You are on page 1of 152

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai


kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat secara optimal diperlukan peran serta masyarakat dan sumber daya
masyarakat sebagai modal dalam pembangunan nasional, termasuk keluarga
sebagai unit terkecil dari masyarakat
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan bidan sesuai
kewenangan yang diberikannya dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan
sejahtera.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu dan merupakan upaya yang
dilakukan oleh bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak
balita di dalam keluarga dan masyarakat.
Kegiatan kebidanan komunitas mencakup pengidentifikasian dan indikator
kesehatan mengenai pengelolaan, atau dengan kata lain kebidanan komunitas
adalah upaya yang dilakukan oleh bidan pada suatu komuniti/masyarakat. Sebagai
mahasiswa DIV Kebidanan maka diperlukan praktek kebidanan
komunitas,sehingga mahasiswa dapat secara langsung menerapkan teori-teori
pembelajaran yang didapat dibangku perkuliahan untuk diterapkan dan
diinterpretasikan serta dilakukan intervensi pada masyarakat.

Berpedoman pada manajemen kebidanan komunitas fakta / hasil obsevasi


dan intervensi selama PKK Komunitas ( Praktek Klinik Kebidanan ) di kelurahan
Sumompo,masih banyak terdapat permasalahan kesehatan dalam hal KIA dan
kesehatan lingkungan yang perlu dicarikan solusinya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelurahan Sumompo


Lingkungan V kecamatan Tuminting didapatkan data keluarga yang memiliki
masalah kurangnya pengetahuan mengenai metode kontrasepsi dan efek
sampingnya, masalah anemia dalam kehamilan, bahaya merokok di dalam rumah,
masalah gizi pada balita, dan efek samping KB suntik 3 bulan, ibu hamil yang

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 1


mengalami KEK, anak yang belum imunisasi BCG, bapak yang mengidap
penyakit hipertensi, belum terdapatnya sarana pembuangan air limbah (SPAL),
ketidakmampuan ibu merawat personal hygiene dengan benar, ketidakmampuan
ibu merawat anak pada saat anak mengalami sakit flu, dan tidak efektifnya nutrisi
pada balita yang berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan
yang menguntungkan kesehatan

Dari hal diatas maka penulis membuat laporan praktek kebidanan


komunitas individu agar dapat memecahkan masalah yang dialami oleh beberapa
keluarga di Kelurahan Sumompo Kecamatan Tuminting.

B Rumusan Masalah
a. Kurangnya pengetahuan mengenai metode kontrasepsi dan efek sampingnya
b. Ibu hamil yang mengalami Anemia

c. Keluarga tidak mengetahui bahaya merokok didalam rumah.

d. Keluarga tidak mengetahui pentingnya gizi pada balita.


e. Keluarga tidak mengetahui efek samping Kb suntik 3 bulan.
f. Ibu hamil yang mengalami KEK.

g. Anak yang belum diimunisasi BCG

h. Bapak yang mengidap penyakit hipertensi.

i. Belum terdapatnya sarana pembuangan air limbah (SPAL)

j. Ketidakmampuan ibu merawat personal hygiene dengan benar


k. Ketidakmampuan Ibu merawat anak Pada Saat Anak mengalami sakit flu.

l. Tidak efektifnya nutrisi pada balita yang berhubungan dengan


ketidakmampuan memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 2


C Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada keluarga-
keluarga yang memiliki masalah kesehatan di kelurahan Sumompo
Lingkungan V, Kecamatan Tuminting. Secara langsung, serta mampu
bersikap profesional dalam menambah dan mengembangkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktek asuhan kebidanan komunitas mahasiswi diharapkan
mampu :
1. Mengenal keadaan umum wilayah desa maupun RT/RW
2. Memperoleh informasi data tentang kesehatan keluarga binaan.
3. Melakukan pengolahan dan menganalisis data kesehatan keluarga binaan.
4. Mengidentifikasi keluarga dengan resiko tinggi masalah kesehatan.
5. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan dan penanggulangan masalah
kesehatan keluarga.
6. Melakukan asuhan binaan pada keluarga dengan resiko tinggi masalah
kesehatan. F=
7. Membuat laporan hasil asuhan kebidanan pada keluarga dengan resiko
tinggi masalah kesehatan minimal 1 keluarga.
8. Mendorong dan menciptakan peran serta keluarga dalam pelayanan
kesehatan keluarga.
9. Meningkatkan pengetahuan individu dan menanamkan prilaku pola hidup
sehat dalam keseharian.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 3


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, dimana antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau
keperawatan, maka akan berpengarung terhadap anggota-anggota yang lain dan
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya (Effendi, 1998).

2. Bentuk Tipe Keluarga (Effendi, 1998)

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 4


a. Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dan sebagainnya.
c. Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi, adalah yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga kabitas (Cabitation), adalah dua orang yang menjadi atau tanpa
pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

3. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga


Pemegang kekuasaan keluarga menurut (Effendi, 1998):
a. Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
b. Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalah keluarga adalah
pihak ibu.
c. Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah dan ibu.

4. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Menurut (Effendi, 1998) penaran dalam keluarga adalah:
a. Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah,
pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya,
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh
dan pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya,
serta sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik
fisik, mental maupun spiritual.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 5


Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora
keluarga.
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga.
c. Fungsi sosial
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak.

d. Fungsi ekonomi
1) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
2) Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang.

e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan, ketrampilan dan
membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang,
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

6. Gambaran Keluarga Sehat


Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial.
b. Cepat meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan
bila timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga.
c. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.
d. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.
e. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Seorang bidan yang bekerja di komuniti harus mengetahui data wilayah
kerjanya, data tersebut mencakup komposisi keluarga, keadaan sosial, ekonomi,
adat kebiasaan, kehidupan beragama, status kesehatan serta masalah ibu dan anak
balita. Keberhasilan bidan yang bekerja dibidang komuniti tergantung pada
peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di wilayah kerjanya.
Sasaran umum kebidanan komunitas asalah ibu dan anak dalam keluarga.
Menurut undang-undang no.12 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Di dalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan masa
pra kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa di luar masa kehamilan
(masa interfal) serta persalinan. Upaya kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 6


peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita dan masa
pra sekolah.

B. Konsep Manajemen Asuhan Keluarga


Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen
yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari
langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tndakan untuk
menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan.
Langkah-langkah kebidanan komunitas:
1. Identifikasi masalah
Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data berdasarkan
sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di masyarakat (data
subyektif) dan secara tidak langsung (data obyektif).
Data subyektif didapat dari informasi yang langsung diterima dari masyarakat
melalui wawancara. Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil
obserfasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan
lingkungannya.
Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data ini adalah
pengumplan data tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data
keluarga sebagai sasaran pemeriksaan.
2. Data Desa
Data desa meliputi:
a. Wilayah desa (Luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas kesehatan
pemeriksaan).
b. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga, mata
pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).
c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan ibu, anak
dan balita).
d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban keluarga,
pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan kondisi tinja).
e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari
lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang dimiliki
masyarakat).
f. Data keluarga
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan balita.
h. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan, pembuangan
sampah dan kotoran).

C. Suntikan Kombinasi
1 Jenis Suntikan Kombinasi
- Cyclofem (25 mg medrosiprogesteron asetat + 5 mg estrasiol spionat)
- NET-EN (50 mg noretindron enantat + 5 mg estradiol valerat)
.2 Cara Kerja

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 7


- Menekan ovulasi
- Membuat lendir serviks jadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
- Atrofi pada endometrium sehingga implantasi terganggu.
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
.3 Efektifitas
- Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun.
4 Keuntungan Kontrasepsi
- Resiko terhadap kesehatan kecil
- Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
- Jangka panjang
- Efek samping sangat kecil
- Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
5 Keuntungan Non Kontrasepsi
- Mengurangi jumlah perdarahan
- Mengurangi nyeri saat haid
- Mencegah anemia
- Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
- Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
- Mencegah kehamilan ektopik
- Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit randang panggul
- Pada keadaan tertentu dapat diberikan perempuan pada usia perimenopus
.6 Kerugian
- Terjadi perubahan pola haid seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spoting atau perdarahan sela sampai 10 hari
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
- Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan
- Efekifitas berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan
epilepsi (barbiturat dan fenitoin) atau obat tuberkulosis (rifampisin)

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 8


- Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke
bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati
- Penambahan berat badan
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi melalui
seksual hepatitis B virus, atau virus HIV
- Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
7 Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak
- Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
- Menyusui ASI pasca persalinan 6 bulan
- Pasca persalinan dan tidak menyusui
- Anemia
- Nyeri haid hebat
- Haid teratur
- Riwayat kehamilan ektopik
- Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
8 Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
- Hamil atau diduga hamil
- Menyusui dibawah dibawah 6 minggu pasca persalinan
- Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Penyakit hati akut (virus hepatitis)
- Usia > 35 tahun yang merokok
- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHg)
- Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
- Keganasan payudara
9. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 9


Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid
tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.
Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat
asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual untuk 7 hari pertama atau menggunakan
metode kontrasepsi lain selama 7 hari.
Bila klien pasca persalinan 6 bulan menyusui belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
pasca perslinan > 6 bulan, menyusui serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1
dan 7.
Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui jangan diberikan
suntikan kombinasi.
Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi.
Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam waktu 7 hari

. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang
lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi selama
ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi maka suntikan
kombinasi dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain.
Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal dan ibu ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 10


dapat diberikan asal saja diyakini ibu tidak hamil dan peberiannya tanpa
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1 7 siklus haid metode
kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
diberikan hari 1 7 hari siklus haid. Cabut segera AKDR.

10 Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih lama, dengan kemungkinan terjadi gangguan
perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah
ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
11 Instruksi Untuk Klien
- Klien harus kembali ke dokter / klinik untuk mendapatkan suntikan kembali
setiap 4 minggu
- Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter / klinik
untuk memastikan hamil atau tidak
- Jelaskan efek samping yang tersering yang didapat pada penyuntikan dan
apa yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh
mual, sakit kepala, atau nyeri payudara serta perdarahan, informasikan
kalau keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada
suntikan ke 2 atau ke 3.
- Apabila klien sedang menggunakan obat-obatan tuberkulosis atau obat
epilepsi, obat-obatan tersebut dapat mengganggu efektifitas kontrasepsi
yang sedang digunakan.
12 Tanda-tanda Yang Harus Diwaspadai Pada Penggunaan Suntikan Kombinasi
- Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya bekuan darah
diparu atau serangan jantung.
- Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi atau migrain.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 11


- Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah
pada tungkai.
- Tidak terjadi perdarahan / spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya kemungkinan terjadi kehamilan.

D. Anemia Pada Ibu Hamil


1. Pengertian
Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah
normal (normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%).Pada wanita hamil dikatakan anemia
apabila kadar Hbnya di bawah 11 gr % dan anemia berat jika Hb dibawah 8 gr%.
Cara mengetahui secarapasti kadar Hb dengan dilakukan tes darah.
2. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-
ciri dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam
darah.Ciri-ciri tersebut antaralain :
a. Pucat padabibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.

b. Lemah

c. Letih
d. Lesu
e. Lunglai
f. Nafas terengah-engah
g. Nyeri dada
h. Ikterus
C. Macam-macam anemia pada ibu hamil
1. Anemia defisiensibesi/ karena kekurangan zatbesi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi
besi dan kehilangan darah akut.Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat,
karena pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan
terkurasnya simpanan besi pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting
anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi(Scholl,
1998). Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 12


oleh kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia,
untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui
usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada
sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu
dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan diatas
dikompensasi oleh penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia
defisiensi besi.
2. Anemia karena perdarahan
Sering terjadi pada masa nifas.Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi
sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran.Pada awal
kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,
kehamilan ektopik, dan molahidatidosa.Perda rahan masih membutuhkan terapi
segera untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital
walaupun jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin
akibat perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang
berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya
diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya
lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan
perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak
demam, terapi besi selama setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik
dibandingkan dengan transfusi darah ( Sarwono, 2005 ).

3. Anemia karena radang/ keganasan


Gejala-gejala
Tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu dikenal
sebagai ciri penyakit kronik.Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan
neoplasma menyebabkan anemia deraja tsedang dan kadang-kadang berat,
biasanya dengan eritrosit yang sedikit hipokromik dan mikrositik.Dahulu, infeksi
khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakit-

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 13


penyakit tersebut.Saat ini, gagal ginja lkronik, kanker dan kemoterapi, infeksi
virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik
merupakanpenyebabtersering anemia bentukini.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan
anemia.Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit
peradanganusus (inflammatory bowel disease), lupus eritematosussistemetik,
infeksigranulomatosa, keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya
semakinberat seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi
massa sel darah merah. Wanita dengan pielonfritisakut berat sering mengalami
anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksieritosit
denganproduksieritropoietin normal (Cavenee dkk,2001).
4. Anemia aplastic karena kerusakan sumsum tulang
Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastic adalah suatu penyulit
yang parah. Diagoosis ditegakkan apabila dijumpai anemia,
biasanyadisertaitrombositopenia, leucopenia, dansumsumtulang yang sangat
hiposeluler (Marsh dll, 1999).Pada sekitar sepertiga kasus, anemua dipicuoleh
obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dangan guanimunologis.
Kelainan fungsionalmen dasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk
yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit
ini diperantarai oleh proses imunologis (Young danMaciejewski, 1999). Pada
penyakit yang parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang
yang kurangdari 25 persen, angka kelangsungan hidup 1 tahunhanya 20 persen
(Suhemi, 2007).
5. Anemia hemolitikkarenausia sel darah merah yang pendek
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
a. Faktor intra kopuskuler dijumpaipada anemia hemolitikheriditer, talasemia,
anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan
paraksismalnokturnalhemoglobinuria
b. Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracunzatlogam, dan
dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit Hodgkin dan lain-lain.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 14


Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitikserta penyebabnya.Bila
disebabkan oleh infeksimakain feksinya di berantas dan diberikan obat-obat
penambah darah.Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberikanhasil.Makatransfusi darah yang berulangdapat membantu penderita
ini.
6. Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan
Anemia megaloblastik yang disebabkanolehkekurangan vitamin B12 selama
kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin
B12 karena tidak adanya faktor intrinsik.Ini adalah suatu penyakit autoimun yang
sangat jarang pada wanita dengan kelainan ini.Defisiensi vitamin B12 pada wanita
hamil lebih mungkin dijumapai pada mereka yang menjalani reseksi lambung
parsial atau total.Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan
pertumbuhan bakteriberlebihan di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay.Selama kehamilan,
kadar non hamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12
transkobalamin. Wanita yang telah menjalani gas trektomi total harus diberi 1000
mg sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka yang
menjalani gas trektomiparsial biasanya tidak memerlukan terapiini, tetapi selama
kehamilan kadar vitamin B12 perludipantau. Tidak adaala san untuk menunda
pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran bahwa akan
terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara
bersamaa nmengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi
(sehingga tidak diobati).
7. Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabitdan anemia
hemolitikkronik.Pada penyakit selsabit, sel darah merah memiliki hemoglobin
(protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi
jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 15


limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat
melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah,
kerusakan organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi
berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat
tanpa lubang (lingkaran, pipih di bagiantengahnya), sehingga memungkinkan
mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi
seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk
melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit,
karena seldarah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit,
infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.

D. AKIBAT ANEMIA PADA IBU HAMIL


Akibat anemia pada ibu hamil antara lain :
a. Abortus
b. Persalinan preterm/sebelum waktunya
c. Proses persalinan lama
d. Perdarahansetelahpersalinan
e. Syok
f. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
g. Payah jantung
h. Bayi lahir prematur
i. Bayi cacat bawaan
j. Kekurangan cadangan besi
k. Kematian janin
l. Kematian ibu
E. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil
Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian
suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa
kehamilan. Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukanpada kunjungan
ANC pertama dan pada minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 16


anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap
minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamil
trimester 3 dengan anemia perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan
disarankan untuk bersalin di rumah sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak
konsumsi makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam
(disarankan hati ayam kampung) ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-
buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah organik). Dengan mengkonsumsi
semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan oleh sel-sel darah merah
dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat terhindar dari.Periksakan sedini
mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia, agar langkah-langkah antisipasi
bisa segera dilakukan.
F. Cara meminum Tablet zat besi
1. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi
rasa mual
2. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya
dengan jus jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.
3. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena
dapat menghambat proses penyerapan

E. ROKOK

1. Bahaya Rokok

Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
masih ditolerir oleh masyarakat. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia
berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 17


dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat
pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok
mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam
sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki
waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi


ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa
nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih
tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.
Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin
menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi.
Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena
sudah ketergantungan pada nikotin.

Efek dari rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan, gangguan


daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya,
maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu
kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979 : 33)

Beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI antara lain:

1. Penyakit jantung dan stroke.


Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan
stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan sudden death (
kematian mendadak).
2. Kanker paru.
Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru.
Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian,
karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat
ke hepar, tulang dan otak.
3. Kanker mulut.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 18


Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit
gusi.
4. Osteoporosis.
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama
untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang
belakang.
5. Katarak.
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai
risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan
kebutaan.
6. Psoriasis.
Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit
tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada
seluruh tubuh.
7. Kerontokan rambut.
Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang
penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut,
ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.
8. Dampak merokok pada kehamilan.
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan
dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko
keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbon
Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
9. Impotensi.
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.

3. TIPE-TIPE PEROKOK

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 19


Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok


seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam
Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan 3 sub tipe ini :

1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau


meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2) Stimulation to pik them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok, misalnya merokok dengan pipa.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang


menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila
marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological


addiction. Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah
malam sekalipun.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan


rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini
merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

Tempat merokok juga mencerminkan perilaku si perokok, yang dapat


digolongkan atas :

1. Merokok di tempat umum.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 20


1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya masih menghargai
orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
2) Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang lain yang
tidak merokok). Pada tipe ini tergolong sebagai orang yang tidak
berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama,
bertindak kurang terpuji serta kurang sopan.

2. Merokok di tempat yang bersifat pribadi

1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Pada tipe ini individu


tergolong kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa
gelisah yang mencekam.
2) Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang
suka berfantas

4. Upaya Penanggulangan Bahaya Rokok Bagi Kesehatan


Betapa sulitnya memberantas kebiasaan merokok. Hampir semua orang
mengetahui bahwa racun nikotin yang terdapat dalam asap rokok membahayakan
bagi kesehatan. Bukan hanya untuk perokok itu sendiri melainkan juga untuk
orang-orang disekitarnya yang ikut menghisap asap tersebut (perokok pasif).
Selain itu, asap rokok juga mengganggu hubungan sosial antara perokok dan
bukan perokok.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (Psikologi Lingkungan,1992) orang-
orang yang merokok tidak mau menghentikan kebiasaannya karena beberapa
alasan, antara lain :

1. Faktor kenikmatan (kecanduan nikotin).


2. Status ( simbol kelaki-lakian).
3. Mengakrabkan hubungan sosial sesama perokok.

Pengendalian masalah rokok sebenarnya telah diupayakan diantaranya


melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dibeberapa tatanan dan sebagian
wilayah Jakarta, Kota Bogor, Kota Cirebon dan sebagainya .Begitu juga beberapa
lintas sektor seperti Departemen Perhubungan dengan menetapkan penerbangan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 21


pesawat menjadi penerbangan tanpa asap rokok, Departemen Pendidikan
Nasional menetapkan sekolah menjadi kawasan tanpa rokok, serta beberapa
Pemda yang menyatakan tempat kerja sebagai kawasan tanpa asap rokok.

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau arena yang dinyatakan


dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun penggunaan
rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu diselenggarakan di
tempat umum, tempat kerja, angkutan umum, tempat ibadah, arena kegiatan
anak-anak, institusi pendidikan dan tempat pelayanan kesehatan.

Tujuan umum dari Kawasan Tanpa Rokok adalah menurunkan angka


kesakitan dan kematian akibat rokok. Sedangkan tujuan khusus penetapan
Kawasan Tanpa Rokok adalah :

1) Mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman, dan nyaman.


2) Memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok.
3) Menurunkan angka perokok.
4) Mencegah perokok pemula.
5) Melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif (NAPZA).

