You are on page 1of 33

KELOMPOK 4

MATERIALITAS DAN RESIKO

Dosen :

Drs Herry Goenawan Soedarsa, M.Si., Akt.

Disusun Oleh:

Theri A Pratama (14021043)

Billy C Simanjuntak (14021045)

AdhiMaha Putra (14021052)

Alexander David G (14021059)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Materialitas dan resiko.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran dan membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah diusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelum kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandarlampung, 7 Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2

Daftar isi .................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

1.1. Latar belakang ..................................................................................................... 5


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3. Tujuan.................................................................................................................. 6
1.4. Manfaat................................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7

2.1 Materialitas .......................................................................................................... 7


2.2 Menetapkan Pertimbangan Materialitas Awal .................................................... 8
2.3 Mengalokasikan Pertimbangan Materialitas Awal ke Setiap Bagian (Salah Saji
yang Dapat Diterima) ........................................................................................ 10
2.4 Memperkirakan Salah Saji dan Membandingkannya dengan Penilaian Awal . 12
2.5 Risiko ................................................................................................................ 13
2.6 Model Risiko Audit dan Perencanaan ............................................................... 16
2.7 Jenis-Jenis Risiko .............................................................................................. 18
2.8 Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima ...................................................... 20
2.9 Menilai Risiko Bawaan ..................................................................................... 23
2.10 Hubungan Risiko Dengan Bukti Audit dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Risiko................................................................................................................. 27
2.11 Hubungan Antara Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit....................... 30
2.12 Mengevaluasi hasil ........................................................................................... 30

3
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 32

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 32

Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 33

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum,


terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu, materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. Audit Risk and
Materiality in Conducting an Audit, menyatakan agar auditor mempertimbangkan
materialitas dalam merencanakan audit dan mengevaluasi apakah laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. ISA yang menjad acuan dalam materi ini ialah ISA 320. Alinea 8
dari ISA 320 menyatakan bahwa: Tujuan auditor adalah menerapkan secara tepat
konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit.

Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu langkah kunci yang
terlibat dalam melaksanakan audit. Konsep risiko audit adalah penting sebagai dasar
untuk mengekspresikan konsep keyakinan yang memadai. Ingat kembali bahwa auditor
membuat penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit, risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi untuk mengarahkan keputusan tentang sifat, waktu, dan
luasnya prosedur audit dan juga keputusan mengenai penetapan staf audit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah tinjauan umum dari materialitas itu?
2. Apa saja tahap-tahap dari materialitas dalam proses audit?
3. Bagaimana konsep materialitas pada dua tingkat dalam merencanakan suatu audit?
4. Apa saja konsep materialitas dalam audit laporan keuangan?
5. Apakah yang dimaksud dengan risiko audit?
6. Apa saja komponen dari risiko audit ?
7. Bagaimana cara penilaian risiko audit tersebut?

5
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan pengalaman terhadap proses
auditing yang mana sangat diperlukan bagi pengguna laporan keuangan untuk menguji
kewajaran laporan keuangan tersebut sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dapat diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Memahami apa itu auditing dan mengapa auditing perlu dilakukan
2. Mengetahui bahwa auditing merupakan proses yang berbeda dari akuntansi
3. Mengetahui jenis-jenis auditing
4. Mengerti stardar profesi akuntan publik dan kode etik profesi akuntan publik

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MATERIALITAS

Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan


audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu. FASB 2 (Financial
Accounting Standard Board) mendefinisikan materialitas sebagai berikut :

Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang dalam
hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal itu memiliki
kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang mengandalkan
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian
tersebut.

Bila definisi FASB dibaca secara seksama akan menunjukkan kesulitan yang dihadapi
oleh para auditor dalam menerapkan prinsip materialitaas ini dalam prakteknya. Definisi
tersebut menekankan kepada para pengguna laporan yang menyandarkan diri mereka kepada
laporan keuangan dalam membuat berbagai keputusan. Oleh sebab itu, para auditor harus
memiliki pengetahuan tentang pihak-pihak yang akan memanfaatkan laporan keuangan klien
mereka serta keputusan-keputusan apakah yang akan dibuat.

Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung


kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji
yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang klien sehingga kesalahan tersebut
dapat dikoreksi. Jika sang klien menolak untuk mengoreksi kesalahan yang terkandung dalam
laporan keuangan, maka suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
harus diterbitkan, tergantung pada tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut.

7
Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya dalam penerapan
materialitas. Yaitu sebagai berikut:

1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas


2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam
segmen-segmen
3. Mengestimasi totoal kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau
pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas

Tahap 1 dan 2 dilaksanakan sebagai bagian dari proses perencanaan serta merupakan
topik-topik utama dalam pembhasana materialitas (perencanaan tentang rentang uji audit).
Tahap 3,4 dan 5 dilaksanakan sebagai bagian dari proses evaluasi hasil-hasil yang diperoleh
dari uji-uji audit yang telah dilakukan.

