitas =27,0
kelmain . IMT merupakan hasil ukur antara BB dan cm. Rikkesdas,2010.
TB {BB(kg)/TB(m)2}
Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh Responden/ Kuesioer 1. Baik
mahasiswa 2. Kurang
Arikunto,2007
Pola Makan Kebiasaan makan sehari- hari mahasiswa yang Recall 1x 24 jam, Analisis terhadap
menyangkut frekuensi makan dan jenis bahan asupanyang
makanan yang di ukur dengan Recall dan food meliputi total
frequensi. energi, protein,
a. Asupan zat gizi adalah jumlah konsumsi zat lemak dan
gizi yang meliputi total energi, Protein, Lemak karbohidrat:
dan KH dibanding standar kecukupan gizi Lebih, > 100%
(AKG) kebutuhan
AKG
cukup, Bila asupan
berada pada
kisaran 80-
h. Frekuensi konsumsi dan jenis makanan yang Lembar FFQ( food frequensi) 100%
diklasifikasikan dalam makanan pokok, lauk kebutuhan
pauk, sayur, buah, makanan jadi, cemilan dan AKG
minuman yang dinilai berdasarkan total skor Kurang, < 80%
dari frekuensi makan. kebutuhan
AKG

0 = Tidak pernah
4 = > 4x/hari
2,5 =2-3x/hari
1 =1x/hari
0,79=5-6x/minggu
0,43=2-4x/minggu
0,14=1x/minggu
Geoffrey, 2006
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik, metode yang digunakan

adalah metode survei cros sectional. Yaitu untuk mengetahui hubungan

pengetahuan gizi dan pola makan terhadap kejadian obesitas pada Mahasiswa

Universitas hassanuddin angkatan tahun 2013.

B. Lokasi Dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Universitas Hassanuddin Kota Makassar.Propinsi

Sulawesi Selatan dari bulan Maret- April 2014.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Hassanuddin Angkatan

Tahun 2013 yang memiliki berat badan lebih.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus

Minimal Sample Size.

Z2/2 x p ( 1 p ) N

n=

d2 (N 1 ) + Z2/2 x p ( 1 p )
Keterangan :

n = Besar sampel minimal

N = Jumlah populasi

Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu

p = harga proporsi di populasi (0,31)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir ( 0,1)

Perhitungan jumlah sampel dengan jumlah populasi (N) = 411, maka

besar sampel sesuai rumus adalah :(41)

Z2/2 x p ( 1 p ) N

n=

d2 (N 1 ) + Z2/2 x p ( 1 p )

4 (0,31) (1 -0,31) 411

n=

0,12 (411-1) + (4) x 0,31 (1 0,31)

351

n=

4,96
n = 70,7

n = 71 orang

Jadi, jumlah sampel minimal adalah 71 orang.

1. Teknik Pengambilan Sampel

Data awal kami peroleh dari Rektorat Unhas yang di ambil pada saat

penerimaan mahasiswa baru dilakukan penimbangan dan pengukuran

tinggi badan. Namun sebelumnya digunakan alat yang berbeda, dalam

penelitian ini kami akan melakukan penimbangan ulang dengan

menggunakan timbangan BIA ( Bioelektric Impendence Analysis).

2. Cara Perhitungan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode

sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi yang akan

diteliti diambil berdasarkan proportional random sampling. Yaitu

pengambilan sampel dengan proporsi yang sama pada setiap strata.

Adapun proposi sampel pada setiap strata adalah sebagai berikut:

Fakultas Ekonomi =

Fakultas Hukum =

Fakultas Kedokteran =

Fakultas Teknik =
Fakultas ISIPOL =

Fakultas Ilmu Budaya =

Fakultas Pertanian =

Fakultas MIPA =

Fakultas Peternakan =

Fakultas Kedokteran Gigi =

Fakultas Kesehatan Masyarakat =

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan =

Fakultas Kehutanan =

Fakultas Farmasi =

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Kuesioner berupa data karakteristik mahasiswa.

2. Kuesioner pengetahuan gizi

3. Lembar Recall 2x 24 jam

4. Lembar kuesioner Food Frequency (FFQ)


5. Timbangan BIA(Bioelectric Impedence Analysis) untuk menimbang berat

badan.

6. Microtoice untuk mengukur tinggi badan.

7. Alat tulis menulis.

8. Food Picture.

9. Nutrisurvey.

10. Program komputer (program SPSS)

A. Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam proses

penelitian melalui pengukuran fisik dan wawancara dengan para

reponden yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan

kuesioner.

1) Identitas responden diperoleh melalui wawancara langsung

dengan menggunakan formulir identitas responden.

2) Tinggi badan diukur dengan microtoise.

3) Berat badan diukur dengan timbangan BIA-seca

4) Asupan zat gizi makro diperoleh dengan cara recall 2x 24 jam.

5) Frekuensi konsumsi jenis bahan makanan diperoleh dengan

menggunakan format food frequency quesioner (FFQ) melalui

wawancara langsung dengan menggunakan responden.


b. Data Sekunder

Data sekunder meliputi jumlah dan identitas mahasiswa yang

diperoleh dari Rektorat Unhas.

2. Cara pengumpulan data

a. Persiapan

Mengurus surat ijin pengambilan data di akademik FKM Unhas.

b. Pelaksanaan Pengumpulan Data

1) Identifikasi subyek penelitian. Untuk memperoleh data tersebut,

peneliti bekerja sama dengan pihak Rektorat Unhas untuk memperoleh

data yang akurat.

2) Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

3) Data sekunder yaitu data mengenai identitas, berat badan, dan tinggi

badan mahasiswa angkatan 2013 yang diperoleh dari bagian akademik

Rektorat Unhas.

B. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS kemudian data tersebut

disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan penjelasan.

Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka data diolah melalui tahapan

sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data (Editing)


Mengecek kembali apakah isian dalam lembar kuesioner/ wawancara

sudah lengkap dan diisi, editing dilakukan ditempat pengumpulan data.

2. Pemberian Kode (Coding)

Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit, selanjutnya

dilakukan pengkodean variabel sebelum dipindahkan ke format aplikasi

SPSS 16.

3. Mengentri Data (Entry)

Peneliti memasukkan data yang diperoleh kedalam kategori tertentu

untuk dilakukan analisis data.

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Peneliti mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk

tabel, grafik, dan narasi untuk membahas hasil penelitian.

C. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat dilakukan analisis distribusi frekuensi, distribusi

presentase tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan

menggunakan program SPSS dengan uji statistik Chi-square.

Kriteria keputusan pengujian hipotesis sebagai berikut:

H0 di tolak jika probabilitasnya (p) < (0,005)

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

obesitas dan pengetahuan gizi dengan pola makan. Analisis ini berupa

distribusi frekuensi dan persentase pada setiap variabel dan disajikan dalam

bentuk tabel atau grafik untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel.


D. Diagram Alur Penelitian

Pengambilan data awal mahasiswa baru UNHAS angkatan 2013.

(Terlebih dahulu mengambil data mahasiswa di bagian Rektorat Unhas)

Pengimputan dan pengolongan data awal kemudian

mengkategori berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh)

Pengurusan surat Ijin penelitian di bagian

kemahasiawaan setiap Fakultas

Pengambilan sampel yang

digunakan dengan simple

random sampling
Bersedia Menjadi Responden

Pengukuran antropometri, wawancara keusioner,

recall 2x 24 jam, dan pengisian kuesioner (FFQ)

Pengolahan Data Pelaporan

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilaksanakan dari bulan Maret - April 2014

(meliputi pengambilan dan pengolahan data) pada sejumlah mahasiswa baru

Universitas Hasanuddin, maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Universitas Hasanuddin, disingkat Unhas, adalah perguruan tinggi

negeri di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, yang berdiri pada 11 Juni

1956. Rektor pada tahun 2014 adalah Prof. Dr Dwia Aries Tina Palubuhu,

MA. Perguruan tinggi ini semula merupakan pengembangan dari Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia ketika Bung Hatta masih menjadi Wakil

Presiden. Kampus Unhas semula dibangun di Baraya atau Kampus Baraya.

Namun, awal tahun 1980-an, ketika Rektor dijabat Prof. Dr. Ahmad

Amiruddin, Kampus Unhas dipindahkan ke Tamalanrea, karena Kampus

Baraya sudah berada di tengah kota.

Kini Kampus Unhas menempati areal seluas 220 hektare di Tamalanrea

dengan berbagai fasilitas.Sejak akhir tahun 2006 Fakultas di Universitas

hasanuddin bertambah 1 yang merupakan pemekaran dari Fakultas Pertanian

dan Kehutanan yaitu Fakultas Kehutanan. Saat ini telah dikembangkan

kampus baru UNHAS yang dikhususkan untuk Fakultas Teknik yang terletak
di bekas pabrik kertas Gowa di kabupaten Gowa. Kampus baru ini mulai

dipergunakan sejak tahun 2006 walaupun masih dalam tahap renovasi dan

pembangunan gedung dan pengadaan fasilitas. Universitas Hasanuddin

memiliki 14 fakultas, yaitu:

a. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

b. Fakultas Hukum

c. Fakultas Kedokteran

d. Fakultas Teknik

e. Fakultas Sastra

f. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

g. Fakultas Pertanian

h. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

i. Fakultas Peternakan

j. Fakultas Kedokteran Gigi

k. Fakultas Kesehatan Masyarakat

l. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

m. Fakultas Kehutanan

n. Fakultas Farmasi

Setiap fakultas terdiri atas beberapa jurusan atau bagian dan program

studi. Jurusan atau bagian dipimpin oleh ketua dan sekretaris yang dipilih oleh

dosen-dosen pada jurusan atau bagian suatu program studi tersebut untuk

masa bakti empat tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti empat
tahun berikutnya. Dari keempat belas Fakultas dan Program Pasca Sarjana;

terdapat 61 program studi S1, 5 profesi , 31 S2, 18 Sp-1, dan 8 S3.

Adapun visi dari Unhas adalah Pusat Unggulan Dalam Pengembangan

Insani, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni dan Budaya Berbasis Benua

Maritim Indonesia. Sedangkan Misi dari Unhas adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan lingkungan belajar berkualitas untuk mengembangkan

kapasitas pembelajar yang inovatif dan proaktif.

2) Melestarikan, mengembangkan, menemukan dan menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

3) Menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan

budaya bagi kemaslahatan Benua Maritim Indonesia.

2. Analisis Univariat

Adapun hasil pengolahan dan analisis data variabel penelitian ini

disajikan dalam bentuk tabel serta dijelaskan dalam bentuk narasi sebagai

berikut:

a. Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik sampel penelitian meliputi umur, jenis kelamin,

suku, tempat tinggal dan fakultas. Distribusi mahasiswa menurut

karakteristik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik pada Mahasiswa Unhas Angkatan
2013 Tahun 2014
Karakteristik n (71) %
Umur

18 tahun 32 45.1
19 tahun 36 50.7
20 tahun 3 4.2
Jenis Kelamin

Laki-laki 38 53,52
Perempuan 33 46,47
Suku
Batak 1 1.4
Bugis 34 47.9
Betawi 1 1.4
Buton 1 1.4
Flores 1 1.4
Jawa 8 11.3
Makassar 15 21.1
Mandar 1 1.4
Mbojo 1 1.4
Melayu 1 1.4
Tidung 1 1.4
Toraja 6 8.5
Tempat Tinggal
Kos 23 32.4
Tidak Kos 47 66.2
Asrama 1 1.4
Fakultas

Ekonomi 7 9.9
Kedokteran Gigi 2 2.8
Kesehatan Masyarakat 3 4.2
Perikanan 2 2.8
kehutanan 2 2.8
farmasi 1 1.4
hukum 8 11.3
kedokteran 11 15.5
teknik 15 21.1
FISIP 7 9.9
Sastra 3 4.2
Pertanian 4 5.6
MIPA 4 5.6
Peternakan 2 2.8
Sumber: Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang paling

muda berusia 18 tahun dan responden paling tua berusia 20 tahun. Umumnya

responden berusia 19 tahun. Jumlah responden lebih banyak berjenis kelamin

laki-laki yakni 38 orang dibandingkan dengan perempuan 33 orang. Beragam

jenis suku yang dimiliki oleh responden namun lebih dominan berasal dari

suku Bugis dan Makassar. Dari segi tempat tinggal, 47 responden tidak kos

atau tinggal di rumah sendiri, 23 responden yang bertempat tinggal di kos dan

1 responden yang bertempat tinggal di asrama. Adapun dari segi fakultas,

yang paling banyak menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa

fakultas teknik dengan jumlah responden 15 orang dan paling sedikit adalah

mahasiswa fakultas farmasi dengan 1 orang responden.


b. Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin

Distribusi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.2
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Unhas Angkatan
2013 Tahun 2014
Jenis kelamin N %

Laki- laki 38 53,52


Perempuan 33 46,37

Total 71 100.0
Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak 39 orang (54,9%) sedangkan responden yang

berjenis kelamin perempuan 32 orang (45,1%) dari jumlah responden.

c. Distribusi Responden berdasarkan kategori IMT

Distribusi obesitas mahasiswa berdasarkan IMT dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:


Tabel 4.3
Distribusi Responden berdasarkan IMT(Indeks Massa Tubuh) pada Mahasiswa
Unhas Angkatan 2013 Tahun 2014
Kategori IMT N %

Overweight 22 31
Obesitas 49 69
Total 71 100.0
Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki

status gizi obesitas berdasarkan kategori IMT obesitas lebih banyak 49 orang

atau (69%) sedangkan responden yang memiliki kategori overweight

sebanyak 22 orang (31%).

d. Distribusi Pengetahuan Responden

Distribusi pengetahuan mahasiswa berdasarkan pengetahuan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4
Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Gizi pada Mahasiswa Unhas
Angkatan 2013 Tahun 2014
Pengetahuan N %

Baik 34 47,9
Kurang 37 52,1
Total 71 100.0
Sumber: Data Primer 2014
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 34 orang (47,9 %) sedangkan responden yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 37 orang (52,1%) dari jumlah

responden.

e. Asupan Zat gizi makro dan serat Responden berdasarkan hasil Recall

Responden

Distribusi asupan energi mahasiswa berdasarkan AKG 2013

menggunakan recall 2x 24 jam dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Distribusi Asupan Zat Gizi Makro dan serat Responden Berdasarkan AKG 2013
pada Mahasiswa Unhas Angkatan 2013 Tahun 2014
Asupan Energi N %

Lebih 8 11,3
Cukup 15 21,1
Kurang 48 67,6
Total 71 100.0
Asupan Protein N %
Lebih 34 47,9
Cukup 21 29,6
Kurang 16 22,5
Total 71 100.0
Asupan Lemak N %
Lebih 18 25,4
Cukup 15 21,1
Kurang 38 53,5
Total 71 100.0
Asupan Karbohidrat N %
Lebih 5 7,0
Cukup 7 9,9
Kurang 59 83,1
Total 71 100.0
Asupan serat N %
Lebih 0 0
Cukup 3 4,22
Kurang 68 95,77
Total 71 100.0
Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki

asupan energi kurang berdasarkan AKG 2013 dengan menggunakan

instrumen recall 2x 24 jam yakni banyak 48 orang (67,6%) sedangkan

responden yang asupan energi cukup 15 orang (21,1%) dan asupan energi

yang lebih yakni lebih sedikit yaitu 8 orang (11,3%).

Responden dengan Asupan Protein lebih berdasarkan AKG 2013

dengan menggunakan Instrumen recall 2x 24 jam sebanyak 34 orang (47,9%)

asupan protein cukup 21orang (29,6%) dan responden dengan asupan protein

kurang yaitu 16 orang (22,5%).