Disamping itu, manfaat penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :

1) Bermartabat, yakni menghargai dan melindungi hak asasi bukan perokok.


2) Ekonomis :
Meningkatkan produktivitas.
Mengurangi beban biaya hidup.
Menurunkan angka kesakitan.
Menciptakan tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja,
institusi pendidikan, arena kegiatan anak-anak, tempat ibadah dan
angkutan umum yang sehat, aman dan nyaman.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 22


Dari keterkaitan berbagai aspek yang ada dalam permasalahan merokok,
maka penanggulangan masalah merokok bukan saja menjadi tanggung jawab
sektor kesehatan, melainkan tanggung jawab berbagai sektor yang terkait dengan
minimal menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di tempat kerja masing-masing.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok diberbagai tatanan dapat diwujudkan melalui
penggalangan komitmen bersama untuk melaksanakannya. Dalam hal ini peran
lintas sektor sangatlah penting untuk menentukan keberhasilan dari penetapan
Kawasan Tanpa Rokok sebagai salah satu upaya penanggulangan bahaya rokok.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok menjadi alasan


sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok yang ditunjukkan dengan keadaan
hampir 70% perokok di Indonesia mulai merokok sebelum umur 19 tahun.
Bahkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2003 meyebutkan usia 8
tahun sudah mulai merokok.

5. Zat Dalam Rokok


Kandungan zat kimia yang terdapat didalam sebatang rokok itu berjumlah
tiga ribu macam menurut Terry dan Horn. Tetapi hanya tujuh ratus macam zat
saja yang dikenal.

15 macam zat berbahaya yang bisa anda ketahui yaitu :

1) Acrolen ; zat berbentuk cair tidak berwarna diperoleh dengan


mengambil cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya. Pada
dasarnya zat ini mengandung alkohol yang pasti sangat mengganggu
kesehatan.
2) Karbonmonoksida ; gas yang tidak berbau. Zat ini dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon
monoxida ini masuk ke dalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin ke
dalam otot-otot tubuh. Satu molekul hemoglobin dapat membawa
empat molekul oksigen. Apabila didalam hemoglobin itu terdapat
karbon monoxida, berakibat seseorang akan kekurangan oksigen.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 23


3) Nikotin; cairan berminyak tidak berwarna. Zat ini bisa menghambat
rasa lapar. Jadi menyebabkan seseorang merasa tidak lapar karena
mengisap rokok.
4) Amoniak ; gas yang tidak berwarna, terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Memiliki bau yang sangat tajam dan merangsang. Zat ini
sangat cepat memasuki sel-sel tubuh dan kalau disuntikkan sedikit
saja pada aliran darah akan membuat pingsan atau koma.
5) FORMIC ACID ; cairan tidak berwarna, tajam baunya, bisa bergerak
bebas dan dapat membuat lepuh.
6) HYDROGEN CYANIDE ; gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
ada rasa. Zat ini paling ringan dan mudah terbakar. Cyanide
mengandung racun berbahaya dan jika dimasukkan langsung ke
dalam tubuh akan berakibat kematian.
7) NITROUS OXIDE ; gas tidak berwarna dan jika diisap dapat
menyebabkan hilangnya pertimbangan dan membuat rasa sakit. Zat
ini awalnya adalah untuk zat pembius pada saat operasi.
8) FORMALDEHYDE ; gas tidak berwarna dan berbau tajam. Gas ini
bersifat pengawet dan pembasmi hama.
9) PHENOL ; zat ini terdiri dari campuran kristal yang dihasilkan dari
distilasi zat-zat organik misalnya kayu dan arang. Phenol bisa terikat
didalam protein dan menghalangi kerja enzyme.
10) ACETOL ; zat ini adalah hasil dari pemanasan aldehyde dan
menguap dengan alkohol.
11) HYDROGEN SULFIDE ; gas yang mudah terbakar dan berbau keras.
Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi berisi pigmen).
12) PYRIDINE ; cairan tidak berwarna dan berbau tajam. Zat ini mampu
mengubah alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
13) METHYL CHLORIDE : merupakan campuran zat-zat bervalensa
satu atas mana hidrogen dan karbon sebagai unsur utama. Zat ini
merupakan compound organis yang sangat beracun dan uapnya
bersifat sama dengan pembius.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 24


14) METHANOL ; cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Jika
diminum dan diisap dapat berakibat pada kebutaan dan kematian.
15) TAR ; cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapatkan
dengan cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Zat
inilah yang menyebabkan kanker paru-paru

F. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahtraandengan
jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan, salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik seigga dapat mencaoai
keluarga berkualitas.
Pengertian kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan
konsepsi. Kontra berarti menolak, dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur
dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan kehamilan. Dengan demikian
kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur dan sel sperma pada waktu
bersenggama. Sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan (Farrer, 2001).
Manfaat Keluarga Berencana

1. Perbaikan kesehatan badan ibu


2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaknya, beristirahat,
dan menikmati waktu, uang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
3. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.
4. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik.

Jenis-jenis Kontrasepsi
1. Metode Alami
a.) Koitus Interuptus (senggama Terputus)
1. Pengertian
Senggama terputus atau yang dikenal dengan istilah Coitus Interuptus
adalah salah satu cara mencegah kehamilan dimana pria menarik penisnya
keluar dari vagina sesaat sebelum ejakulasi dan orgasme terjadi dan
kemudian berejakulasi di luar vagina. Cara ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya pembuahan dan kehamilan pada wanita.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 25


2. Cara Kerja
Saat berhubungan seks pria dan wanita telah sepakat bahwa pria akan
mengeluarkan semen (air mani) dan spermanya di luar vagina. Saat ketika
pria sudah akan orgasme, maka alat kelamin (penis) dikeluarkan dari
vagina dan berejakulasi di luar sehingga sperma tidak masuk ke dalam
vagina, sehingga kehamilan dapat dicegah.
3. Manfaat Senggam Terputus
Senggama terputus meskipun tidak selalu berhasil, sangat efektif bila
digunakan dengan benar. Berikut ini beberapa manfaat melakukan
senggama terputus.

1) Tidak mengganggu produksi ASI, seperti metode kontrasepsi lainnya


2) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB yang lain
3) Tidak ada efek samping
4) Dapat digunakan setiap saat
5) Tidak membutuhkan biaya
6) Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana

4. Kekurangan Senggama Terputus


Efektifitas metode ini untuk mencegah kehamilan sangat bergantung pada
kesediaan pasangan untuk melakukannya saat berhubungan intim. Angka
kegagalan senggama terputus mencapai 4 18 kehamilan per 100
perempuan per tahun. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam
24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
Pihak medis menganggap metode senggama terputus untuk mencegah
kehamilan belum efektif terutama jika hubungan seks dilakukan di masa
subur wanita. Karena meskipun pria berejakulasi di luar vagina, saat
hubungan tersebut berlangsung, penis mengeluarkan cairan pelumas yang
juga mengandung sperma dalam jumlah yang sedikit. Jika sperma tersebut
berhasil masuk ke rahim dan membuahi sel telur maka kehamilan akan
terjadi.
5. Senggama Terputus Cocok Untuk :

1) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 26


2) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lainnya
5) Pasangan yang memerlukan metode pendukung
6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

6. Sengama Terputus Tidak Cocok Untuk :

1) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini


2) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
3) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
4) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.

7. Hal-hal yang perlu di perhatikan ketika melakukan senggama terputus :


Kadang-kadang ejakulasi di dalam vagina adalah saat-saat yang
menyenangkan bagi kedua belah pihak, karena itu sebelum melakukan
coitus interuptus atau ejakulasi di luar, pasangan perlu berdiskusi dan
sepakat menggunaannya.
Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih
dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari
ejakulasi sebelumnya. Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera
mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan
sperma di luar vagina. Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya.
b. Sistem Kalender (Pantang Berkala)
1. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
2. Manfaat

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 27


1) Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi.
2) Manfaat kontrasepsiSebagai alat pengendalian kelahiran atau
mencegah kehamilan.
3) Manfaat konsepsi Dapat digunakan oleh para pasangan untuk
mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa
subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.

3. Keuntungan

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:

1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.


2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
6) Tidak memerlukan biaya.
7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

4. Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.


2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual
setiap saat.
4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 28


5. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.
Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus
menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr.
Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga
kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun.
6. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif

1) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel


sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan
selama 3 hari).
2) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan
ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan
perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidak tepat.
3) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus
menstruasi sendiri.
4) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi
dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari
berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan
penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

c. Metode Amenore Laktasi


1. Pengertian

1) Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method


(LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 29


ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode
Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau
natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
2) Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat menekan
kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui. Oleh
karena itu, selain menggunakan Metode Amenorea Laktasi juga harus
menggunakan metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma,
kondom, spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK)
maupun IUD.

Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:

1) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan
minimal 8 kali sehari.
2) Belum mendapat haid.
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

2. Cara Kerja

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau
menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin
meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak
terjadi ovulasi.

3. Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara


benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan).

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 30


G. GIZI
1. Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.

Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali
bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi
bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam
proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.


Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi
oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 31


berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.

Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-


buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

2. Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk

Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:

a. Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan


yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang
kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun
ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang
adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya
hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan
merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi
anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil
pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan
gizi.
b. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan
alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6
bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang
tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status
gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi
dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,
vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan
baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus
puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi
balita karena ketidaktahuan.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 32


c. Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari
mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya
sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya
petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak
berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya
sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti
soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun
sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan
perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya
sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau
pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya
perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota
bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak
menderita gizi buruk.

Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu


yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya
kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan
padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan
anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak
untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak
menjadi sering sakit (frequent infection)

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara


negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya
tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait
dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan
kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 33


3. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk


variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu,
contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh.

Perlunya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya sangat kompleks,


pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua
pihak.

Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal
pengelolaan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya,
dilanjutkan dengan "frekuen feeding" (pemberian makan yang sering, pemantauan
akseptabilitas diet penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan
infeksi dan pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori
dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur
anak, Pada daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang memadai.

Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan


berdasarkan Z-SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang
diklasifikasikan sebagai berikut

Gizi Lebih: apabila berat badan balita berada > +2 SD (Standar Deviasi)
Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD
Gizi Buruk: apabila berat badan balita <-3 SD

4. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a. Antropometri

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 34


1) Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau


dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

2) Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat


ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

3) Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah


Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan
lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh
karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih.

Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara


yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT
dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara
lain yang sehat.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan


timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT
hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 35


Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut

Kategori Keterangan IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat 17,0 18,4
ringan
Normal Normal 18,5 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan


menimbang berat badannya yaitu : jika 2500 gram maka
dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 3900
gram Normal dan jika 4000 gram dianggap gizi lebih.

b. Klinis

1) Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk


menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

2) Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat


(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 36


seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan
gejala (Symptom) atau riwayat penyakit

5. Biokimia

1) Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan


spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot

2) Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan


akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik

6. Biofisik

1) Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan


status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dari jaringan

2) Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta


senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.

3. Penilaian Gizi secara tidak Langsung

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 37


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei
Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survei Konsumsi Makanan

1) Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi


secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi

2) Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan


gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan
dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

1) Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan


menganalisis dan beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan.

2) Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator


tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 38


c. Faktor Ekologi

1) Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi


sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll

2) Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk


mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi.

7. Komplikasi Gizi Kurang pada Balita

Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun Negara, di
samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena
kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan
mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain
hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia
(kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit
penting serta cairan tubuh.

Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 39


jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan
performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun
terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung
dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri.

Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana
anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih
kembali). Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak
adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang
berkualitas di kemudian hari.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk


terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang
gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber
daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola
dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang
akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

H. Ibu Hamil Dengan KEK

a. Pengertian KEK

KEK merupakan kreadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang


berlangsung menahun (kronis). KEK dapat terjadi pada usia subur (WUS) dan
pada ibu hamil.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 40


Kekurangan energy kronis (KEK) mempunyai kecenderungan menderita apabila
LILA kurang 23 cm.

b. Etiologi.

Faktor-faktor yan mempengaruhi KEK

1. Faktor Sosial Ekonomi

PendapatanKeluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan.

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan


kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis makanan lainnya

Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting


yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.

Faktor Pola Konsumsi

Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi


heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu
makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor
penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

Faktor Perilaku

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 41


Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita
lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu
hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak
punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang
kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).

2. Factor biologis

Factor biologis diantaranya:

Usia Ibu Hamil


Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati,
2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan
lebih baik.

Jarak kehamilan
Terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran
anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).

Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak


yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 42


2. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

Primipara
adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang
telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada
waktu lahir.

multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

Grande multipara

adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. Kehamilan dengan jarak
pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang
terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan
zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

4 Berat Badan Selama Hamil


Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester
I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar
6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan

c. Tanda dan gejala

Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 43


Kurang cekatan dalam bekerja.

Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir
secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau
kurang dari 2.500 gram.

d. Dampak yang ditimbulkan

Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal
dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu
(Zulhaida, 2003).

Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum,
serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida,
2003).

Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida,
2003).

e. Pengukuran Status Gizi

Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan
antropometri:

Penilaian secara klinik


Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama dalam
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nampak nyata.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 44


Penilaian secara biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia di lapangan banyak menghadapi
masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah
pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia gizi.
Penilaian secara biofisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.
Dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan atau yang berpengalaman dengan
memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
Penilaian secara antropometri.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat
erat berhubungan dengan status gizi. Atas dasar-dasar ini ukuran-ukuran
antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi
penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung
dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu: Lingkar Lengan Atas.
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK
wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48). Wanita usia subur adalah wanita dengan
usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui
dan pasangan usia subur(PUS).
Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah
23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari
23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila
LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk
tetap mempertahankan keadaan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan:

1. Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

2. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang.

3. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-
lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 45


f. Upaya Penanggulangan yang Dilakukan

a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana


menanggulanginya.

b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.

Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi
Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi
Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di
Indonesia. Penambahan 200 450 Kalori dan 12 20 gram protein dari
kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi
janin.

c. Konsumsi tablet Fe selama hamil.

Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat


sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua
dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan
volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.

Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet
besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen
energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang
meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta
tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein
nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

g. Pencegahan

a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi


kebutuhan dasar mereka, terutama dalam mencukupi kebutuhan akan makanan
bergizi.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 46


b. Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi yang menuntut memiliki
tubuh kurus tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika mereka
menguruskan badan dengan cara tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia

h. Cara Mengatasi Resiko KEK

Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan


Pengukuran Lila :

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,


dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang
biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di
bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko KEK.
Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana
kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK
dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan
konsumsi makanan yang beraneka ragam.

i. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK)


Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA)
dengan memakai pita LILA.

Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko


Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana
pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.

Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri,
kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 47


Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang
datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.

B. Nutrisi ibu Hamil


1. Pengertian Nutrisi Sehat

Nutrisi atau makanan yang sehat adalah mengenai cara memilih makanan yang
seimbang dan merasakan yang terbaik secara fisik serta mental bagi diri Anda
(Hunter& Dodds, 2005). Sedangkan makan sehat adalah mengenai makan yang
sesungguhnya dan menikmati makanan tersebut.

2. Macam Nutrisi Yang Sehat

a. Sumber zat tenaga/karbohidrat (makanan pokok)

b. Sumber zat pembangun/protein (lauk pauk)

c. Sumber zat pengatur/ pelindung (vitamin, mineral dan air, sayur, buah dan
susu

3. Sumber Makanan Yang Sehat

a. Makanan pokok: nasi, jagung, ketela, mie, sagu, gandum.

b. Lauk pauk

1) Protein nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan.

2) Protein hewani: ikan, daging, ayam, hati,telur, susu, keju.

c. Mineral

1) Zat kapur: susu, keju, kacang-kacangan, sayur hijau.

2) Fosfor: susu, keju, dan daging.

3) Zat besi/ Fe: sayur hijau, kuning telur, hati.

4) Iodium: minyak ikan, ikan laut, garam beryodium.

5) Kalsium/Ca: susu, keju.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 48


6) Asam folat: hati, daging, ikan jeroan, sayuran hijau.

7) Vit. A: kuning telur, hati, mentega, sayur hijau, buah warna kuning.

8) Vit. B: gandum, jagung, hati, daging.

9) Vit. B12: telur, daging, hati, keju, ikan laut, kerang laut.

10) Vit. C: jeruk, tomat, melon, brokoli, sayuran hijau.

11) Vit. D: minyak ikan, susu, margarin.

12) Vit. K: sayuran hijau, daging domba, susu

4. Cara Mengolah Makanan Yang Sehat

a. Pilih makanan yang benar-benar segar.

b. Pilih ikan/daging yang rendah lemak: ikan teri, hindari daging yang

berlemak.

c. Cuci sayur/buah di bawah air mengalir.

d. Jangan merendam sayuran terlalu lama.

e. Gunakan peralatan yang bersih.

f. Masaklah sayuran dalam panic tertutup dan dalam waktu yang singkat.

g. Sayur lebih baik dikukus.

h. Daging lebih baik dikukus.

5. Contoh Menu Ibu Hamil Yang Seimbang

07.00: nasi, sayur kacang panjang, tempe.

12.00: nasi, sayur bayam + jagung muda, pepes ikan, papaya.

16.00: kue, onde-onde, teh manis.

18.00: nasi, pecel, tahu goring, pisang ambon.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 49


C. STIKER P4K

1. Pengertian

P4K dengan Stiker adalah merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi


oleh Bidan di desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

2. Tujuan

a. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu
hamil yang memuat informasi ttg : lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas
ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yg
akan digunakan serta pembiayaan.
b. Adanya perencanaan persalinan

c. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi

komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas.

d. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non


formal,

dukun, kelompok masyarakat, dalam perencanaan dan pencegahan


komplikasi dengan stiker, KB pasca salin dengan perannya masing-masing

3. Manfaat

a. Mempercepat berfungsinya desa siaga.

b. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart.

c. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil

d. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 50


e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

f. Meningkatnya peserta KB pasca salin.

g. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

h. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi

I. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.Sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT
dan campak) dan mulut (contohnya vaksin polio) (Fida & Maya, 2012).
2. Tujuan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat bahkan menghilangkan suatu penyakit.Dengan adanya imunsasi
diharapkan bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mampu
mengurangi kecacatan akibat penyakit.
3. Macam-macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi 2
yaitu :

a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai anigen yang diharapkan bisa terjadi
proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik
yang dapat menghasilkan respon seluler dan humoral, serta dihasilkannya cell

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 51


memory. Jika benar-benar mengalami infeksi maka tubuh secara cepat
mempu merespons.Dalam imunisasi aktif, terdapat empat macam kandungan
dalam setiap vaksin. Diantaranya ialah sebagai berikut :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan)
2) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kutur jaringan
3) Preservative, stabilizer dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus stabilisasi antigen
4) Adjuvans yang terdiri atas garam alumunium yang berfungsi meningkatkan
immunogenitas antigen
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suat zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari plasma manusia
atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah
masuk kedalam tubuh yang terinfeksi (Fida & Maya, 2012).
4. Jenis Imunisasi Dasar dan Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette Guerin) adalah imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Sebab terjangkitnya penyakit TBC
yang primer ataupun ringan bisa saja terjadi, walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG. Adapun jenis TBC yang berat ialah TBC pada selaput otak,
Milliar pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG yang
disuntikan merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan (Natalia &Oktami, 2014)
1) Jumlah pemberian imunisasi BCG
Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin
ini berisi kuman hidup, sehingga antibodi yang dihasilkannya sangat tinggi.
Tentunya, itu berbeda dengan vaksin yang berisi kuman mati, sehingga
memerlukan pengulangan.
2) Usia Pemberian Imunisasi BCG

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 52


Imunisasi BCG bisa diberikan ketika anak masih di bawah usia 2 bulan. Jika baru
diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes mantoux (tuberculin) dahulu
untuk mengetahui apakah anak sudah kemasukan kuman Mycrobacterium
tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan jika hasil tesnya negatif.
Apabila ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering kali bertandang
ke rumah, segera setelah lahir, anak harus diberi imunisasi BCG.
3) Lokasi Penyuntikan
Menurut anjuran yang disampaikan oleh badan kesehatan dunia, WHO, bagian
tubuh yang disuntik dengan vaksin BCG ialah lengan kanan atas (insersio M
deltoideus). Meskipun demikian, ada juga petugas medis yang melakukan
penyuntikan di paha. Adapun dosis untuk anak < 1 tahun adalah 0,05 ml.