2.2 MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL

PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji
dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan
dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kita mengacu hal
tersebut sebagai pertimbangan materialitas awal. Dinamakan pertimbangan materialitas awal,
karena meskipun merupakan opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama
kontrak kerja.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penilaian

Beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas


awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam konsep
materialitas adalah sebagai berikut:

1. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut sebuah salah saji dengan
besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil, sebaliknya
dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan

8
yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menentukan semua acuan nilai nominal
untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
2. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materilaitas. Karena materialitas adalah konsep
yang relatif, sehingga sangat penting untuk memilki dasar dalam menentukan apakah
suatu jumlah tertentu material atau tidak.
3. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas. Beberapa salah saji
kemungkinan menjadi lebih penting dibandingkan salah saji lainnya bagi para
pengguna laporan, meskipun nilai nominalnya sama. Berikut contohnya:
Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting daripada
kesalahan yang tidak disengaja untuk jumlah nominal uang yang sama karena
kecurangan merefleksikan kejujuran dan keandalan manajemen atau personel lainnya
yang terlibat.
Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika terdapat
kemungkinan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kewajiban kontraktual tersebut.
Salah saji yang dianggap tidak maaterial dapat menjadi material jika salah saji
tersebut berpengaruh pada tren laba.

Panduan Ilustrasi

Standar akuntansi dan standar audit tidak memberikan panduan khusus mengenai
materialitas bagi para praktisi. Masalahnya adalah bahwa panduan semacam itu mungkin
dapat diterapkan tanpa pertimbangan kompleksitas yang harus dipertimbangkan oleh auditor
dalam mengambil keputusan akhir.

9
Penerapan pada PT. Perkakas Prima

Jika auditor PT Perkakas prima memutuskan bahwa panduan umum diatas adalah wajar,
maka langkah pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah ada faktor kualitatif yang
secara signifikan memengaruhi penilaian materialitas.

2.3 MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP


BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)

Pengalokasian pertimbangan material awal ke setiap bagian merupakan hal yang penting
untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit perbagian dibandingkan dengan
laporan keuangan secara keseluruhan. Jika para auditor memiliki penilaian materialitas awal
untuk setiap bagian, hal itu akan membantu mereka dalam memutuskan bukti audit yang tepat
untuk dikumpulkan.

Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun,


materialitas yang dialokasikan kesetiap saldo akun yang dimaksudkan dalam PSA 25 (SA
312) sebagai salah saji yang dapat diterima.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam menalokasikan materialitas kedalam
akun-akun neraca.

1. Auditor memperkirakanakun-akun tertentu memilki salah saji yang lebih banyak


dibandingkan dengan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif memengaruhi alokasi tersebut.

10
Ilustrasi Alokasi

Pendekatan dalam pengalokasikan yang dilakukan oleh senior, Mira Abadi, untuk PT
Perkakas Prima. Pendekatan ini mengikhtisarkan neraca,gabungan beberapa akun,
menunjukkan alokasi total materialitas yang dilakukan oleh Mira, menggunakan penilaian
dalam pengalokasian, yang menggunakan dua ketentuan subjektif yang ditentukan oleh
Budiman, Jumadi & Rekan.

Salah saji yang dapat diterima untuk setiap akun tidak boleh melebihi 60 persen dari
penilaian awal (60 persen dari Rp 442.000.000 = Rp 265.000.000- dibulatkan )
Jumlah dari semua salah saji yang dapat diterima tidak boleh lebih dari dua kali
pertimbangan materialitas awal (2 x Rp. 442.000.000 = Rp884.000.000).

Ketentuan pertama digunakan untuk memastikan agar auditor tidak mengalokasikan semua
materialitas total kedalam satu akun. Jika, misalnya semua penilaian awal sebesar
Rp442.000.000 dialokasikan pada akun piutang dagang sa;lah saji sebesar Rp442.000.000
dalam akuntersebut dapat diterima. Namun , salah saji yang sangat besar dalam satu akun
tersebut mungkin tidak dapat diterima, dan meskipun diterima, hal ini menyebabkan tidak
diperbolehkan adanya salah saji di akun-akun lain.

Terdapat dua alasan untuk ketentuan kedua, yang mengizinkan jumlah total salah saji
yang dapat diterima untuk melebihi materialitas keseluruhan.

Tidak mungkin semua akun akan salah saji sebesar jumlah total salah saji yang dapat
diterima.
Beberapa akun kemungkinan mengalami lebih saji, sedangkan lainnya kemungkinan
menagalami kurang saji, yang mengakibatkan jumlah bersihyang mungkin lebih kecil
daripada yang diperkirakan dalam penilaian awal.

11
2.4 MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN
PENILAIAN AWAL

Ketika para auditor malakukan prosedur audit untuk setiap bagian pengauditan, mereka
menyimpan kertas kerja dari semua salah saji yang ditemukan. Salah saji dalam suatu akun
dapat berbentuk satu dari dua jenis, yaitu salahsaji yang diketahui, dan salah saji yang
mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menentukan
jumlah salah saji dalam akun tersebut. Terdapat dua jenis salah saji yang mungkin.

1. salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan
penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun.
2. proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari
populasi.