Responden dengan Asupan Lemak kurang berdasarkan AKG 2013

dengan menggunakan Instrumen recall 2x 24 jam lebih banyak yaitu 38 orang

(53,5%) sedangkan asupan lemak cukup 15 orang (21,1%) dan asupan lemak

yang lebih sebanyak 18 orang (25,4%).

Responden dengan Asupan Karbohidrat kurang berdasarkan AKG

2013 dengan menggunakan recall 2x24 jam lebih banyak 59 orang (83,1%)

dari jumlah responden, sedangkan asupan karbohidrat cukup 7 orang ( 9,9%)


dan asupan karbohidrat lebih cenderung sedikit 5 orang (7,0%) dari jumlah

responden.

Responden dengan Asupan Serat kurang berdasar AKG 2013 dengan

menggunakan recall 2x 24 jam sebanyak 68 orang (95,77) sedangkan asupan

serat cukup 3 orang (4,22) dan tidak terdapat responden yang memiliki asupan

serat lebih.

1. Analisis Bivariat

Uji bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tabulasi silang

antara masing-masing variabel dan data lainnya. Uji bivariat dalam penelitian ini

menggunakan rumus chi-square

Tabel 4.5
Distribusi Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik
pada Mahasiswa Unhas Angkatan 2013 Tahun 2014
Karakteristik Overweight Obesitas
n % n % n %
Umur
18 tahun 8 25.0 24 75.0 32 45.1
19 tahun 13 36.1 23 63.9 36 50.7
20 tahun 1 33.3 2 66.7 3 4.2

Jenis Kelamin
Laki-laki 9 23,7 29 76,3 38 53,52
Perempuan 13 39,4 20 60,9 33 46,47
Suku

Batak 0 0 1 100 1 1.4


Bugis 13 38.2 21 61.8 34 47.9
Betawi 0 0 1 100 1 1.4
Buton 0 0 1 100 1 1.4
Flores 1 100 0 0 1 1.4
Jawa 2 25.0 6 75.0 8 11.3
Makassar 2 13.3 13 86.7 15 21.1
Mandar 0 0 1 100 1 1.4
Mbojo 1 100 0 0 1 1.4
Melayu 1 100 0 0 1 1.4
Tidung 1 100 0 0 1 1.4
Toraja 1 16.7 5 83.3 6 8.5

Tempat Tinggal
Kos 9 39.1 14 60.9 23 32.4
Tidak Kos 13 27.7 34 72.3 47 66.2
Asrama 0 0 1 100 1 1.4
Fakultas
Ekonomi 0 0 7 100 7 9.9
Kedokteran Gigi 0 0 2 100 2 2.8
Kesehatan Masyarakat 2 66.7 1 33.3 3 4.2
Perikanan 0 0 2 100 2 2.8
kehutanan 1 50 1 50 2 2.8
farmasi 0 0 1 100 1 1.4
hukum 3 37.5 5 62.5 8 11.3
kedokteran 2 18.2 9 81.8 11 15.5
teknik 6 40 9 60.0 15 21.1
FISIP 3 42.9 4 57.1 7 9.9
Sastra 3 100 0 0 3 4.2
Pertanian 1 25.0 3 75 4 5.6
MIPA 1 25.0 3 100 4 5.6
Peternakan 0 0 2 69 2 2.8

Sumber: Data Primer 2014


Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menderita

obesitas pada usia 18 tahun sebanyak 24 orang (75%) dan overweight paling

banyak pada usia 19 tahun 13 orang (36.1%). Jumlah responden obesitas laki

laki sebanyak 29 orang (76,3%) dari 49 responden dan overweight lebih banyak

perempuan sebanyak 13 orang (39,4%) dari 22 responden. Beragam jenis suku

yang dimiliki oleh responden dan yang memiliki status gizi obesitas terbanyak

pada suku bugis 21 orang (61.6%) dan overweight terbanyak masih pada suku

yang sama yaitu 13 orang (38.2%). Dari segi tempat tinggal responden obesitas

sebanyak 14 orang (60.9%) tinggal di kos, dan kategori overweight sebanyak 13

orang (27.7%). Adapun karakteristik dari segi fakultas, yang paling banyak

obesitas adalah fakultas teknik dan kedokteran dan yang paling banyak

overweight fakultas teknik.

Distribusi responden berdasaran penetahuan pengetahuan dengan

obesitas pada mahasiswa Unhas Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Responden
Berdasaran pengetahuan dengan obesitas pada mahasiswa Unhas Angkatan 2013
Tahun 2014
Kategori IMT Total

Pengetahuan Overweight Obesitas P


n %
n % n %

Baik 9 26,5 25 73,54 34 47,88

Kurang 13 35,1 24 64,9 37 52,11 0,595

Total 22 31,0 49 69,0 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.8 menunjukan bahwa responden obesitas lebih banyak

memiliki pengetahuan baik 25 orang (73,54%) daripada responden obesitas

yang pengetahuan kurang 24 orang (64,9%). Dan responden overweight yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 13 orang (35,15) daripada yang

berpengetahuan baik 9 orang (26,5%).

Uji Chi square yang dilakukan terhadap pengetahuan dengan obesitas

didapatkan nilai p value sebesar 0,595 pada ( > 0,05). Dengan demikian

maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas pada mahasiswa

Unhas angkatan 2013 tahun 2014.

Distribusi zat gizi makro dan serat dengan obesitas pada

mahasiswa Unhas Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai berikut:


Tabel 4.8
Distribusi Responden
Berdasaran asupan zat gizi makro dan serat dengan obesitas pada mahasiswa Unhas
Angkatan 2013 Tahun 2014
Kategori IMT Total

Asupan Energi Overweght Obesitas P


n %
n % n %

3 37,5 5 62,5 8 11,26


Lebih
0,586
6 40,0 9 60,0 15 21,12
Cukup
13 27,1 35 72,9 48 67,60
Kurang

Total 22 31,0 49 69,0 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.9 maka dapat diketahui bahwa responden yang obesitas

memiliki asupan energi kurang sebanyak 35 orang ( 72,9%) sedangkan

responden obesitas yang asupan energi cukup 9 orang (60,0%) sedangkan

responden yang asupan lebih 5 orang ( 62,5%). Dan responden dengan

overweight yang asupan energi kurang 13 orang ( 27,1) asupan energi cukup

6 orang ( 40,0%) dan asupan energi lebih 3 orang (37,5%)

Uji Chi square yang dilakukan terhadap asupan energi dengan obesitas

didapatkan p value sebesar 0,586 > 0,05, berarti Ho ditolak yang berarti tidak

ada hubungan signifikan antara asupan energi dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014.


Distribusi asupan protein dengan obesitas mahasiswa Unhas Angkatan

2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.9
Distribusi Responden
Berdasaran asupan protein dengan obesitas pada mahasiswa Unhas Angkatan 2013
Tahun 2014
Kategori Obesitas Total
Asupan
Overweight Obesitas P
Protein n %
n % n %

Lebih 12 35,3 22 64,7 34 47,88


Cukup 7 33,3 14 66,7 21 29,57
3 18,8 13 81,3 16 22,53
Kurang 0,480

Total 22 30,98 49 69,0 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.10 maka dapat diketahui bahwa responden yang obesitas

memiliki asupan protein lebih sebanyak 22 orang (64,7%) memiliki asupan

cukup 14 orang (66,7) dan responden yang memiliki asupan protein kurang 13

orang (81,3%), begitu juga dengan responden yang overweight asupan

protein lebih 12 orang (35,3%), cukup 7 orang (33,3%) dan kurang 3 orang

(18,8%).

Berdasarkan uji Chi square didapatkan p value sebesar 0,480. Dasar

penghitungan keputusan uji chi square untuk uji hipotesis adalah value lebih

kecil dari 0,05, berarti Ho ditolak yaitu tidak ada hubungan signifikan antara
asupan protein dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Unhas angkatan

2013 tahun 2014.

Distribusi asupan lemak dengan kategori IMT mahasiswa Unhas

Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.10
Distribusi Responden
Berdasaran asupan lemak dengan kategori IMT mahasiswa Unhas Angkatan 2013
Tahun 2014
Kategori IMT Total

Asupan Lemak Overweight Obesitas n % P

n % n %

Lebih 8 44,4 10 55,6 18 25,35


0,048
Cukup
7 46,7 8 53,3 15 21,12
Kurang 7 18,4 31 81,6 38 53,52

Total 22 30,98 49 69,0 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.11 maka dapat diketahui bahwa responden obesitas yang

mempunyai asupan lemak kurang 31 orang (81,6%) yang asupan lemak

cukup 8 orang (53,3%) dan asupan lemak lebih 10 orang (55,6%), sedangkan

responden overweight yang asupan lemak lebih 8 orang (44,4%), yang cukup

7 orang (46,7%) dan kurang 7 orang (18,4).

Berdasarkan uji Chi square didapatkan p value sebesar 0,048. Dasar

penghitungan keputusan uji chi square untuk uji hipotesis adalah value lebih
kecil dari 0,05, berarti Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara

asupan lemak dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Unhas angkatan

2013 tahun 2014.

Distribusi asupan Karbohidrat dengan kategori IMT mahasiswa Unhas

Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.11
Distribusi Responden
Berdasarkan asupan Karbohidrat dengan kategori IMT mahasiswa Unhas Angkatan
2013 Tahun 2014
Kategori IMT Total

Asupan KH Overweight Obesitas n % P

n % n %

Lebih 1 20 4 80 5 7,42
Cukup
2 28,6 5 71,4 7 9,85
Kurang 19 32,2 40 67,8 59 83,09 0,843

Total 22 30,98 49 69,0 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.12 maka dapat diketahui bahwa responden obesitas

mempunyai asupan karbohidrat lebih 4 orang (80%), asupan karbohidrat

cukup 5 orang (71,4%) dan asupan kurang 40 orang (67,8%). Begitu juga

dengan responden dengan kategori overweight memiliki asupan karbohidrat

kurang 19 orang (32,2%) asupan cukup 2 orang (26,6%) dan asupan

karbohidrat yang lebih 1 orang (20%).


Berdasarkan uji Chi square didapatkan p value sebesar 0,843. Dasar

penghitungan keputusan uji chi square untuk uji hipotesis adalah value lebih

kecil dari 0,05. Berdasarkan uji chi square maka p value lebih besar dari 0,05

(0,843 >0,05), sehingga Ho ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan obesitas pada

mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014.

Distribusi asupan serat dengan kategori IMT mahasiswa Unhas

Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.12
Distribusi Responden
Berdasaran asupan serat dengan kategori IMT mahasiswa Unhas Angkatan 2013
Tahun 2014
Kategori IMT Total

Asupan Serat Overweight Obesitas n % P

n % n %

Lebih
Cukup 1 4,5 2 4,1 3 4,22
Kurang 21 95,5 47 95,9 68 95,77
0,928
Total 22 30,98 49 69,01 71 100

Sumber Data Primer 2014

Dari tabel 4.13 maka dapat diketahui bahwa responden dengan

kategori obesitas mempunyai asupan serat kurang sangat tinggi 47 orang

(95,9%) begitu juga dengan responden dengan kategori overweight 21 orang


(95,5%), sementara untuk kategori obesitas yang asupan serat cukup 2 orang

(4,1%), sedangkan overweight yang asupan serat cukup 1 orang (4,5%)s. Dan

untuk kategori overweight maupun obesitas tidak terdapat asupan serat yang

tergolong lebih.

Berdasarkan uji Chi square didapatkan p value sebesar 0,928. Dasar

penghitungan keputusan uji chi square untuk uji hipotesis adalah value lebih

kecil dari 0,05. Berdasarkan uji chi square maka p value lebih besar dari 0,05

(0,928> 0,05), sehingga Ho ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan obesitas pada

mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014.

Distribusi Konsumsi bahan makanan berdasarkan Frekuensi Food

Frequency (FFQ) mahasiswa Unhas Angkatan 2013 dapat dilihat sebagai

berikut:
Tabel 4.13
Distribusi Skor
Sumber makanan pokok overweight mahasiswa Unhas Angkatan 2013