4) Efek Samping
Biasanya, imunisasi BCG tidak menimbulkan efek samping. Akan tetapi, pada
beberapa anak, timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau
leher bagian bawah (atau selengkangan bila penyuntikan dilakukan di paha).
Namun, efek samping tersebut biasanya sembuh dengan sendirinya.
5) Tanda Keberhasilan
Ada beberapa tanda bahwa imunisasi BCG berjalan sukses, seperti muncul bisul
kecil dan nanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu, tidak
menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas, serta bisul dapat sembuh sendiri
dan meninggalkan luka parut.Apabila bisul tidak muncul, maka orang tua
tidak perlu cemas. Bisa saja hal itu dikarenakan cara penyuntikan BCG
memerlukan keahlihan khusus. Sebab, vaksin harus masuk ke dalam kulit.
Apalagi, bila penyuntikan dilakukan di paha, maka proses penyuntikannya
lebih sulit, karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Dengan demikian, meskipun bisul tidak muncul, antibody tetap terbentuk,
hanya saja dalam kadar rendah. Sehingga, imunisasi BCG pun tidak perlu
diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada.
Dengan ungkapan lain anak bisa mendapatkan vaksinasi alamiah.

6) Kontraindikasi

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 53


Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak berpenyakit TB atau
menunjukkan mantoux positif.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis.Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam
bentuk cair. Frekuensi pemnerian imunisasi hepatitis sebanyak 3kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Pemberian imunisasi hepatitis
B harus berdasarkan status HbsAg ibu saat melahirkan
1) Jumlah pemberian
Imunisasi hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara
suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan
ketiga.
2) Usia Pemberian
Penyuntikan vaksin hepatitis B sekurang-kurangnya diberikan 12 jam setelah anak
dilahirkan, asalkan kondisinya stabil, serta tidak ada gangguan paru-paru dan
jantungnya diberikan intramuscular 0,5mL HBIG. Penyuntikan selanjutnya
diberikan pada saat usia mencapai 1 bulan, lalu jetika usianya 3-6 bulan.
Kgusus anak yang lair dari pengidap VHB selain imunisasi tersebut juga
dilakukan tambahan dengan immunoglobulin antihepatis B dalam waktu
sebelum 24 jam.
3) Lokasi penyuntikan
Penyuntikan vaksin hepatitis B dilakukan dilengan dengan cara intramusculer.
Sedangkan pada bayi dipaha lewat anterolateral (antero=otot-otot dibagian
depan, lateral=otot bagian luar) dalam dosis 0,05cc/0,5 ml.
4) Efek samping
Sebagaimana vaksin BCG, penyuntikan hepatitis B juga tidak menimbulkan efek
samping.Andaipun ada (jarang), efek samping ini hanya berupa keluhan nyeri
pada bekas suntikan disusul demam ringan dan pembengkakan.Namun reaksi
ini bisa menghilang dalam waktu 2 hari.
5) Tanda keberhasilan
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan sebagai patokan suksesnya
penyuntikan vaksin hepatitis B. namun dapat dilakukan pengukuran

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 54


keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B
setelah anak berusia 1 tahun.
6) Tingkat kekebalan
Tingkat kekebalan vaksin hepatitis B cukup tinggi yakni 94-96%.Pada umumnya
setelah 3 kali suntikan lebih dari 95% anak mengalami respons imun yang
cukup.
7) Kontra indikasi
Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan kepada anak
yang sakit berat. Vaksinasi hepatitis dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman
dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan
kepada janin selama beberapa bulan terakhir lahir
c. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitisyang bisa menyebabkan kelumpuhan pada
anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Untuk imunisasi
dasar (polio ,2 dan 3), vaksin diberikan 2 tetes peroral dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu.PPI menambahkan imunisasi polio segera setelah lahir
(polio 0 pada kunjungan I).Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun
semenjak imunisasi polio 4 selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
1) Jumlah pemberian imunisasi polio
Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah ditentukan,
mengingat adanya imunisasi polio massal.Namun jumlah yang berlebihan ini
tidak berdampak buruk.
2) Usia pemberian imunisasi polio
Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan saat anak lahir (0 bulan)
kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan) pemberian imunisasi berikutnya bisa
dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir pemberian
imunisasi polio selalu dibarengi dengan imunisasi DPT.
3) Cara pemberian imunisasi polio
Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated poliomyelitisvaccine
atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis vaccine atau OPV).Di Indonesia
pemberian vaksin yang digunakan adalah OPV.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 55


4) Efek samping
Penggunaan vaksin polio hamper tidak memiliki efek samping. Hanya sebagian
kasus kecil pada anak yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
Kasusnya pun tergolong sangat jarang
5) Tingkat kekebalan
Evektifitas iunisasi polio terbilang cukup tinggi, yaitu mampu mencekal
terjangkitnya hingga 90%.
6) Kontra Indikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit akut
atau demam tinggi (di atas 38C), muntah atau diare, penyakit kanker,
HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi
umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan yang terganggu.
d. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (dipteri, pertussis, tetanus) ialah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit difteri, pertussis dan tetanus.DPT
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat
anti (toksoid).
1) Usia dan jumlah pemberian
DPT diberikan sebanyak 5 kali dan dilakukan secara bertahap.DPT diberikan
pertama kali sejak anak berusia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu. DPT 1
diberikan saat anak berusia 2-4 bulan, DPT 2 ketika umur 3-5 bulan dan DPT
3 saat usianya memasiki 4-6 bulan.Pemberian vaksin selanjutnya (DPT 4)
dapat diberikan 1 tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24
bulan.Sedangkan DPT 5 diberikan ketika anak mulai masuk sekolah yaitu
sekitar 5-7 tahun berikutnya tepatnya dalam kegiatan imunisasi di sekolah
dasar dan diberikan padaumur 12 tahun. Sebaiknya untuk ulangan pada umur
12 tahun diberikan dT (adt-adult dose untuk vaksin difteria). Dosis 0,5 ml,
intramuscular baik untuk imunisasi dasar dan ulangan.
2) Efek samping
Biasanya pemberian imunisasi DPT menimbulkan demam.Efek samping ini dapat
diatasi dengan obat penurun panas.Apabila demamnya tinggi dan tidak

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 56


kunjung reda setelah 2 hari, hendaknya anak segera di bawa ke dokter.Akan
tetapi jika demam tidak muncul, bukan berarti imunisasi gagal, namun bisa
saja karena kualitas vaksinnya tidak baik.Sementara untuk anak yang
memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DPT tetap aman. Kejang demam
tidak membahayakan, karena ia mengalami kejang hanya ketika demam dan
takkan mengalami kejang lagi setelah demamnya menghilang. Pada anak
yang mengalami bakat alergi, terutama alergi kulit, efek samping yang
kadang muncul ialah ia mengalami pembengkakan dibagian imunisasi
beberapa lama kemudian. Pembengakakan lokasi imunisasi setempat
biasanya menghilang sekitar 1-2 bulan.

3) Kontraindikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami kejang yang
disebabkan oleh penyakit, seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang
betul-betul berat atau seusai dirawat karena infeksi otak dan yang alergi
terhadap DPT. Anak seperti itu hanya boleh menerima imunisasi DT tanpa P,
karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak mencegah tertularnya anak dari penyakit campak.Imunisasi
campak mengandung vaksin dari virus yang telah dilemahkan dan diberikan
melalui subkutan.Sebenarnya seorang anak sudah mendapatkan kekebalan
campak dari ibunya, saat anak masih dalam kandungan, dan akan menetap
sampai anak dilahirkan. Namun seiring bertambahnya usia, antibody dari
ibunya semakin menurun. Pada umur 9 bulan hanya ekitar 10% anak yang
masih mempunyai antibody dari ibunya.Vaksin campak harus disimpan pada
suhu 2-8C, karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin
campak.
1) Usia dan jumlah pemberian imunisasi Campak
Imuniasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot paha atau lengan
bagian atas dalam satu dosis 0,5 ml sub-kutan dalam. Vaksin campak

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 57


dberikan 2 kali yaitu ketika anak berusia 9 bulan, kemudian saat ia memasuki
usia 6 tahun. Pemberian imunisasi pertama sangat dianjurkan sesuai jadwal.
Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak maka pada
usia12 bulan anak harus segera diimunisasi MMR (measless, mump dan
rubella)
2) Efek samping
Pada umumnya imunisasi campak tidak memiliki efek samping dan relatif aman
diberikan.Meskipun pada beberapa anak dapat menyebabkan demam dan
diare, namun kasusnya sangat kecil.Biasanya demam berlangsung sekitar 1
minggu.Terkadang ada pula efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.a
f. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR(measless, mump dan rubella) adalah imunisasi yang
digunakan untuk memberikan kekebalan sekaligus mencegah penyakit campak
(measles), gondong, parotisepidemika (mumps) dan campak jerman (rubella).
Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain
edmosonyang dilemahkan virus rubella strain RA 27/3 dan virus
gondong.Vaksin ini tidak dianjurkan untuk anak berusia dibawah 1 tahun
karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody internal yang masih
ada. Imunisasi MMR sangat penting diberikan khususnya ketika anak
memasuki usia prasekolah.
1) Usia dan Jumlah pemberian imunisasi MMR
Imunisasi MMR diberikan ketika anak sudah berumur 12 bulan (jika ia belum
pernah mendapatkan imunisasi campak) atau saat ia berusia 15 bulan.
Kemudian, pemberian vaksin ulangan ketika ia berusia 4-6 tahun. Dosis satu
kali 0,5 ml subkutan.
2) Efek samping
Imunisasi MMR memberikan efek samping berupa reaksi anafilaksis pada telur
dan neomisin, kehamilan, serta gangguan immunodefisiensi.
g. Hib (H. Influenza Tipe B)
Imunisasi Hib (haemophilus influenzatipe b) ilah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. imunisasi ini merupakan
bentuk polisakarida murni (PRP atau purified capsular polysaccharide)

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 58


kuman H influenzae tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjungsikan dengan protein yang lain seperti toksoid tetanus (PRT-T),
toksoid difteri (PRP-D atau PRPCR50) serta kuman monongokokus (PRP-
OMPC) (Fida & Maya, 2012).Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T
dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan. Sedangkan dengan vaksin PRP-
OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian
boosternya diberikan ketika anak memasuki usia18 bulan.Satu dosis vaksin
Hib berisi 0,5ml diberikan secara intramuskuler (Sudarti & Fauziah, 2012).

J. HIPERTENSI
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,
2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg,
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
b. Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 59


e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i.Rasa berat mengantuk
j. Mudah lelah
k. mata berkunang-kunang
l. mimisan (keluar darah dari hidung.
C. Faktor Resiko yang mempengaruhi hipertensi
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 60


obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon
sesudah menopause.
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi. dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
c. Pencegahan Hipertensi
1Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur untuk
diet setiap hari.
2.Menghindari kegemukan (obesitas)
Berdasarkan kegemukan (obesitas0 dengan menjaga berat badan normal atau tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
3Olahraga teratur
Menurut penelitian olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endepan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang di maksud adalah latihan
menggerak semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik).

K. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) sangat besar pengaruhnya guna


menghindarkan sarana air bersih terutama sumur gali dari resiko pencemaran.
Apabila sudah terdapat sarana SPAL untuk menjaga agar tetap berfungsi dengan
baik, maka harus dilakukan pembersihan dengan cara :a. Periksa lubang saluran

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 61


dan bak kontrol secara teratur setiap hari, bial ada kotoran yang tersangkut pada
saringan seperti daun, kertas, plastik dsb, ambil segera dan dibuang ditempat
sampah

b. Sekali waktu, gelontorkan air dengan tekanan. agar tidak terjadi penyumbatan
oleh tanah yang terbawa air limbah.

Jenis SPAL

a. SPAL terbuka, keluar airnya bisa dilihat. kelebihannya bisa cepat dibersihkan
ketika tersumbat. tetapi apabila tidak mengalir dengan lancar atau karena penuh
oleh air hujan. maka akan terjadi pencemaran lingkungan disertai bau . biasanya
sarana dibuat dengan cor beton.

b.SPAL tertutup, air dialirkan melalui pipa besi/PVC dan biasanya keluar air tidak
bisa dilihat. kekurangan susah dibersihkan apabila terjadi penyumbatan.
kelebihannya bau dapat diminimalisir. biasanya SPAL ini dibuat pada bangunan
yang bertingkat.

Pemanfaatan SPAL rumah tangga sebaiknya

1. memperhitungkan kualitas/jumlah air yang dialirkan disesuaikan dengan,


besar/lebar, kedalaman, kemiringan SPAL agar tidak ada air yang tergenang yang
bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk.

2. air limbah dari dapur sebaiknya diolah terlebih dahulu pada bak penangkap
lemak (grease trap) sebelum dialirkan ke SPAL rumah tangga.

3. Air kotor dari WC/Kakus tidak boleh dialirkan melalui SPAL rumah tangga.

Cara pemeliharan SPAL

Pemeliharaan SPAL dilakukan agar sarana dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama, pemeliharaan dapat dilakukan oleh individu atau secara gotong
royong.

a. perbaiki segera SPAL yang bocor/pecah. jika sumur resapan tidak berfungsi
dengan baik segera perbaiki atau buat sumur resapan yang baru.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 62


ciri SPAL berfungsi dengan baik, ketika terjadi penggelontoran, air limbah
mengalir dengan lancar diserap melalui lubang penggelontoran

b. untuk jenis SPAL terbuka sebaiknya jarak dari sumber air bersih berupa sumur
gali dengan jarak minimal 10 meter.

c. Perbaiki saluran yang tersumbat, apabila lakukan penggelontoran dengan air


bertekanan tinggi untuk melepas sumbatan. atau bila perlu buat by pass, saluran
baru.

d. buat saringan pada tiap lubang penggelontoran untuk, menghindari masuknya


bahan yang bisa menyumbat SPAL ( kertas tissue, rambut rontok, dll)

L. Kesehatan Reproduksi Wanita

Alat reproduksi merupakan salah satu fungsi tubuh yang sensitif dan memerlukan
perawatan khusus.Perawatan alat reproduksi mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mempertahankan Ph normal vagina, yakni 3,5 sampai 4,5.


2. Mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
3. Mencegah munculnya keputihan dan virus.
Ada dua jenis keputihan, yaitu :
o Fisiologi, dengan ciri ; tidak gatal, tidak bau, lendir berwarna
bening, terjadi hanya pada masa subur, terjadi menjelang haid,
karena stres, kelelahan, atau karena celana dalam yang terlalu
ketat.
o Patologis, dengan ciri ; keluar lendir berlebihan disertai infeksi,
gatal dan pedih, vagina kemerahan, lendir berubah warnanya.

Banyak wanita melakukan hal yang salah dalam melakukan perawatan eksternal
bagi alat reproduksinya, antara lain:

1. Penggunaan pembersih / sabun berbahan daun sirih digunakan dalam


waktu lama, hal ini akan menyebabkan keseimbangan ekosistem
terganggu.
2. Pemilihan produk pembersih kewanitaan yang salah. Produk pembersih
wanita yang mengandung bahan povidone iodine mempunyai efek
samping dermatitis yang dapat mengakibatkan reaksi alergi.

Cara merawat organ reproduksi yaitu :

1. Jaga kebersihan. Usahakan agar vagina kering dan tidak lembab.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 63


2. Sekalah alat reproduksi anda dari arah depan kebelakang agar bibit
penyakit yang kemungkinan besar bersarang di anus tidak terbawa ke
vagina karena dapat menimbulkan infeksi, peradangan dan rasa gatal.
3. Memakai pakaian dalam dari bahan katun agar getah dan keringat lebih
mudah terserap. Jangan menggunakan pakaian dalam yang ketat.
4. Mencukur bulu yang tumbuh pada vagina secara teratur, karena bulu di
sekitar vagina dapat ditumbuhi jamur atau kutu yang menimbulkan rasa
tidak nyaman dan gatal.
5. Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena dapat
merusak keasaman vagina yang berfungsi menumbuhkan bakteri atau
kuman. Jangan menggunakan deodorant atau spray. Rangsangan dari
bahan tersebut menimbulkan peradangan pada daerah vagina dengan
gejala gatal dan keputihan.
6. Pada saat haid, pembalut harus diganti secara teratur, paling tidak sekitar 2
3 kali sehari. Gantilah pakaian dalam sehari dua kali saat mandi.
7. Jika vagina terluka, bilas dengan air aquades karena lebih steril dan tidak
mencemari luka radang. Keringkan dengan tisu kering yang terjamin
kebersihannya setelah buang air.
8. Cucilah tangan sebelum menyentuh vagina.
9. Basuhlan daerah di antara vulva (bibir vagina) dengan air bersih dan sabul
mild setelah buang air kecil dan buang air besar.
10. Jangan menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina kita.

Selain perawatan kebersihan, hal lain yang harus diperhatikan antara lain:

1. Pasangan yang telah disunat. Sunat pada bagian ujung penis diperlukan
untuk menjaga kebersihan penisnya. Beberapa peneliti membuktikan
rendahnya kejadian kanker rahim pada istri yang suaminya disunat.
2. Jangan menggunakan alat-alat bantuan untuk masturbasi, karena hal ini
bisa menyebabkan robeknya selaput dara dan infeksi pada vagina atau
penis.
3. Bila telah aktif secara seksual, lakukanlah pemeniksaan apus Pap (Pap
smear untuk deteksi dini kanker rahim.) Bila setelah tiga kali pemeriksaan
hasilnya normal, maka ulang kembali dengan jadwal sesuai dengan usia.
4. Pemeriksaan untuk infeksi toksoplasma, rubela, dan chlamidya
(TORSCH). Pemeriksaan ini diperlukan untuk memastikan apakah
diperlukan penanganan khusus bila anda menginginkan kehamilan.
5. Pemeriksaan pertanda tumor dapat dilakukan untuk tumor indung telur.

Pemeriksaan ginekologi secara rutin akan bermanfaat untuk:

1. Mencegah berbagai penyakit dan keluhan yang berhubungan dengan


reproduks
2. Memberikan deteksi dini pada penyakit kanker payudara dan leher rahim.
3. Mendeteksi secara dini penyakit menular seksual dan kondisi lain sebelum
menimbulkan dampak yang lebih berbahaya.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 64


4. Dapat mencegah kemandulan
5. Memperlancar kehamilan dan kelahiran bayi.

Pemeriksaan ginekologi ini merupakan kewajiban bagi mereka yang udah


melakukan hubungan seksual, atau yang usianya diatas 18 tahun. Mereka yang
sedang atau pernah kena PMS (penyakin menular seksual) atau yang pernah
berhubungan seks dengan orang yang terjangkit PMS, atau pernah mengalami
penyakit seksual yang lain, serta mereka yang punya potensi terkena kanker
payudara dan kanker leher rahim, harus lebih sering lagi periksa ginekologi.
Selain pemeriksaan rutin, kalian harus segera periksa ke dokter apabila mengalami
hal-hal berikut ini:

1. Rasa sakit yang enggak biasa pada vagina atau pinggul.


2. Pendarahan atau keputihan yang tidak normal dari vagina
3. Rasa sakit yang luar biasa bada perut bagian bawah
4. Rasa sakit dan pembengkakan pada vulva, vagina, rahim atau indung telur.
5. Rasa gatal pada vagina
6. Sedang kena PMS

Tidak usah malu memeriksakan organ reproduksi kita ke dokter, karena mereka
adalah para ahli yang memang bekerja membantu kita mengatasi masalah
kesehatan.

Pakailah gaya hidup yang sehat, rajinlah berolahraga secara teratur. makanlah
makanan yang sehat dengan gizi seimbang, jangan merokok dan mengkonsumsi
minuman beralkohol serta tentu saja menjaga perilaku seksual yang bertanggung
jawab.