Estimasi salah saji dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya. Asumsikan, bahwa
dalam melakukan audit atas persediaan, auditor menemukan nilai salah saji bersih sebesar Rp
3.500.000 dalam sebuah sampel yang berukuran Rp 50.000.000 atas total populasi sebesar Rp
450.000.000. Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji ini adalah dengan
membuat suatu proyeksi langsung dari sampel yang ada pada populasi serta dengan
menambahkan suatu estimasi atassampling error. Perhitungan dari proyeksi langsung atas
estimasi salah saji adalah :

Nilai salah saji yangterkandungTotal nilai populasi yang tercatat proyeksi langsung estimasi salah saji

dalam sampel (Rp 3.500.000) X (Rp 450.000.000 = (Rp 31.500.000)

langsung atas

Total sampel (Rp 50.000.000)

12
Tabel 7-1 (Ilustrasi Perbandingan Total Estimasi Salah Saji dengan Nilai Pertimbangan Awal
Materialitas)

Akun Nilai salah saji Salah saji yang Kesalahan Total


yang masih diketahui sample
dapat di terima Proyeksi
langsung
Kas Rp 4.000.000 Rp 2.000.000 N/A Rp 2.000.000
Piutang dagang Rp 20.000.000 Rp 12.000.000 Rp 6.000.000 Rp 18.000.000
Persediaan Rp 36.000.000 Rp 31.000.000 Rp 15.750.000 Rp 47.250.000
Total nilai Rp 45.000.000 Rp 16.800.000 Rp 62.300.000
estimasi salah
saji
Pertimbangan Rp 50.000.000
materialitas
awal

Proyeksi langsung atas piutang dagang sebesar Rp 12.000.000 tidak diilustrasikan. Taksiran
atas sampling error dapat dihasilkan karena auditor hanya melakukan sampel atas suatu
bagian populasi saja. Dalam contoh diatas, taksiran atas sampling error diasumsikan sebesar
50% dari proyeksi langsung atas nilai salah saji yang terkandung dalam akun-akun yang uji
auditnya dilakukan dengan mempergunakan sampling (piutang dagang dan persediaan).

2.5 RISIKO

Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Dalam contoh Tabel 7-1, auditor
telah membuat estimasi sampling error sebesar Rp 6.000.000 atas akun piutang dagang, yang
dipergunakan dalam mengihitung total estimasi salah saji sebesar Rp 18.000.000 untuk
kemudian dipergunakan sebagai perbandingan dengan nilai salah saji yang masih dapat
ditoleransi sebesar Rp 20.000.000. nilai kesalahan sampling sebesar Rp 6.000.000

13
ini mengandung suatu risiko atas pelaksanaan sampling. Hal ini hanya merupakan salah satu
dari sejumlah jenis risiko yang harus diketahui oleh auditor.

Auditor mengenali, umpamanya, bahwa terdapat suatu ketidakpastian tentang kompetensi


bukti, ketidakpastian tentang efektivitas dari pengendalian intern yang dimiliki klien, serta
ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar pada saat audit
telah dilakukan.

Ilustrasi yang Berkaitan dengan Sejumlah Risiko dan Bukti

Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan lebih jauh potensial
untuk kesalahan saji dan dimana mereka paling mungkin terjadi. Sebelum mulai membahas
model risiko audit, suatu ilustrasi tentang sebuah perusahaan hipotesis telah disajikan dalam
Tabel 7-1 sebagai suatu kerangka referensi atas pembahasan yang akan dilakukan.

Pertama-tama, tabel ini menampilkan adanya berbagai perbedaan dalam frekuensi dan ukuran
atas perkiraan salah saji pada berbagai siklus (A). Dipercaya bahwa efektivitas pengendalian
intern dalam kelima siklus saling berbeda (B). Pada akhirnya, auditor memutuskan suatu
tingkat kesediaan yang rendah akan kemungkinan masih terdapatnya salah saji material
setelah proses audit atas kelima siklus tersebut selesai seluruhnya (C). Beberapa
pertimbangan sebelumnya (A,B,C) akan mempengaruhi keputusan auditor tentang rentang
yang tepat untuk pengumpulan bukti audit (D)

14
Tabel 7-1 Ilustrasi Perbedaan Bukti Berbagai Siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


Penjualan Pengadaan Pengupahan Persediaan Penghimpuna
dan dan dan dan n Modal dan
Penagihan Pembayara Personalia Pergudanga Pembayaranny
n n a Kembali
A Penilaian Diperkiraka Diperkiraka Diperkiraka Diperkiraka Diperkirakan
auditor tentang n terdapat n terdapat n terdapat n terdapat terdapat
ekspektasinya atas sejumlah banyak sedikit banyak sedikit salah
salah saji material salah saji salah saji salah saji salah saji saji
sebelum
(sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
mempertimbangk
an pengendalian
intern (resiko
inhern)
B Penilaian Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
auditor tentang efektivitas efektivitas efektivitas efektivitas efektivitas
efektivitas sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian
(sedang) (rendah) (rendah) (tinggi) (sedang)
intern untuk
mencegah atau
mendeteksi salah
saji material
(resiko
pengendalian)

15
C Kesediaan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
auditor untuk kesediaan kesediaan kesediaan kesediaan kesediaan
mengijinkan rendah rendah rendah rendah rendah
munculnya salah
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
saji material
setelah ia
menyelesaikan
proses audit
(resiko
akseptibilitas
audit)
D Rentang bukti Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
audit yang menengah menengah rendah tinggi menengah
direncanakan oleh
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
auditor untuk
dikumpulkan
(resiko deteksi
terencana
/ planned
detection risk)

2.6 Model Risiko Audit untuk Perencanaan

Cara utama yang dipergunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan risiko yang ada dalam
merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah melalui penerapan model risiko
audit (audit risk model). Sumber dari model risiko audit ini adalah literatur profesional yang
terdapat dalam SAS 26 (SA 350) tentang sampling audit serta dalam PSA25 (SA 312) tentang
materialitas dan risiko.