Frekuensi Konsumsi
Makanan >4x/h 5- 2- 1x/ tdk
2-3x/hr 1x/hr rata2
Pokok r 6x/mg 4x/mg mg prnh jmlh
skor
4 2,5 1 0,79 0,43 0,14 0
Nasi Putih n 0 19 3 0 0 0 0 22 2,295
s 0 47,5 3 0 0 0 0 50,5
mie basah n 0 1 1 1 8 6 5 22 0,390
s 0 2,5 1 0,79 3,44 0,84 0 8,57
ketupat n 0 0 0 0 2 2 18 22 0,052
s 0 0 0 0 0,86 0,28 0 1,14
singkong n 0 1 0 0 1 0 20 22 0,133
s 0 2,5 0 0 0,43 0 0 2,93
Bubur n 0 0 0 0 1 4 17 22 0,045
s 0 0 0 0 0,43 0,56 0 0,99
Lauk Pauk
D. Ayam n 0 0 3 0 5 6 8 22 0,272
s 0 0 3 0 2,15 0,84 0 5,99
D. Sapi n 0 0 0 0 2 10 10 22 0,103
s 0 0 0 0 0,86 1,4 0 2,26
T.ayam n 0 1 8 0 8 2 3 22 0,646
s 0 2,5 8 0 3,44 0,28 0 14,22
T.bebek n 0 0 0 0 0 2 20 22 0,013
s 0 0 0 0 0 0,28 0 0,28
I.kering n 0 1 0 0 1 2 18 22 0,146
s 0 2,5 0 0 0,43 0,28 0 3,21
I. kakap n 0 0 1 0 0 0 21 22 0,045
s 0 0 1 0 0 0 0 1
I.cakalang n 0 0 1 0 1 4 16 22 0,090
s 0 0 1 0 0,43 0,56 0 1,99
I.bandeng n 0 1 2 0 6 2 11 22
s 0 2,5 2 0 2,58 0,28 0 7,36 0,335
kepiting n 0 0 0 0 1 6 15 22 0,058
s 0 0 0 0 0,43 0,84 0 1,27
cumi n 0 0 0 0 1 0 21 22 0,020
s 0 0 0 0 0,43 0 0 0,43
udang n 0 0 0 0 4 6 12 22 0,116
s 0 0 0 0 1,72 0,84 0 2,56
Tahu n 0 3 6 1 5 6 1 22 0,785
s 0 7,5 6 0,79 2,15 0,84 0 17,28
Tempe n 0 2 6 1 6 3 4 22 0,672
s 0 5 6 0,79 2,58 0,42 0 14,79
Sayuran
Buncis n 0 0 2 0 6 2 12 22 0,221
s 0 0 2 0 2,58 0,28 0 4,86
Brocoli n 0 0 0 0 1 4 17 22 0,045
s 0 0 0 0 0,43 0,56 0 0,99
Bayam n 0 0 2 0 6 6 8 22 0,246
s 0 0 2 0 2,58 0,84 0 5,42
Kangkung n 0 1 2 1 5 4 9 22 0,364
s 0 2,5 2 0,79 2,15 0,56 0 8
Sawi Putih n 0 0 1 0 1 1 19 22 0,071
s 0 0 1 0 0,43 0,14 0 1,57
Cetimun n 0 0 1 1 4 3 13 22 0,179
s 0 0 1 0,79 1,72 0,42 0 3,93
Wortel n 0 0 3 0 3 1 15 22 0,201
s 0 0 3 0 1,29 0,14 0 4,43
Terong n 0 0 0 0 1 2 19 22 0,032
s 0 0 0 0 0,43 0,28 0 0,71
L. Siam n 0 0 0 0 1 2 19 22 0,032
s 0 0 0 0 0,43 0,28 0 0,71
L. Kuning n 0 0 1 0 1 1 19 22 0,071
s 0 0 1 0 0,43 0,14 0 1,57
Kol n 0 0 1 0 3 4 14 22 0,130
s 0 0 1 0 1,29 0,56 0 2,85
K. tanah n 0 0 0 0 1 3 18 22 0,039
s 0 0 0 0 0,43 0,42 0 0,85
K. Merah n 0 0 0 0 1 2 19 22 0,032
s 0 0 0 0 0,43 0,28 0 0,71
K. Hijau n 0 1 1 0 1 6 13 22 0,217
s 0 2,5 1 0 0,43 0,84 0 4,77
Kentang n 0 1 3 0 4 5 9 22 0,360
s 0 2,5 3 0 1,72 0,7 0 7,92
Buah- buahan
Alpukat n 0 0 1 0 5 10 6 22 0,207
s 0 0 1 0 2,15 1,4 0 4,55
Apel n 0 0 1 0 4 7 10 22 0,168
s 0 0 1 0 1,72 0,98 0 3,7
Sunkist n 0 0 1 0 6 6 9 22 0,201
s 0 0 1 0 2,58 0,84 0 4,42
J. Bali n 0 0 0 0 0 3 19 22 0,019
s 0 0 0 0 0 0,42 0 0,42
Mangga n 0 0 0 0 1 9 12 22 0,077
s 0 0 0 0 0,43 1,26 0 1,69
Pepaya n 0 0 1 0 5 4 12 22 0,169
s 0 0 1 0 2,15 0,56 0 3,71
Rambutan n 0 0 1 0 2 11 8 22 0,155
s 0 0 1 0 0,86 1,54 0 3,4
Anggur n 0 0 0 0 3 4 15 22 0,084
s 0 0 0 0 1,29 0,56 0 1,85
P. Susu n 0 0 0 0 3 4 15 22 0,084
s 0 0 0 0 1,29 0,56 0 1,85
Salak n 0 0 0 0 0 4 18 22 0,025
s 0 0 0 0 0 0,56 0 0,56
Sirsak n 0 0 2 0 5 3 12 22 0,208
s 0 0 2 0 2,15 0,42 0 4,57
Durian n 0 0 0 0 1 6 15 22 0,058
s 0 0 0 0 0,43 0,84 0 1,27
k. Muda n 0 0 1 0 0 8 13 22 0,096
s 0 0 1 0 0 1,12 0 2,12
Langsat n 0 0 0 0 4 5 13 22 0,110
s 0 0 0 0 1,72 0,7 0 2,42
Sukun n 0 0 0 1 0 2 19 22 0,049
s 0 0 0 0,79 0 0,28 0 1,07
Makanan Jadi
N. Goreng n 0 1 2 1 9 4 5 22 0,442
s 0 2,5 2 0,79 3,87 0,56 0 9,72
N. Kuning n 0 0 1 2 4 9 6 22 0,253
s 0 0 1 1,58 1,72 1,26 0 5,56
Coto n 0 0 0 0 1 9 12 22 0,077
s 0 0 0 0 0,43 1,26 0 1,69
Mie Bakso n 0 1 1 1 3 11 5 22 0,324
s 0 2,5 1 0,79 1,29 1,54 0 7,12
Siomay n 0 0 0 0 2 9 11 22 0,096
s 0 0 0 0 0,86 1,26 0 2,12
Gado2 n 0 0 0 0 2 9 11 22 0,096
s 0 0 0 0 0,86 1,26 0 2,12
Pangsit n 0 0 0 0 5 8 9 22 0,149
s 0 0 0 0 2,15 1,12 0 3,27
Capcay n 0 0 0 0 2 6 14 22 0,077
s 0 0 0 0 0,86 0,84 0 1,7
M.Kering n 0 0 0 0 1 11 10 22 0,090
s 0 0 0 0 0,43 1,54 0 1,97
M.Goreng n 0 2 1 0 3 8 8 22 0,382
s 0 5 1 0 1,29 1,12 0 8,41
Sate Ayam n 0 0 2 0 3 10 7 22 0,213
s 0 0 2 0 1,29 1,4 0 4,69
Nugget n 0 0 1 0 3 6 12 22 0,142
s 0 0 1 0 1,29 0,84 0 3,13
Sosis n 0 1 0 0 1 8 12 22 0,184
s 0 2,5 0 0 0,43 1,12 0 4,05
Spagetti n 0 1 0 0 1 6 14 22 0,171
s 0 2,5 0 0 0,43 0,84 0 3,77
Steak n 0 0 0 0 1 9 12 22 0,077
s 0 0 0 0 0,43 1,26 0 1,69
A.Krispi n 0 0 1 0 5 11 5 22 0,213
s 0 0 1 0 2,15 1,54 0 4,69
Cemilan
R.Tawar n 0 3 4 0 7 4 4 22 0,685
s 0 7,5 4 0 3,01 0,56 0 15,07
R. Coklat n 0 2 5 0 5 4 6 22 0,578
s 0 5 5 0 2,15 0,56 0 12,71
B.Malkist n 0 1 2 0 3 4 12 22 0,289
s 0 2,5 2 0 1,29 0,56 0 6,35
B. Kelapa n 0 0 1 0 3 5 13 22 0,136
s 0 0 1 0 1,29 0,7 0 2,99
Wafer n 0 1 2 0 3 7 9 22 0,308
s 0 2,5 2 0 1,29 0,98 0 6,77
Songkolo n 0 0 0 0 3 1 18 22 0,065
s 0 0 0 0 1,29 0,14 0 1,43
Pisang Ijo n 0 0 0 0 2 5 15 22 0,071
s 0 0 0 0 0,86 0,7 0 1,56
Bolu n 0 0 1 0 2 2 17 22 0,097
s 0 0 1 0 0,86 0,28 0 2,14
Donat n 0 2 0 0 5 5 10 22 0,357
s 0 5 0 0 2,15 0,7 0 7,85
Risoles n 0 2 1 0 5 3 11 22 0,390
s 0 5 1 0 2,15 0,42 0 8,57
Puding n 0 0 1 0 2 9 10 22 0,142
s 0 0 1 0 0,86 1,26 0 3,12
Gulung n 0 0 2 0 2 5 13 22 0,162
s 0 0 2 0 0,86 0,7 0 3,56
P. Goreng n 0 1 1 1 4 8 7 22 0,324
s 0 2,5 1 0,79 1,72 1,12 0 7,13
Bakwan n 0 0 2 1 7 5 7 22 0,295
s 0 0 2 0,79 3,01 0,7 0 6,5
P.Molen n 0 0 2 1 4 6 9 22 0,243
s 0 0 2 0,79 1,72 0,84 0 5,35
T. Bulan n 0 0 1 0 2 11 8 22 0,155
s 0 0 1 0 0,86 1,54 0 3,4
Martabat n 0 0 1 1 2 10 8 22 0,184
s 0 0 1 0,79 0,86 1,4 0 4,05
O.Jawa n 0 0 1 0 0 4 17 22 0,071
s 0 0 1 0 0 0,56 0 1,56
B.Kukus n 0 0 1 0 1 5 15 22 0,097
s 0 0 1 0 0,43 0,7 0 2,13
J. Kote n 0 2 3 0 6 5 6 22 0,513
s 0 5 3 0 2,58 0,7 0 11,28
Kue Lapis n 0 0 1 0 1 2 18 22 0,078
s 0 0 1 0 0,43 0,28 0 1,71
pawa n 0 0 0 0 2 4 16 22 0,065
s 0 0 0 0 0,86 0,56 0 1,42
Broncong n 0 0 1 1 1 4 15 22 0,126
s 0 0 1 0,79 0,43 0,56 0 2,78
Pukis n 0 0 0 0 2 3 17 22 0,058
s 0 0 0 0 0,86 0,42 0 1,28
Roko2 n 0 0 0 0 1 1 20 22 0,026
Unti
s 0 0 0 0 0,43 0,14 0 0,57
Minuman
S.K. n 0 1 2 1 1 3 14 22
Manis 0,279
s 0 2,5 2 0,79 0,43 0,42 0 6,14
Kopi n 0 1 7 0 7 5 2 22 0,600
s 0 2,5 7 0 3,01 0,7 0 13,21
Teh n 0 4 8 0 3 5 2 22 0,909
s 0 10 8 0 1,29 0,7 0 19,99
Teh gelas n 0 0 4 0 2 7 9 22 0,265
s 0 0 4 0 0,86 0,98 0 5,84
Susu uht n 0 1 1 1 1 4 14 22 0,240
s 0 2,5 1 0,79 0,43 0,56 0 5,28
Buavita n 0 0 1 0 0 4 17 22 0,071
s 0 0 1 0 0 0,56 0 1,56
YouC n 0 0 2 1 1 5 13 22 0,178
s 0 0 2 0,79 0,43 0,7 0 3,92
P. Sweat n 0 1 0 0 1 7 13 22 0,178
s 0 2,5 0 0 0,43 0,98 0 3,91
The Botol n 0 0 1 0 1 9 11 22 0,122
s 0 0 1 0 0,43 1,26 0 2,69
Pulpy n 0 0 1 1 1 10 9 22 0,165
s 0 0 1 0,79 0,43 1,4 0 3,62
Mizone n 0 0 0 0 1 8 13 22 0,070
s 0 0 0 0 0,43 1,12 0 1,55
Energen n 0 0 0 0 4 6 12 22 0,116
s 0 0 0 0 1,72 0,84 0 2,56
Coca Cola n 0 0 2 1 5 5 9 22 0,256
s 0 0 2 0,79 2,15 0,7 0 5,64
Fanta n 0 0 0 0 2 4 16 22 0,065
s 0 0 0 0 0,86 0,56 0 1,42
Sprite n 0 0 0 0 1 4 17 22 0,045
s 0 0 0 0 0,43 0,56 0 0,99
Jus n 0 0 3 0 4 7 8 22 0,259
s 0 0 3 0 1,72 0,98 0 5,7
Tabel 4.14
Distribusi Skor
Sumber makanan pokok obesitas mahasiswa Unhas Angkatan 2013

