You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SELULITIS

Kel 7

Wardayuni Sukarto

Andi Adnan Maulana

Ineal Varieska

Srylestari

Wayan Purnawan

Wikasafitri

Sandy

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan dengan
selulitis. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam rangka kuliah
Sistem integuman. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang dimiliki. Maka
dari itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan kami demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Palu, oktober 2017

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I TINJAUAN TEORITIS .................................................................................

A. Pendahuluan ..................................................................................................
B. Pengertian ......................................................................................................
C. Etiologi ...........................................................................................................
D. Epidemiologi .................................................................................................
E. Faktor predisposisi .........................................................................................
F. Gejala klinis ...................................................................................................
G. Patofisiologi ...................................................................................................
H. Diagnosis........................................................................................................
I. Pengobatan ...................................................................................................
J. Komplikasi .....................................................................................................

BAB II PENUTUP .....................................................................................................

A. KESIMPULAN ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

A. PENDAHULUAN

Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh


keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni
normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene
yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu
bentuk pioderma adalah selulitis yang akan dibahas pada referat ini.1

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis.
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka
di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh getah bening.2 Lebih dari 40%
penderita selulitis memiliki penyakit sistemik.(3) Penyakit ini biasanya didahului trauma,
karena itu tempat predileksinya di tungkai bawah.1 Gejala prodormal selulitis adalah
demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor),
nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut.1

Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah studi tahun 2006
melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus per 1000 penduduk per
tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan usia 45-64 tahun. Secara garis
besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat
penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000
populasi dari 1997-2005 dan pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus (5). Data rumah
sakit di Inggris melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-
2005, selulitis di tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus (3).
Data rumah sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000
populasi pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam periode 5
tahun menderita erysepelas dan selulitis (a). Banyak penelitian yang melaporkan kasus
terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade keempat hingga dekade kelima, dan lokasi
tersering di ekstremitas bawah.
B. DEFINISI

Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar
ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis.1 Infeksi ini biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus
aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenza,
keadaan anak akan tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas,
dapat pula diikuti bakterimia dan septikemia.3 Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada
lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering
bergejala sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih.4 Selulitis yang
mengalami supurasi disebut flegmon, sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai
pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A disebut
erisepelas. Tidak ada perbedaan yang bersifat absolut antara selulitis dan erisepelas yang
disebabkan oleh Streptokokus.1

Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik. Infeksi
dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam
memberikan pengobatan.5
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and Soft-Tissue
Infection (B)

C. ETIOLOGI

Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus
dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah
Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang
jarang pada selulitis.6 Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan
ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif
dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal
maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan
pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset timbulnya
penyakit ini pada semua usia.

D. EPIDEMIOLOGI

Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia
dekade keempat dan kelima (2). Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan
dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki
peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi
tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.

E. FAKTOR PREDISPOSISI

Selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia,


alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai
higiene yang jelek. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau
lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama
pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau hipostatik (7).
F. GEJALA KLINIS

Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk
ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran
perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesi. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai
limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren) (6).

Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak
berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat
dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi
biasanya ditemukan leukositosis. (buku kuning)

Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa:
malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum
menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi
walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang
terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi
terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
(buku merah)

Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang
dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma
di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi
jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain
nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan
pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.
G. PATOGENESIS

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes
mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.

Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna
barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel.

Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,


stapilokokus aureus)

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Eritema lokal pada kulit Edema kemerahan

Lesi Nyeri tekan

Gangguan rasa nyaman dan


Kerusakan integritas kulit nyeri

Gambar .Skema patogenesis


H. DIAGNOSIS

Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada


pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak
jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita
biasanya demam dan dapat menjadi septikemia.(7)

Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering
disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia.(6) Lesi
kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-
biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia
Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung
jenis bergeser ke kiri.

Gejala dan tanda Selulitis


Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan genitalia

Makula eritematous : Eritema cerah


Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis (6)

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar


pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan
juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada
selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated
cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang
membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan
Gram dan kultur darah tidak terlalu penting dan efektif.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi kerusakan jaringan kulit
subkutan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
pathogen
4. Gangguan body image berhubungan dengan penyakit.

Rencana keperawatan

1. Dx. Nyeri berhubungan dengan agen cidra biologi kerusakan jaringan kiulit subkutan

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam klien tidak mengalami


nyeri dengan kriteria hasil:

- Mampu mengontrol nyeri


- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri


2. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
4. Tingkatkan istrahat

2. Dx. Hipertermi berhubungan dengan proses sinflamasi

Tujuan & kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien
menunjukan suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria hasil

- Suhu 36-37
- Nadi& RR dalmrentan normal

Intervensi :

Monitor suhu sesering mungkin


Monitor tekanan darah , nadi& RR
Monitor intake & output
Tingkatkan intake cairandannutrisi
Monitor hidrasi seperti turgor kulit dan kelembaban membran mukosa
3. Dx. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan peningkatan paparan lingkungan pathogen

Tujuan & kriteriahasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klein
tidak mengalami infeksi dengan criteria hasil :

- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


- Menunjukan kemampuan untuk mencegah infeksi
- Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi

Monitor tanda dan gejala infeksi


Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Anjurkan klien untuk tidak menekan daerah luka.
Ajarkan pasien dan keluarga tanda gejala infeksi

4. DxGangguan body image berhubngan dengan penyakit

Tujuan &kriteriahasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam


gangguan body image klien terasi dengan criteria hasil klien mampu mempertahankan
interaksi sosial

Intervensi :

Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya


Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Jelaskantentangpengobatan, perawatan , kemajuandan prognosis penyakit
I. PENGOBATAN

Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6


hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14
hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12
tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.

Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil


penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai
alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari)
tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO;
anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan
klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama 7-10 hari.

J. KOMPLIKASI

Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat
berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan
indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus grup A, dapat berakibat fatal
karena mengakibatkan trombosis sinus cavernpsum yang septik. Selulitis pada wajah dapat
menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis.
BAB II PENUTUP

A. KESIMPULAN

Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus
dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superfisial. Faktor resiko untuk
terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau
gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening. Daerah predileksi
yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah. Pada pemeriksaan klinis selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi,
batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2008

Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:


McGrawHill: 2008

Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas Samratulangi;


Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997

Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America.
Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK.
1708

You might also like