16
Model risiko audit ini umumnya dipergunakan bagi berbagai tujuan perencanaan untuk
memutuskan berapa banyak bukti audit yang akan dikumpulkan pada setiap siklusnya. Model
ini umunya dinyatakan sebagai berikut :

PDR = AAR

IR x CR

di mana :

PDR : planned detection risk (risiko deteksi terencana)

AAR : acceptable audit risk (risiko akseptibilitas audit)

IR : inheren risk (risiko inheren)

CR : control risk (risiko pengendalian)

Contoh siklus persediaan dan pergudangan yang tersaji dalam Tabel 7-1

IR=100 %

CR=100 %

AAR=5%

PDR=0.05= 0.05 atau 5%

1.0 x 1.0

17
2.7 JENIS-JENIS RISIKO

Planned Detection Risk

Planned detection risk (risiko deteksi terencana) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit
atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai
salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. Terdapat dua
poin utama tentang risiko deteksi terencana ini. Pertama, risiko ini tergantung pada ketiga
factor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko terdeteksi hanya akan berubah jika auditor
melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga factor lainnya. Kedua, risiko ini
menentukan nilai bukti substantive yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan, yang
merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi rencana itu sendiri.

Risiko Bawaan

Risiko inheren (inherent risk) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam
menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan
atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari
pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka
risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya
salah saji yang material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern,
menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah
salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi.
Pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian
intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko
pengendalian. Hubungan antara risiko inheren dengan risiko deteksi terencana serta dengan
bukti audit yang direncanakan adalah risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi
terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.

Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang dipergunakan oleh auditor untuk
menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai
salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak
terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Risiko pengendalian ini

18
memperlihatkan (1) penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif
untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji, dan (2) kehendak auditor membuat
penilaian tersebut senantiasa berada dibawah nilai maksimum (100 persen) sebagai bagian
dari rencana audit yang dibuatnya. Semakin efektif pengendalian intern, maka semakin
rendah pula factor risiko yang dapat dibebankan pada risiko pengendalian.

Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren dan risiko
pengendalian. Kombinasi risiko inheren dan risiko pengendalian ini dapat dianggap sebagai
suatu ekspektasi atas nilai salah saji setelah mempertimbangkan pengaruh dari pengendalian
intern. Sama dengan yang terjadi pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian
dan risiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara hubungan antara risiko
pengendalian dan bukti subtantif merupakan hubungan yang searah.

Risiko Audit yang dapat di terima

Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat
kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih
mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan
audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan
suatu tingkat risiko akseptabilitas audit yang lebih rendah, hal tersebut berarti bahwa auditor
ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak
mengandung salah saji yang material. Risiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat risiko
sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.

Seringkali, auditor membuat istilah itu dengan audit assurance, overall assurance, atau tingkat
keyakinan bukannya risiko akseptabilitas audit. Audit assurance atau istilah-istilah lainnya
yang ekuivalen merupakan pelengkap dari risiko akseptabilitas audit, yaitu sama dengan, satu
dikurangi risiko akseptabilitas audit. Konsep risiko akseptabilitas audit dapat dipahami
dengan lebih mudah dengan cara membayangkan penerapan ini pada suatu audit yang
berjumlah besar. Dengan mempergunakan model risiko audit, akan terlihat adanya hubungan
yang searah antara risiko akseptabilitas audit dan risiko deteksi terencana, serta hubungab
yang saling berlawanan antara risiko akseptabilitas audit dan bukti audit yang direncanakan.

19
2.8 MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Auditor harus memutuskan tingkat risiko akseptabilitas audit yang tepat bagi suatu audit, dan
hal ini lebih baik dilakukan selama fase perencanaan audit. Pertama, auditor harus
memutuskan tingkat risiko bisnis serta menggunakan risiko bisnis ini untuk memodifikasi
tingkat risiko akseptabilitas audit.

Dampak Resiko Kontrak Kerja Terhadap Resiko Audit yang Dapat Diterima

Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko yang akan diderita oleh auditor atau
firma audit akibat hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang dibuat bagi klien
tersebut telah dibuat dengan benar.risiko perjanjian sangatlah berkaitan dengan risiko bisnis
klien.