Frekuensi Konsumsi
Makanan 1x/h 5- 2- 1x/ tdk
>4x/hr 2-3x/hr rata2
Pokok r 6x/mg 4x/mg mg prnh jmlh
skor
4 2,5 1 0,79 0,43 0,14 0
Nasi Putih n 0 39 10 0 0 0 0 49 2,194
s 0 97,5 10 0 0 0 0 107,5
mie basah n 0 0 7 1 11 21 9 49 0,316
s 0 0 7 0,79 4,73 2,94 0 15,46
ketupat n 0 0 1 0 2 14 32 49 0,078
s 0 0 1 0 0,86 1,96 0 3,82
singkong n 0 0 1 0 1 0 47 49 0,029
s 0 0 1 0 0,43 0 0 1,43
Bubur n 0 1 2 0 4 2 40 49 0,133
s 0 2,5 2 0 1,72 0,28 0 6,5
Lauk Pauk
D. Ayam n 0 2 6 1 11 11 18 49 0,369
s 0 5 6 0,79 4,73 1,54 0 18,06
D. Sapi n 0 0 2 0 5 13 29 49 0,122
s 0 0 2 0 2,15 1,82 0 5,97
T.ayam n 0 8 10 2 16 4 9 49 0,796
s 0 20 10 1,58 6,88 0,56 0 39,02
T.bebek n 0 0 1 0 4 10 34 49 0,084
s 0 0 1 0 1,72 1,4 0 4,12
I.kering n 0 1 2 0 5 12 29 49 0,170
s 0 2,5 2 0 2,15 1,68 0 8,33
I. kakap n 0 1 2 0 5 10 31 49 0,164
s 0 2,5 2 0 2,15 1,4 0 8,05
I.cakalang n 0 0 2 0 2 13 32 49 0,096
s 0 0 2 0 0,86 1,82 0 4,68
I.bandeng n 0 0 3 1 10 14 21 49 0,205
s 0 0 3 0,79 4,3 1,96 0 10,05
kepiting n 0 0 0 0 1 13 35 49 0,046
s 0 0 0 0 0,43 1,82 0 2,25
cumi n 0 0 1 0 3 12 33 49 0,081
s 0 0 1 0 1,29 1,68 0 3,97
udang n 0 0 0 0 5 15 29 49 0,087
s 0 0 0 0 2,15 2,1 0 4,25
Tahu n 0 2 12 2 19 8 6 49 0,569
s 0 5 12 1,58 8,17 1,12 0 27,87
Tempe n 0 6 13 1 21 6 2 49 0,789
s 0 15 13 0,79 9,03 0,84 0 38,66
Sayuran
Buncis n 0 0 1 2 8 10 28 49 0,151
s 0 0 1 1,58 3,44 1,4 0 7,42
Brocoli n 0 0 3 0 5 7 34 49 0,125
s 0 0 3 0 2,15 0,98 0 6,13
Bayam n 0 1 3 0 18 12 15 49 0,304
s 0 2,5 3 0 7,74 1,68 0 14,92
Kangkung n 0 3 5 1 16 10 14 49 0,440
s 0 7,5 5 0,79 6,88 1,4 0 21,57
Sawi Putih n 0 0 2 1 5 4 37 49 0,112
s 0 0 2 0,79 2,15 0,56 0 5,5
Cetimun n 0 1 2 0 15 12 19 49 0,258
s 0 2,5 2 0 6,45 1,68 0 12,63
Wortel n 0 0 4 0 14 6 25 49 0,222
s 0 0 4 0 6,02 0,84 0 10,86
Terong n 0 0 0 0 6 4 39 49 0,064
s 0 0 0 0 2,58 0,56 0 3,14
L. Siam n 0 0 5 0 7 7 30 49 0,183
s 0 0 5 0 3,01 0,98 0 8,99
L. Kuning n 0 0 1 0 4 9 35 49 0,081
s 0 0 1 0 1,72 1,26 0 3,98
Kol n 0 0 1 0 9 13 26 49 0,137
s 0 0 1 0 3,87 1,82 0 6,69
K. tanah n 0 0 5 0 8 16 20 49 0,218
s 0 0 5 0 3,44 2,24 0 10,68
K. Merah n 0 1 2 0 1 13 32 49 0,138
s 0 2,5 2 0 0,43 1,82 0 6,75
K. Hijau n 0 0 4 0 3 15 27 49 0,151
s 0 0 4 0 1,29 2,1 0 7,39
Kentang n 0 2 4 1 11 9 22 49 0,322
s 0 5 4 0,79 4,73 1,26 0 15,78
Buah- Buahan
Alpukat n 0 0 3 0 10 14 22 49 0,189
s 0 0 3 0 4,3 1,96 0 9,26
Apel n 0 0 4 1 11 13 20 49 0,231
s 0 0 4 0,79 4,73 1,82 0 11,34
Sunkist n 0 1 2 1 7 19 19 49 0,224
s 0 2,5 2 0,79 3,01 2,66 0 10,96
J. Bali n 0 0 1 0 2 12 34 49 0,072
s 0 0 1 0 0,86 1,68 0 3,54
Mangga n 0 0 1 0 3 16 29 49 0,092
s 0 0 1 0 1,29 2,24 0 4,53
Pepaya n 0 0 2 1 8 18 20 49 0,179
s 0 0 2 0,79 3,44 2,52 0 8,75
Rambutan n 0 0 3 0 13 19 14 49 0,230
s 0 0 3 0 5,59 2,66 0 11,25
Anggur n 0 0 2 0 3 14 30 49 0,107
s 0 0 2 0 1,29 1,96 0 5,25
P. Susu n 0 1 3 2 7 13 23 49 0,243
s 0 2,5 3 1,58 3,01 1,82 0 11,91
Salak n 0 0 1 0 4 9 35 49 0,081
s 0 0 1 0 1,72 1,26 0 3,98
Sirsak n 0 0 3 0 7 10 29 49 0,682
s 0 0 3 0 3,01 1,4 26 33,41
Durian n 0 0 1 0 3 18 27 49 0,098
s 0 0 1 0 1,29 2,52 0 4,81
k. Muda n 0 0 2 0 7 15 25 49 0,145
s 0 0 2 0 3,01 2,1 0 7,11
Langsat n 0 0 1 0 5 19 24 49 0,119
s 0 0 1 0 2,15 2,66 0 5,81
Sukun n 0 0 0 0 4 12 33 49 0,069
s 0 0 0 0 1,72 1,68 0 3,4
Makanan Jadi
N. Goreng n 0 0 4 1 25 15 4 49 0,360
s 0 0 4 0,79 10,75 2,1 0 17,6
N. Kuning n 0 0 4 3 12 18 12 49 0,287
s 0 0 4 2,37 5,16 2,52 0 14,1
Coto n 0 1 1 1 1 28 17 49 0,176
s 0 2,5 1 0,79 0,43 3,92 0 8,64
Mie Bakso n 0 0 4 2 13 14 16 49 0,268
s 0 0 4 1,58 5,59 1,96 0 13,1
Siomay n 0 0 2 1 10 19 17 49 0,199
s 0 0 2 0,79 4,3 2,66 0 9,75
Gado2 n 0 0 2 0 8 21 18 49 0,171
s 0 0 2 0 3,44 2,94 0 8,38
Pangsit n 0 0 1 2 8 23 15 49 0,189
s 0 0 1 1,58 3,44 3,22 0 9,24
Capcay n 0 0 1 0 3 13 32 49 0,084
s 0 0 1 0 1,29 1,82 0 4,11
M.Kering n 0 0 2 0 5 18 24 49 0,136
s 0 0 2 0 2,15 2,52 0 6,67
M.Goreng n 0 1 3 1 11 22 11 49 0,288
s 0 2,5 3 0,79 4,73 3,08 0 14,1
Sate Ayam n 0 1 1 0 8 19 20 49 0,196
s 0 2,5 1 0 3,44 2,66 0 9,6
Nugget n 0 2 0 0 4 16 27 49 0,183
s 0 5 0 0 1,72 2,24 0 8,96
Sosis n 0 2 1 1 3 17 25 49 0,213
s 0 5 1 0,79 1,29 2,38 0 10,5
Spagetti n 0 0 2 0 1 15 31 49 0,092
s 0 0 2 0 0,43 2,1 0 4,53
Steak n 0 0 1 0 3 12 33 49 0,081
s 0 0 1 0 1,29 1,68 0 3,97
A.Krispi n 0 0 3 2 16 16 12 49 0,280
s 0 0 3 1,58 6,88 2,24 0 13,7
Cemilan
R.Tawar n 0 2 11 1 12 16 7 49 0,494
s 0 5 11 0,79 5,16 2,24 0 24,19
R. Coklat n 0 0 7 1 9 20 12 49 0,295
s 0 0 7 0,79 3,87 2,8 0 14,46
B.Malkist n 0 1 2 0 11 11 24 49 0,220
s 0 2,5 2 0 4,73 1,54 0 10,77
B. Kelapa n 0 1 1 1 5 13 28 49 0,169
s 0 2,5 1 0,79 2,15 1,82 0 8,26
Wafer n 0 4 6 0 10 11 18 49 0,446
s 0 10 6 0 4,3 1,54 0 21,84
Songkolo n 0 0 2 0 0 8 39 49 0,064
s 0 0 2 0 0 1,12 0 3,12
Pisang Ijo n 0 0 1 0 2 20 26 49 0,095
s 0 0 1 0 0,86 2,8 0 4,66
Bolu n 0 1 1 0 6 19 22 49 0,178
s 0 2,5 1 0 2,58 2,66 0 8,74
Donat n 0 1 4 0 11 19 14 49 0,283
s 0 2,5 4 0 4,73 2,66 0 13,89
Risoles n 0 0 5 1 11 12 20 49 0,249
s 0 0 5 0,79 4,73 1,68 0 12,2
Puding n 0 0 2 0 5 16 26 49 0,130
s 0 0 2 0 2,15 2,24 0 6,39
Gulung n 0 0 2 0 0 11 36 49 0,072
s 0 0 2 0 0 1,54 0 3,54
P. Goreng n 0 1 8 0 16 12 12 49 0,389
s 0 2,5 8 0 6,88 1,68 0 19,06
Bakwan n 0 1 8 1 14 13 12 49 0,390
s 0 2,5 8 0,79 6,02 1,82 0 19,13
P.Molen n 0 1 5 0 7 16 20 49 0,260
s 0 2,5 5 0 3,01 2,24 0 12,75
T. Bulan n 0 0 3 1 4 24 17 49 0,181
s 0 0 3 0,79 1,72 3,36 0 8,87
Martabat n 0 0 2 1 8 20 18 49 0,184
s 0 0 2 0,79 3,44 2,8 0 9,03
O.Jawa n 0 0 3 0 3 5 38 49 0,102
s 0 0 3 0 1,29 0,7 0 4,99
B.Kukus n 0 0 4 0 2 16 27 49 0,145
s 0 0 4 0 0,86 2,24 0 7,1
J. Kote n 0 0 7 1 10 19 12 49 0,301
s 0 0 7 0,79 4,3 2,66 0 14,75
Kue Lapis n 0 0 4 0 5 5 35 49 0,140
s 0 0 4 0 2,15 0,7 0 6,85
pawa n 0 1 3 0 5 8 32 49 0,179
s 0 2,5 3 0 2,15 1,12 0 8,77
Broncong n 0 2 1 0 3 11 32 49 0,180
s 0 5 1 0 1,29 1,54 0 8,83
Pukis n 0 0 3 0 3 11 32 49 0,119
s 0 0 3 0 1,29 1,54 0 5,83
Roko2 n 0 0 1 1 1 7 39 49 0,065
Unti
s 0 0 1 0,79 0,43 0,98 0 3,2
Minuman
S.K. n 0 1 4 0 7 11 26 49
Manis 0,226
s 0 2,5 4 0 3,01 1,54 0 11,05
Kopi n 0 1 7 3 7 7 24 49 0,324
s 0 2,5 7 2,37 3,01 0,98 0 15,86
Teh n 0 4 22 2 6 6 9 49 0,755
s 0 10 22 1,58 2,58 0,84 0 37
Teh gelas n 0 1 8 1 7 9 23 49 0,318
s 0 2,5 8 0,79 3,01 1,26 0 15,56
Susu uht n 0 0 5 0 12 15 17 49 0,250
s 0 0 5 0 5,16 2,1 0 12,26
Buavita n 0 1 2 0 4 12 30 49 0,161
s 0 2,5 2 0 1,72 1,68 0 7,9
YouC n 0 1 2 0 5 11 30 49 0,167
s 0 2,5 2 0 2,15 1,54 0 8,19
P. Sweat n 0 0 1 0 3 10 35 49 0,075
s 0 0 1 0 1,29 1,4 0 3,69
The Botol n 0 0 3 0 6 20 20 49 0,171
s 0 0 3 0 2,58 2,8 0 8,38
Pulpy n 0 0 1 0 6 21 21 49 0,133
s 0 0 1 0 2,58 2,94 0 6,52
Mizone n 0 0 0 0 2 13 34 49 0,055
s 0 0 0 0 0,86 1,82 0 2,68
Energen n 0 0 6 0 4 10 29 49 0,186
s 0 0 6 0 1,72 1,4 0 9,12
Coca Cola n 0 1 2 1 5 18 22 49 0,203
s 0 2,5 2 0,79 2,15 2,52 0 9,96
Fanta n 0 0 1 0 2 13 33 49 0,075
s 0 0 1 0 0,86 1,82 0 3,68
Sprite n 0 0 2 0 3 13 31 49 0,104
s 0 0 2 0 1,29 1,82 0 5,11
Jus n 0 3 2 1 14 13 16 49 0,370
s 0 7,5 2 0,79 6,02 1,82 0 18,13
Data Primer 2014
Dari tabel.4.13 hasil penelitian pola frekuensi konsumsi kelompok

bahan makanan pokok responden overweight dan obesitas:

a. Kelompok makanan pokok

Responden overweight pola makanan pokok yang sering di konsumsi

nasi putih nasi >1x/ hari (skor 2,295), pola konsumsi mie basah 2-4x

perminggu (skor 0,390), yang jarang di konsumsi bubur 1x perminggu ( skor

0,045). Sedangkan responden obesitas pola makanan pokok yang sering di

konsumsi sama yaitu nasi >1x/hari (skor 2,196), mie basah 2-4x perminggu

(skor 0,316), sedangkan yang jarang dikonsumsi singkong 2-4x perminggu

(skor 0,029).

b. Kelompok lauk pauk

Responden overweight lauk pauk nabati yang sering dikonsumsi tahu

1x perhari ( skor 0,785), tempe 2-4x perminggu (skor 0,672) sedangkan lauk

hewani yang sering di konsumsi telur ayam 1x perhari (skor 0,646) dan ikan

bandeng 2-4x perminggu (skor 0,335), yang jarang dikonsumsi telur bebek 2-

1x perminggu (skor 0,013). Sedangkan responden obesitas lauk nabati yang

sering dikonsumsi tempe 2-4x perminggu (skor 0,798) dan tahu 2-4x

perminggu (skor 0,569), sedangkan lauk hewani yang sering dikonsumsi telur

ayam 2-4x perminggu (skor 0,796) dan daging ayam 2-4x perminggu (skor

0,369), yang jarang kepiting 1x perminggu ( 0,046).


c. Kelompok Sayuran

Untuk responden overweight sayuran yang sering dikonsumsi

kangkung 2-4x perminggu (skor 0,364) dan kentang 1x perminggu ( 0,360),

sayuran yang jarang dikonsumsi terong dan kacang merah (skor 0,032) dan

(skor 0,032). Responden obesitas sayuran yang sering dikonsumsi sama

dengan responden overweight yaitu kangkung dan kentang dengan (skor

0,440) dan (skor 0,322), yang jarang dikonsumsi juga sama yaitu terong

dengan (skor 0,064).

d. Kelompok buah-buahan

Responden overweight buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah

alpukat dan sirsak dengan masing- masing (skor 0,207) 1x perminggu dan

(skor 0,208) 2-4x perminggu, sedangkan buah yang jarang dikonsumsi adalah

jeruk bali dengan skor ( 0,019). Untuk responden obesitas buah yang sering

dikonsumsi pisang susu dan sirsak ( skor 0,243) 1x perminggu, dan (skor

0,682) 1x perminggu, sedangkan buah yang jarang dikonsumsi jeruk bali 1x

perminggu ( skor 0,072).

e. Kelompok makanan jadi

Jenis makanan jadi yang sering dikonsumsi responden overweight

adalah nasi goreng dan mie bakso dengan (skor 0,442) 2-4x perminggu, (skor

0,324) 1x perminggu dan makanan yang jarang dikonsumsi steak (skor 0,077).

Sedangkan untuk reponden obesitas makanan jadi yang sering dikonsumsi

adalah nasi goreng dan mie goreng ( skor 0,360) dan (skor 2,288) dengan
frekuensi yang sama 1x perminggu. Sedangkan makanan yang jarang

dikonsumsi sama yaitu steak ( skor 0,081) 1x perminggu.

f. Kelompok Cemilan

Responden overweight sering mengkonsumsi cemilan berupa roti

tawar, roti coklat, resoles, pisang goreng dan donat dengan nilai skor masing-

masing ( skor 0,685),(skor 0,578), (skor 0,390), (skor 0,324) dan (skor 0.375).

Sedangkan cemilan yang jarang dikonsumsi roko- roko unti dengan (skor

0,026). Untuk responden obesitas cemilan yang sering dikonsumsi roti tawar,

wafer, pisang goreng, bakwan dan jalangkote dengan skor masing- masing (

skor 0,494), (skor 0,446), (skor 0,389), (skor 0,390) dan (skor 0,301),

sedangkan cemilan yang jarang di konsumsi songkolo dengan (skor 0,064) 1x

perminggu.

g. Kelompok Minuman

Responden overweight sering mengkonsumsi minuman teh 1x perhari

( skor 909), kopi 1x perhari ( 0,600) dan coca cola 1x perminggu (skor 0,256)

sedangkan minuman yang jarang dikonsumsi sprite (skor 0,045) 1x

perminggu. Untuk responden obesitas minuman yang sering dikonsumsi sama

yaitu the, kopi dan juz dengan (skor 0,755), (skor 0,324) dan (skor 0,370)

sedangkan yang jarang dikonsumsi mizone (skor 0,055) 1x perminggu.


B. Pembahasan

Penelitian ini di laksanakan di Universitas Hasanuddin dimulai pada

tanggal 16 April - 30 Mei 2014. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

penelitian adalah mahasiswa Unhas angkatan 2013 dengan jumlah sampel 71

orang. Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, maka dibahas sebagai

berikut:

1. Gambaran Karakteristik Sampel

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menderita

obesitas pada usia 18 tahun sebanyak 24 orang (75%) dan overweight paling

banyak pada usia 19 tahun 13 orang (36.1%). Jumlah responden obesitas laki

laki sebanyak 29 orang (74.4%) dari 49 responden dan overweight lebih banyak

daripada perempuan sebanyak 12 orang (37.5%) dari 22 responden. Beragam

jenis suku yang dimiliki oleh responden dan yang memiliki status gizi obesitas

terbanyak pada suku bugis 21 orang (61.6%) dan overweight terbanyak masih

pada suku yang sama yaitu 13 orang (38.2%). Dari segi tempat tinggal

responden obesitas sebanyak 14 orang (60.9%) tinggal di kos, dan kategori

overweight sebanyak 13 orang (27.7%). Adapun karakteristik dari segi fakultas,

yang paling banyak obesitas adalah fakultas teknik dan kedokteran dan yang

paling banyak overweight fakultas teknik.


Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidakseimbangan asupan energi

dalam jangka waktu yang panjang. French melaporkan bahwa peningkatan

asupan energi total berkorelasi dengan peningkatan nilai IMT.(42)

Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan

akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa

sehingga dapat mengganggu kesehatan.(43)

Obesitas tidak sama dengan overweight merupakan keadaan fatologis,

yaitu terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk

fungsi tubuh yang normal. Obesitas merupakan kondisi abnormal atas

akumulasi lemak yang ekstrim pada jaringan adipose.(44)

Sedangkan Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan

berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau

jaringan non lemak.(44)

a. Obesitas berdasarkan jenis kelamin.

Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa kejadian obesitas terjadi pada

remaja laki- laki 74,4% dibanding perempuan 62,5%.

Pada remaja laki- laki cenderung banyak yang obesitas sesuai hasil

penelitian RR. Parengkuan (2010) mengatakan karena pola makan laki- laki

cenderung lebih banyak mengkonsumsi jajanan dan makanan daripada anak

perempuan sehingga anak laki- laki lebih berkemungkinan untuk menjadi

overweight atau obesitas daripada anak perempuan. Ditambah dengan


munculnya game playstation dengan warnet sehingga anak laki- laki

cenderung jarang memainkan permainan yang memerlukan kalori tinggi.

