You are on page 1of 11

TEMA : PERKEMBANGAN EKONOMI CINA

ANALISIS DAMPAK PENCABUTAN KEBIJAKAN ONE


CHILD POLICY TERHADAP EKONOMI MIKRO CINA
TAHUN 2016
(Diajukan Guna Memenuhi Syarat Mata Kuliah Politik Pemerintahan Cina)

Oleh:

QORINA AULIA 1302045119


LUSIANA 1302045076

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLIIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2015
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan satu anak atau one chid policy adalah suatu kebijakan

yang dilberlakukan oleh negara Cina semenjak tahun 1978 untuk

mengantisipasi melonjaknya pertumbuhan penduduk di saat ekonomi

China masih buruk. Kebijakan ini dikeluarkan oleh Presiden Cina Deng

Xiaoping pada tahun 1979 , dan betentangan dengan kebijakan Mao

Zedong. Pada Kepemimpinan Mao Zedong, angka kelahiran menurun dari

37 menjadi 20 per seribu. Sedangkan di tahun 1949 angka kematian bayi

pun meningkat menjadi 27 perseribu dan terjadi peningkatan angka

kelahiran pada tahun 1981 menjadi 53 perseribu. Peningkatan harapan

hidup terjadi secara drastis dari hanya sampai 35 tahun pada tahun 1949

menjadi 66 tahun pada tahun 1976. Sekitar tahun 1960 an, pemerintah

berusaha mendorong para keluarga untuk memiliki keturunan sebanyak

mungkin, karena berdasarkan kepercayaan Mao bahwa peningkatan

populasi penduduk akan mempengaruhi pertumbuhan sebuah negara

sehingga Mao Zedong mencegah Program Keluarga Berencana (KB) di

Cina. Dari langkah pencegahan Mao terhadap Program Keluarga

Berencana (KB) di Cina, membuahkan hasil yakni terjadinya peningkatan

populasi dari angka 540 juta pada tahun 1949 menjadi 940 juta pada tahun

1976. Namun awal tahun 1970, para penduduk Cina diharapkan untuk

menikah diumur yang dianggap sudah matang dan hanya diperbolehkan

memiliki tidak lebih dari dua anak. Meskipun kebijakan one child Policy
dijalankan dengan keras di wilayah perkotaan, namun penerapan tersebut

berbeda dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sementara di pedesaan diberi

sedikit kelonggaran dengan memperbolehkan rakyat Cina memiliki anak

dua jika sang anak berjenis kelamin perempuan dan merupakan anak

pertama. Namun ada pembatasan jarak umur antara anak pertama dengan

anak kedua ( 3-4 tahun).

Keluarga atau pasangan yang melanggar kebijakan ini akan

mendapatkan hukuman yang berbeda-beda, hukuman dapat berupa denda

atau dikeluarkan dari pekerjaan serta dipaksa untuk menggugurkan

kandungan.

Namun akhir-akhir ini Pemerintah Cina sedang mengupayakan

pencabutan kebijakan yang lebih terlihat seperti sanksi atau bahkan bagian

dari bentuk pelanggaran HAM yang sudah dilegalkan sejak 1979 itu.

Dibuktikan dengan dicanangkannya Kebijakan dua anak sejak Juli 2015 ,

sebagai pengganti kebijakan one Child Policy. Kebijakan one child Policy

diharapkan mampu menekan angka kelahiran 400 juta jiwa. Namun,

kenyataan kebijakan ini tidak efektif dan malah menimbulkan lonjakan

kependudukan serta tingkat aborsi yang terjadi secara ilegal. Walaupun

begitu Cina masih memiliki populasi terbesar di dunia, sebuah laporan dari

Asosiasi Ilmuwan Sosial Cina yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan

bahwa pemerintah terlalu membesar-besarkan persoalan tingkat kesuburan

ini.
Biaya anak di China diperkirakan mencapai US$6,330 per tahun.

Berakhirnya kebijakan satu anak yang diterapkan pemerintah Cina sejak

1970-an ini dapat dikarenakan turunnya kesuburan pada masyarakat Cina.

Turunnya tingkat kelahiran lebih disebabkan karena jatuhnya tingkat

kesuburan (jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang

perempuan dimasa hidupnya) di tahun 1970-an karena pemerintah

mendorong penundaan perkawinan, jarak lebih panjang antar kelahiran

dan pengurangan jumlah anak.

Selain itu , penduduk Cina lebih banyak di dominasi oleh

penduduk tua dibanding penduduk muda. Anak-anak yang dilahirkan di

masa kebijakan satu anak akan harus merawat jumlah pensiunan yang

semakin banyak. Cina juga menghadapi masa depan ketika banyak laki-

laki tidak bisa menemukan istri karena terjadi ketidakseimbangan jumlah

laki-laki dan perempuan. Penduduk Cina lebih senang memiliki anak laki-

laki dibanding perempuan. Kebijakan satu anak membuat banyak orang

tua menggugurkan kandungan ketika diketahui jenis kelamin janin mereka

perempuan. Ditambah ketidak produktifan tenaga kerja di Cina

dikarenakan penduduknya yang sudah berusia lanjut.