Para auditor belum memiliki kesepakatan tentang apakah risiko bisnis harus turut
dipertimbangkan dalam merencanakan audit. Para oposan atas pernyataan untuk
memodifikasi bukti audit bagi risiko bisnis berpendapat bahwa auditor tidak menyediakan
sejumlah pendapat audit yang berbeda bagi setiap tingkat keyakinan yang berbeda pula
sehingga auditor pun tidak perlu menyediakan tingkat keyakinan yang lebih rendah atau lebih
tinggi hanya karena adanya risiko perjanjian. Sedangkan para pendukung pernyataan ini
berpendapat bahwa merupakan hal yang tepat bagi para auditor untuk mengumpulkan
sejumlah bukti tambahan, menugaskan para staf yang memiliki lebih banyak pengalaman,
serta melakukan review yang lebih mendalam pada penugasan audit yang memiliki potensi
hukum yang tinggi, sepanjang tingkat keyakinan yang ingin dicapai tidak diturunkan hingga
di bawah suatu tingkat keyakinan yang wajar pada saat tingkat risiko perjanjian yang dimiliki
rendah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Audit

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang
mempengaruhi risiko perjanjian dan selanjutnya mempengaruhi risiko akseptabilitas audit
pula, diantaranya :

20
Kebergantungan Para Pengguna Eksternal pada Laporan Keuangan

Sejumlah faktor yang merupakan indikator yang baik atas derajat kebergantungan para
pengguna eksternal pada laporan keuangan adalah :

Ukuran klien. Ukuran usaha klien, yang diukur dengan mempergunakan total aktiva
atau total pendapatan, akan memberikan pengaruh [ada risiko akseptabilitas audit.
Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan piblik (PT terbuka) umumnya
dipergunakan oleh lebih banyak pengguna daripada laporan keuangan perusahaan
nonpublik. Bagi perusahaan-perusahaan semacam ini, pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan termasuk pula SEC, para analis keuangan serta
masyarakat umum.
Sifat dan jumlah liabilitas. Jika laporan keuangan mengandung nilai kewajiban yang
besar, laporan keuangan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
dipergunakan secara luas oleh para kreditur, baik yang telah ada sekarang maupun
para calon kreditur, daripada jika laporan keuangan tersebut hanya mengandung
kewajiban yang kecil.

Kemungkinan bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Penerbitan


Laporan Audit

Beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik atas peningkatan kemungkinan
tersebut adalah :

Posisi likuiditas. Jika secara konstan, klien mengalami kekurangan kas serta modal
kerja, maka hal tersebut dapat mengindikasikan masalah dalam melunasi tagihan-
tagihannya di masa yang akan datang. Auditor harus menilai kemungkinan tersebut
serta signifikansi penurunan yang terus menerus atas posisi likuiditas.
Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya. Jika perusahaan mengalami penurunan
laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama beberapa tahun terakhir,
auditor harus mulai mengenali sejumlah masalah solvabilitas yang mungkin akan
dialami klien di masa yang akan datang.

21
Metode pembiayaan pertumbuhan. Semakin klien menyandarkan dirinya pada utang
sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan yang akan
dihadapinya jika kegiatan operasi klien kurang berhasil.
Sifat operasi klien. Beberapa jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih
besar dari pada sejumlah bisnis lainnya.
Kompetensi manajemen. Kemampuan manajemen ini harus dinilai sebagai bagian
dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen.

Jika klien memiliki integritas yang patut dipertanyakan, maka auditor kemungkinan besar
akan menentukan tingkat risiko akseptabilitas audit yang lebih rendah. Perusahaan-
perusahaan dengan integritas yang rendah seringkali melaksanakan kegiatan bisnis mereka
dalam suatu tindakan yang dapat mengakibatkan sejumlah konflik dengan para pemegang
saham mereka, para agen pemerintah, serta para pelanggan. Pada akhirnya, berbagai konflik
ini sering kali tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan kualitas dari audit
yang dilaksanakan serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukum serta sejumlah
ketidak sepakatan lainnya.

Tabel 7-3 Metode-metode yang Dipergunakan oleh Para Praktisi untuk Menilai
Risiko Akseptabilitas Audit
Faktor-faktor Metode-metode yang Dipergunakan untuk Menilai Risiko Akseptabilitas
Derajat Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
penyandaran
Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentukan berbagai
diri para
rencana masa depan
pengguna
laporan pada
Menelaah Formulir 10K bagi sebuah perusahaan publik
laporan
keuangan Membahas rencana-rencana keuangan dengan pihak manajemen
Kemungkinan Melakukan analisa atas laporan keuangan untuk menilai gejala
terjadinya kesulitan keuangan dengan mempergunakan sejumlah rasio serta berbagai
kesulitan prosedur analitis lainnya
keuangan
Menelaah laporan arus kas historis maupun laporan proyeksi arus kas

22
untuk mempelajari sifat arus kas masuk dan arus kas keluar
Integritas Mengikuti sejumlah prosedur yang telah dibahas pada bab 8 tentang
manajemen perencanaan audit dan prosedur analitis

Membuat Keputusan Risiko Akseptabilitas Audit

Untuk menilai risiko akseptibilitas audit, auditor, pertama-tama harus menilai setiap faktor
yang dapat mempengaruhi risiko akseptabilitas. Tabel 7-3 mengilustrasikan berbagai metode
yang dipergunakan oleh para auditor untuk melakukan penilaian pada masing-masing faktor
dari ketiga faktor tersebut.