Sedangkan remaja putri cenderung berkeinginan memiliki tubuh

seperti model, imej tubuh juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, perilaku,

sikap , factor lingkungan, pendidikan, keluarga, teman sebaya dan iklan

tentang penurunan berat sehingga masih melakukan diet yang sangat ketat

supaya kurus dan langsing.(12)

Sejalan penelitian Ratu ayu, (2011) menunjukkan bahwa anak laki-

laki memiliki risiko mengalami obesitas sebesar 1:4 kali dibandingkan anak

perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena anak perempuan

lebih sering membatasi makan untuk alasan penampilan. Obesitas

merupakan faktor pemungkin bagi pubertas anak perempuan. Sedangkan

pengaruhnya bagi anak laki-laki adalah peningkatan massa tubuh.(45)

b. Umur

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 71 responden dengan

status gizi overweight dan obesitas terdapat 45,1% responden berumur 18

tahun dan 50,7% berumur 19 tahun dan sekitar 4,2 responden berumur 20

tahun. Obesitas banyak didapat pada usia 19 tahun 50,7% dari jumlah

responden karena pada usia 19 tahun merupakan usia masuk perguruan

tinggi.
1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian obesitas.

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang obesitas

memiliki pengetahuan yang baik 25 orang (73,5%) yang kurang 24 orang

(64,9), Pengetahuan ini di ukur menggunakan kuesioner yang di isi sendiri

oleh responden, dan responden overweinght yang pengetahuan baik juga

lebih tinggi daripada yang berpengetahuan kurang. Dari hasil analisis statistik

diperoleh nilai bahwa antara pengetahuan dan kejadian Obesitas pada

mahasiswa ini tidak terdapat hubungan signifikan karena nilai p = 0,430 >

0,05.

Tingkat pengetahuan gizi remaja merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja. Pengetahuan gizi yang

kurang pada remaja sebagian besar remaja kelompok obesitas

memungkinkan meraka kurang dapat memilih menu makanan yang bergizi.

Sebagian besar kejadian masalah gizi kurang atau lebih dapat dihindari

apabila remaja mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup tentang

memelihara gizi dan mengatur makanan.(32)

Pengetahuan dapat menjadi pedoman yang baik untuk menjaga

kesehatan tubuh dan menjaga berat tubuh yang ideal. Pentingnya upaya

promotif dalam menangani obesitas dilakukan dengan cara memberikan

pengetahuan mengenai citra tubuh yang positif. Kemampuan untuk

menyaring informasi dari media massa juga hal penting yang harus di
tanamkan kepada masyarakat agar mereka dapat memperoleh informasi yang

benar dari media massa.(33)

Responden merupakan seorang mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan

perkuliahan, meskipun pengetahuan mereka baik, namun lingkungan dan

kondisi yang mempenggaruhi mereka sulit mengaplikasikan pengetahuan

mereka di kehidupannya.

Kenyataan ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2010) yang

menyatakan bahwa seseorang yang tingkat pengetahuan baru ke tingkat awal

yaitu tahu (Know) dapat di artikan seseorang mengingat materi yang sudah

dipelajari sebelumnya, namun belum berarti seseorang itu berada ditingkat

aplikasi (aplication) yang artinya seseorang memiliki kemampuan untuk

menerapkan materi yang di pelajari pada situasi atau kondisi nyata dalam

kehidupannya.(34)

Hasil Penelitian ini didukung dengan penelian yang dilakukan oleh

(merinda sada, 2012 dkk ). Diperoleh hasil uji bahwa tidak ditemukan

hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi menurut LP

(p=0,942).yang berarti nilai p=0,942 pada a > 0,05. Dan dijelaskan bahwa

pengetahuan gizi bukanlah hubungan sebab akibat yang langsung dalam

menentukan status gizi seseorang. Masih ada faktor-faktor lain yang lebih

berpengaruh misalnya asupan faktor genetik, lingkungan, metabolisme tubuh,

aktifitas fisik, durasi tidur dan penyakit infeksi penyerta.(35)


Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ritapurnamasari (2009). Dari hasil uji menggunakan uji Chi- Square

untuk varibel pengetahuan dan obesitas central diperoleh nilai P= 0,575 >

(a=0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan responden dengan kejdian obesitas sentral.(46)

. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Arundhana (2010) pada 264 dosen Universitas Hasanuddin yang menemukan

bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas. Jika

dikaitkan dengan teori Blom, maka pengetahuan responden mengenai obesitas

dalam penelitian ini masih berada pada tingkat pertama yaitu tahu (know)

yang merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Artinya

responden memiliki kemampuan menjawab soal pengetahuan dengan benar

atau dalam skala cukup akan tetapi belum sampai pada tahap aplikasi dimana

responden tidak menerapkan materi yang telah dipelajarinya kedalam

kehidupan sehari - hari. Maka meskipun pengetahuan merupakan bagian dari

kawasan perilaku tetapi belum menjamin bahwa seseorang dengan

pengetahuan yang cukup memiliki perilaku yang sama. (3)

Selain itu kejadian obesitas bukan hanya dipengaruhi oleh

pengetahuan saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain misalnya

faktor lingkungan yang meliputi aktivitas fisik, asupan makanan yang

berlebihan, konsumsi alkohol, stres, merokok dan faktor keturunan, hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Agoes & Maria,( 2003) dalam
Ritapurnamasari,(2009 ) yang menyatakan bahwa sering kali kejadian obesitas

disebabkan oleh faktor makanan, genetik, kesehatan, aktivitas fisik, dan

psikologis.(15)

Dan Notoatmojo (2010) juga mengatakan bahwa merubah perilaku

lebih sulit ketimbang pengetahuan karena proses pembentukan dan perilaku

dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya faktor internal ( Persepsi,

motivasi, pengetahuan) dan faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik

seperti kebudayaan sosial dan ekonomi).(34)

3. Hubungan Pola Makan (Asupan zat gizi makro dan serat )dengan

kejadian Obesitas

Asupan zat gizi didapat dari wawancara recall 24 jam, recall

dilakukan berulang-ulang kali dan harinya tidak berturut-turut sebanyak 2

kali, dimana hari yang dipilih dianggap mewakili hari kuliah dan hari libur.

Hal ini dilakukan agar data asupan yang diperoleh dapat dianggap mewakili

kebiasaan makan dari sampel (Supariasa dkk, 2002). Keberhasilan recall 24

jam tergantung pada daya ingat responden, kemampuan responden

memperkirakan porsi atau berat makanan dan minuman yang di konsumsi,

kecenderungan dalam recall responden tidak percaya diri sering dijumpai

orang kurus cenderung melebih- lebihkan makanan yang di konsumsi,

sedangkan orang gemuk atau obesitas cenderung mengurangi bahan makanan

yang di dikonsumsi, tingkat motivasi responden dan kegigihan

pewawancara.(22)
Dari asupan zat gizi makro untuk energi, protein, karbohidrat dan serat

tidak terdapat hubungan signifikan dengan kejadian obesitas dengan nilai p

value masing- masing 0,586, 0,480, 0,843 dan 0,982 > 0,05 . Sedangkan

lemak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian obesitas didapat

nilai p = 0,048 < 0,05.

a. Asupan Energi

Responden Obesitas cenderung rendah asupan sumber energinya, hal

ini berlawanan dengan teori Khomsan (2006), yang mengatakan obesitas

merupakan refleksi ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan

pengeluaran energi.(44)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ririn Kharismawati (2010).

Hasil uji sataistik didapat hubungan antara tingkat energi dan obesitas tidak

bermakna( p= 0,508), asupan protein dengan status obesitas secara statistik

tidak bermakna (p=0,125). Tidak ada hubungan antara tingkat asupan

karbohidrat dengan status obesitas (p=0,375). Besar risiko tingkat asupan

energi, protein,dan karbohidrat terhadap status obesitas masing masing

adalah 2,0; dan ,2;.(46)

Penelitian sesuai juga penelitian (Yulni,2013 dkk). Berdasarkan

analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p value= 0,453 pada a =0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan TB/U.(47)


Rikkesdas (2010) mengatakan bahwa penduduk indonesia yang

mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari

angka keukupan gizi bagi orang indonesia) yaitu sebanyak 40,7%.(23)

Didukung juga oleh penelitian (yanti M 2013) berdasarkan uji

Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,350, hal

ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan

indeks massa tubuh menurut umur.(29)

Penyebab obesitas tidak hanya karena kelebihan energi tetapi

multifaktor misalnya gen dan metabolisme. Menurut (Stettler N, 2006)

obesitas terjadi pada remaja merupakan kelanjutan saat bayi dikarenakan

tidak mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula

dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi atau

anak.(48) Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan bahkan

sampai remaja. Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan

kurang sehat fast food tanpa disertai konsumsi buah dan sayur yang cukup

sebagai sumber serat.(49)

Kegemukan terkadang juga berdasarkan pada kecenderungan tubuh

untuk menyimpan makanan lebih banyak daripada yang dikonsumsinya.

Artinya proses metabolisme tubuhnya berjalan lambat(19). Daya serap tubuh

terhadap makanan, sebagian orang berdaya serap kalori tinggi, kendati porsi

makanan sedikit , tubuh mereka gemuk karena seluruh kalori yang masuk

dapat diserap dengan baik.(19)


Menurut Dr. Lendon Smith dalam Soekirman (2008) makanisme

depresi selalu mempengaruhi remaja obesitas, antara makan terlalu banyak

namun membuat semakin gemuk sehingga diolok-olok temannya, atau

menahan keinginannya untuk tetap lapar, remaja semakin stres. Kelenjar

adrenal di stimulus, dan kadar gula darah turun sehingga daerah Self-control

dalam otak tidak berfungsi optimal, hingga butuh energi banyak untuk

mengaktifkan kembali dengan cara makan secara terus menerus dan tidak

diketahui orang.(7)

b. Asupan Protein

Selain energi protein juga tidak terdapat hubungan signifikan dengan

kejadian obesitas karena nilai p =0,480> 0,05. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian (Ririn Kharimawati 2010) berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh hasil P value= 0,125 pada a=0,005 berarti Ho ditolak yang artinya

tidak ada hubungan antara asupan Protein dan status obesitas secara statistik

Hasil penelitian ini sejalan dengan (yuni 2013) diperoleh P = 0,349

pada = 0,05. Karena nilai P (0,349) > 0,05 yang berarti bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara protein dan status gizi berdasarkan

indikator IMT/U.

Hal ini juga menunjukan bahwa status gizi yang di ukur berdasarkan

berat badan tidak dapat di pengaruhi oleh konsumsi protein saja, akan tetapi

berat badan saat ini lebih merupakan refleksi asupan energi secara

keseluruhan yang berasal karbohidrat dan lemak.(50)


Hal ini diduga kontribusi asupan protein dari responden termasuk

dalam kategori kurang, karena sumber makanan yang dikonsumsi responden

kurang bervariasi dimana responden kurang mengkonsumsi lauk nabati seperti

yang tedapat pada kacang-kacangan, biji-bijian yang merupakan sumber

protein yang tinggi.(51) Faktor lain yang menyebabkan asupan energi dan

protein kurang karena mahasiswa lebih suka makan jajanan dikampus atau

diluar rumah dimana makanannya sangat rendah dengan kandungan protein.

(47)

Data Rikkesdas 2010 juga mengatakan bahwa penduduk indonesia

yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal sebanyak 37%, ini

biasa terjadi pada usia sekolah (6-12 tahun), usia pra remaja (13-15 tahun) dan

usia remaja (16-18 tahun).(23)

c. Asupan Lemak

Sedangkan asupan lemak mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kejadian obesitas p= (0,048 < 0,05), sehingga Ha diterima yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak

dengan obesitas, asupan lemak lebih responden obesitas 55,6% dan

overweight 44,4%, kedua kategori responden ini hampir memiliki kesamaan

dalam pola konsumsi lemak.

Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan

Gregory JW pada subjek anak usia 10-18 tahun dilondon, yang menunjukan
asupan tinggi lemak berbanding lurus dengan kejadian obesitas nilai p = 0,012

pada < 0,05.(52)

Dikarenakan lemak menyumbang energi lebih besar daripada

karbohidrat 1:9 sehingga lemak merupakan cadangan energi tubuh yang besar

dan kelebihan lemak dalam tubuh cenderung mudah obesitas. (53)

Lemak memeiliki rasa yang gurih. Densitas energi yang tinggi di

miliki oleh lemak, sehingga dapat menyebabkan keseimbangan positif dan

kelebihan tersebut akan di simpan dalam jaringan adiposa. Peningkatan

jaringan adiposa meningkatkan leptin, sehingga memiliki pengaruh terhadap

kseimbangan energi dan pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas.(53)

Salah satu penyebab kelebihan berat badan pada anak adalah

pemilihan jenis makanan yang kurang tepat, seperti makanan yang lemak

tinggi. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi adalah kebiasaan

konsumsi keluarga. Konsumsi lemak yang tinggi lebih banyak ditemukan

dikonsumsi oleh masyarakat kelompok menengah ke atas. Hal ini dapat

disebabkan karena mereka lebih konsumtif dan lebih cenderung mengikuti

trend dimana sekarang ini sangat banyak trend yang mengangkat makanan

yang berlemak tinggi seperti fast food yang sangat rendah kandungan nilai

gizinya.(54)

Hal ini sesuai dengan David (2006). Secara fisiologis, obesitas

didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak


normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu

kesehatan.(43)

Menurut Comuzzie (2007), gen sangat penting dalam menentukan

indeks massa tabuh dan pengendalian massa lemak dan gen juga mengatur

distribusi jaringan lemak tubuh dan peran gen dalam pemunculan sifat yang

berkaitan dengan obesitas mencapai 50% bahkan lebih.(43). Perubahan bayi

dengan berat badan kurang (BBLR) menjadi anak dengan berat badan lebih

kemudian akan menjadi individu obesitas pada saat dewasa, ada dugaan massa

lemak dan sensitifitas insulin di tetapkan secara genetik selama dalam

kandungan(52)

d. Asupan Karbohidrat

Untuk asupan karbohidrat juga tidak terdapat hubungan yang

signifikan dengan obesitas di dapat nilai p =0,843 >0,05.Dari hasil recall

yang dilakukan didapat hasil responden jarang mengkonsumsi sumber

karbohidrat nasi sebanyak 3 kali sehari, rata- rata 1-2 kali sehari, lebih sering

mengkonsumsi makanan ringan dan minuman ringan seperti, gorengan dan es

teh.

Penelitian ini sejalan dengan (Fatma, dkk 2013) dari hasil analisis

statistik di simpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan

karbohidrat dengan obesitas,untuk asupan karbohidrat ditujukan dengan nilai

p= 0,275 ( >0,05).(55)
Responden obesitas dengan asupan karbohidrat kurang 67,8%,

responden overweight 32,2%, asupannya kurang, faktor yang pengaruhi

dimungkinkan oleh jadwal kuliah yang padat sehingga mereka tidak sempat

untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, dan kemungkinan juga di

sebabkan mereka senggaja menggurangi asupan karbohidrat kompleks dengan

alasan kegemukannya.

Survei Kesehatan dan gizi nasional cina tahun 2002 pada anak usia 7-

18 tahun menunjukan bahwa anak- anak obesitas mengkonsumsi sedikit

karbohidrat daripada anak- anak normal, karena karbohidrat mempunyai

kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil.

Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat,sehingga

perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan

karbohidrat.(56)

Konsumsi karbohidrat menjadi faktor penting pada obesitas, karena

karbohidrat terbagi atas karbohidrat kompleks sebagai sumber serat yang

bermanfaat diet penyakit metabolism, disisi lain karbohidrat bentuk

sederhana terutama gula, pemanis, soft drink, karena lebih mudah diserap

tubuh.(56)

e. Asupan Serat

Asupan serat dengan kejadian obesitas tidak terdapat hubungan

signifikan, diperoleh hasil p = 0,928 > 0,05. Dimana kedua kategori responden

memiliki asupan serat yang kurang responden obesitas 47 orang (95,5%),


overweight 21 orang (95,5 %), kedua kategori responden hanya memiliki

perbedaan yang sangat kecil dalam pola konsumsi sumber serat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan ( Dewi mulad

sari,2013). Dari uji staistik mendapatkan hasil p =0,46 >0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara asupan serat dengan kejadian obesitas pada anak

SD di kota semarang.

Penelitian ini sejalan dengan Emelia (2009) yang melakukan

penelitian remaja di Amerika dan menemukan bahwa terdapat

kecenderungan remaja menurunkan konsumsi makanan berserat buah dan

sayur segar, semakin beralih ke buah kaleng dan juz siap saji.(57) Pada masa

remaja mudah terpengaruh oleh teman sebaya lebih besar daripada keluarga,

remaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi, pengaruh pola makan

Western (eropa) dengan tinggi asupan lemak namun rendah serat.(58)

Hasil penetian Ririn (2009) mengatakan bahwa subjek yang memiliki

asupan serat kurang dari kebutuhan mempunyai resiko 4 kali lebih besar

untuk mengalami obesitas.(46)

Dan hasil penelitian Bintanah (2010) yang mencari hubungan antara

asupan serat dengan status gizi pada pasien DM, dengan menggunakan uji

Komogorov- Smirov didapat p = 0,612 > 0.05 yang di simpulkan bahwa

terdapat hubungan antara asupan serat dengan status gizi, semakin rendah

asupan serat semakin tinggi status gizinya.


Asupan serat yang cukup dapat mencegah kejadian obesitas dengan

hipertensi. Serat mengabsobsi air, memperluas penyerapan di usus, dan

memperlambat pergerakan makanan pada saluran pencernaan sehingga

menimbulkan rasa kenyang lebih lama.(59)

Selain itu, beberapa jenis serat seperti pektin, gum, glukan, dan lignin

yang membentuk chitosan mengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak

dapat membentuk misel. Misel dibutuhkan untuk hasil akhir pencernaan

lemak, apabila misel tidak terbentuk maka mengakibatkan penurunan jumlah

lemak dalam tubuh.(60)

Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam empedu lebih sedikit

diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang di absorpsi dari hasil sisa

empedu.(59)

f. Pola konsumsi Pangan responden

Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa pola konsumsi kelompok

makanan pokok yang memiliki skor tertinggi dari kedua kategori responden

berupa nasi putih dan mie basah. Untuk kelompok makanan jadi skor

tertinggi nasi goreng, mie bakso, mie goreng. Untuk kelompok cemilan skor

tertinggi roti tawar, roti coklat, wafer, pisang goreng dan bakwan, sedangkan

untuk lauk pauk kedua responden responden juga memiliki pola yang sama

juga yaitu tahu, tempe dan telur ayam, responden overweight lauk yang jarang

dikonsumsi telur bebek (skor 0,013) dan responden obesitas yang jarang yaitu
kepiting (skor 0,046). Dan untuk kelompok minuman yang sering dikonsumsi

kedua responden juga sama yaitu the dan kopi.

Sedangkan untuk kelompok buah dan sayur pola konsumsi kedua

responden sama- sama memiliki skor yang rendah jika di bandingkan dengan

kelompok makanan pokok, makanan jadi, cemilan, dan minuman.

Dari hasil diatas dapat di simpulkan bahwa responden cenderung

mengkonsumsi kelompok makanan yang mengandung karbohidrat tinggi,

dimana karbohidrat sangat kurang kandungan seratnya, dan lemak tinggi serta

tidak di imbangi dengan pola konsumsi serat yang tinggi pula. Hal ini

disebabkan karena penyediaan kelompok makanan yang tinggi karbohidrat

dan gorengan lebih banyak dan mudah ditemukan dilingkungan sekitar

kampus maupun tempat tinggal responden dan harganya cenderung lebih

murah.Sedangkan buah selain mahal harganya persediaannyapun hanya dalam

bentuk juz buah.

Menurut Thorsten, dkk (2010) menyatakan bahwa perkiraan

konsumsi pangan antara kedua metode dari kelompok makanan dan minuman

yang dikomsumsi oleh reponden pada umumnya FFQ tidak lebih tinggi atau

sering atau lebih rendah atau jarang dari perkiraan Food Recall 24 jam.(61)

Hasil penelitian Yessica (2013) ditemukan persepsi positif terhadap

perilaku konsumsi buah yang masih kurang pada anak obesitas.(62) Dan hasil

penelitian Raine ( 2005) juga mengatakan penyebab obesitas adalah

rendahnya konsumsi sayur dan buah, karena sayur dan buah merupakan
makanan rendah kalori, kaya serat, vitamin, dan mineral untuk menjaga

kesehatan dan mempertahankan berat badan normal.(63)

Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar

belakang genetik, hormon, obat- obatan steroid jika di konsumsi jangka

panjang akan mengalami penambahan berat badan, faktor sosial dan

lingkungan seperti gaya hidup sedentary dan kebiasaan makan yang kurang

baik serta kurangnya aktivitas fisik(53).

salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegemukan adalah

dikarenakan kurangnya olahraga. Faktor lainnya adalah karena gangguan

emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya,

pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makan

yang berlebihan pada saat usia anak-anak, gangguan endokrin tertentu seperti

hipotiroidisme, gangguan pusat pengatur kenyang selera makan (satiety-

apetite centre) di hipotalamus dan kelezatan makanan yang tersedia (64)

Selain itu, Monika (2011) juga mengatakan bahwa, makanan yang

dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan sebagai

cadangan makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang

dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika

dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih awal.(64)

Kurang melakukan aktivitas fisik. Menurut Moehyi (2003)

mengatakan bahwa penyebab terjadinya kegemukan kurangnya aktivitas fisik,


kemudahan hidup atau kemajuan teknologi yang membuat pekerjaan menjadi

mudah dan tidak memerlukan kerja fisik yang berat. (65)

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan

terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya

lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game

elektronik atau playstation dan tontonan televisi (19). Kurangnya aktivitas

fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran

lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan.(26)

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang di hasilkan oleh oto- otot

rangka yang di hasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga (dinyatakan dalam

Kilo- Kalori),yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktifitas sehari-

hari. Aktifitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang

dapat menyebabkan perrbaikan kesehatan bila di lakukan secara teratur.

Seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik menyebabkan tubuh kurang

menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. (14)

Faktor kesehatan juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas

maksudnya adalah ada beberapa penyakit yang dapat menimbulkan obesitas

seperti penderita Hipotiroidisme, sindrom Cushing, Sindrom Prader- Willi dan

beberapa kelainan syaraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

Obesitas juga dapat disebabkan memakai obat- obatan tertentu seperti steroid

dan beberapa anti depresi.(25) Hal ini sesuai dengen penelitian intan (2014)
Asupan energy yang berlebih dapat di akibatkan karena seseorang mengalami

gejala stres, dimana stress dapat mempengaruhi peningkatan hormone

kortisol. Hormone tersebut mengendalikan tubuh kita untuk mengkomsumsi

makanan manis dan berlemak.(66)

2. Kelemahan Penelitian

Pada penelitian ini tidak dilakukan kontrol terhadap faktor- faktor

yang mungkin mempengaruhi perubahan tingkat pengetahuan, dan recall

dilakukan selama 2 hari dianggap belum cukup untuk mengambarkan pola

makan responden obesitas selama beberapa waktu setelahnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas dimana

responden yang berpengetahuan baik banyak yang obesitas 73,5%.

2. Untuk pola makan asupan energi, protein, karbohidrat,dan serat tidak

terdapat hubungan dengan obesitas sedangkan asupan lemak terdapat

hubungan dengan obesitas, dan untuk frekuensi konsumsi setiap

kelompok makanan hanya buah yang mempunyai niali skor rendah yang

artinya jarang di konsumsi responden 1 kali dalam seminggu, sedangkan

kelompok makanan pokok, cemilan, sayur, makanan jadi, minuman lebih

sering di konsumsi responden.

B. SARAN

1. Saran untuk Universitas Hasanuddin

Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat di jadikan sebagai tempat

bermain sekaligus berolahraga oleh seluruh mahasiswa UNHAS.

.
3. Saran untuk Mahasiswa

Menjaga pola makan yang sehat sesuai dengan PGS (Pedoman Gizi

Seimbang), misalnya mengkonsumsi variasi makanan agar mendapatkan gizi

yang seimbang dan rutin melakukan olahraga.

4. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Diharapkan agar penelitian selanjutnya meneliti lebih banyak

responden, dengan recall lebih dari 2x 24 jam, agar dapat mengetahui asupan

responden lebih kompleks.


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Health topic about Obesity. Geneva: 2011.

2. Iriyani Harun VH, Nurpudji A Taslim. obesity and HsCRP content among

new students adolescent at Hasanuddin University 2012

3. Imam AA. Manfaat Isoflavon dalam Produk Kedelai Menanggulangi Diabetes

serta Mencegah Obesitas dan Osteoporosis. 2013.

4. Dasar Rk. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan,

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2013.

5. Misnadiarly. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit2007.

6. Puhl RM LJS. obesity, and the health of the nation's children. Psychol Bull.

2007.

7. Soekirman. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia.

Penerbit PT.Primamedia pustaka Anggota IKAPI,: . Jakarta; 2008.

8. Yessi K. Pendidikan gizi dan gaya hidup remaja Obesitas. Program Studi Ilmu

Gizi Kampus Unhas Tamalanrea.Makassar: Penerbit: Ghidza Press; 2014.

9. Nurhayati N. Faktor-fakktor perilaku hidupterjadinya obesitas pada murid

siswa kelas4-5 SD pembangunan Jaya Bintaro. FKMUI 2009.

10. Adinda Rizkiany Sutjijoso MDZ. HARGA DIRI DAN PRESTASI

BELAJAR PADA REMAJA YANG OBESITAS Jurusan Psikologi

Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat 2009;Volume 3, No. 1.


11. Gable S, Britt-Rankin, J., and Krull, , L. J. Ecological predictors and

developmental outcomes of persistent childhood overweight. Contractor and

Cooperator Report No. 42, Economic Research Services. Washington, D. C.:

United States Department of Agriculture.2008

12. khomsan A. Pangan dan Gizi Uuntuk Kesehatan. Jakarta.: PT. Rajagrafindo

persada; 2010.

13. Gupta N, et.al. Imbalanced Dietary Profile, Anthropometry, and Lipids in

Urban Asian Indian Adolescents and Young Adults. Journal of the American

College of Nutrition, . 2010;Vol. 29, No. 2, 8191.

14. Rahmawati N. Hubungan Aktifitas fisik dan kejadian Obesitas pada sekolah

SD Islam Al- Azhar 1 jakarta selatan. FKM UI Jakarta. 2009.

15. sibarani E. Gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang di rawat

inap di smf neurologi RSUP H. Adam Malik medan. FKUSU medan 2010.

16. Miko A, Azhari, Suwardi. Hubungan Imej tubuh, Pengetahuan Gizi dan

kebiasaan Olahraga dengan Status gizi Siswa SMA di kota Banda Aceh. FKM

Banda Aceh. 2009.

17. Isnaini As, Eny Winaryanti. Hubungan Pengetahuan Obesitas dengan RLPP

pada IRT di Desa Pepe Krajan Kecamatan Tegowanu Kab. Grobogan.

UnivMuhammadiyah Semarang. 2008.

18. putra Hm. Gambaran Pengetahuan Mengenai Obesitas Dan Kejadian Obesitas

Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Ankgatan 2007 dan 2010 di

medan Tahun 2010. FK USU Medan. 2010.


19. Nugraha GI. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Soegih RR, dan

Wiramihardja, K. K. (Editor). , editor. Jakarta: Sagung Seto, 9-18; 2009.

20. Annisa MYG. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan

dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja (10-19) tahun, di

SMP I BOPKRI Yogjakarta. FKM Universitas Respati Semarang. 2012.

21. Basith A. Makan Rasullullah. Dalam makanan sehat berkwalitas menurut al-

Quran dan as- sunnah. Diterbitkan oleh penerbit Almahira. Jatiwaringin,:

Jakarta Timur. Indonesia; 2012.

22. SUPARIASA. Penilaian status Gizi Jakarta: Penerbit:ECG; 2002.

23. dasar Rk. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan, Departemen

Kesehatan, Republik Indonesia. 2010.

24. Anindita R. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Obesitas pada anak di

kelurahan pangkalan masyur kec. Johor medan tahun 2011. FK USU Medan.

2011.

25. ramesh a. Obesity: Pathophysiology and management-A Pharmacological

perspective. 2012.

26. Jeffery Flier EF. Biology of Obesity Chapter- 552010.

27. Silitonga N. . Pola Makan dan aktifitas fisik pada orang dewasa yang

mengalami Obesitas dari keluarga Miskin di Desa Marindal ll Kec. Patumbak

Kab. Deli Serdang. FKM USU Medan. 2008.


28. Putri CM. Prevalensi Obesitas Pada siswa SD Harapan 3 Medan tahun Ajaran

2011-2012. FK USU Medan Sumatra Utara. 2011.

29. siregar I. Gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan dan status gizi

pada sopir angkot rahayu Medan ceria Trayek 104 di Kota medan Tahun

2008. 2009.

30. Iriranto K. Anatomo dan patofisiologi kesehatan. CV.Alfabeta, editor.

Bandung2009.

31. Nakamura Y SK, Ohta R, Shirosaki S, Koyano K, Nonaka K, et al. Diurnal

Variation of Human Sweet Taste Recognition Thresholds Is Correlated With

Plasma Leptin Levels. Diabetes 2008;57:2661-2665.

32. Yani Yanti Mariza ACK. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan

Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kec. Pedurungan Kota

Semarang. FKUndip. 2013;Vol.2.No.1.2013:207-213.

33. Wahyusari. Hubungan tentang Pengetahuan Obesitas Dengan Kejadian

Obesitas Pada Ibu Rumah Tangga di Desa Meteseh Kec. Boja Kab. Kendal.

FKM UNDIPSemarang. 2010.

34. RI D. Pedoman strategi komunikasi informasi dan edukasi (KIE) keluarga

sadar gizi (KADARZI). 2007.

35. Kartika Suryaputra SRN. Perbedaan Pola Makan dan Aktifitas Fisik antara

Remaja Obesitas dan Non Obesitas. FKMUnair Surabaya. 2012.;Vol.16.

No.1.
36. Simarmaca M. Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan, pengetahuan

gizi dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada Bumil di Kab.

Simalungun: Pascasarjanan USU Medan 2008.

37. Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

38. Merinda sada Vh, Djunaedi M.Dahlan. Hubungan Body Image, pengetahuan

gizi seimbang, dan aktifitas fisik terhadap status gizi mahasiswa politehnik

kesehatan jayapura

Program studi Ilmu gizi, FKM Unhas, Makassar. 2012;Vol.2, No.1, Agustus 2012:

44-44.

39. mulai A. Pengetahuan Gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa pendidikan

tehnologi kimia industri (PTKI). FKM USUMedan. 2010.

40. Almatsier. Penuntun Diet Asosiasi GiziPerjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo

dan Asosiasi Dietisen Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2009.