Mulai 1 Januari 2016 lalu , pemerintah China resmi mengijinkan

setiap pasangan suami isteri memiliki dua anak. Anggota parlemen telah

meloloskan undang-undang baru ini pada Minggu 27 Desember dalam

persidangan Komite Kongres Rakyat Nasional, yang mengatur


perundangan di negara itu. Keputusan ini secara efektif mengganti sisa-

sisa kebijakan satu anak China yang dikecam banyak pihak yang

sebenarnya sudah dilonggarkan dalam beberapa tahun belakangan. China

mula melonggarkan kebijakan kontroversial ini pada Januari 2014, dengan

mengijinkan pasangan menikah memiliki anak kedua jika ayah atau

ibunya merupakan anak tunggal. Namun data yang dirilis pada Januari

2015 memperlihatkan bahwa jumlah orang yang memanfaatkan kebijakan

baru untuk memperbesar keluarga mereka lebih sedikit dari yang

diperkirakan. Pada pekan lalu, Presiden Xi Jinping mengatakan negara

berkemungkinan memiliki pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar tujuh

persen selama lima tahun ke depan. Keputusan mengakhiri pembatasan

memiliki anak ini terjadi setelah pertemuan strategi para pejabat senior

Partai Komunis selama empat hari awal tahun ini di Beijing.

B. Rumusan Masalah

Apa dampak pencabutan Kebijakan one child policy terhadap

Perekonomian mikro Cina?

C. Landasan Teori

Kebijakan Publik

Ada beberapa macam perspektif dalam formulasi kebijakan

publik :

o Perspektif dominasi peran negara (kepentingan elit)

o Perspektif dominasi peran swasta (kepentingan pasar)


o Perspektif dominasi peran warga (kepentingan pelayanan

publik)

Di dalam perspektif-perspektif tersebut terdapat berbagai

macam model yang menjadi acuan pembuatan formulasi kebijakan

publik. Penggunaan model tersebut dikarenakan proses pembuatan

kebijakan merupakan proses yang rumit. Oleh karena itu beberapa

ahli mengembangkan model-model perumusan kebijakan publik

untuk mengkaji perumusan kebijakan agar lebih mudah dipahami.

Dengan demikian, pembuatan model-model perumusan kebijakan

digunakan untuk lebih menyederhanakan proses perumusan

kebijakan yang berlangsung secara rumit tersebut.

Perspektif Merkantilis

Perspektif ini memandang bahwa Negara menjadi aktor

utama yang secara aktif dan rasional mengatur ekonomi demi

meningkatkan kekuatan kekuasaan Negara. Membangun suatu

Negara bangsa yang kuat diperlukan akumulasi kapital sebanyak-

banyaknya. Sehingga pembangunan ekonomi diprioritaskan.

Apabila untuk memenuhi kapital yang diinginkan tersebut tidak

bisa dicukupi dengan pemanfaatan sumber-sumber kapital dalam

negeri, maka dilakukanlah perdagangan internasional. Demi

mendapatkan keuntungan maksimal, maka pemerintah harus

memainkan kebijaksanaan nasionalis-ekonomis.


Teori modernisasi

Pembangunan ekonomi melibatkan sinergi antara

demokratisasi dan pertumbuhan ekonomi. Teori modernisasi

adalah melihat perkembangan secara sekaligus yaitu politik ,

ekonomi dan sosial. Semua negara mulai dengan masyarakat

tradisionalnya. Perdagangan, investasi asing, penetrasi budaya

adalah kendaraan modernisadi yang sangat penting..

PEMBAHASAN

Dilihat dari persepktif kebijakan publik serta perspektif

merkantilisme yang telah dilakukan Cina yaitu dengan diakhirinya

kebijakan satu anak yang sudah berlangsung semenjak 1980-an , langsung

memicu peningkatan harga saham perusahaan yang membuat produk-

produk bayi. Pencabutan kebijakan ini dilakukan oleh Cina adalah guna

melakukan pertumbuhan ekonomi khususnya untuk pasar domestik.

Seperti yang diketahui dalam persepektif merkantilisme negara merupakan

aktor utama dalam urusan ekonomi , dan mengenai kebijakan yang telah

dikeluarkan oleh Cina sendiri , termasuk dalam kebijakan publik yaitu

kebijakan yang dibuat untuk mempermudah masyarakatnya.

Sementara dari perspektif teori modernisasi dapat dilihat Cina

sedang mensetarakan antara demokratiasasi dan pertumbuhan ekonomi.

Demokratisasi yang di maksud adalah , bagaimana Cina sedikit demi

sedikit memperlonggar kebijakan yang telah dibuat dengan sangat ketat itu
demi keberlangsungan hidup rakyatnya , dan juga Cina sedang berusaha

menghegemoni ekenomi dunia yaitu dengan melakukan pertumubuhan

ekonomi dalam konteks ketenaga kerjaan dan pasar domestik , disamping

mendevaluasi nilai Yuan.