2.9 MENILAI RISIKO BAWAAN

Pencantuman risiko inheren dalam model risiko audit berarti bahwa auditor harus
berupaya untuk memprediksikan di manakah letak probabilitas salah saji yang paling banyak
terjadi serta probabilitas salah saji yang paling sedikit terjadi dalam berbagai segmen laporan
keuangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren

Beberapa faktor utama pada saat melakukan penilaian atas resiko inheren adalah :

Sifat bisnis klien

Pada umumnya, tingkat risiko inheren dari satu bisnis dengan bisnis lainnya sangat beragam,
terutama untuk risiko inheren yang terkandung pada akun-akun seperti akun persediaan,
piutang dagang dan piutang kredit, serta aktiva tetap. Sifat bisnis klien seharusnya tidak
memberikan pengaruh atau hanya memberikan pengaruh yang kecil saja pada tingkat risiko
inheren yang terdapat dalam akun kas, surat utang dan utang hiporik.

Temuan-temuan audit yang diperoleh dari audit-audit sebelumnya

Salah saji yang diketemukan pada audit tahun sebelumnya kemungkinan besar akan
diketemukan kembali pada penugasan audit tahun berjalan. Hal ini diakibatkan karena
sebagian besar jenis salah saji umumnya bersifat sistemik/teratur, serta organisasi-organisasi

23
seringkali mengalami keterlambatan dalam melakukan sejumlah perubahan untuk
menghapuskan salah saji tersebut. Oleh karena itu, auditor akan dianggap ceroboh jika ia
mengabaikan temuan audit yang diperoleh pada audit tahun sebelumnya, pada saat ia
melakukan penyusunan program audit atas penugasan audit tahun berjalan.

Penugasan awal versus penugasan ulangan

Kurangnya temuan audit yang diperoleh dari penugasan audit tahun-tahun sebelumnya dapat
menyebabkan para auditor menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi bagi
penugasan audit awal daripada tingkat risiko inheren yang ditetapkan atas penugasan audit
ulangan dimana pada penugasan audit sebelumnya tidak diketemukan salah saji yang
material.

Pihak-pihak terkait

Berbagai transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan perusahaan anak serta transaksi-
transaksi yang terjadi antara pihak manajemen dengan entitas perusahaan merupakan contoh-
contoh dari transaksi dengan pihak terkait sebagaimana yang terdefinisikan dalam SFAS 57.
Karena berbagai transaksi ini tidak terjadi pada dua belah pihak yang saling independen yang
bertransaksi sejauh jangkauan tangan saja, maka kemungkinan bahwa transaksi-transaksi
tersebut mengalami salah saji lebih besar, sehingga mengakibatkan suatu peningkatan pada
nilai risiko ineren.

Berbagai transaksi nonrutin

Berbagai transaksi yang tidak umum dilakukan oleh klien memiliki kemungkinan yang lebih
besar akan dicatat secara tidak benar oleh pihak klien daripada pencatatan atas berbagai
transaksi yang rutin, karena pihak klien kurang memiliki pengalaman dalam melakukan
pencatatan atas hal tersebut.

Pertimbangan yang diperlukan untuk mengoreksi pencatatan berbagai saldo dan


transaksi akun

Contoh-contoh atas jenis akun ini adalah cadangan atas piutang tak tertagih, nilai persedian
yang usang, kewajiban atas pembayaran waran, serta cadangan kerugian kredit bank. Serupa

24
dengan hal itu, berbagai transaksi atas sejumlah perbaikan utama atau penggantian sebagian
aktiva merupakan contoh-contoh dimana sejumlah perbandingan diperlukan.

Penyusun populasi

Seringkali, berbagai item individual yang menyusun total populasi turut memberikan
pengaruh pada ekspektasi auditor akan salah saji yang material.

Membuat Keputusan Risiko bawaan

Auditor harus mengevaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi tingkat risiko
inheren serta memutuskan suatu tingkat risiko inheren yang tepat bagi setiap siklus, akun, dan
dalam banyak situasi bagi setiap tujuan audit pula.

Memperoleh Informasi untuk Menilai Risiko Inheren

Para auditor memulai penilaian mereka atas risiko inheren selama fase perencanaan serta
akan memperbaharui penilaian tersebut sepanjang penugasan audit. Pada saat auditor
melakukan beraneka jenis pengujian dalam suatu penugasan audit, maka ia akan memperoleh
tambahan informasi yang seringkali pula akan mempengaruhi tingkat penilaian awal.

Menilai Risiko Kecurangan

Untuk memenuhi persyaratan standar audit, sangat penting auditor menilai risiko dan
memberi respon kepadanya daripada hanya medidentifikasinya mereka sebagai risiko
aksepbilitas audit, risiko inheren, atau risiko pengendalian. Oleh karena itu banyak kantor
audit menilai risiko kecurangan secara terpisah dari penilaian komponen model risiko.

Standart auditing yang diterima mengharuskan auditor untuk menilai resiko kesalahan
pernyataan material sampai kecurangan. Ketika auditor mempertimbangkan resiko bawaan
dan resiko pengendalian, auditor juga harus mempertimbangkan resiko kecurangan. Auditor
biasanya mempertimbangkan resiko kesalahan pernyataan material dengan membagi dua tipe
kecurangan: kecurangan laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.

Untuk menilai risiko kecurangan auditor mengumpulkan informasi untuk mengetahui luasnya
keberadaan kondisi kecurangan. Segitiga kecurangan yang menggambarkan aspek umum dari
seluruh kecurangan, yaitu:

25
1. Kesempatan untuk melakukan kecurangan.
2. Insentive atau tekanan.
3. Kemampuan untuk merasionalisasi kecurangan menjadi konsisten dengan nilai
kepantasan internal.