41. mujur A. HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN AKTIVITAS

FISIK DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LEBIH PADA REMAJA

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas 4 Semarang). 2011.

42. Dwi NS. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status

karies balitanya di kecamatan medan selayang. FKGUSU. 2010.

43. Simatupang Mr. pengeruh pola konsummsi dan aktifitas fisik dan keturunan

terhadap kejadiann obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di kec. Medan

baru kota medan.: Pasca sarjana Univ. USU Medan 2008.


44. Lameshow S. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : UGM.

1997.

45. French SA ea. Fast food restaurant use among adolescents: associations with

nutrient intake, food choices and behavioral and psychosocial

variables.Internasional Journal of Obesity, 25. 2001;25:1823-33.

46. David Limanan ARP. Hantaran sinyal leptin dan obesitas: Hubungannya

dengan penyakit kardiovaskuler. 2013;Vol.1,No.2, Agustus 2013.

47. khomsan A. Pangan dan Gizi Uuntuk Kesehatan. Jakarta.: PT. Rajagrafindo

persada; 2006.

48. Sartika RAD. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia,

FKM UI. Depok Jakarta.Indonesia. 2011;Vol..15,No.1.

49. Ririn Kharismawati S. Hubungan tingkat Asupan Energi, Protein, Lemak,

Karbohidrat, dan serat dengan Status Obesitas pada siswa SD.2010.

50. Yulni VH, Devintha Virani. Hubungan Asupan zat Gizi Makro dengan status

gizi pada anak sekolah dasar di wilayah Pesisir kota Makassar Tahun 2013.

51. Stettler N ZB, et all. Infant Weight gain and childhood overweight status in a

multicenter. 2006;109(2):194-9.

52. Toschke AM GV, et all. Identifying children at high risk for overweight at

school entry by weight gain during the first 2 years. 2004;158(5): 449-452.

53. Jumirah ZL, Evawany Aritonang. Status gizi dan tingkat kecukupan Energi

dan Protein anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan.

2007.
54. Romauli S. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan terhadap

Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta diKec. Medan Baru.

Medan, . 2008.

55. Gregory JW LS. National Diet and Nutrition Survey: Young people Aged 4 to

18 Years; Report of the diet and Nutrition Survey London. 2006.

56. Murray RK gD, Rodwell V. Biokimia Harper. Jakarta: ECG; 2009.

57. Sukmawati Thamsin AS, Ulfa Najamuddin. Pengaruh edukasi gizi terhadap

perubahan pengetahuan dan asupan zat gizi pada anak gizi lebih di SDN

Sudirman I Makassar tahun 2013. 2013.

58. Fatma Makuituin NJ, Ulfa Nujumuddin. Study Validasi Semi- Quantitatif

food frequency Quesionare (SQ-FFQ) dengan Food recall 24 jam pada asupan

zat gizi makro remaja di SMA Islam Athira Makassar. 2013.

59. WHO. Obesity Preventing and managing, the global epidemic report of a

WHO Consultation, . 2000:894.

60. Pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dan implikasinya pada

sosialisasi perilaku hidup sehat, (2009).

61. Kaprianan MT. Asupan tinggi lemak dan aktifitas olahraga sebagai faktor

resiko terjadinya Hipertensi Obesitik pada awal remaja. 2012.

62. Thomson JL MM, Voughan LA. Science Of Nutrition. 2nd ed. USA: Pearson

Educatin Inc.; 2011.p. 126-7,345. 2011.

63. Gropper SS SJ, Groff JL. . Advanced Nutrition and Human Metabolism 5th

ed.USA; Wadsworth Cengange Laerning ; 2009.p. 115. 2009.


64. Thorsten. Validation of a Food Frequency Quetionare to Assess the

Consumption of Carotenoids, Fruits and Vegetables Among Adolescents the

Method of Triads. . 2010;26(11):2090-2100

65. Dewi Y. Persepsi dan perilaku makan buah dan sayur pada anak obesitas dan

orang tua. 2013;Vol.2:No.1.

66. Rain KD. Determinants of healthy eating in Canada. 2005.

67. Monika M, et al. Nutritional Health Status of Primary School Children. Indian

Educational Review2011.

68. Moehyi. Pengaturan makanan dan diit untuk penyembuhan penyakit. .

Jakarta2003.

69. Hidayat N. Gambaran tingkat stres dengan obesitas pada mahasiswa Unhas

angkatan 2013. 2014.


Lampiran 1.

Kuesioner Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Terhadap Kejadian


Obesitas pada Mahasiswa Unhas Angkatan Tahun 2013 Mahasiswa
Universitas Hasanuddin Angkatan 2013.
Tahun 2014

A. Identitas Responden

Tanggal wawancara dilaksanakan:

Nomor responden :

Nama responden :

Umur :

Jenis kelamin : Perempuan / Laki-laki

Berat badan : kg

Tinggi badan : cm

Fakultas :

Semester/Tingkat :

Pengetahua Gizi
1 Berikut ini adalah kelompok zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (C)
kita:
a. Karbohidrat, Nasi, Ikan, Lemak, Protein
b. Karbohidrat,Lemak, Protein, Ikan, Vitamin
c. Karbohidrat,Lemak, Protein, Vitamin,mineral

2 Apakah manfaat makanan bagi tubuh kita ? (A)


a. Sebagai zat tenaga, zat pengatur, zat pembangun
b. Sebagai zat tenaga, zat pengatur,Untuk mengenyangkan perut
c. Sebagai zat pembangun dan mengenyangkan perut
3. Manakah dari zat- zat gizi dibawah ini yang mempunyai peran (B)
utama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh?
a.Lemak
b. Protein
c. Karbohidrat

4 Berikut ini adalah susunan menu yang bergizi seimbang yaitu: (A)
a. Nasi, Ikan, Tahu, sayur suop, Jeruk
b. Roti, keju,cokat dan susu
c. Nasi, Perkedel kenteng, Ayam goreng

5 Makanan yang tinggi kandungan seratnya dibawah ini adaah? (C)


a. Daging dan Buah
b. Telur dan sayur
c. Buah dan Sayur

6 Contoh pangan yang mengandung Tinggi Karbohidrat adalah (B)


a. Ubi, Kentang, Ikan
b. Nasi, Singkong, jagung
c. Daging, Telur, susu

7 Buah- buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang (B)


mengandung zat gizi
a. Protein dan vitamin
b. Vitamin dan mineral
c. Protein dan mineraI

8 Contoh pangan yang tinggi kandungan lemak adalah (B)


a. Susu, Ikan, Putih telur
b. Kuning telur, susu, mentega
c. Mentega, Putih telur , Ikan

9 Makanan apa yang bisa ebih cepat menyebabkan kegemukan ? (B)


a. Nasi, sayur, ikan dan tempe
b. Fast food( Mc donals, KFC, french fries)
c. Nasi, daging , ikan dan sayur
10 Penyebab seseorang menjadi gemuk yaitu karena kelebihan? (B)
a. Karbohidrat, Protein dan vitamin
b. Karbohidrat ,protein dan lemak
c. Karbohidrat, Vitamin dan mineral

11. Menurut anda, pada umumnya makanan fast food ( pizza, fried (C)
chicken, hamburger, dll) sangat tinggi dengan kandungan zat gizi?
a. Karbohidrta,Serat dan vitamin
b. Vitamin, Serat dan lemak
c. Karbohidrat dan lemak

12 Konsumsi Energi yang berebih akan disimpan dalam bentuk? (B)


a. Tenaga
b. Lemak
c. Energi

13 Penyakit yang disebabkan gizi lebih/ kegemukan adalah? (C)


a. Obesitas,Anemia, beri-beri dan jantung
b. Obesitas,Beri-Beri, jantung, DM
c. Kegemukan dan penyakit degeneratif (Hipertensi, penyakit
jantung dll)

14 Faktor penyebab terjadinya gizi lebih/ kegemukan adalah (C)


a. Banyak minum obat-obatan
b. Aktifitas fisik (olahraga) secara teratur
c. Konsumsi makanan yang berlebihan

15 Gangguan kegemukan dapat terjadi pada? (C)


a. Balita, Remaja,Bayi
b. Remaja, dewasa ,Iansia
c. Balita, remaja, dewasa

16 Menu yang baik untuk mengguranggi berat badan adalah?.... (B)


a. Rendah kalori dan rendah lemak
b. Rendah kalori dan rendah karbohidrat
c. Rendah kalori dan rendah protein
17 Cara mencegah gizi lebih/ kegemukan yang efektif adalah dengan (A)
cara:
a. Mengatur pola makan dan olahraga
b. Mengatur jadwal isirahat dan makan
c. Minum Jamu yang dapat menurunkan berat badan

18. Sebutkan bahan makanan sumber zat pengatur: (C)


a. Beras, jagung, gandum, ubi, kentang, sagu roti dan mie
b. Ikan, tahu, tempe, telur, ayam, daging, susu dan hasil
olahannya
c. Semua sayur-sayuran dan buah-buahan

19 Garam beryodium manfaat utamanya adaah untuk (A)


a. Mencegah timbulnya GAKI
b. Meningkatkan perkembangan kecerdasan pada anak
c. A dan B benar

20 Hindari minuman beralkohol karena dapat mengakibatkan (A)


a. Penyakit pada hati
b. Penyakit pada jantung
c. Penyakit pada paru-paru

21 Apakah diet dengan cara tidak makan sama sekali efektif untuk (B)
menurunkan berat badan?
a. Benar
b. Tidak

22 Olahraga secara teratur yang tidak di imbangi dengan pola makan (B)
seimbang merupakan cara paling baik untuk menurunkan berat
badan?
a. Benar
b. Tidak
23 Kelebihan lemak merupakan satu-satunya penyebab terjadinya (B)
kegemukan?
a.benar
b. Tidak
24 Kekurangan konsumsi garam beryodium hanya menyebabkan (B)
penyakit Gondok?....
a. Benar
b. Tidak
25 Apakah protein merupakan saru- satunya zat gizi yang berfungsi (B)
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh?
a. Benar
b. Tidak
26 Dalam satu hari, makan nasi / sumber karbohidrat sebanyak 3-4 (A)
piring sudah sesuai dengan kebutuhan ?.....
a. Benar
b. Tidak
27 Dalam sehari kita harus minum air sesuai keinginan ketika haus (B)
saja?
a. Benar
b. Tidak
28 Sebaiknya jadwal makan dilakukan jika perut kita merasa lapar saja? (B)
a. Benar
b. Tidak

29 Tidak makan pagi/ sarapan merupakan cara yang paling tepat untuk (B)
mengurangi Berat badan/ berdiet?
a. Benar
b. Tidak
30 Makan yang sehat/seimbang jika lauk pauk/ daging lebih banyak (B)
daripada nasi?
a. Benar
b. Tidak benar
Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam

Tanggal wawancara dilaksanakan :

FR : 1 / 2

Nomor responden :

Nama responden :

Umur :

Jenis kelamin :

Berat badan : kg

Tinggi badan : cm

Waktu Makan Nama Masakan Bahan Makana

Jenis Bahan Banyaknya

Makanan URT Gram

Pagi
Selingan/ snack

Siang

Selingan/snack

Malam
Selingan/ Snack
Nama Makanan Frekuensi

Tidak pernah
2-4x/minggu

5-6x/mgg
2-3x hari

1x inggu
>4x/hari
1x/hari
Sumber zat gizi makro dan mikro
Makanan pokok
Nasi putih
Nasi putih
Nasi goreng
Nasi goreng
Singkong
Ketupat
Lauk pauk
Daging sapi
Daging ayam
Telur ayam
Telur bebek
Ikan layang
Ikan kakap
Ikan cakalang
Ikan bandeng
Cumi-cumi
Udang segar
Ikan teri kering
Ikang kering
Kepiting
Tempe
Tahu
Sayuran
Buncis
Kacang panjang
Daun kacang panjang
Brokoli
Bayam
Kangkung
Sawi putih
Daun singkong
Tauge
Ketimun
Wortel
Terong
Labu siam
Labu kuning
Kembang kol
Kol
Kacang merah
Kacang hijau
Kacang tanah
Kentang
Buah
Alpukat
Apel
Jeruk (Sunkist)
Mangga
Jeruk bali
Papaya
Rambutan
Anggur
Pir
Pisang ambon
Salak
Sirsak
Durian
Langsat
Pisang susu
Cemilan
Biscuit malkist
Biscuit kelapa
Roti coklat
Roti putih (tawar)
Broncong
Rook-roko unti
Bolu kukus
Bolu
Donat
Risoles
Pudding
Dadar gulung
Onde-onde jawa
Pisang goreng
Bakwan
Pisang molen
Terang bulan
Martabak
Songkolo
Pisang ijo
Jalankote
Kue lapis
Pawa
Minuman
Susu kental manis
Susu UHT
Teh (gula pasir)
Teh gelas
Pulpy
Buah vita
Pocari sweat
Mizone
You-C
Nutrisari sachet
Fanta
Coca cola
Sprite
Juz
Makanan jadi
Nasi Goreng
Nasi kuning
Coto
Mie Bakso
Pangsit
Gado gado
Batagor
Siomay
Mi goreng
Mi titi/kering
Mi pangsit
Sate ayam
Ayam krispi
Perkedel jagung
Makanan cepat saji
Nugget
Sosis
Kentang goreng
Es cream
Spagetti
Steak
Ayam krispi
AnalisisBivariat
Karateristikrespondenberdasarkanasupanzatgizi,statusobesitas, danpolakonsumsi

Umur * ko_energiCrosstabulation

ko_energi
kurang cukup lebih Total

Umur 18 Count 25 8 5 38
% within Umur 65,8% 21,1% 13,2% 100,0%

19 Count 30 8 1 39

% within Umur 76,9% 20,5% 2,6% 100,0%

20 Count 1 0 2 3

% within Umur 33,3% ,0% 66,7% 100,0%


Total Count 56 16 8 80

% within Umur 70,0% 20,0% 10,0% 100,0%

Umur * ko_proteinCrosstabulation

ko_protein
kurang cukup lebih Total

Umur 18 Count 11 9 18 38
% within Umur 28,9% 23,7% 47,4% 100,0%

19 Count 8 16 15 39
% within Umur 20,5% 41,0% 38,5% 100,0%

20 Count 1 0 2 3
% within Umur 33,3% ,0% 66,7% 100,0%
Total Count 20 25 35 80

% within Umur 25,0% 31,3% 43,8% 100,0%

Umur * ko_lemakCrosstabulation

ko_lemak
kurang cukup lebih Total

Umur 18 Count 19 7 12 38
% within Umur 50,0% 18,4% 31,6% 100,0%
19 Count 26 8 5 39