Dampak dari pencabutan kebijakan one child Policy ini juga

terlihat dari naiknya saham perusahaan-perusahaan yang memproduksi

susu formula, popok dan kereta bayi pada 1 November 2015, setelah

pemerintah memperbolehkan pasangan di negara itu memiliki dua anak.

Pencabutan larangan itu juga akan menambahkan populasi dunia secara

signifikan. Pemenang paling banyak dari kebijakan baru ini adalah China

Child Care Corp. Produsen produk perawatan kulit dan rambut bayi ini

memiliki saham yang naik sampai 40 persen. Produsen susu formula,

Beingmate Baby & Child Food Co juga mengalami kenaikan saham

sampai 10 persen di bursa saham Shenzhen.

Mata uang dolar Selandia Baru, negara pengekspor terbesar produk

susu ke Cina, juga mengalami peningkatan sejak kebijakan itu

diumumkan. Peningkatan ini terjadi di tengah kelesuan penjualan produk

makanan bayi dan susu formula menyusul melemahnya ekonomi Cina dan

kampanye mempromosikan pemberian air susu ibu (ASI).

Bulan Juli lalu, harga global untuk susu bubuk sempat jatuh ke

tingkat terendah sejak tahun 2009, menurut Departemen Pertanian

Amerika Serikat. Namun ledakan jumlah bayi atau baby boom

diperkirakan tak akan terjadi dalam waktu dekat mengingat keluarga kecil
sudah menjadi bagian dari kebudayaan Cina saat ini. Sedangkan di sisi

lain, produsen kondom asal Jepang, Okamoto Industries, harus rela

sahamnya turun sampai 10 persen di bursa perdagangan Tokyo.

Dilihat dari kedua persepektif diatas, dapat dikatakan Cina juga

sedang mengupayakan pertumbuhan ekonomi. Apalagi penduduknya

sekarang kebanyakan didominasi oleh penduduk tua dan juga terjadi

ketidaksetaraan gender antara penduduk perempuan dan juga laki-laki.

Produktifitas tenaga kerja menurun, meskipun demikian Cina tetap

mendominasi pasar global walaupun untuk pasar domestik khususnya

jumlah permintaan pada produk-produk bayi relatif rendah. Hal ini sedikit

banyak mempengaruhi perekonomian mikro di Cina.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah antusias warga Cina lewat

media online yang menganggap hal ini sebagai sebuah berita baik.

Penerapan kebijakan dua anak ini juga diharapkan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi negara sekitar 0,5 persen, yakni dari kenaikan

angkatan kerja dan berkurangnya jumlah penduduk manula atau tidak

produktif.
PENUTUP
Kesimpulan

Kebijakan one child policy di Cina memang merupakan salah

satu kebijakan demografi yang paling ekstrim di dunia. Tidak hanya

sampai membuat peraturan saja, pemerintah Cina memberikan sangsi

tegas bagi yang melanggarnya termasuk denda dalam bentuk uang dan

penjara serta kehilangan pekerjaanya. Berakhirinya kebijakan one child

policy ini dapat dikatakan sebagai korban dari kemajuan ekonomi Cina

yang mulai merajai dunia. Di era tahun 1980 pada umumnya negara kuat

di dunia memandang sebelah mata perekonomian dunia. Saat itu kekuatan

ekonomi di Asia di pegang oleh Jepang. Kini peta kekuatan ekonomi dunia

sudah berubah karena Cina sudah menjelma tidak saja menjadi kekuatan

ekonomi di Asia namun telah menjadi kekuatan ekonomi dunia. Hal ini

terbukti ketika Cina menurunkan nilai mata uangnya, perekonomian dunia

dan juga nilai mata uang negara lain terguncang hebat. Tidak pelak lagi

kini Cina memegang peran penting dan penentu peta perekonomian dunia.

Namun ternyata perkembangan ekonomi Cina yang luar biasa ini tidak

disertai dengan modal sosial yang memadai akibat tergerusnya kelompok

usia produktif yang merupakan salah satu dampak dari penerapan "one

child policy" yang diterapkan sekitar 35 tahun lalu.


DAFTAR PUSTAKA

http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/01/01/o0a0r2219

-cina-terapkan-kebijakan-dua-anak di akses pada 6 Januari 2016

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/09/100925_chinaonechild di akses

pada 6 Januari 2016

http://m.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=28&date=2015-11-02 di akses pada 6

Januari 2016

file:///E:/cina/CHINA%20%20Kebijakan%20Dua%20Anak%20Picu%20Pertumb

uhan%20Ekonomi%20_%20Kabar24%20-%20Bisnis.com.htm di akses pada 6

Januri 2016

http://m.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=28&date=2015-11-02 di akses pada 6

Januari 2016

You might also like