M. Mengatasi Batuk Pada Anak

Batuk mungkin terlihat seperti penyakit yang ringan, tapi tetap tak boleh Bunda
anggap enteng, terutama jika sudah terlalu sering menyerang si kecil. Untuk
mengatasi batuk pada anak, sebelumnya Bunda perlu mengenali dulu apa
penyebabnya. Apakah karena asma, bronkiolitis, croup, atau sekadar influenza.

Batuk karena asma umumnya dipicu oleh alergen, seperti udara yang dingin, bulu
binatang, debu, atau asap. Obat-obatan saat ini belum ada yang bisa sepenuhnya
menyembuhkan asma, tapi bisa meredakan gejalanya. Karena itu, untuk mengatasi
batuk pada anak yang disebabkan oleh asma, Bunda bisa memberikannya obat
asma dan menjaganya dari paparan alergen. Jika asma yang diidap si kecil masih
pada taraf ringan, ia masih bisa beraktivitas dengan normal. Tapi pada kasus
alergi yang lebih akut, Bunda mungkin harus memeriksakan kesehatan si kecil
secara rutin.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 65


Adapun batuk karena bronkiolitis biasanya mirip dengan gejala flu biasa, yaitu
dibarengi dengan pilek, bersin, dan demam. Namun, biasanya kondisi ini berlanjut
hingga lebih dari seminggu. Penyebabnya adalah infeksi virus pada bronchioles
saluran udara kecil pada paru-paru. Dalam keadaan meradang, saluran-saluran ini
akan dipenuhi lendir sehingga mengganggu jalur pernapasan si kecil. Cara
mengatasi batuk pada anak yang disebabkan oleh bronkiolitis adalah dengan
memberi minum banyak-banyak untuk meluruhkan lendir tersebut.

Lain halnya dengan batuk sesak (croup), yang biasanya diiringi suara melengking.
Meskipun jarang dibarengi dengan demam, batuk jenis ini seringkali mengganggu
tidur si kecil di malam hari. Penyebabnya adalah pembengkakan pada pita suara
di pangkal tenggorokan dan batang tenggorokan akibat virus pernapasan. Untuk
mengatasi batuk pada anak akibat croup, Bunda bisa membukakan jendela atau
menyalakan pelembap udara (humidifier) agar si kecil bisa bernapas dengan udara
yang lebih segar.

Kemudian, untuk mengatasi batuk pada anak yang disebabkan oleh influenza,
Bunda bisa menggunakan obat tetes hidung atau alat penyedot khusus jika si kecil
belum bisa membuang lendir yang menyumbat hidungnya. Tapi untuk anak di
atas usia 2 tahun, Bunda bisa memberinya obat dekongestan. Jika batuk dan pilek
masih berlangsung hingga memasuki hari ke-10, barulah Bunda memeriksakan si
kecil ke dokter untuk memastikan bahwa ia tak mengidap sinusitis.

Sebagai alternatif penyembuhan, Bunda juga bisa menggunakan madu yang


khasiatnya sudah diakui para dokter. Selain lebih aman untuk mengatasi batuk
pada anak, madu juga lebih efektif daripada dextromethorphankandungan
utama dalam obat batuk. Namun, sebaiknya madu jangan diberikan pada bayi di
bawah satu tahun untuk menghindari risiko botulisme atau keracunan

N. KONSEP DASAR GIZI KURANG (MALNUTRISI)

1. Definisi

Menurut Supariasa (2002:18), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat

kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut saat lebih zat gizi.

Menurut Ngastiyah (2005:258), gizi kurang pada keadaan awalnya tidak

ditentukan kelainan biokimia tapi pada keadaan lanjut akan didapatkan kadar

albumin rendah, sedangkan globulin meninggi.

Sedangkan menurut Almatsier(2002: 303), Gizi kurang disebabkan oleh

kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kurang sumber protein.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 66


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Gizi kurang adalah suatu

keadaan yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein,

penyerapan yang buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.

2. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2005:250) dan Nurcahyo (2007), adalah sebagai

berikut :

a. Penyebab langsung

Kurang gizi biasanya terjadi karena anak kurang mendapat masukan makanan

yang cukup lama. Tidak cukup asal anak mendapatkan makanan yang banyak saja

tetapi harus mengandung nutrient yang cukup, yaitu karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

b. Penyebab tak langsung

1) Faktor ekonomi

2) Faktor fasilitas rumah dan sanitasi

3) Faktor pendidikan dan pengetahuan

4) Faktor pelayanan kesehatan

Menurut Arif dan Kristianasari (2009 : 111 - 112), penyebab dari marasmus

dan kwashiorkor adalah sebagai berikut :

a. Marasmus

1) Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi dalam makanan

2) Penyakit infeksi

b. Kwashiorkor

1) Kekurangan protein dalam makanan

2) Gangguan penyerapan protein

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 67


3) kehilangan protein secara tidak normal

4) Perdarahan hebat

5) Infeksi.

Faktor yang mempengaruhi status gizi (Supariasa, 2002).

a. Produksi pangan

Penurunan produksi pertanian sangat mempengaruhi penurunan produksi pangan

sehingga akan mengakibatkan konsumsi kebutuhan gizi masyarakat kurang.

b. Pengolahan bahan makanan

Pengolahan bahan makanan di masyarakat yang tidak tepat dapat mengakibatkan

bahan makanan yang semestinya mempunyai kandungan gizi yang baik dapat

menjadikan bahan makan tidak mempunyai gizi yang cukup untuk kebutuhan

tubuh.

c. Distribusi bahan makanan dan faktor harga

Pendistribusian bahan makanan yang terhambat dan stabilitas harga bahan

makanan sangat berpengaruh terhadap kemampuan konsumsi masyarakat,

sehingga dapat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi gizi yang tidak

seimbang.

d. Pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kemampuan sosial

Pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan kemampuan sosial yang kurang sangat

mempengaruhi tingkat daya beli atau kemampuan masyarakat terhadap kebutuhan

konsumsi gizi tidak terpenuhi.

e. Kemampuan keluarga menggunakan makanan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 68


Pemanfaatan bahan makanan dalam sangat berpengaruh pada konsumsi yang

dibutuhkan keluarga, jika keluarga tidak mampu menggunakan makanan dapat

mengakibatkan keadaan gizi keluarga berkurang.

f. Tersedianya bahan makanan

Ketersediaan bahan makanan sangat berpengaruh dalam kebutuhan gizi

masyarakat, jika sediaan bahan makanan makanan kurang mengakibatkan

gangguan pemenuhan gizi masyarakat.

3. Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang

terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor

penting yaitubhost, agent, environment (Supariasa, 2002). Memang faktor diet

makanan memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam

keadaan keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup

dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk

mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak, merupakan hal yang sangat

penting untuk mempertahankan kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh

jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk

menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat

terjadi kekurangan. Akibat katabolisme protrein terjadi setelah beberapa jam

dengan menghasilkan asam amino yang segera di ubah menjadi karbohidrat di

hepar dan di ginjal selama puasa jaringan lemak di pecah jadi asam lemak,

gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi

kalau kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri

jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 69


Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host

dan environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat

kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk

memenuhi kebutuhan, apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan zat

gizi ini akan habis ahirnya terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang

sudah dapat digolongkan sebagai malnutrisi , walaupun hanya baru dengan

ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.

Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang

muncul adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan

menghilangnya lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses

psikologis untuk kelangsungan jaringan hidup. Tubuh memerlukan energi dan

dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 70


BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

A. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan T Dengan Kurangnya


Pengetahuan Mengenai Metode Kontrasepsi dan efek sampingnya
1. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 3- Oktober 2017


1) Struktur dan sifat keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama : Tn. FS
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Buruh sampah
Suku/Bangsa : Manado/ Indonesia
Alamat : Kelurahan sumompo Lingk.V Kec.Tuminting

b. 1. Susunan dan Kesehatan Anggota Keluarga


J Hub. Keadaan fisik
No Nama Umur Pend. Pekerjaan KB
K KK saat pengkajian
1. Ny.A.L P 35 Th Istri SMP IRT Suntik Sehat
2. J.K L 7 thn Anak TK Sehat
3 MK P 1,4 th Anak - - - Sehat

Tipe keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam mengambil
keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan dalam keluarga cukup
baik.

4) Situasi Lingkungan
a. Rumah
Luas : 5 x 12 m2
Jenis rumah : tersendiri

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 71


Letak : jauh dari vektor
Dinding : tembok
Lantai : semen
Atap : Senk
Cahaya : cukup
Ventilasi : cukup
Jendela : 5 buah
Kebersihan : cukup bersih
Jumlah : 6 ruang
b. Air Minum
Asal : sumur pompa
Kualitas air : cukup baik
Konsumsi air : bersih
c. Pembuangan Sampah
Dibakar di pekarangan belakang rumah
d. Jamban dan Kamar Mandi
Jenis jamban : WC
Jarak dengan sumber air : +5m
Kebersihan : cukup
Kamar mandi : ada,1 buah
e. Pekarangan dan Selokan
Pengaturan : teratur
Kebersihan : bersih
Air limbah : teratur
Tanaman penduduk : ada
Peralatan pekarangan :
f. Kandang Ternak
Bangunan : -
Letak : -
Kebersihan : -
5) Kegiatan Keluarga Sehari-hari
a. Kebiasaan Tidur

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 72


Kebiasaan tidur keluarga tidak teratur kecuali anaknya yang masih kecil tidur 2
kali, siang dan malam. Siang + 2 jam dan malam + 9 jam.
b. Kebiasaan Makan dan Minum
Didalam satu keluarga makan 3 x sehari dengan porsi nasi, sayur, tahu, tempe,
ikan, telur, dll.
Tidak ada pantangan makanan dalam keluarga.
Kebiasaan minum dalam keluarga tidak teratur, kadang + 6 gelas sehari , kadang
hanya 3 4 gelas sehari, air putih, teh, es, kadang anaknya minum susu formula 1
gelas sehari.

c. Kebiasaan Eliminasi
BAB 1 kali dalam sehari setiap pagi, BAK 3- 4x satu hari.
BAK dikamar mandi semua.
BAB semua anggota keluarga di WC.
d. Kebersihan Diri
Semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan mandi 2 x sehari, pagi dan sore.
e. Penggunaan Waktu Senggang (luang)
- Ibu bekerja sebagai pedagang, menjaga toko di rumah, jika ada waktu
senggang ibu menonton TV.
- Ayah sehari-hari bekerja sebagai buruh sampah waktu senggang biasanya
digunakan untuk bercengkrama dengan anggota keluarga terutama anaknya.
6) Situasi Sosial dan Budaya
a. Pendidikan
Didalam keluarga tingkat pendidikan SMU adalah bapak, ibu berpendidikan SMP
sedangkan anaknya belum sekolah.
b. Sistem Nilai
Keluarga adalah suku gorontalo. Dalam keluarga tidak ada tata nilai tertentu yang
dianut yang bertentangan dengan kesehatan. Persepsi terhadap kesehatan sangat
baik.
c. Hubungan dengan Masyarakat
Hubungan dengan tetangga serta keluarga yang lain baik.
Ibu mengikuti kegiatan arisan arisan warga setempat.
7) Keadaan Kesehatan Keluarga

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 73


a. Penyakit yang diderita keluarga
Keadaan ibu saat ini baik-baik saja, tidak ada masalah dalam kesehatannya, begitu
pula suaminya juga sehat-sehat saja. Suami memiliki kebiasaan merokok, anaknya
saat ini sehat, 9 hari yang lalu sakit batuk pilek selama 5 hari,berobat dibalai
pengobatan, sekarang sudah sembuh.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke dokter praktek terdekatt.

DATA KHUSUS
1) Biodata
Nama : Ny. A.L
Umur : 27 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Kawin : 1 kali
2) Keluhan Utama
Ibu merasa khawatir terhadap penambahan berat badannya akhir-akhir ini,
terutama sejak ganti KB suntik 1 bulanan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini sehat-sehat saja tidak sedang mengalami sakit apapun.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit lain seperti HT, kanker, anemia, jantung,
liver, TB, Hepatitis B,kelaian pembekuan darah dll.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
ataupun menurun.
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : 3 x /hari, porsi sedang, menu nasi, lauk, sayur.
Minum : + 5 6 gelas sehari, air putih, teh, es.
b. Pola Aktivitas

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 74


Ibu biasa mengerjakan rumah sehari-hari seperti masak, mencuci dan
membersihkan rumah.
c. Pola Istirahat
Siang : jarang tidur
Malam : + 21.00 04.30 WITA, tidak ada gangguan.
d. Pola Eliminasi
BAB : 1 x/hr, warna kuning, tidak nyeri, bau khas.
BAK : + 3 x/hr, warna kuning jerni, bau khas, tidak nyeri.
e. Pola Personal Hygiene
Mandi 2 x/hr, gosok gigi 2 x/hr, ganti baju 2 x/hr, ganti celana dalam 2x/hr,
keramas 3 x/minggu.
7) Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : + 13 th
Lama haid : 8 hari
Siklus haid : 30 hari
Banyaknya : hari ke 1 3 ganti softek 3 x/hr, hari 4 8 ganti softek 2 x/hr
Flour albus : jarang, 3 hari sebelum dan sesudah haid, tidak bau tidak gatal.
Keluhan : nyeri haid pada hari pertama haid
b. Riwayat Kehamilan
Anak I : Ibu saat hamil rutin memeriksa kehamilannya, mendapat suntikan TT
2 x, ibu melahirkan anaknya di bidan, normal, BBL 3100 gr. Sekarang berusia 33
bulan. Nifas + 40 hari, normal.
c. Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah anaknya berusia 4 bulan. Sampai
usia 2 tahun. Ibu selama menggunakan KB 3 bulanan tidak dapat haid dan
mengeluh badan capek-capek tapi tidak ada kenaikan BB. Kemudian ibu pindah
menggunakan KB suntik 1 bulanan, + 3 bulan terakhir ibu selalu haid tetapi
haidnya banyak dan
+ 8 hari setiap haid. Ibu mengeluh BB selalu naik. Ibu bingung harus memakai
KB apa yang cocok, karena tidak ingin BB nya naik terus menerus.
8) Pemeriksaan Fisik

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 75


Keadaan Umum : baik
Kesadaran : cm
Postur tubuh : normal, tidak ada kelainan
TB : 158 cm
BB : 63 Kg
BB sebelum suntik Kb 1 bulanan : 55 Kg
LILA : 28 cm
TD : 120/70 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36 derajat cc
RR : 20 x/mnt
Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
- Kepala : rambut hitam, lurus, tidak berketombe, tidak bercabang.
- Muka : tidak pucat, tidak oedem
- Mata : tidak ada oedem palpebra, simetris, konjungtiva merah muda,
sklera tidak ikterus.
- Hidung : tidak ada PCH, tidak ada sekret.
- Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab, tidak caries gigi, tidak ada stomatitis,
tidak ada gigi palsu, lidah bersih.
- Telinga : simetris, tidak ada serumen.
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis.
- Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
- Dada : simetris, tidak ada kelainan bentuk tulang dada, tidak ada
benjolan, tidak ada retraksi intercoste kedua PD lunak,
puting susu bersih, menonjol.
- Perut : tidak ada luka bekas operasi.
- Genetalia : vulva bersih, tidak oedem, tidak varices, tidak ada condiloma
acuminata,tidak ada tanda chadwik.
- Ekstremitas : simetris, tidak ada gangguan pergerakan,tidak oedem.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 76


b. Palpasi
- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,dan
vena jugularis
- Ketiak : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
- Abdomen : tidak ada ballotement, tidak terdapat tanda-
tanda piskaceks.

c. Perkusi
Reflek patella +/+
d. Auskultasi
- Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
B. ANALISIS DATA
Masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga Tn. R disebabkan olah faktor
kekurangtahuan terhadap metode kontrasepsi dan efek sampingnya. Ibu
menyadari bahwa selama ini ibu mengikuti KB hanya berdasarkan pengetahuan
secara umum dari warga sekitar. Namun ibu menyadari tenaga kesehatan (bidan)
sangat berperan penting terdapat pencapaian kesejahteraan dan kesehatan
keluarga. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah
melakukan penyuluhan mengenai jenis-jenis KB, profil, efek samping dan cara
penggunaannya. Selain itu memberikan alternatif pilihan berdasarkan keadaan
pasien. Namun keputusan tetap ada ditangan klien.
Kesehatan lingkungan, sosial ekonomi, dan kesehatan bayi tidak ada masalah.
3. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data-data diatas dan analisa sederhana dapat disimpulkan bahwa
masalah yang menonjol dan terjadi adalah :
Kurangnya Pengetahuan mengenai metode kontrasepsi yang dipakai.

4. PRIORITAS MASALAH
Untuk menghadapi kemungkinan masalah dapat diatasi, dilakukan teknik skoring
sebagai berikut :

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 1 1/3 x 1 = 1/3 Pemilihan metode
(Keadaan sejahtera) kontrasepsi yang

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 77


kurangtepat dapat
mempengaruhi psikis
ibu, sehingga
mempengaruhi
kesejahteraan.
2. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu masih dengan
masalah dapat diubah mudah dapat
mengubah
keputusannya memilih
metode kontrasepsi

3. Potensi masalah 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah yang terjadi


untuk dicegah cukup mudah untuk
dicegah dengan
pengetahuan yang
benar mengenai
metode kontrasepsi.

4. Menonjolnya masalah 1 1 1/2 x 1 = Masalah tersebut,


tidak harus segera
ditangani karena ibu
perlu waktu untuk
berunding dengan
suami.
Jumlah 3

Berdasarkan skoring prioritas masalah diatas, maka dapat disimpukan bahwa


masalah yang terjadi pada keluarga Tn R adalah :
- Kurangnya Pengetahuan mengenai metode kontrasepsi yang dipakai.

5. RENCANA, TINDAKAN DAN EVALUASI PERAWATAN KELUARGA

Data : - Ibu mengatakan merasa khawatir terhadap penambahan berat badannya


akhir-akhir ini, terutama sejak ganti KB suntik 1 bulanan.
- Ibu menanyakan ingin tahu jenis metode kontrasepsi apa yang sesuai
untuknya.
Masalah : Kurangnya Pengetahuan mengenai metode kontrasepsi yang
dipakai.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 78


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti
tentang kondisinya dan dapat menerima efek samping yang
ditimbulkan oleh jenis metode kontrasepsi yang dipakai.
- Kriteria hasil : - Ibu bisa mengulangi penjelasan petugas
- Ibu bisa memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginannya.
- Ibu tidak banyak bertanya tentang metode
kontrasepsi yang sudah dijelaskan.
Rencana
1) Memberikan penyuluhan tentang jenis-jenis kontrasepsi yang ada
2) Memberikan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang
dipakai
3) Memberi alternatif pilihan metode kontrasepsi sesuai dengan kondisi klien
4) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih jenis kontrasepsi sesuai
keinginannya
Tindakan
Tanggal 11 -10- 2017 Jam 14.00 WITA
1) Memberikan penjelasan mengenai jenis kontrasepsi yang ada dan jenis
profil, serta efek sampingnya
2) Memberitahu efek samping yang terjadi dari jenis kontrasepsi yang dipakai
3) Menganjurkan ibu menggunakan metode kontraspsi non hormonal, karena
ibu selama ini menggunakan metode hormonal, mungkin dengan metode
kontrasepsi tersebut (misal IUD) tidak terjadi keluhan-keluhan yang selama
ini ditimbulkan.
4) Menanyakan kembali kepada ibu tentang metode kontrasepsi yang
dinginkan dan memberi waktu untuk memikirkan sebelum mengambil
keputusan.
5) Memberikan leavlet tentang KB agar bisa dibaca lagi dan bisa dijadikan
bahan pertimbangan tentang metode kontrasepsi yang diinginkan.

Evaluasi
Tanggal : 13-10-20117

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 79


S : Ibu mengatakan sudah bisa menerima penjelasan petugas dan ingin
mencoba metode kontrasepsi Implant
O : - Ibu tidak bertanya lagi tentang metode kontrasepsi yang dipakai
- Ibu ingin mencoba metode kontrasepsi IUD, tapi masih ingin
merundingkan dengan suaminya.
A : Masalah teratasi, ibu sudah mengerti tentang metode kontrasepsi.
P : Rencana dihentikan.

B. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn SA Terhadap Ny LD


Yang Mempunyai Masalah Anemia Dalam Kehamilan

I. Pengkajian
Tanggal : 3 Oktober 2017, jam 11.00
Tempat : Rumah Tn.SA

A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. SA
2. Alamat : Kel. Sumompo Lingkungan V Kecamatan Tuminting
3. Pekerjaan KK : Wiraswasta
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi keluarga:

NO NAMA L/P Umr Hub. Dgn Keluarga Pendidikan Pekerjaan Sts Kesehatan
1 Tn S L 40 KK SMA Swasta Sehat

2. Ny. LD P 37 th Istri S1 Dagang Hamil 26 mg


3.. An. B P 5 th Anak - - sehat

Gambar Genogram

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 80


Ket :

: Meninggal

: Garis keturunan

6. Tipe keluarga : merupakan keluarga inti ( nuclear family ) yang terdiri dari
ayah,ibu dan anak kandung
7. Suku : Sanger.
8. Agama : Kristen
9. Status social ekonomi: Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta di
Manado, dan ibu sebagai ibu rumah tangga

B. Aktifitas rekreasi : keluarga memanfaatkan waktu luang dengan menonton tv


dan bermain dengan anak setelah seharian beraktifitas sebagai sarana rekreasi
C. Riwayat danTahap perkembangankeluarga
10. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tahap keluarga dengan anak
prasekolah (family with pre schoolchild)
11. Tugas perkembangan keluarga: Keluargabelum bisa memenuhi tugas
perkembangan sesua itahap perkembangan, yaitu tugas perkembangan keluarga
untuk berkumpul dalam satu keluarga,
12. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a. Riwayat penyakit keturunan : anggota keluarga tidak ada yang sedang
menderita sakit
b. Riwayat imunisasi : anak pertama mendapat imunisasi lengkap,
c. Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan : Puskesmas,Rumah sakit

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 81


13. Riwayat kesehatan keluarga lainnya : dalam keluarga suami dan istri tidak ada
yang sedang menderita penyakit
D. Pengkajian Lingkungan
14. :Tipe rumah permanen lantai keramik,atap seng ,ukuranrumah10x14 m,rumah
bersih,ventilasi cukup
15. Karakteristik tetangga dan komunitas : budaya setempat tidak ada yang
merugikan kesehatan, kerukunan lingkungan baik yaitu misalnya adanya kegiatan
kerja bakti,gotong royong
16. Mobilitas geografis keluarga :Keluarga sudah menetap. Perkumpulan
keluarga & interaksi dengan masyarakat : Keluarga aktif mengikuti perkumpulan
yang ada di lingkungan ( PKK, Dawis, Dll ).
17. Sistem pendukung keluarga : Keluarga mempunyai kartu BPJS untuk
kesehatan, termasuk untuk persiapan persalinan,yaitu dari tabungan yang sudah di
persiapkan.
E. Struktur Keluarga
18. Pola komunikasi keluarga : bahasa yang digunakan bahasa daerah setempat
yaitu bahasa Indonesia,
19. Struktur peran :peran masing- masing anggota keluarga belum sepenuhnya
sesuai dengan peran masing- masing, Ayah sebagai pencari nafkah sedangkan
tugas perkembangan ibu yang belum bisa terpenuhi adalah pengasuhan anak yang
sehari hari ditinggal bekerja dimana anak sering di rumah sendiri atau kadang
kadang dititipkan ke rumah neneknya.
20. Nilai atau norma keluarga: tidak ada kebiasaan atau adat dalam keluarga yang
merugikan kesehatan
F. Fungsi keluarga
21. Fungsi afektif :keluarg asaling menghargai diantara sesama anggota keluarga,
22. Fungsi social: keluarga menerapkan norma norma sosial yang ada pada
masyarakat dan tidak ada atura khusus dalam keluarga.Pergaulan dengan
ligkungan baik.
23. Fungsi perawatankesehatan
a. Keluarga belum memahami masalah kesehatan yang ada
b. Keluarga kurang memaham itentang anemia kehamilan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 82


c. Ibu sering lupa minum tablet fe
d. Keluarga memanfaatkan Puskesmas/Rumah sakit.
e. Ibu memeriksakan kehamilannya dibidan sebanyak 3x selama kehamilannya
f. Keluarga tidak pernah memanfaatkan PKD/Bides yang ada di wilayahnya.
25. Fungsi reproduks i :jumlah anak satu, dan sudah merencanakan untuk
mengikuti program KB setelah persalinan nanti yaitu menginginkan alat
kontrasepsi IUD.
26.Fungsi ekonomi :penghasilan keluarg acukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari haridan bisa menabung untuk keperluan mendadak dan persiapan
persalinan
H. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan: bisa membantu masalah
kesehatan keluarga
I. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ny.LD An.B


BB 45 16
TB 155 95
Suhu 36,8 36,7
Nadi 78 82
Lila 22,5
Kepala Mesocephal,rambut Mesocephal,rambut
bersih bersih
Mata Simetris,anemis Simetris,tak anemis
Hidung Simetris,tak ada polip Simetris,tak ada polip
Telinga Simetris,bersih,tak Simetris,bersih,tak
ada serumen ada serumen
Leher Tak oedema,tak ada Tak oedema,tak ada
pembesaran vena pembesaran vena
jugularis jugularis
Dada Tak ada tarikan Tak ada tarikan
dinding dada dinding dada
Perut Tak adaluka bekas Tak ada luka bekas

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 83


operasi operasi
Extremitas atas Tak oedem,fungsi Tak oedem,fungsi
normal normal
Extremitas bawah Tak oedema,fungsi Tak oedema,fungsi
normal normal

J. Status Obstetrikus Ny.LD


1) Anamnesis

a) HPHT :24-2017

b) HPL :9-1 - 2018

c) G P A :2 / 1 / 0

2) Pemeriksaan

a) Kesadaran : CM

b) KU : Baik

c) Tanda vital:

Suhu : 37,2 C

Nadi : 82x / menit

Pernafasan: 20 x/ menit

Tensi : 120 / 80 mm/hg

d) BB : 54 kg TB : 150 cm

e) Lila : 24 cm

f) Hb : 9,1 gr %

g) Golda :O

h) Palpasi :

Leopold I : tfu 2 jari ata pusat, teraba 1 bagian bulat lunak

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 84


Leopold II :bagian kanan teraba tahanan memanjang,bagian kiri teraba bagian

kecil janin

Leopold III : teraba bulat keras melenting

Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk PAP ( konvergen)

K. Kebiasaan sehari- hari


a. Ibu
1) Sebelum hamil
Makan 2-3x,porsi sedang,nasi sayur (kadang-kadang),dan buah.
Minum air putih dan teh manis, 5-6 gelas/hari
Mandi 2x/hari
Istirahat: tidur malam hari 5-6 jam, siang tidak pernah
BAB: 1x/ hari
BAK 4-5x/hari
2) Sesudah hamil
Makan 2-3x,porsi sedang,nasi sayur ( kadang-kadang) dan buah
Minum air putih dan teh manis, 5-6 gelas/hari dan susu ibu hamil 1x/hari
Mandi 2x/hari
Istirahat: tidur malam hari 5-6 jam, siang tidak pernah
BAB: 1x/ hari
BAK 4-5x/hari
II. DIAGNOSA KEBIDANAN
A. Analisis Data

NO Data ( S & O ) PenyebabMasalah Masalah


1. DS : Ibu mengatakan: Kurangnya Ketidak
1.Keluarga/ibu mengatakan tidak tahu kalau keadaan informasi tentang tahuan
yang dialaminya merupakan tanda bahaya kehamilan. anemia keluarga
2.Pola makan ibu: makan 2-3x/hari, makan sayur kehamilan mengenali
kadang kadang,kebiasaan minumteh. anemia
3. Ibu kurang istirahat dan malam sering lupa minum kehamilan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 85


tablet fe berhubungan
DO : dengan
Hb 9,1 gr% kuragnya
Konjungtiva tampak pucat informasi
mengenai
anemia
kehamilan
dan
pentingnya
tablet fe

B. Perumusan Diagnosa

DIAGNOSA
Aktual
1. Ketidaktahuan keluargamengenali anemia kehamilan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang anemia kehamilan dan pentingnya konsumsi tablet fe
Resiko
1. Resiko terjadinya komplikasi kehamilan,persalinan dan nifas pada Ny.LD berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anemia kehamilan

C. Prioritas Masalah Dan Skoring

Diagnosa Kriteria Skor Pembenaran


Ketidaktahuankeluargamengenali 1.Sifat 3/3x1=1 1.Anemia kehamilan
tanda dan bahaya anemia masalah:Tidak merupakan kondisi tidak
kehamilan sehat sehat jika kelg tidak dapat
melakukan perawatan yang
tepat dapat mengakibatkan
komplikasi
kehamilan,persalinan dan
nifas

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 86


Sumber daya ada,umur
kehamilan masih TM II
namun kurang
2.Kemungkinan 1/2x2=1 memperhatikan istirahat dan
masalah bisa konsumsi fe
diatasi:Sebagian Umur kehamilan masih TM
II, setidaknya masih ada
waktu untuk memperbaiki
pola istirahat dan konsumsi
tab fe
Anemia kehamilan
merupakan masalah yang
3.Potensial 2/3x1=2/3 harus segera diatasi
masalah bisa
dicegah:cukup

4.Menonjolnya
masalah: Masalah 2/2x1=1
berat harus segera
diatas
Jumlah skor 3 2/3
Resiko terjadinya komplikasi Sifat 2/3x1=2/3 Anemia kehamilan
kehamilan,persalinan dan nifas masalah:Ancaman merupakan ancaman
pada Ny,T berhubungan terjadinya komplikasi
dengan ketidakmampuan kehamilan, persalinan dan
keluarga mengenali masalah nifas
anemia kehamilan

2.Kemungkinan 1/2x2=1 Sumber daya ada,umur


masalah bisa kehamilan masih TM II
diatasi:sebagian namun karena kesibukan ibu
sehingga kurang

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 87


memperhatikan istirahat dan
konsumsi fe

Umur kehamilan masih TM


3.Potensial 2/3x1=2/3 II, setidaknya masih ada
masalah bisa waktu untuk memperbaiki
dicegah:cukup pola istirahat dan konsumsi
tab fe

4.Menonjolnya 0/1x1=0 Keluarga tahu dan mampu


masalah: Masalah mengatasi masalah
tidak dirasakan kesehatan tapi karena
kesibukan ibu sering lupa
untuk minum tab fe
Jumlah skor 2 1/3

Dari hasil skor diatas dapat dirumuskan bahwa prioritas masalah yang ada adalah
Ketidaktahuan keluarga dalam mengenali anemia kehamilan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang anemia kehamilan.

IV. PERENCANAAN TINDAKAN


Tujuan dan Kriteria RencanaTindakan
Dalam waktu 2 minggu keluarga
Tn.SA Diskusikan tentang
mampu merawa tanggot
akeluarganya yang Anemia kehamilan
mengalami
anemia kehamilan Tanda penyebab anemia kehamilan
Kriteria : dan cara mengatasinya
1. Keluargadapatmemahami Bahaya yang ditimbulkan dari
bahaya
anemia kehamilan anemia kehamilan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 88


Jelaskan pada ibu tentang
Cara mengkonsumsi tab fe
Konsumsi sayur/makanan yang
membantu penyerapan tab fe
Melibatkan keluarga terdekat Ibu
yaitu neneknya untuk ikut
2. Keluarga bisa menjelaskan tindakan membantu masalah kehamilan
yang dapat dilakukan untuk Ny.LD
mengatasi anemia kehamilan Anjurkan ibu untuk
berkonsultasi/memanfaatkan
PKD/Bides untuk membantu
mengatasi masalah kehamilan yang
dihadapi ibu

Tunjukkan cara konsumsi tab


fe,yaitu pada malam hari dan
diminum dengan air putih

Melakukan kunjungan ulang 2


3. Ny.LD bersedia meminum tab fe
minggu yang akan datang dan
secara teratur
melakukan pemeriksaan Hb ibu.

4.Kadar Hb ibu bisa meningkat pada


kunjungan yang akan datang (2
minggu )

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 89


V. Implementasi

TanggaldanWa Diagnosa Implementasi EvaluasiRespon


ktu
3 okober 2017 Ketidaktahuan 1.Mendiskusikantent 1.Keluarga mampu
keluargamenge ang menjelaskan
Pk.11.00 nali Anemia kehamilan
anemia pengertian tentang
kehamilan Tanda penyebab anemia,penyebab
berhubungan anemia kehamilan dan cara
dengan dan cara mengatasinya
kurangnya mengatasinya
informasi Bahaya yang
tentang anemia ditimbulkan dari
kehamilan dan anemia kehamilan
pentingnya 2.Menjelaskan pada
talet fe ibutentang
Cara mengkonsumsi
tab fe

Konsumsi
sayur/makanan yang Ibu mengerti
membantu tentang cara
penyerapan tab fe konsumsi fe dan
pentingnya tablet
fe.
Menghindari Ibu bersedia
makanan/minuman mengkonsumsi
yang menghambat sayur/makanan
penyerapan zat besi yang membantu
yaitu kebiasaan ibu penyerapan fe,
minum teh. misalnya sayuran

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 90


berwarna
hijau,buah buahan.
Ibu mau
3.Menunjukkan cara menghindari
konsumsi tab fe, makanan/minuman
yaitu pada malam yang dapat
hari diminum degan menghambat
air putih penyerapan zat
besi yaitu
kebiasaan ibu
minum teh

4.Menjelaskan
kebutuhan istirahat
ibudan meluangkan Ibu mengerti cara
waktu untuk mengkonsumsi
beristirahat tablet fe,yaitu pada
malam hari,di
5.Memberitahu ibu minum dengan air
bahwa bidan akan putih
melakukan
kunjunganulang 2
minggu yang akan
datang dan Ibu bersedia
melakukan meluangkan waktu
pemeriksaan Hb ibu. untuk beristirahat
sesuai
6.Menganjurkan ibu kebutuhannya
untuk melibatkan
anggota keluarga
yang lain (nenek) Ibu bersedia
untuk ikut memantau dilakukan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 91


kehamilannyamisaln kunjungan ulang
ya menemani periksa pada tanggal 29
kehamilan ataupun Agustus 2013
mengingatkan
pentingnya konsumsi
tablet fe dan gizi ibu
hamil
7.Menganjurkan ibu Ibu bersedia
untuk memanfaatkan melibatkan nenek
sarana kesehatan untuk ikut
yang terdekat, yaitu merawat
bidan desa untuk kehamilannya dan
membantu masalah ikut mengingatkan
kesehatan yang pentingnya
dialaminya konsumsitablet fe
dan gizi ibu hamil.
Ibu bersedia
memanfaatkan
sarana kesehatan
yang terdekat yaitu
bidan desa untk
membantu
masalah kesehatan
yang dialaminya

VI. Evaluasi

Tanggal dan waktu Diagnosa SOAP

4 oktober 2017 Ketidaktahuan keluarga S;


entang bahaya gauta Pernyataan keluarga bahwa fe
Jam 112.30 keluarga yang sakit ( telah dikonsumsi sesuai anjuran

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 92


hamil dengan anemia ) dan klien juga mengkonsumsi
berhubungan dengan makanan yang membantu
kurangya informasi penyerapan fe
tentang anemia Keluarga selalu mengingatkan
kehamilan Ny.LD untuk mengkonsumsi tab
fe dan bersedia menemani ibu
untukmelakukan kunjungan
ulang
O:
nenek menemani ibu saat bidan
melakukan kunjungan ulang
Kadar Hb ibu 9,8 gr%
A:
Keluarga menunjukan
kemampuan merawat anggauta
keluarganya yang hamil dengan
anemia.
P:
Pantau kemajuan yang dicapai
keluarga
Pastikan fe dikonsumsi sesuai
anjuran
Anjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang ke bidan sesuai
jadwal yaiu 4 minggu kemudian
Penkes tentang P4K

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 93


C. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan J Dengan Masalah
Rokok, Keluarga Berencana Dan Gizi.

Pengkajian
Tanggal : 4 Oktober 2017

Pukul : 14.00 WITA

1. Biodata kepala keluarga


Nama : Tn. J
Umur : 28 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Sampah
Alamat : Kel Sumompo Kec. Tuminting Lingk V

2. a.Susunan Keluarga
No Nama Status L/P Usia Pendidikan Agama Pekerjaan

1 Tn. J Kepala L 28 th SMA Islam Wiraswasta


Keluarga
2 Ny. M Istri P 27th SMA Islam IRT

3 An. N Anak P 8 th SD Islam Pelajar

4 An. R Anak L 2 th - Islam _

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 94


b. Genogram

Ket :

: Meninggal

: Garis keturunan

3. Data Kesehatan Keluarga


a. Tn. J (KK)
KU : baik, TD : 120/80 mmhg, Nadi : 82x/Menit, Suhu : 36,70C, BB :72 Kg, TB :
172 cm, Riwayat penyakit yang lalu : Tidak Ada, keluhan yang sering dialami
batuk-batuk, makan sehari-hari 3x/sehari, kebiasaan mandi 2x/sehari, gosok gigi
2x/sehari, kebiasaan meroko didalam dan diluar rumah, tidak pernah tidur siang,
tidur malam 8 jam/hari, kebiasaan BAB dan BAK di WC.
b. Ny. M (istri)
Ibu mengatakan mempunyai 1 orang anak, ibu mengatakan menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan, alas an Ny.M menggunakan alat kontrasepsi 3 bulan
karena ingin menjarangkan kehamilan. Telah dilakukan pemeriksaan dengan
hasil. K/U: baik, TD: 110/70 mmhg, Nadi : 76x/menit Suhu : 36,70C, BB :61 Kg,
TB : 160 cm, riwayat penyakit yang lalu tidak ada, keluhan yang sering dialami
pusing dan tidak mendapat haid, kebiasaan makan sehari-hari 3x/hari, kebiasaan
mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ibu tidak merokok, tidur siang 2 jam/hari, tidur
malam 8 jam/hari, kebiasaan BAB di WC.
c. An. N (anak )
KU : baik, Suhu : 36,20C, BB :25 Kg, TB : 133 cm, Riwayat penyakit yang lalu
:tidak ada, tidak ada keluhan yang sering dialami, makan sehari-hari 3x/sehari

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 95


menu makan bervariasi, kebiasaan mandi 2x/sehari, gosok gigi 2x/sehari,
kebiasaan meroko didalam dan diluar rumah, tidur siang > 2 jam/hari, tidur malam
9jam/hari, kebiasaan BAB dan BAK di WC
d. An. R (anak )
KU : baik, Suhu : 36,40C, BB :10 Kg,berat badan sesuai dengan usia yaitu 2
tahun, TB : 60 cm, Riwayat penyakit yang lalu :tidak ada, tidak ada keluhan yang
sering dialami, makan sehari-hari 3x/sehari menu makan bervariasi, sayura-
sayuran, tahu, tempe jarang makan ikan dan buah buahan, kebiasaan mandi
2x/sehari, gosok gigi 2x/sehari, kebiasaan meroko didalam dan diluar rumah, tidur
siang > 2 jam/hari, tidur malam 10jam/hari, kebiasaan BAB dan BAK di WC.

4. Data Prilaku Kesehatan


Kebiasaan makan sehari-hari 3x/hari, kebiasaan mandi dan gosok gigi
2x/hari,Tn.J kebaisaan meroko didalam rumah, istri dan anak-anak selalu tidur
siang namun suami jarang tidur siang karena sibuk bekerja, tidur malam rata-rata
>8 jam/hari.

5. Data Kesehatan
Keadaan lingkungan semi permanen, keadaan ventilasi cukup, penerangan rumah
cukup, lantai rumah kramik, pemanfaatan pekarangan rumah ada, keberadaan WC
ada, sumber air bersih dari sumur, pembuangan limbah ke selokan, kepemilikan
kandang tidak ada, pembuangan sampah tempat sampah.