Informasi yang Mempengaruhi Risiko Kecurangan

Untuk menilai luas ketiga kondidi kecurangan ini hadir, auditor harus mempertimbangkan:

1. Faktor risiko khusus yang berhubungan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva
2. Informasi diperoleh dari anggota tim audit yang berpengalaman, trmasuk bagaimana
dan dimana perusahaan perusahaan bisa dicurigai untuk melakukan salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan
3. Respon pertanyaan auditor dari manajemen tentang pandangan mereka mengenai
risiko kecurangan, tentang program dan pengendalian yang ada untuk membahas
risiko kecurangan khusus yang diidentifikasikan
4. Hasil prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan yang menunjukan
kemungkinan tidak jujur atau hubungan analitis yang tidak diharapkan
5. Pengetahuan yang diperoleh melalui hal penerimaan klien dan keputusan retensi,
ulasan sementara dari laporan keuangan, dan pertimbangan risiko inheren

Membuat Risiko dari Keputusan Kecurangan

Auditor menggunakan semua informasi yang diperoleh untuk mengidentifikasikan risiko


salah saji material karena kecurangan. Auditor bisa mengidentifikasikan risiko yang dapat
menembus laporan keuangan sebagai keseluruhan. Auditor juga bisa mengidentifikasikan
risiko untuk akun khusus atau kelas transaksi.

Merespon Risiko Kecurangan

Saat risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan telah didentifikasikan,
pertama-tama auditor harus mendiskusikan penemuan ini dengan manajemen untuk
mendapatkan pandangan manajemen tentang potensial kecurangan dan program serta kontrol

26
yang ada yang telah dirancang untuk mencegah salah saji. Auditor harus merespon risiko
kedalam tiga cara:

1. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mrngarah kepada risiko kecurangan yang
teridentifikasi.
2. Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon risiko kecurangan yang
teridentifikasi
3. Melakukan prosedur untuk mrngarahkan risiko manajemen menguasai kontrol.

Setelah selesai auditor harus mengevaluasi apakah hasil akumulasi dan prosedur audit
mempengaruhi penilaian dari risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
yang dibuat sebelumnya dalam audit.

2.10 Hubungan Risiko dengan Bukti Audit dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Risiko

Umumnya auditor menangani resiko dengan cara mengubah keluasan pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk menerapkan ketidakpastian dalam prosedur audit yang di
gunakan.Selain melakukna modifikasi buikti audit, terdapat dua cara lain dimana auditor
dapat mengubah auditnya untuk menangani resiko-resiko.

1. Kontrak kerja mungkin memerlukan lebih banyak staf yang berpengalaman. KAP
harus menugaskan staf yang kompoten dalam semua kontrak kerja. Untuk klien
dengan resiko audit yang dapat diterima rendah, perhatian khusus sangat tepat di
berikan pada penugasan staf, dan pentingnya skeptisme profesional harus di tekankan.
2. Kontrak kerja harus di telah dengan hati-hati dari pada biasanya. KAP harus yakin
bahwa penelahan yang memadai atas arsip-arsip audit yang mendokumentasikan
perencanaan auditor, pengumpulan bukti dan kesimpulan-kesimpulan dan hal-hal
dalam pengauditan. Jika resiko audit yang dapat diterima rendah, penelahan yang
lebih meluas sering kali sangat diperlukan, termasuk penelahan yang dilakukan oleh
personel yang tidak di tugaskan dalam konrak kerja tersebut. jika resiko salah saji
material (gabungan antara resiko pengendalain dengan resiko bawaan) adalah tinggi
untuk beberapa akun, besar kemungkian menelahharus meluangkan lebuh banyak
waktu untuk meyakinkan bahwa bukti auditnya sudah tepat dan sudah di evaluasi
dengan benar.

27
Resiko Audit Untuk Setiap Bagian

Resiko audit yang dapat di terima biasnya di ukur oleh auditor selama fase perencanaan
dan tetap konstan untuk setiap siklus dan akun utama, auditor biasanya menggunakaan resiko
audit yang dapa di terima yang sama untuk setiap bagian karena faktor-faktor memengaruhi
resiko audit yang dapat diterima terkait dengan keseluruhan pengauditan, bukan pada masing-
masing akun. Sebagai contoh, tingkat ketergantungan para pengguna external yang tinggi
terhadap laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan,
bukan hanya satu atau dua akun saja.

Menghubungkan Salah Saji dan Resiko Yang Dapat Diterima dengan Tujuan Audit Terkait
Saldo

Merupakan suatu hal yang umum dalam praktinya untuk mengukur resiko bawaan dan
resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait saldo, namun tidak lain untuk
mengalokasikan materialitas ke dalam setiap tujuan tersebut.

Keterbatasan dalam Pengkuran

Satu batasan utama dalam penerapan model risiko audit ini adalah kesulitas pengukuran
berbagai komponen model. Penilaian atas risiko akseptibilitas audit, risiko inheren, dan risiko
pengendalian, serta selanjutnya atas risiko deteksi terencana sangatlah subyektif dan terdiri
dari sejumlah perkiraan terbaik. Untuk mengimbangi masalah pengukuran, sebagian besar
mempergunakan istilah-istilah pengukuran yang lebar dan subyektif, sepertirendah,
sedang dan tinggi. Tabel 7-4 menempilkan bagaimana cara para auditor mempergunakan
informasi yang diperoleehnya untuk memutuskan nilai bukti audit yang dikumpulkan.