% within Umur 66,7% 20,5% 12,8% 100,0%


20 Count 1 0 2 3

% within Umur 33,3% ,0% 66,7% 100,0%


Total Count 46 15 19 80
% within Umur 57,5% 18,8% 23,8% 100,0%

Umur * ko_khCrosstabulation

ko_kh

kurang cukup lebih Total


Umur 18 Count 30 5 3 38

% within Umur 78,9% 13,2% 7,9% 100,0%


19 Count 35 3 1 39

% within Umur 89,7% 7,7% 2,6% 100,0%

20 Count 2 0 1 3

% within Umur 66,7% ,0% 33,3% 100,0%


Total Count 67 8 5 80
% within Umur 83,8% 10,0% 6,3% 100,0%

Umur * ko_seratCrosstabulation

ko_serat

kurang Total

Umur 18 Count 38 38

% within Umur 100,0% 100,0%


19 Count 39 39

% within Umur 100,0% 100,0%


20 Count 3 3

% within Umur 100,0% 100,0%


Total Count 80 80
Umur * ko_seratCrosstabulation

ko_serat

kurang Total
Umur 18 Count 38 38

% within Umur 100,0% 100,0%


19 Count 39 39

% within Umur 100,0% 100,0%

20 Count 3 3

% within Umur 100,0% 100,0%


Total Count 80 80
% within Umur 100,0% 100,0%

Umur * ko_imtCrosstabulation

ko_imt

gizilebih obesitas Total

Umur 18 Count 10 28 38

% within Umur 26,3% 73,7% 100,0%


19 Count 15 24 39

% within Umur 38,5% 61,5% 100,0%


20 Count 1 2 3

% within Umur 33,3% 66,7% 100,0%


Total Count 26 54 80
% within Umur 32,5% 67,5% 100,0%

Umur * ko_ffqCrosstabulation

ko_ffq

jarang sering Total


Umur 18 Count 22 16 38

% within Umur 57,9% 42,1% 100,0%


19 Count 26 13 39
% within Umur 66,7% 33,3% 100,0%
20 Count 1 2 3

% within Umur 33,3% 66,7% 100,0%


Total Count 49 31 80
% within Umur 61,3% 38,8% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_energiCrosstabulation

ko_energi

kurang cukup lebih Total


Jenis_Kelamin laki-laki Count 28 10 4 42

% within Jenis_Kelamin 66,7% 23,8% 9,5% 100,0%


perempuan Count 28 6 4 38

% within Jenis_Kelamin 73,7% 15,8% 10,5% 100,0%


Total Count 56 16 8 80
% within Jenis_Kelamin 70,0% 20,0% 10,0% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_proteinCrosstabulation

ko_protein

kurang cukup lebih Total


Jenis_Kelamin laki-laki Count 11 15 16 42

% within Jenis_Kelamin 26,2% 35,7% 38,1% 100,0%


perempuan Count 9 10 19 38

% within Jenis_Kelamin 23,7% 26,3% 50,0% 100,0%


Total Count 20 25 35 80
% within Jenis_Kelamin 25,0% 31,3% 43,8% 100,0%
Jenis_Kelamin * ko_lemakCrosstabulation

ko_lemak

kurang cukup lebih Total


Jenis_Kelamin laki-laki Count 23 9 10 42

% within Jenis_Kelamin 54,8% 21,4% 23,8% 100,0%

perempuan Count 23 6 9 38

% within Jenis_Kelamin 60,5% 15,8% 23,7% 100,0%


Total Count 46 15 19 80
% within Jenis_Kelamin 57,5% 18,8% 23,8% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_khCrosstabulation

ko_kh

kurang cukup lebih Total

Jenis_Kelamin laki-laki Count 36 4 2 42

% within Jenis_Kelamin 85,7% 9,5% 4,8% 100,0%


perempuan Count 31 4 3 38

% within Jenis_Kelamin 81,6% 10,5% 7,9% 100,0%


Total Count 67 8 5 80
% within Jenis_Kelamin 83,8% 10,0% 6,3% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_seratCrosstabulation

ko_serat
kurang Total

Jenis_Kelamin laki-laki Count 42 42


% within Jenis_Kelamin 100,0% 100,0%

perempuan Count 38 38
% within Jenis_Kelamin 100,0% 100,0%
Total Count 80 80
Jenis_Kelamin * ko_seratCrosstabulation

ko_serat

kurang Total
Jenis_Kelamin laki-laki Count 42 42

% within Jenis_Kelamin 100,0% 100,0%


perempuan Count 38 38

% within Jenis_Kelamin 100,0% 100,0%


Total Count 80 80
% within Jenis_Kelamin 100,0% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_imtCrosstabulation

ko_imt

gizilebih obesitas Total


Jenis_Kelamin laki-laki Count 11 31 42

% within Jenis_Kelamin 26,2% 73,8% 100,0%

perempuan Count 15 23 38

% within Jenis_Kelamin 39,5% 60,5% 100,0%


Total Count 26 54 80
% within Jenis_Kelamin 32,5% 67,5% 100,0%

Jenis_Kelamin * ko_ffqCrosstabulation

ko_ffq

jarang sering Total

Jenis_Kelamin laki-laki Count 26 16 42

% within Jenis_Kelamin 61,9% 38,1% 100,0%


perempuan Count 23 15 38

% within Jenis_Kelamin 60,5% 39,5% 100,0%


Total Count 49 31 80
% within Jenis_Kelamin 61,3% 38,8% 100,0%
ANALISIS BIVARIAT
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI, DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS OBESITAS

Crosstab

ko_imt
gizilebih obesitas Total

ko_energi kurang Count 18 38 56


% within ko_energi 32,1% 67,9% 100,0%

cukup Count 5 11 16

% within ko_energi 31,3% 68,8% 100,0%

lebih Count 3 5 8

% within ko_energi 37,5% 62,5% 100,0%


Total Count 26 54 80

% within ko_energi 32,5% 67,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square ,106a 2 ,948


Likelihood Ratio ,104 2 ,949
Linear-by-Linear Association ,046 1 ,830
N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,60.

Crosstab

ko_imt

gizilebih obesitas Total


ko_protein kurang Count 5 15 20

% within ko_protein 25,0% 75,0% 100,0%


cukup Count 10 15 25

% within ko_protein 40,0% 60,0% 100,0%


lebih Count 11 24 35
% within ko_protein 31,4% 68,6% 100,0%
Total Count 26 54 80

% within ko_protein 32,5% 67,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1,172a 2 ,557


Likelihood Ratio 1,175 2 ,556
Linear-by-Linear Association ,109 1 ,741
N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6,50.

Crosstab

ko_imt

gizilebih obesitas Total


ko_lemak kurang Count 14 32 46

% within ko_lemak 30,4% 69,6% 100,0%


cukup Count 6 9 15

% within ko_lemak 40,0% 60,0% 100,0%


lebih Count 6 13 19

% within ko_lemak 31,6% 68,4% 100,0%


Total Count 26 54 80
% within ko_lemak 32,5% 67,5% 100,0%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square ,481 2 ,786
Likelihood Ratio ,469 2 ,791
Linear-by-Linear Association ,048 1 ,826
N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 4,88.

Crosstab

ko_imt

gizilebih obesitas Total


ko_kh kurang Count 22 45 67

% within ko_kh 32,8% 67,2% 100,0%

cukup Count 2 6 8

% within ko_kh 25,0% 75,0% 100,0%


lebih Count 2 3 5

% within ko_kh 40,0% 60,0% 100,0%


Total Count 26 54 80
% within ko_kh 32,5% 67,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square ,337 2 ,845
Likelihood Ratio ,342 2 ,843
Linear-by-Linear Association ,004 1 ,948
N of Valid Cases 80
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square ,337 2 ,845
Likelihood Ratio ,342 2 ,843
Linear-by-Linear Association ,004 1 ,948
N of Valid Cases 80
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,63.

Crosstab

ko_imt
gizilebih obesitas Total

ko_serat kurang Count 26 54 80


% within ko_serat 32,5% 67,5% 100,0%
Total Count 26 54 80

% within ko_serat 32,5% 67,5% 100,0%

ko_ffq * ko_imtCrosstabulation

ko_imt

gizilebih obesitas Total


ko_ffq jarang Count 18 31 49

% within ko_ffq 36,7% 63,3% 100,0%

sering Count 8 23 31

% within ko_ffq 25,8% 74,2% 100,0%


Total Count 26 54 80
% within ko_ffq 32,5% 67,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,034 1 ,309
b
Continuity Correction ,596 1 ,440
Likelihood Ratio 1,052 1 ,305
Fisher's Exact Test ,339 ,221
Linear-by-Linear Association 1,021 1 ,312
N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,08.
b. Computed only for a 2x2 table
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Yani


Tempet/Tanggal lahir : Bojonegoro/ 24 April 1982
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat didaerah : Asmil batumerah Rt.02 Rw.03 jln. Ksatriaan Ambon
Alamat Makassar : BTP. Blok H lama No. 396 Makassar
E-mail : yaniasri893@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD YPPK 2 Kamal, tamat tahun 1996
2. SLTP Negeri 3 Kairatu, tamat 1999
3. SMU Negeri 2 kairatu, tamat 2002
4. Politehnik Kesehatan Maluku, tamat 2006
5. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Jurusan Ilmu Gizi (2012-2014).
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Tabel Sintesa Penelitian

No Nama Peneliti/ Judul Penelitian Lokasi, Populasi Masalah Jenis penelitian, desain Hasil
Tahun dan Sumber dan Sampel dan variabel
1. Merinda Sada, Veni Hubungan Body Lokasi di Poltekkes Pengetahuan jenis penelitian deskripti Dari hasil penelitian
Hadju dan Djunaidi M. Image, JayaPura. Pada tahun gizi dengan analitik dengan rangan Cross diperoleh Menurut
Dahlan 2012.Program Pengetahuan Gizi 2012. kejadian Sectional Study. Pengetahuan Status Gizi Menurut
Studi Ilmu gizi, FKM, Seimbang, pengambilan sampel obesitas gizi seimbang,aktifitas fisik LP Diperoleh Nilai P
Unhas,Makassar. Aktifitas Fisik yang digunakan sbg variabel independen, Masing-Masing
Terhadap Status yaitu sebanyak 142 status gizi variabel dependen. Sebesar 0,005, 0,001,
Gizi Mahasiswa orang. Dengan Dan 0,012, Yang
Politeknik menggunakan tehnik Berarti Ada
Kesehatan Acidental samplingf Hubungan Antara
Jayapura Instrument penelitian Pengetahuan Gizi
yang digunakan Seimbang Dan
berupa kuisioner Aktifitas Fisik
Dengan Status Gizi
Menurut IMT

2. Ampera Miko, Azhari Hubungan imej SMAN 1,2 dan 3 Hubungan Jenis penelitian merupakan Hasil penelitian
dan Suwardi. Jurusan tubuh, Favorit di kota Banda imej studi observational dengan siswa denga n
Gizi Poltekkes Depkes pengetahuan gizi Aceh. Sampel yang di tubuh,Pengeta menggunakan rancangan pengetahuan kurang
NAD. dan kebiasaan ambil sebanyak 232 huan gizi Crossectinal. dgn st. gz lebih 10
olahraga dengan siswa.Dengan dengan status orang ( 40%),
status gizi siswa menggunakan gizi remaja di Dengan nilai P=
SMA dikota banda TehnikStartified SMU kota 0,009<
Aceh. random samplig banda Aceh 0,05.menunjukan ada
Instrument penelitian hub. Pengetahuan
yang digunakan gizi dan st.Gizi siswa
berupa wawancara SMA di kota banda
kuisioner Aceh
3 Andriiardus mujur 2012. Hubungan pola Penelitian dilakukan Hubungan Jenis penelitian Data yang diperoleh
Program Pendidikan makan dan akifitas di SMAN 4 pola makan observasional dengan antara hubungan pola
Sarjana kedokteran fisik dengan Semarang, besar dengan pendekatan makan dan kejadian
Undip Semarang. kejadian BB lebih sampel 35 siswa, kejadian CrosvSectional,Variabel obesitas tingkat
Pada remaja.SMA sampel dipilih secara obesitas yang diteliti ,pola makan dan signifikan P= 0.005
4 Semarang Purposive Randaom aktifitas fisik, obestas dengan uji Chie
Sampling sebagai veriabel terikat. square dengan 95%
Confiden interval
1.303-6.905
kesimpulannya pola
makan merupakan
faktor resiko dari
kejadian Overweight

4. Susi Muktiharti dkk, Faktor Resiko Penelitian dilakukan Untuk Jenis penelitian yang Hasil uji chi square
2010.FKM, program Kejadian Obesitas pada remaja SMA mengetahui digunakan adalah diperoleh value =
Studi kesehatan pada Remaja SMA Negeri 2 dan SMA faktor resiko exsplanatory reserch 0,010 < 0,05
Masyarakat, Universitas Negeri 3 di Kota Negeri 3 di Kota kejadian (penelitian penjelasan) sehingga Ho ditolak,
Pekalongan. Pekalongan Tahun Pekalongan.Besar Obesitas pada dengan pendekatan case berarti ada hubungan
2010. sampel 30 siswa, remaja control. signifikan antara pola
sampel dipilih secara SMAN 2 dan 3 makan dengan
purposive sampling di kota kejadian obesitas
Pekalongan. pada remaja di
Wilayah Pekalongan
Utara.
Nilai odd ratio (OR)
diperoleh 4,467
(1,571-13,866), hal
ini berarti pola
makan merupakan
faktor
resiko kejadian
obesitas dengan
peluang sebesar
4,467 kali.

Tujuan
5. Isnaini, Agus Sartono Hubungan Penelitian dilakukan penelitian ini Penelitian ini termasuk Hasil penelitian
, Eny Winaryati , 2008. Pengetahuan di Desa Pepe Krajan adalah penelitian analitik, metode menunjukan bahwa
Program Studi Gizi Obesitas dengan Kecamatan Tegowanu Mengetahui yang digunakan adalah tingkat pengetahuan
Universitas RLPP pada Ibu Kabupaten Grobogan, hubungan survai ibu rumah tangga
Muhammadiyah Rumah Tangga di Populasi penelitian ini pengetahuan dengan pendekatan belah yang
Semarang. Desa Pepe Krajan adalah seluruh Ibu obesitas lintang (Cross sectional). menjadi sampel,
Kec. Tegowanu Rumah Tangga yang dengan rasio tentang obesitas
Kab. Grobogan bertempat tinggal di lingkar dapat di cermati, kan
kelurahan Pepe pinggang hasil
Krajan Kecamatan panggul ibu penelitian,
Tegowanu Kabupaten rumah tangga memperlihatkan
Grobogan di Desa Pepe bahwa hanya 56.0%
yangjumlahnya 839 Kec.Tegowanu ibu rumah tangga
orang. Sampel Kab.Grobogan sampel yang
diambil secara simple . memiliki
random sampling. pengetahuan baik
Jumlah sampel yang tentang obesitas.
di ambil dan di teliti Rata-rata skor
sebanyak 50 orang pengetahuan ibu
ibu rumah tangga. adalah 79,8671
dengan
simpangan baku
13,04288, skor
terendah 42,86 dan
tertinggi 92,86.

Kartika Suryaputra, Siti Perbedaan pola Penelitian dilakukan Tujuan Penelitian ini adalah Hasil penelitian
6. Rahayu Nadhiroh, 2012. makan dan di SMAK Santa penelitian penelitian observational menunjukkan bahwa
Departemen Gizi aktivitas fisik Agnes Surabaya. untuk analitik sebagian besar
Kesehatan, Fakultas Antara remaja Penelitian menganalisis dan desain penelitian cross (60%) tingkat
Kesehatan Masyarakat, obesitas dengan dilakukan pada bulan perbedaan pola sectional pengetahuan gizi
Universitas Airlangga, non obesitas Februari sampai makan dan remaja pada
Surabaya. Agustus 2010. aktivitas fisik kelompok
Dengan populasi antara remaja obesitas adalah
seluruh remaja (usia obesitas dan kurang, sedangkan
15-17 tahun) yang non obesitas di 85% remaja pada
duduk di kelas I dan SMAK Santa kelompok non
II di SMAK Santa Agnes obesitas memiliki
Agnes Surabaya Surabaya. pengetahuan gizi
yang
Hasil uji Mann
Whitney
menunjukkan
ada perbedaan
bermakna antara
pengetahuan gizi
kelompok
obesitas dengan
kelompok non
obesitas (p = 0,008).

You might also like