3.2 Analisis Data


No Analisis Data

1 Ibu belum memahami secara menyeluruh mengenai efek samping KB


suntik 3 bulan
2 Ibu tidak mengetahui tentang pentingnya gizi pada balita

3 Bapak kurang mengerti tentang bahaya merokok di dalam rumah

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 96


3.3 Perumusan Masalah
No Analisis Data

1 Kurangnya pengetahuan ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulan


2 Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi pada balita
berpotensi menimbulkan gizi kurang
3 Kurangnya kesadaran bapak tentang bahaya meroko di dalam rumah
berpotensi menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan.

3.4 Prioritas Masalah


No Prioritas Masalah U S G Jumlah Prioritas

1 Tidak mengetahui 3 3 3 9 III


tentang efek
samping KB suntik 3
bulan
2 Tidak mengetahui 3 4 4 11 II
tentang pentingnya
gizi pada balita
3 Merokok di dalam 4 4 4 12 I
rumah.

3.5 Perencanaan
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu

1. Pengetahuan Agar bapak Penyuluhan Tn. J dan 3-10-


bapak tentang mengerti bahaya tentang bahaya Keluarga 2017
bahaya merokok merokok merokok di
di dalam rumah. didalam rumah dalam rumah
2. Kurangnya Agar ibu Penyuluhan Ny. M 3-10
pengetahuan ibu mengetahui tentang dan 2017

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 97


tentang gizi menu gizi pentingnya keluarga
pada balita seimbang untuk gizi untuk
balita balita
3. Kurangnya Agar ibu Penyuluhan Ny. M 3-10
pengetahuan ibu mengetahui efek tentang efek 2017
tentang efek samping KB samping KB
samping KB suntik 3 Bulan suntik 3 Bulan
suntik 3 bulan

3.6 Pelaksanaan
No Tanggal Pukul Tempat Kegiatan

1. selasa,3-10- 10.30 WIB Rumah Penyuluhan tentang


2017 bahaya merokok di
dalam rumah
2. selasa,3-10- 10.30 WIB Rumah Penyuluhan tentang
2017 pentingnya gizi untuk
balita
3. Selasa,3-10- 10.30 WIB Rumah Penyuluhan tentang efek
2017 samping KB suntik 3
Bulan

3.7 Evaluasi
Pada tanggal 3-10- 2017, telah dilakukan kunjungan pertama dan
meminta persetujuan dari Tn. J, keluarga Tn. J menyetujui dan bersedia untuk
menjadi keluarga binaan.
Dilakuka pemeriksaan dan pengkajian terhadap Tn. J dan Ny.M
didapatkan hasil : seluruh keluarga dalam keadaan sehat, dilakukan pemeriksaan
TTV Terhadap Tn. J dan Ny. M dan hasil pemerikaan dalam batas normal, Tn. J
dan istri mengetahui hasil pemeriksaan.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 98


Pada tanggal 4-10- 2017, melakukan kunjungan kedua untuk melakukan
penyuluhan kepada keluarga Tn. J tentang bahaya merokok, efek samping Kb
suntik 3 bulan dan Gizi pada balita, ibu sangat antusias dan memperhatikannya,
bapak tampak mengerti dan dapat mengulangi kembali apa yang telah dijelaskan.
Ibu sangat aktif menanyakan hal-hal yang belum ia ketahui.

D. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan S Dengan Masalah Ibu


Hamil Dengan KEK

A. PENGKAJIAN DATA

DATA UMUM

I. Identitas Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Bp. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 32 tahun

Agama : Kristen

Suku Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMP

Status Pernikahan :

Usia menikah suami : 25 th, istri : 21 th

Lama pernikahan : 2 th

Jumlah Anak : -

Alamat : Kelurahan Simompo Kec.Tuminting Lingk V

II. Anggota Keluarga

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 99


Hub.
No. Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kel.

1.. Bp. S 32 th L KK SMP Buruh

2. Ibu M 21 th P Istri SMP IRT

II. Genogram

Ket :

: Meninggal

: Meninggal

: Garis keturunan

III. Status Kesehatan Keluarga ( 6 bulan terakhir )

Gangguan kes. Yang


Kondisi saat
No Nama Umur L/P sedang/pernah diderita,
ini
kapan ?

Tidak Ada

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 100


IV. Kematian Anggota Keluarga (bila ada, dikaji khususnya ibu, bayi dan anak
dalam 1 tahun terakhir)

No. Nama Umur Jenis kel. Penyebab Bln/ th

Tidak Ada

V. Kesehatan lingkungan keluarga :

a. Status rumah (kepemilikan) :

Jenis rumah : Permanen

Atap rumah : Genting

Lantai rumah : Keramik

Ventilasi : Jendela dan pintu

b. Sumber penerangan : Listrik

c. Sumber air bersih : Sumur

Penggunaan air : Mandi, Memasak, cuci, kakus

Tempat penyimpanan air : Baik

Pengurasan tempat air minum : 3 hari sekali

Kualitas air : Bersih

d. Pembuangan limbah : terbuka

Jarak dengan sumber air bersih (sumur) : 5m

Keadaan : baik

e. Pembuangan tinja (jamban) : WC

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 101


f. Pembuangan sampah : terbuka

g. Kandang ternak : jauh/ dekat, jarak dari rumah : 5 m

Jenis ternak yang ada/ dimiliki : Tidak Ada

h. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada

VI. Kepemilikan :

a. Jaminan sosial kesehatan : jamkesmas

b. Kegiatan sosial yang diikuti : tidak ada

(khususnya tentang arisan, ambulance desa, tabulin, donor darah, dan kegiatan
lain terkait dengan pelaksanaan Desa Siaga).

c. Informasi tentang kesehatan pernah diperoleh dari :

Tahu sendiri dan Petugas kesehatan

d. Kendaraan yang dimiliki dan dapat digunakan sewaktu waktu :

Sepeda motor

e. Keadaan sosial ekonomi : Cukup

VII. Kebiasaan kesehatan keluarga (kebiasaan tidur, makan, eliminasi, personal


hygiene, kebiasaan kesehatan lainnya (merokok, olahraga dll) & pemanfaatan
fasilitas ke:

Istirahat/ Kebiasaan kesehatan


Nama Nutrisi Personal Hygiene (OR, Rokok, Miras,
Tidur fasilitas kesh)

Tn.S 7jam/ hari 3 x / hari Keramas 2x/ mgu Merokok

Nasi, sayur, lauk Mandi 2x/ hr

Ganti baju 2x/ hr

Gosok gigi 2x/ hr

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 102


Ny.M 7 jam/ hari 3 x / hari Keramas 2x/ mgu

Nasi, sayur, lauk Mandi 2x/ hr Tidak ada


(setengah porsi)
Ganti baju 2x/ hr

Gosok gigi 2x/ hr

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 103


DATA KHUSUS

1. Kesehatan ibu hamil ( dinyatakan atau diperiksa langsung kepada ibu hamil )

a. G1P0A0, HPHT 4 mey 2017 Usia kehamilan 20-21 minggu


b. Apakah sudah memeriksakan kehamilannya ?
1) Sudah, frekuensi : 2x dimana : Puskesmas oleh : bidan
TM I :1X

TM II : 1X

Asuhan yang diperoleh :

Imunisasi TT : sudah, berapa kali : Belum Pernah


Tablet tambah darah/ Fe : sudah, banyaknya : 10 tablet setiap kali periksa
Lainnya : tidak ada
2) Belum, alasan : tidak ada
c. Rencana persalinan : tempat : BPM penolong : bidan
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui yang lalu :
Tidak ada

e. Pemeriksaan fisik
- Tensi :100/70.mmHg ;nadi: 80x/menit RR: 20x/menit
- BB : 43kg
Kepala

Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe, hitam

Muka : bersih, oedema, tidak pucat

Mata : conjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Hidung : bersih, tidak ada secret dan polip

Mulut : bersih, tidak ada karies gigi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

Dada : tidak ada retraksi dinding dada

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 104


Mammae : simetris, tidak ada benjolan abnormal, puting susu menonjol,
bersih

Perut : terdapat luka bekas operasi usus buntu, terdapat striae


gravidarum, linea nigra.

- DJJ : 136x/menit,
- Palpasi : letak kepala
- Lila : 21 cm

f. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,3gr%

Protein urine : (-)

Urine Reduksi : (-)

Resiko kehamilan : resiko sedang

Jenis : sedang

g. Senam hamil : tidak ada


h. Stiker P4K : tidak ada

B. PERUMUSAN MASALAH

.3 Perumusan Masalah
No Analisis Data

1 Ibu hamil dengan KEK,dengan DO : lila 21 cm BB : 43 kg

2 Nutrisi ibu hamil yang kurang

3 Tidak menempelkan stiker P4K

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 105


3.4 Prioritas Masalah
No Prioritas Masalah U S G Jumlah Prioritas

1 Tidak menempelkan 3 3 3 9 III


stiker P4K
2 Nutrisi ibu hamil 3 4 4 11 II
yang kurang

3 Ibu hamil dengan 4 4 4 12 I


KEK,dengan DO
: lila 21 cm
BB : 43 kg

1. Permasalahan 1

a. Data

KK Bp. S dengan asuhan kebidanan pada Ny. M dengan KEK

b. Rencana Tindakan

1) Berikan KIE tentang bahaya ibu hamil denagn KEK

2) Anjurkan ibu untuk melakukan pola makan yang cukup.

c. Tujuan

1) Agar Ny. M mengetahui tentang bahaya KEK dan mengatur pola gizi yang
cukup untuk Ny.M

d. Tindakan

1. Memberikan KIE tentang bahaya ibu hamil dengan KEK.

Pengertian KEK

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 106


KEK merupakan kreadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis).

Etiologi

- Social ekonomi

- Factor biologis

- Paritas

- Berat Badan Selama Hamil

Tanda dan gejala

- Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm

- Kurang cekatan dalam bekerja

- Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

- Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir
secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau
kurang dari 2.500 gram.

Dampak yang ditimbulkan

- Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal
dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu
(Zulhaida, 2003).

- Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan


sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum,
serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida,
2003).

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 107


- janin

Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida,
2003).

e. Evaluasi

Ny. M sudah mengerti tentang bahaya KEK bagi ibu hamil

2. Permasalahn 2

a. Data

KK intensif Tn.D dengan asuhan kebidanan pada Ny.Y hamil dengan kebutuhan
nutrisi ibu hamil

b. Rencana tindakan

1) Memberikan KIE tentang gizi ibu hamil

2) Anjurkan keluarga Tn.D untuk memberikan dukungan menjaga pola nutrisi


ibu hamil. .

c. Tujuan

1) Agar keluarga Tn.J tahu bahwa pentingnya nutrisi ibu hamil untuk Ny.M

d. Tindakan.

1) Memberikan KIE tentang nutrisi ibu hamil Ny.M

2) menganjurkan Ny.M untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil demi


kesehatan 3) melakukan evaluaseri apakah Ny.M sudah memenuhi pola nutrisinya
sesuai jadwal.

3. Permasalahan 3

a. Data

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 108


Dari hasil pendataan diperloleh data bahwa istri Tn D belum mempunyai stiker
P4K

b. Rencana Tindakan

a) Memberikan penyuluhan stiker P4K

b) Melakukan evaluasi tentang pentingnya penempelan stiker P4K

a) Tujuan

1) Untuk Melakukan pendekatan dan pengkajian lebih mendalam mengenai


stiker P4K Agar keluarga Tn. J paham.

b) Tindakan

1) Memberikan penyuluhan tentang stiker P4K

P4K dengan Stiker merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh Bidan di desa
dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,
termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Tujuan pemasangan
1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah
ibu hamil yang memuat informasi ttg : lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas
ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan,
fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yg akan digunakan
serta pembiayaan.

2. Adanya perencanaan persalinan

3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi


komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas.

4. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,


dukun, kelompok masyarakat, dalam perencanaan dan pencegahan komplikasi
dengan stiker, KB pasca salin dengan perannya masing-masing

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 109


2) pemberian P4K dan ditempel

c) Evaluasi

1) Keluarga Tn. J sudah mengerti tentang stiker P4K

2) P4K sudah terisi dan sudah dipasang.

E. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tn JR Dengan Masalah Anak


AS Yang Belum Di imunisasi BCG.
1. Pengumpulan Data
Identifikasi Keluarga
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. JR
Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 26 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Alamat : Kelurahan Sumompo Ling V

2. Jumlah Anggota Keluarga

No
Nama JK Umur Hub KK Pekerjaan Pendidikan Ket

1. M.I P 21 thn Istri IRT SMP

2. An.I L 3 thn Anak - -

3. An.T L 3 bln Anak - -

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 110


Tipe keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam
pengambilan keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan dalam
keluarga cukup harmonis.

a. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan Ibu umur 21 th bermasalah dengan kurangnya

Pemahaman tentang imunisasi BCG

3. Status Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Semua Jenis penyakit)


No. Nama Umur Jenis Tempat
Penyakit berobat
JK

4. Status Imunisasi
Ibu mengatakan bayi belum diimunisasi BCG

5. KMS
Bayi memiliki KMS , sudah terisi, bayi sering ditimbang teratur di
posyandu

Bayi dalam status gizi baik

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 111


B. Data lingkungan
1. Perumahan
Ventilasi : Baik

Lantai rumah : semen

1. Sumber air bersih


Sumber air : sumur/pompa

Kondisi air : memenuhi syarat kesehatan

2. SPAL : selokan/GOT
3. Pembuangan tinja :Septi Tank
4. Kandang : Ada Jenis binatang: Ayam
5. Status kesehatan keluarga saat survey terakhir (semua jenis penyakit)
No. Nama Umur JK Jenis Tempat
Penyakit berobat

6. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami dan istri


7. Kematian dalam setahun terakhir : tidak ada
8. Kegiatan keluarga sehari-hari
a. Kebiasaan tidur
Kebiasaan tidur keluarga tidak teratur dan tergantung kepada kemauan
masing-masing anggota keluarga

b. Kebiasaan makan
Makan 3 x/ hari dengan makanan pokok beras (nasi), sayur, lauk.
Untuk bayi minum ASI keadaan fisik anggota keluarga baik

c. Penggunaan waktu senggang (luang)


Penggunaan waktu luang oleh ibu digunakan untuk mengasuh
bayinya ibu tidak aktif dalam kegiatan ibu-ibu PKK
Ayah sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan, waktu luangnya
biasanya digunakan untuk menonton TV, bercengkrama dengan
tetangga

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 112


d. Situasi sosial dan budaya
Keluarga mengatakan menjaga kebersihan diri dengan teratur dengan
memanfaatkan air sumur. Kebiasaan keluarga yang dapat menghambat
kesehatan yaitu pemberian pisang setelah bayi baru lahir.

9. Keadaan kesehatan keluarga


a. Imunisasi
Bayinya dari sejak lahir sudah mendapatkan imunisasi langsung yaitu
hepatitis B

b. Keluarga Berencana
Ibu menggunakan suntik 3 bulan

c. Keadaan gizi keluarga


Pertumbuhan fisik keluarga baik, berat badan sesuai dengan umur

d. Penyakit yang diderita keluarga


Keadaan ibu saat ini baik-baik saja dan tidak ada keluhan begitu juga
keadaan bapak sehat, tidak merokok

e. Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas yang dekat
dengan tempat tinggal. Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan,
persalinan di rumah sakit.

1. Analisis Data
NO. DATA DIAGNOSA
1. DS: Tidak lengkapnya
ibu mengatakan bayi berumur 3
pemberian Imunisasi
bulan, belum di imunisasi BCG ,
bayi makan ASI + MP-ASI sehubungan dengan
DO:
belum diberikannya
Bayi belum diimuniasi terlihat
imunisasi BCG pada
dari pengisian dibuku KIA yang
anak T.K
masih kosong

2. Skoring
Belum di imunisasi BCG

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 113


N
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
o

Dikatakan aktual karena


Sifat Masalah: anak T.K usia 3 bulan
1. 3/3 x1 1
Aktual belum diberikan imunisasi
BCG

Kemungkinan
Keluarga sibuk sehingga
2. masalah dapat di 1/2 x 2 1
anak belum diimunisasi
ubah : sebagian

Potensi masalah
untuk dicegah : Keluarga ingin membawa
3. 3/3 x 1 1
anak untuk diimunisasi
Tinggi

Menonjolnya
masalah : Keluarga akan membawa
4. 1/2 x 1
anak ketika ada waktu luang
Tidak perlu segera

3 1
Jumlah Skor /
2

Rencana Tindakan Evaluasi Perawatan Keluarga

No Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Implementas Evaluasi


. kebidanan hasil i
1. Tidak efektifnya
Setelah dilakukan verbal Beritahu Hari/tgl : S: Keluarga
pemberian penyuluh keluarga tentang Senin mengatakan
psikom
imuniasi an pentingnya 2-10-2017 sudah
berhubungan tentang otor pemberian Jam 14.00 memahami
dengan pemberia imunisasi dasar Memberitah apa yang
ketidakmampuan n pengeta secara lengkap ukan dijelaskan
merawat anggota imunisasi huan keluarga
keluarga dasar tentang O: Keluarga
DS: ibu lengkap perilaku pentingnya tampak
mengatakan pemberian antusias
bayi berumur 3 imunisasi terhadap
bulan, bayi dasar secara penjelasan
minum ASI dan lengkap. yang diberikan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 114


bayi belum Agar tumbuh
diimunisasi. kembang A: Masalah
DO: anak dapat teratasi
Pengisian maksimal sebagian
jadwal imunisasi -
campak dibuku P: intervensi
KIA belum
dilanjutkan
terisi

F. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG Dengan masalah


Hipertensi

I. PENGUMPULAN DATA
C. Identifikasi Keluarga
6. Nama Kepala Keluarga : Tn. A.G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 tahun
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Sanger/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Alamat : Kelurahan Sumompo Ling V
7. a. Jumlah Anggota Keluarga

No
Nama JK Umur Hub KK Pekerjaan Pendidikan Ket
1. B.A P 63 thn Istri IRT SMP
2. I.P L 25thln Anak Buruh
SMA
3. D.L L 20 thn Anak -
SMA
4. S.Y L 17 bln Anak -
SMP

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 115


Tipe keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam
pengambilan keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan
dalam keluarga cukup harmonis .

a. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan Ibu umur 63 thn bermasalah dengan


hipertensi
8. Status Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Semua Jenis penyakit)
No. Nama Umur Jenis Tempat
Penyakit berobat
JK

9. Status Imunisasi
-
10. KMS
-
D. Data lingkungan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 116


3. Perumahan
Ventilasi : Baik
Lantai rumah : ubin
10. Sumber air bersih
Sumber air : sumur/pompa
Kondisi air : memenuhi syarat kesehatan
11. SPAL : selokan/GOT
12. Pembuangan tinja :Septi Tank
13. Kandang : Ada Jenis binatang: Ayam
14. Status kesehatan keluarga saat survey terakhir (semua jenis penyakit)
No. Nama Umur Jenis Tempat
Penyakit berobat
JK

15. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami dan istri


16. Kematian dalam setahun terakhir : tidak ada
17. Kegiatan keluarga sehari-hari
d. Kebiasaan tidur
Kebiasaan tidur keluarga tidak teratur dan tergantung kepada
kemauan masing-masing anggota keluarga
e. Kebiasaan makan Makan 3 x/ hari dengan makanan pokok beras
(nasi), sayur, lauk.
f. Penggunaan waktu senggang (luang)
Penggunaan waktu luang digunakan untuk nonton tv
Ayah sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan, waktu
luangnya biasanya digunakan untuk menonton TV,
bercengkrama dengan tetangga
e. Situasi sosial dan budaya

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 117


Keluarga mengatakan menjaga kebersihan diri dengan teratur dengan
memanfaatkan air sumur. Kebiasaan keluarga yang dapat menghambat
kesehatan yaitu pemberian pisang setelah bayi baru lahir
18. Keadaan kesehatan keluarga
f. Imunisasi
-
g. Keluarga Berencana
menopause
h. Keadaan gizi keluarga
Pertumbuhan fisik keluarga baik, berat badan sesuai dengan umur
i. Penyakit yang diderita keluarga
Keadaan ibu saat ini baik-baik saja dan tidak ada keluhan begitu
juga keadaan bapak sehat, tidak merokok
j. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas yang
dekat dengan tempat tinggal.