28
Tabel 7-4 Hubungan Risiko dengan Bukti Audit

Situasi Risiko Risiko Risiko Risiko Jumlah


akseptibilitas Inheren pengendalian Deteksi Bukti yang
audit Rencana Diperlukan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah overauditing
dan underauditing, tetapi sebagian besar auditor lebih memperhatikan masalah underauditing,
karena dapat membawa kantor akuntan publik pada kewajiban hukum serta kehilangan
reputasi profesionalnya. Untuk menghindarkannya para auaditor umumnya melakukan
penialaian risiko secara konservatif.

Pengujian Terperinci Kertas Kerja Perencanaan-Bukti

Dalam prakteknya auditor mengembangkan beragam kertas kerja untuk membantu dalam
mengaitkan pertimbangan-pertimbangan yang memengaruhi bukti audit dengan pengumpulan
bukti yang tepat.

Salah saji yang dapat diterima. Pengukuran materialitas awal ditetapkan sebesar
Rp442.000.000 (sekitar 6 persen dari laba operasi Rp7.370.000.)ia mengalokasikan
Rp265.000.000 untuk audit atas piutang dagang.
Risiko audit yang dapat diterima. Mira menilai risiko audit yang dapat diterima tinggi
karena kondisi keuangan perusahan yang baik ,integritas manajemen yang tinggi ,dan
pengguna laporan keuangan yang relatif sedikit jumlah nya.
Risiko bawaan. Mira menilai risiko bawaan sedang untuk tujuan nilai keberadaan dan
pisah batas, karena perhatian utamanya pada pengakuan pendapatan.

29
2.11 HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI
AUDIT

Konsep materialitas dan resiko dalam udit sangat berkaitan erat dan tidak dapat di pisahkan.
Resiko merupakan ukuran atas ketidak pastian. Sedangkan materialitas merupakan ukuran
besaran atau tinggi rendahnya. Bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian
dala suatu besaran tertentu.

2.12 MENGEVALUASI HASIL

Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-
hasil audit dapat dinyatakan dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model risiko audit.
Antara lain:

AcAR = IR x CR x AcDR

Dimana:

AcAR = Risiko audit yang dicapai (Achieved Audit Risk )

Yaitu sebuah ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K secara material
salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.

IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )

Yaitu faktor risiko bawaan yang telah dibahas dalam perencenaan kecuali telah direvisi
sebagai hasil dari informasi baru.

CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )

Yaitu risiko pengendalian yang sama yang telah dibahas kecuali telah direvisi selama audit.

AcDR = Risiko penemuan yang dicapai ( Achieved Detection Risk )

30
Yaitu sebuah ukuran dari risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi
salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut ada. Auditor dapat
mengurangi risiko deteksi yang dicapai hanya dengan mengumpulkan bahan bukti.

Rumusan itu menunjukan bahwa terdapat tiga cara utnuk mengurangi tingkat risiko audit
yang tercapai hingga mencapai suatu tingkat risiko yang dapat diterima:

1. Mengurangi risiko bawaan. Karena risiko bawaan dinilai oleh auditor berdasarkan
kondisi klien, penilaian ini diselesaikan selama perencanaan dan biasanya tidak
berubah kecuali fakta-fakta baru terbuka saat audit berjalan.
2. Mengurangi risiko pengendalian. Risiko pengendalian yang dinilai, dipengaruhi oleh
pengendalian internal dari klien dan pengujian auditor terhadap pengendalian itu.
3. Mengurangi risiko deteksi dengan meningkatkan uji audit substantif. Auditor
mengurangi risiko deteksi yang dicapai dengan mengumpulkan bukti menggunakan
prosedur analitis, tes substantive dari transaksi dan tes dari rincian saldo.

Merevisi Risiko dan Bukti

Model risiko audit adalah sebuah model perencanaan dan selanjutnya dapat dipergunakan
secara terbatas dalam melakukan evaluasi atas hasil-hasil audit.

Dalam situasi ini auditor sebaiknya mengikuti pendekatan dua langkah, antara lain:

1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang risiko yang wajar. Adalah pelanggaran
jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wajar.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap bukti yang
diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam bidang audit telah
menunjukkan, jika risiko yang direvisi digunakan dalam model risiko audit untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan, yang juga telah direvisi, ada bahaya dari
tidak meningkatkannya bukti secara memadai.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang,
dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut. Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor
yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Berbagai kemungkinan hubungan antara
materialitas, bukti audit, dan risiko audit, yakni:

(1) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

(2) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

(3) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.

32
DAFTAR PUSTAKA

Randal J. Elder,Mark S. Beasley. 2013 Jasa Audit dan Assurance, Salemba Empat

http://fadjarika.blogspot.com/2012/01/materialitas-dan-risiko-audit.html

http://andikapuspitasari.wordpress.com/2012/01/04/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
pendahuluan/

http://hyumindheade.blogspot.com/2012/05/materialitas-dan-resiko-audit.html

33

You might also like