II. ANALISIS DATA


No Data Penyebab Masalah
1Ds: DS: Kurangnya Ketidak pedulian bapak
Bapa Bapak mengatakan sudah lama pengetahuan Bapak terhadap penyakitnya.
menderita hipertensi tentang penyakit
Do : Bapak tampak kurang mengerti hipertensi
tentangpenyakit hipertensi.
DO:

ibu berusia 63 tahun


pemeriksaan TTV
TD 160/100 mmHg

III. SKORING

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 118


Kurangnya pengetahuan bapak tentang hipertensi
N
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
o
Tahu/tidak tahu dan
Sifat Masalah:
1. 2/3 x1 1 memerlukan penyuluhan
Aktual
segera
Kemungkinan Masalah mudah diubah
2. masalah dapat di 2/2 x 2 2 dengan penyuluhan yang
ubah : mudah tepat.
Masalah dapat diubah
Potensi masalah
dengan penyuluhan yang
untuk dicegah :
3. 3/3 x 1 1 tepat terutama partisipasi
Tinggi
keluarga dalam
mendukungnya.
Keluarga tidak menyadari
Menonjolnya kurangnya pengetahuan-
4. masalah : 2/2 x 1 1 pengetahuan tersebut
segera merupakan masalah yang
harus segera ditangani.
Jumlah Skor 4

Rencana Tindakan Dan Evaluasi


No. Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi
kebidanan hasil
1. Kurangnya
Setelah dilakukan verbal Berikan Hari/tgl : S: bapak
pengetahuan penyulu psikomot penyuluhan Senin mengatakan
bapak tentang han or tentang : 2-10-2017 sudah
lansia dan tentang pengetah - lansia dan Jam 10.00 memahami
penyakit lansia uan hipertensi Memberikan apa yang
hipertensi dan perilaku - Anjurkan penyuluhan dijelaskan
sehubungan hiperten bapak diet tentang :
dengan si rendah garam - Pengertian O: bapak

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 119


ketidakmampuan penyakit tampak
bapak mengenal hipertensi antusias
gejala kansia dan dengan
hipertensi Jam 10.30 penjelasan
DS: Menganjurk yang
Bapak an ibu untuk diberikan
mengatakan mengurangi
sudah lama konsumsi A: Masalah
menderita garam teratasi
penyakit sebagian
hipertensi
DO: P: intervensi
bapak berusia dilanjutkan
65 tahun
pemeriksaan
TTV
TD 160/100
mmHg

G. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG Dengan masalah


Belum Terdapatnya Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)

I. PENGUMPULAN DATA
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 120


Pendidikan : Tidak tamat SMP
Pekerjaan : Buruh Sampah
Alamat : Sumompo

2. Jumlah Anggota Keluarga

No
Nama JK Umur Hub KK Pekerjaan Pendidikan Ket
1. DK P 23 thn Istri IRT SD

3. Genogram

4. Status Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Semua Jenis penyakit)


No. Nama Umur JK Jenis Tempat
Penyakit berobat

5. Status kesehatan saat survei : keluarga mengatakan tidak ada yang sakit
6. Pengambil keputusan : Suami dan Istri
7. Kematian dalam setahun:Tidak ada
8. Keluarga berencana : Keluarga belum mengikuti program keluarga
berencana
9. Data lingkungan : Ventilasi baik, lantai rumah semen, sumber air
bersih sumur, kondisi air memenuhi syarat kesehatan, SPAL tidak ada,
pembuangan tinja Septik Tank.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 121


II. ANALISIS DATA
NO. DATA DIAGNOSA
1. DS: Tidak ada SPAL
Keluarga mengatakan tidak sehubungan dengan
memiliki SPAL Ketidakmampuan
DO: memodifikasi
Pada kunjungan rumah terlihat tidak lingkungan yang
adanya SPAL menguntungkan bagi
kesehatan

III. SKORING
Tidak ada SPAL
N
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
o
Masalah ini merupakan
Sifat Masalah:
1. 2/3 x1 2/3 ancaman kesehatan karena
Aktual
keluarga tidak memiliki SPAL
Kemungkinan
2. masalah dapat di 2/2 x 2 2 SPAL dapat dibuat
ubah : mudah
Potensi masalah
untuk dicegah : Terdapat lingkungan untuk
3. 3/3 x 1 1
Tinggi tempat pembuatan SPAL

Menonjolnya
Keluarga ingin mengadakan
4. masalah : 2/2 x 1 0
pembuatan SPAL
segera

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 122


IV. RENCANA TINDAKAN DAN EVALUASI PERAWATAN KELUARGA
No. Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi
kebidanan hasil
1. Tidak ada
Setelah
SPAL dilakukan verbal Berikan Hari/tgl : S: keluarga
sehubungan penyulu psikomot dukungan dan Senin memahami
dengan han or penyuluhan 2-10-2017 penjelasan
Ketidakmampuan tentang pengetah tentang Jam 17.05.00 yang
memodifikasi penting uan pentingnya Memberikan diberikan
lingkungan yang nya perilaku kesehatan penyuluhan
menguntungkan kesehata lingkungan dan tentang O: keluarga
antusias
bagi kesehatan n pengadaan pentingnya
dengan
DS: lingkun SPAL kesehatan penjelasan
yang
Keluarga gan - lingkungan
diberikan
mengatakan tidak serta
memiliki SPAL pengadaan A: Masalah
DO: SPAL untuk teratasi
Pada kunjungan meningkatkan sebagian
rumah terlihat derajat
tidak adanya kesehatan P: intervensi
SPAL keluarga dilanjutkan

H. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny A.H Dengan


Ketidakmampuan Ibu Merawat Personal Hygiene dengan Benar

A. Pengkajian Data
I. Data Subyektif
IDENTITAS KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A.D
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 30 Tahun
Agama : Kr. Protestan
Suku Bangsa : Sanger/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 123


Alamat : Kelurahan Sumompo Ling III
2. Data anggota Keluarga
a. Anggota Keluarga
Hubungan
No Nama
No. Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Ket
Keluarga
1 A.H 27 Isteri SMP IRT
2 S.M 6 Anak I - SD
3 N.M 1 Anak II - -

b. Genogram

c. Status Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Semua Jenis Penyakit)


Jenis Tempat
No. Nama Umur Sex
Penyakit Berobat

3. Status Kesehatan Keluarga Saat Survey Terakhir (Semua Jenis Penyakit)


No. Nama Umur Jenis Tempat Berobat
Penyakit

4. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga : Suami & Istri


5. Kematian dalam Setahun Terakhir :Tidak ada
6. Ibu Bersalin (Umur anak terakhir 0-1 Tahun)
a. Siapa yang menolong persalinan : Petugas Kesehatan
b. Tempat bersalin : :Sarana Kesehatan
7. Ibu Menyusui (umur anak terakhir 0-1 Tahun)
a. Apakah Ibu menyusui bayinya ? Tidak
b. Keadaan Gizi Ibu Menyusui : Berat badan Ibu : 56 kg

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 124


c. Makanan yang dipantang selama menyusui : tidak ada
d. Penampilan Ibu Menyusui :Tampak Sehat
e. Kadar Haemoglobin :12-14 gr%
f. Apakah Ibu melakukan perawatan payudara : Tidak
alasannya () Tidak Tahu
8. Sistem Reproduksi Ibu
a. PMS / STD
Apakah ada Keluhan : Ya, Keputihan banyak dan gatal
b. Menopause : Tidak
7. Keluarga Berencana
a. Akseptor KB : Ya
b. Jenis : Suntik 3 bulan
c. Tempat layanan : rumah perawat
DATA LINGKUNGAN
1. Perumahan
Ventilasi :Kurang
Lantai Rumah : Semen
2. Sumber Air Bersih :Sumur Pompa
Kondisi Air : Memenuhi Syarat Kesehatan
3. SPAL :Sembarangan
4. Pembuangan Tinja :Septik Tank
5. Jarak sumber air dengan pembuangan Tinja : 20 (m)
FASILITAS / SARANA KESEHATAN
1. Apakah di desa ini ada Sarana Sehat ? Tidak ada
2. Jika Ada, apakah Keluarga Ikut serta
Tidak, alasan tidak ada program
3. Apakah di desa ini ada Polindes ? Tidak Ada
4. Jika Ada, apakah Keluarga memanfaatkannya :Tidak, alasan tidak
5. Jarak Rumah dengan Fasilitas Kesehatan: 4 Km
6. Jenis Transportasi yang digunakan ke Pelayanan Kesehatan : Naik Motor

A. ANALISA DATA
NO. DATA DIAGNOSA
1 DS: Ibu mengatakan mengalami keputihan 1. Tidak efektifnya
banyak dan terasa gatal terutama di saat keputihan pada
setelah haid ibu A.H di
- Ibu tidak tau tentang bahaya keputihan keluarga bapak
yang banyak A.D
- Ibu mengatakan tidak tau tentang cara dihubungkan
merawat personal hygiene dengan dengan
baik ketidakmampuan
- Aktivitas rumah tangga seperti biasa ibu merawat
DO: TD: 110/70mmHg, N 80x/m, Personal hygiene
Keputihan banyak. Tampak labia merah dengan benar
akibat lecet

B. SKORING
3. Tidak efektifnya kenaikan berat badan pada ibu L

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 125


NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN
1 Sifat masalah: 3/3x1=1 Masalah dikatakan actual
aktual karena sudah terjadi
dengan ditandai keputihan
banyak dan lecet pada
labia.
2 Kemungkinan 1/2x2=1 Ibu belum memahami
masalah dapat tentang kondisinya saat ini,
dirubah: sebagian bidan memiliki
pengetahuan yang cukup
tentang masalah yang di
alami oleh ibu, fasilitas
kesehatan dapat di jangkau
dengan kendaraan roda dua
aupun 4
3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 Ibu tidak mengetahui cara
dapat dicegah: merawat personal hygiene
Cukup dengan benar
dan Bidan memiliki
pengetahuan untuk
mengatasi Masalah
tersebutemiliki
pengetahuan
4 Menonjolnya 2/2x1=1 Ibu A.D memiliki
masalah : segera keinginan untuk mengatasi
Masalah tersebut
JUMLAH 3 2/3

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 126


C. Rencana Asuhan Kebidanan Keluarga
No Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi Implementasi evaluasi
kebidanan

1 Tidak efektifnya Setelah - Verbal - Berikan Hari selasa tanggal 5 Oktober S:


keputihan pada dilakukan psikootor edukasi 2017 ibumengatakan
ibu A.H di tindakan - Pengetahu tentang jam 10.00 mengerti
keluarga bapak kebidanan an keputihan Memberikan penyuluhan tentang
A.D selama - Perilaku - Menjelaskan kesehatan tentang keputihan penjelasan yang
dihubungkan 2 minggu tentang Jam 11.00 diberikan
dengan diharapka personal Menjelaskan tentang O: ibutampak
ketidakmampua n ibu Hygiene perawatan personal hygiene mengerti dilihat
n ibu merawat mampu - Menjelaskan Jam 13.00 dari ekspresi
Personal memaha tentang Pola Menjelaskan tentang pola wajah.
hygiene dengan mi dan hidup sehat hidup sehat A: masalah
benar mengerti teratasi
Di tandai tentang sebagian
dengan pentingny P: intervensi
DS: Ibu a lanjut
mengatakan Menggun
mengalami akan
keputihan kontrasep
banyak dan si
terasa gatal terutama
terutama di saat dengan
setelah haid riwayat
- Ibu tidak tau SC
tentang
bahaya
keputihan
yang banyak
- Ibu
mengatakan
tidak tau
tentang cara
merawat
personal
hygiene
dengan baik
- Aktivitas
rumah tangga
seperti biasa
DO: TD:
110/70mmHg,
N 80x/m,
Keputihan
banyak. Tampak
labia merah
akibat lecet

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 127


I. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan M.L dengan
ketidakmampuan Ibu merawat anak Pada Saat Anak mengalami
sakit flu.

I.Pengkajian Data

Data Subyektif

IDENTITAS KELUARGA

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. M.L

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 35 Tahun

Agama : Kr. Protestan

Suku Bangsa : Sanger/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kelurahan Sumompo Ling I

2. Data anggota Keluarga

a. Anggota Keluarga

Hubungan
Nama
No. Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Ket
Keluarga

1 N.N 25 th Isteri SMK IRT

2 A.L 4 th Anak I Blm sklh -

3 J.L 1 th Anak II Blm sklh -

3. Genogram

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 128


4. Status Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Semua Jenis Penyakit)

Jenis Tempat
No. Nama Umur Sex
Penyakit Berobat
1 J.L 1 thn Batuk puskesmas

5. Status Kesehatan Keluarga Saat Survey Terakhir (Semua Jenis Penyakit)

Jenis Tempat
No. Nama Umur
Penyakit Berobat
1 J.L 1 thn Batuk puskesmas

6. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga : Suami & Istri

7. Kematian dalam Setahun Terakhir :Tidak ada

DATA KESEHATAN BALITA

1. Status Gizi

a. BB 3 Kg PB 47cm (Waktu Lahir)

b. BB 13 Kg PB 98 cm (Saat Pendataan)

c. Apakah balita sering ditimbang : Jarang

alasannya : terkadang keluarga sibuk

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 129


2. Status Imunisasi

HB DPT POLIO LENGKAP


Balita BCG CAMPAK
1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 / TIDAK
J.L 1 thn Tidak
lengkap
3. KMS
a. Apakah mempunyai KMS : Ya

b. Bila Ya KMS berisi ? Ya

c. Apakah Bayi sering ditimbang : ya tapi Tidak Teratur

Dimana tempat penimbangan :Posyandu

d. Kesan terhadap balita pada saat pendataan

Status Gizi :Cukup

e. Apakah balita suka jalan : Ya

berapa kali dalam sehari :2-3 kali

Jenis jajanan yang paling digemari : biskuat

DATA LINGKUNGAN

1. Perumahan

Ventilasi :Kurang

Lantai Rumah : Semen

2. Sumber Air Bersih :Sumur Pompa

Kondisi Air : Memenuhi Syarat Kesehatan

3. SPAL :Sembarangan

4. Pembuangan Tinja :Septik Tank

5. Jarak sumber air dengan pembuangan Tinja : 20 (m)

FASILITAS / SARANA KESEHATAN

1. Apakah di desa ini ada Sarana Sehat ? Tidak ada

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 130


2. Jika Ada, apakah Keluarga Ikut serta

Tidak, alasan tidak ada program

3. Apakah di desa ini ada Polindes ? Tidak Ada

4. Jika Ada, apakah Keluarga memanfaatkannya :Tidak, alasan tidak

5. Jarak Rumah dengan Fasilitas Kesehatan: 4 Km

6. Jenis Transportasi yang digunakan ke Pelayanan Kesehatan (Pilih salah satu)

Naik Motor

A. ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA


1 DS: Ibu mengatakan anak keduanya 1. Tidak efektifnya
sering batuk dan lama sekali untuk pemberian Batuk
sembuh. pada Balita J.L
- Ibu mengatakan tidak di keluarga Bp
mengetahui bahaya batuk M.L yang
pada anak berhubungan
- Ibu mengatakan sering dengan
membawa anaknya ke ketidakmampuan
puskesmas jika batuk ibu merawat
- Ibu mengatakan karna sudah penyakit flu.
di bawah ke dokter ibu
jarang memperhatikann
aktifitas anak di rumah
- Anak senang tidur dengan
kipas angin pada malam hari
- Anak jarang meminum
obatnya
DO: Balita sedang batuk.obat batuk
yang diberikan belum habis
Anak terlihat batuk, dan tetap aktif

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 131


bermain di luar rumah

B. SKORING

NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN

1 Sifat masalah: 3/3x1=1 Masalah dikatakan actual

aktual karena sudah terjadi

dengan ditandai bayi batuk

saat pemeriksaan dan

tampak bermain

dipekarangan rumah,obat

yang diberikan belum

habisdan diberikan sejak

seminggu yang lalu.

2 Kemungkinan 1/2x2=1 Ibu belum memahami

masalah dapat tentang Kondisi Balita saat

dirubah: sebagian ini, bidan memiliki

pengetahuan yang cukup

tentang masalah yang di

alami oleh Balita, fasilitas

kesehatan dapat di jangkau

dengan kendaraan roda dua

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 132


maupun 4

3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 Balita J.L batuk

dapat dicegah: karenaobat-obatannya tidak

Cukup diiminum secara teratur

dan bidan memiliki

pengetahuan yang cukup

untuk mengatasi masalah

tersebut

4 Menonjolnya 2/2x1=1 Ibu Balita J.L memiliki

masalah : segera keinginan untuk mengatasi

masalah tersebut

JUMLAH 3 2/3

RENCANA ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

N Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi Implementasi evaluasi

o kebidanan

1 DS: Ibu Setelah - Verbal - Berikan Hari rabu S: ibu


mengatakan anak
dilakukan psikootor edukasi tanggal 3 mengatakan
keduanya sering
tindakan - Pengetahuan tentang Oktober 2017 mengerti
batuk dan lama
sekali untuk kebidanan - Perilaku jenis- jam 10.00 tentang
sembuh.
selama jenis Memberikan penjelasan
- Ibu mengatakan
2 minggu batuk, penyuluhan yang di
tidak mengetahui
bahaya batuk diharapkan flu dan kesehatan berikan.
pada anak
keluarga penanga tentang bahaya O: ibu

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 133


- Ibu mengatakan mampu nannya batuk pada tampak
sering membawa
memahami dan - Menjela anak mengerti
anaknya ke
mengerti skan 11.00 dengan
puskesmas jika
batuk tentang efek pada Menjelaskan penjelasan
- Ibu mengatakan
samping ibu tentang cara yang di
karna sudah di
Pemberian penting penanganan berikan dilihat
bawah ke dokter
ibu jarang Imunisasi nyamen batuk pada dari ekspresi
memperhatikann
ghabisk anak. wajah ibu.
aktifitas anak di
an obat Jam 11.30 A: masalah
rumah
- Anak senang yang Menganjurkan teratasi
tidur dengan
telah pada ibu untuk sebagian
kipas angin pada
diberika mengubah P: intervensi
malam hari
- Anak jarang n pola aktifitas lanjut
meminum
- Menjela bersama bayi
obatnya
skan sehari-hari.
DO: Balita sedang
batuk.obat batuk cara Seperti tidak
yang diberikan
merawa menggunakan
belum habis
t anak kipas saat tidur
Anak terlihat
batuk, dan tetap dengan malam
aktif bermain di
batuk
luar rumah
flu

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 134


J. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan TP Dimana Tidak
Efektifnya Nutrisi Pada Balita Yang Berhubungan Dengan
Ketidakmampuan Memodifikasi Lingkungan Yang Menguntungkan
Kesehatan

Pengkajian Data

I. Data Subyektif

IDENTITAS KELUARGA

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. T.P

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 39 Tahun

Agama : Kr. Protestan

Suku Bangsa : Sanger/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tukang

Alamat : Kelurahan Sumompo Ling I

2. Data anggota Keluarga

b. Anggota Keluarga

Hubungan
No Nama
No. Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Ket
Keluarga

1 F.B 39 Istri SMA IRT

2 O.P 13 Anak I SD Siswa SMP

3 S.P 9 Anak II - Siswa SD

4 T.P 2 Anak III - -

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 135


c. Genogram

3. Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir (Untuk Semua Jenis Penyakit)

Jenis Tempat
No. Nama Umur Sex
Penyakit Berobat
1 F.B 39 Batuk, flu Berobat
sendiri

4. Status Kesehatan Keluarga Saat Survey Terakhir (Semua Jenis Penyakit)

No. Nama Umur Jenis Penyakit Tempat Berobat


1 F.B 39 Batuk,Flu Poliklinik

5. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga : Suami & Istri

6. Kematian dalam Setahun Terakhir :Tidak ada

DATA KESEHATAN BALITA

1. Status Gizi

a. BB 3 Kg PB 47cm (Waktu Lahir)

b. BB 14 Kg PB 98 cm (Saat Pendataan)

c. Apakah balita sering ditimbang : Tidak

alasannya : Tidak Tahu

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 136


2. Status Imunisasi

HB DPT POLIO LENGKAP


Balita BCG CAMPAK
1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 / TIDAK
N.D 2 lengkap
thn
4. KMS
f. Apakah mempunyai KMS : Ya

g. Bila Ya KMS berisi ? Ya

h. Apakah Bayi sering ditimbang : ya tapi Tidak Teratur

Dimana tempat penimbangan :Posyandu

i. Kesan terhadap balita pada saat pendataan

Status Gizi :Cukup

j. Apakah balita suka jalan : Ya

berapa kali dalam sehari :4-5 kali

Jenis jajanan yang paling digemari : Snack

DATA LINGKUNGAN

1. Perumahan

Ventilasi :Kurang

Lantai Rumah : Semen

2. Sumber Air Bersih :Sumur Pompa

Kondisi Air : Memenuhi Syarat Kesehatan

3. SPAL :Sembarangan

4. Pembuangan Tinja :Septik Tank

5. Jarak sumber air dengan pembuangan Tinja : 20 (m)

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 137


FASILITAS / SARANA KESEHATAN

1. Apakah di desa ini ada Sarana Sehat ? Tidak ada

2. Jika Ada, apakah Keluarga Ikut serta

Tidak, alasan tidak ada program

3. Apakah di desa ini ada Polindes ? Tidak Ada

4. Jika Ada, apakah Keluarga memanfaatkannya :Tidak, alasan tidak

5. Jarak Rumah dengan Fasilitas Kesehatan: 4 Km

6. Jenis Transportasi yang digunakan ke Pelayanan Kesehatan (Pilih salah satu)

Naik Motor

A. ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA


1 DS: Ibu mengatakan balita lebih 1. Tidak efektifnya
banyak mengonsumsi snack dan nutrisi Pada
kalauu sudah kenyang tidak mau balita T.P di
lagi makan nasi Keluarga Bapak
- Ibu mengatakan ingin T.P yang
anaknya mendapat nutrisi berhubungan
yang cukup. dengan
- Ibu mengatakan anaknya ketidakmampuan
sangat susah untuk di beri Memodifikasi
makan lingkungan yang
- Aktivitas rumah tangga menguntungkan
seperti biasa kesehatan
DO: Balita sementara
mengkonsumsi snack jenis kacang
rosta.
Balita tampak kurus

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 138


C.Skoring
NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN

1 Sifat masalah: 3/3x1=1 Masalah dikatakan actual

aktual karena sudah terjadi

dengan ditandai balita

tampak kurus dan sedang

mengonsumsi snack

2 Kemungkinan 1/2x2=1 Ibu belum memahami

masalah dapat tentang kondisi balita saat

dirubah: sebagian ini, bidan memiliki

pengetahuan yang cukup

tentang masalah yang di

alami oleh balita T.P,

fasilitas kesehatan dapat di

jangkau dengan kendaraan

roda dua aupun 4

3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 Balita T.P Malas makan

dapat dicegah: akibat sudah makan snack

cukup terlebih dahulu sebelum

makan nasi dan Bidan

memiliki kemampuan

untuk mengatasi masalah

tersebut

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 139


4 Menonjolnya 2/2x1=1 Ibu Balita T.P memiliki

masalah : segera keinginan untuk mengatasi

masalah tersebut

JUMLAH 3 2/3

D. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

No Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi Implementasi evaluasi

kebidanan

1 DS: Ibu Setelah - Verbal - Berikan edukasi Hari selasa S: ibu


mengatakan balita
dilakukan psikootor tentang Nutrisi tanggal 4 mengatakan
lebih banyak
tindakan - Pengetahuan dan efek Oktober2017 mengerti
mengonsumsi snack
dan kalauu sudah kebidanan - Perilaku samping snack jam 08.00 tentang
kenyang tidak mau
selama jika dikonsumsi Memberikan nutrisi dan
lagi makan nasi
2 minggu berlebihan pada penyuluhan pola asuh
- Ibu
mengatakan diharapkan anak kesehatan bagi Balita
ingin
keluarga - Menjelaskan tentang T.P
anaknya
mampu tentang cara Nutrisi O: ibu
mendapat
nutrisi yang memahami atau kiat-kiat Jam 09.00 tampak
cukup.
dan mengatasi anak Menjelaskan mengerti
- Ibu
mengerti susah makan tentang Kiat- dilihat dari
mengatakan
anaknya tentang - Menjelaskan kiat mengatasi ekspresi
sangat susah
pengertian bahwa ibu harus anak susah wajah.
untuk di beri
Resiko lebih tegas makan A: masalah
makan

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 140


- Aktivitas Tinggi dalam arti tidak Jam 09.30 teratasi
rumah
Kehamilan keras terhadap Menjelaskan sebagian
tangga
Dan apa anak. bahwa harus P:
seperti biasa
DO: saja Yang bisa tegas intervensi
Balita sementara
termasuk terhadap anak lanjut
mengkonsumsi
di
snack jenis kacang
rosta. dalamnya
Balita tampak kurus

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 141


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan T Dengan Kurangnya


Pengetahuan Mengenai Metode Kontrasepsi Dan Efek Sampingnya

Masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga Tn. T disebabkan olah


faktor kekurang tahuan terhadap metode kontrasepsi dan efek sampingnya. Ibu
menyadari bahwa selama ini ibu mengikuti KB hanya berdasarkan pengetahuan
secara umum dari warga sekitar. Namun ibu menyadari tenaga kesehatan (bidan)
sangat berperan penting terdapat pencapaian kesejahteraan dan kesehatan
keluarga. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah
melakukan penyuluhan mengenai jenis-jenis KB, profil, efek samping dan cara
penggunaannya. Selain itu memberikan alternatif pilihan berdasarkan keadaan
pasien. Namun keputusan tetap ada ditangan klien. Setelah dilakukan intervensi
berdasarkan pada masalah yang dialami oleh Kel Tn.R. maka keluarga kini telah
memahami jenis jenis kontarsepsi yang ada dan mau untuk mengikuti salah satu
jenis kontrasepsi yang ada yaitu IUD.

B. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn SA Terhadap Ny LD


Yang Mempunyai Masalah Anemia Dalam Kehamilan
Keluarga Tn SA belum mengetahui dampak dari anemia kehamilan
disebabkan kurangnya informasi tentang anemia kehamilan
. Anemia kehamilan merupakan kondisi tidak sehat jika keluarga Tn SA tidak
dapat melakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan komplikasi
kehamilan,persalinan dan nifas. Sehingga Ny LD perlu dijelaskan cara
mengkonsumsi tab fe dan betapa pentingnya mengkonsumsi sayur/makanan
untuk mengatasi masalah anemia pada Ny LD, juga melibatkan keluarga
terdekat Ibu yaitu neneknya untuk ikut membantu masalah kehamilan Ny.LD,
selain itu menyarankan pada Ny LD untuk berkonsultasi/memanfaatkan
PKD/Bides untuk membantu mengatasi masalah kehamilan yang dihadapi
oleh Ny LD.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 142


C. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan J Dengan Masalah Rokok,
Keluarga Berencana Dan Gizi.

Keluarga Tn.J tinggal dirumah sendiri dengan kondisi rumah permanen


dengan lantai keramik sampai dapur. Keluarga Tn.J merupakan kumpulan
keluraga inti. Dalam keluarga Tn.J memiliki beberapa masalah yaitu mengenai
kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi balita ,kurangnya pengetahuan tentang
efek samping dari KB suntik 1 Bln, dan bahaya rokok dalam rumah, .Setelah
dilakukan identifikasi masalah, lalu muncul masalah utama dalam keluarga Tn.J
yaitu masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi anak balita
,kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk mengatasi salah satu dari masalah
tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasi. Dan setelah dilakukan sosialisasi,
maka sekarang keluarga Tn.J terutama pada Ny. M sudah mengetahui mengenai
apa itu gizi anak balita ,apa saja makanan yang bergizi seimbang sehingga
diharapkan nantinya dapat mengerti kebutuhan nutrisi pada anak balita dan
memberikan edukasi kepada Tn.J tentang bahaya rokok bagi kesehatanya dan
anggota keluarga yang lain. setelah dilakukan edukasi Tn. J dan istrinya Ny. M
sudah mengerti tentang pentingya gizi anak balita dan penempelan,efek samping
dari KB 1 bln dan bahaya rokok bagi kesehatan.

D. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan S Dengan Masalah Ibu


Hamil Dengan KEK

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn.S di


Kelurahan Sumompo lingkungan V terdapat berbagai masalah yang ditemukan
pada keluarga tersebut diantaranya terdapat ibu hamil Ny.M mengalami KEK,
sehingga dapat menggangu pertumbuhan janin,

Permasalahan yang lain adalah kurangnya informasi mengenai stiker P4K


yang seharusnya ditempel di depan pintu yang bertujuan untuk mengetahui data
ibu hamil yang memberikan manfaat meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu hamil dan ibu bersalin.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 143


Dalam hal ini peran nakes adalah memberikan informasi dan penyuluhan
tentang KEK, gizi ibu hamil, dan pentingnya penempelan stiker P4K agar timbul
kesadaran menjaga kehamilanya dan perilaku hidup sehat.

Keluarga Tn.S tinggal dirumah sendiri dengan kondisi rumah permanen


dengan lantai semen sampai Keluarga Tn.S merupakan kumpulan kelurga inti.
Dalam keluarga Tn.S memiliki beberapa masalah yaitu mengenai kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi ibu hamil , kurangnya pengetahuan tentang
penempelan stiker P4K.Setelah dilakukan identifikasi masalah, lalu muncul
masalah utama dalam keluarga Tn.S yaitu masalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi ibu hamil ,kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk
mengatasi salah satu dari masalah tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasi.
Dan setelah dilakukan sosialiasasi, maka sekarang keluarga Tn.S terutama pada
Ny.M sudah mengetahui mengenai apa itu gizi ibu hamil ,apa saja makanan yang
bergizi seimbang sehingga diharapkan nantinya dapat mengerti kebutuhan nutrisi
pada ibu hamil dan memberikan edukasi kepada Ny.Y tentang penempelan stiker
P4K didepan rumah yaitu supaya dapat merencanakan persalinan yang aman
dan mencegah terjadinya komplikasi dalam kehamilan. setelah dilakukan edukasi
Tn.S dan istrinya Ny. M sudah mengerti tentang pentingya gizi ibu hamil dan
penempelan stiker P4K.

E. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tn JR Dengan Masalah Anak


AS Yang Belum Di imunisasi BCG.

Berdasarkan pengkajian pada keluarga Tn JR diketahui bahwa bayi


berumur 3 bulan, belum di imunisasi BCG hal ini terlihat dari pengisian dibuku
KIA yang masih kosong. Kemudian dilakukan beberapa tindakan salah satunya
adalah sosialisasi tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar secara lengkap
pada bayi, agar tumbuh kembang anak dapat maksimal.

Dan setelah diberikan sosialisasi maka keluarga Tn JR dapat


mengetahui betapa pentingnya imunisasi BCG bagi seorang bayi.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 144


F. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG Dengan masalah
Hipertensi

Masalah yang terjadi pada keluarga Tuan AG adalah Tuan AG


mengidap penyakit hipertensi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan
bapak tentang lansia dan penyakit hipertensi sehubungan dengan ketidakmampuan
bapak mengenal gejala kansia dan hipertensi. Kemudian dilakukan sosialisasi
tentang penyakit hipertensi dan menganjurkan istri Tuan AG untuk mengurangi
konsumsi garam. Dan setelah dilakukan edukasi pada keluarga Tuan AG dapat
mengerti penyakit hipertensi dan bagaimana menerapkan pola hidup sehat, dan
menu makanan yang sehat.

G. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG Dengan masalah Belum


Terdapatnya Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Masalah yang terjadi pada keluarga Tuan AG adalah belum terdapatnya
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) , karena mereka belum tahu apa manfaat
SPAL dalam kesehatan lingkungan di mana mereka tinggal. Sehingga dilakukan
penyuluhan tentang pentingnya kesehatan lingkungan serta pengadaan SPAL
untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga.
Dan setelah dilakukan penyuluhan tentang betapa pentingnya SPAL maka
keluarga mengerti dan akan segera membuat Sistem Pembuangan Air Limbah
(SPAL).

H. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny A.H Dengan Ketidakmampuan


Ibu Merawat Personal Hygiene dengan Benar
Masalah yang terjadi Pada Ny A.H adalah Ny A.H mengalami keputihan di
mana terasa gatal terutama di saat setelah haid. Diketahui Ibu tidak tahu tentang
bahaya keputihan dan Ny. A.H tidak tahu tentang cara merawat personal hygiene
dengan baik. Sehingga dilakukan edukasi tentang keputihan dan menjelaskan
tentang personal Hygiene dan bagaimana membangun Pola hidup sehat. Dan
setelah dilakukan edukasi tentang keputihan dan cara merawat personal hygiene
dengan baik dan membangun pola hidup sehat Ny A.H mengerti dan mau
mebangun pola hidup sehat termasuk merawat personal higyene.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 145


I. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan M.L dengan
Ketidakmampuan Ibu merawat Anak pada Saat Mengalami Sakit Flu

Masalah yang terjadi Pada Tuan M.L adalah ketidakmampuan NY NN merawat


anak pada saat mengalami sakit flu. Dimana anak keduanya sering batuk dan lama
sekali untuk sembuh dan Ny NN tidak mengetahui bahaya batuk pada anak dan ia
sering membawa anaknya ke puskesmas jika batuk dan setelah di bawah ke dokter
ibu jarang memperhatikan aktifitas anak di rumah dimana anak senang tidur
dengan kipas angin pada malam hari dan anak jarang meminum obatnya.
Dengan masalah ini maka diberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya batuk

pada anak dan menjelaskan tentang cara penanganan batuk pada anak dan

menganjurkan pada ibu untuk mengubah pola aktifitas bersama bayi sehari-hari.

seperti tidak menggunakan kipas saat tidur malam.

J. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan TP Dimana Tidak


Efektifnya Nutrisi Pada Balita Yang Berhubungan Dengan
Ketidakmampuan Memodifikasi Lingkungan Yang Menguntungkan
Kesehatan
Masalah yang terjadi pada Tuan TP adalah tidak efektifnya nutrisi Pada balita

T.P di Keluarga Bapak T.P yang berhubungan dengan ketidakmampuan

memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan. Dimana balita lebih

banyak mengonsumsi snack dan kalau sudah kenyang tidak mau lagi makan nasi

dan anaknya sangat susah untuk di beri makan dan balita tampak kurus. Sehingga

dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Nutrisi dan tentang kiat-kiat mengatasi

anak susah makan dan juga menjelaskan sebagai orang tua kita harus bisa tegas

terhadap anak demi kesehatan.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 146


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB III dapat diambil sebuah kesimpulan yang
merupakan rangkuman dari keseluruhan kegiatan Asuhan Kebidanan Komunitas
adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan Asuhan Kebidanan


Komunitas Dikelurahan Sumompo Lingkungan 5 adalah anak yang belum
imunisasi BCG, bapak yang mengidap penyakit hipertensi, belum
terdapatnya sarana pembuangan air limbah (SPAL), ketidakmampuan ibu
merawat personal hygiene dengan benar, ketidakmampuan ibu merawat
anak pada saat anak mengalami sakit flu, dan tidak efektifnya nutrisi pada
balita yang berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi
lingkungan yang menguntungkan kesehatan.
2. Kegiatan Asuhan Kebidanan Komunitas di Kelurahan Sumompo oleh
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan manado Jurusan
Kebidanan D-IV Alih Jenjang sangat bermanfaat bagi masyarakat lebih
khususnya di kelurahan Sumompo dalam mengatasi beberapa masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat.
3. Peran Pemerintah sangat penting dalam membudayakan hidup sehat dalam
masyarakat.

B. Saran

1. Diharapkan mahasiswa dapat lebih teliti dalam melakukan analisa masalah


kesehatan kepada keluarga.
2. Diharapkan kegiatan asuhan kebidanan komunitas dapat dilanjutkan di
kelurahan atau desa lain yang sangat membutuhkan informasi tentang
kesehatan dan bagaimana menerapkan pola hidup sehat.
3. Kegiatan asuhan kebidanan komunitas perlu ditindaklanjuti oleh dinas
terkait terlebih Puskesmas yang berada di kecamatan Tuminting.

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 147


DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (edisi revisi
V) cetakan kedua belas. Jakarta : Rhineka Cipta.

Nasrul Effendy. (1998). Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. Jakarta : JHPIEGO.

Utami Roesli, 2009. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu
Media.

Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.

https://www.jevuska.com/2010/06/27/asuhan-kebidanan-keluarga-tn-x-contoh-
askeb, 2 November 2017

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/07/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-
hamil.html, 29 Oktober 2017

http://bidanlia.blogspot.com/2010/08/p4k-program-perencanaan-persalinan-
dan.html, 30 Oktober 2017

Antariksa,budi, kamis, 20 uli 2013, http://dokita.co/blog/bahaya-merokok-bagi-


kesehatan/, 28 Oktober 2017

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 148


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 149


A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... .......2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum TentangKeluarga...........................................................4


B. Konsep Manajemen Asuhan Keluarga.................................................... 6
C. Suntikan Kombinasi ........................................................................ ........7
D. Anemia Pada Ibu Hamil ........................................................................11
E. Rokok ....................................................................................................17
F. Keluarga Berencana ..............................................................................24
G. Gizi .......................................................................................................30
H. Ibu Hamil Dengan KEK .......................................................................39
I. Imunisasi .............................................................................................51
J. Hipertensi ..........................................................................................59
K. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) ......................................... 61
L. Kesehatan Reproduksi Wanita ............................................................63
M. Mengatasi Batuk Pada Anak ...............................................................65
N. Konsep Dasar Gizi Kurang ( Malnutrisi) ...........................................66

BAB III Asuhan Kebidanan

A. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan T


Dengan Kurangnya Pengetahuan Mengenai Metode
Kontrasepsi dan Efek Sampingnya........................................................71
B. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn SA
Terhadap Ny LD Yang Mempunyai Masalah
Anemia Dalam Kehamilan........................................................................80
C. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan J
Dengan Kurangnya Masalah Rokok, Keluarga
Berencana Dan Gizi .......................................................................... ......94
D. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan S
Dengan Masalah Ibu Hamil Dengan KEK...............................................99

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 150


E. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tn JR
Dengan Masalah Anak AS Yang Belum
Di imunisasi BCG .................................................................................110
F. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG
Dengan masalah Hipertensi ..................................................................115
G. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG
Dengan masalah Belum Terdapatnya Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................................120
H. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny A.H
Dengan Ketidakmampuan Ibu Merawat
Personal Hygiene dengan Benar............................................................123
I. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan M.L
Dengan Ketidakmampuan Ibu merawat Anak Pada Saat
Mengalami Sakit Flu ............................................................................128
J. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan TP
Dimana Tidak Efektifnya Nutrisi Pada Balita Yang
Berhubungan Dengan Ketidakmampuan Memodifikasi
Lingkungan Yang Menguntungkan Kesehatan .....................................135

BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan T


Dengan Kurangnya Pengetahuan Mengenai Metode
Kontrasepsi dan Efek Sampingnya........................................................142

B. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn SA


Terhadap Ny LD Yang Mempunyai Masalah
Anemia Dalam Kehamilan.....................................................................142
C. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan J
Dengan Kurangnya Masalah Rokok, Keluarga
Berencana Dan Gizi..............................................................................143
D. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tuan S

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 151


Dengan Masalah Ibu Hamil Dengan KEK ........................................ ...143
E. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tn JR
Dengan Masalah Anak AS Yang Belum
Di imunisasi BCG ................................................................................144
F. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG
Dengan masalah Hipertensi ................................................................. 145
G. Asuhan Kebidaanan Pada Keluarga Tuan AG
Dengan masalah Belum Terdapatnya Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................................145
H. Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny A.H
Dengan Ketidakmampuan Ibu Merawat
Personal Hygiene dengan Benar...........................................................145
I. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan M.L
Dengan Ketidakmampuan Ibu merawat Anak Pada Saat
Mengalami Sakit Flu ...........................................................................146
J. Asuhan Kebidaanan Komunitas Pada Tuan TP
Dimana Tidak Efektifnya Nutrisi Pada Balita Yang
Berhubungan Dengan Ketidakmampuan Memodifikasi
Lingkungan Yang Menguntungkan Kesehatan ....................................146

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................147

B. Saran ............................................................................................147

Daftar Pustaka ........................................................................................148

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga 152

You might also like