You are on page 1of 16

LUKA TEMBAK (CORPUS ALIENUM)

Leave a reply

Luka Tembak

Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi
berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Gas
tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan pada anak
peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada
bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya
tidak semua bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian
besar lainnya diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing
memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang
terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang ditempuhnya.
Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat melalui jarak yang
sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan
massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya,
kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat
anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau
tidak ditentukan.

Meskipun ada beberapa penyebab trauma balistik tergantung dari situasi mana mereka terjadi
, prioritas bagi dokter adalah meyakinkan kemungkinan pasien bertahan hidup berdasarkan
kemungkina kerusakan yang diakibatkan masuknye peluru- apakah peluru menabrak tulang
atau menhancurkan tulang dan bila memecahkan tulang atau pecahannya menusuk organ vital
atau merusak medulla spinalis pasien.

Luka tembak merupakan luka puncture yang tidak bisa diprediksikan yang menyebabkan
kerusakan jaringan yang mayor. 3 faktor bekerjasama dalam menentukan derajat luka
tembakan.

1. Lokasi injury
2. Size/ ukuran projectile
3. kecepatan projectile

Arti Klinis Luka Tembak

Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia. Seperti
kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada
dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).

Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah
peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar,
sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana
peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit.
Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran
pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak
selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata
ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah:

a. Api

b. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)

c. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar

d. Mesiu yang tidak terbakar

e. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya

f. Anak pelurunya sendiri

Jarak Tembakan

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk
menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka
akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut,
luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti
yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut
disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.

Senjata api adalah senjata yang dengan menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu, dapat
melontarkan anak peluru dengan kecepatan tinggi. Dalam kasus criminal senjata api yang
biasa dipergunakan adalah senjata genggam beralur yang dibedakan atas :

1. Senjata api dengan alur ke kiri

Senjata tipe COLT, caliber 0.36, 0.38 dan caliber 0.45. anak peluru dari senjata api ini
memiliki goresan dan alur yang memutarke kiri bila dilihat dari bagian basis anak peluru.

1. Senjata api dengan alur ke kanan.

Senjata tipe SMITH dan WESON (SW), dengan caliber 0.22, 0.36, 0.38, 0.45, dan 0.46. anak
peluru memiliki cirri terdapatnya goresan dan alur yang memutar ke kanan bila dilihat dari
bagian basis anak peluru.

Keparahan luka tembak akibat anak peluru tergantung pada :

1. Besar dan bentuk anak peluru


2. Balistik (kecepatan,energy kinetic, stabilitas anak peluru)
3. Kerapuhan anak peluru
4. Kepadatan jaringan sasaran
5. Vurnerabilitas jaringan sasaran
Klasifikasi Luka Tembak

Luka tembak diklasifikasikan menjadi):

1. Luka tembak masuk

Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia. Seperti
kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis, dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastic bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas daripada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada
dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusion ring). Pada
luka tembak masuk, selain anak peluru, komponen lain yang terdapat pada proses tembakan
juga berperan dalam membentuk cirri-ciri luka tembak. Berdasarkan ciri2 tersebut luka
tembak masuk dibedakan dalam :

1. Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh, dibentuk oleh komponen anak peluru. Luka
berbentuk lubang dengan kelim lecet dan kelim kesat pada dindingnya. Pada luka
tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak peluru saja.
Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh ini hanya
ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak lurus
permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar.
Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval. Terdapat beberapa
karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau
mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan
gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada
salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru. Luka
tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot, oleh karena
itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen mesiu,
jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka. Pada
luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan perkara.
Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri
sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set
sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2)
kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka
tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang
menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk
mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan
dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.
2. LTM jarak dekat,, dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang
tidak habis terbakar dan jelaga. Luka berupa lubang dan kelim lecet, kelim kesat,
kelim tattoo dan atau kelim jelaga. Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit
hanya beberapa inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru.
Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk
mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu.
Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di
sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. kelim tato yang biasa tampak
pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek
penapisan oleh jelaga. Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan
membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat.
Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan
karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan
sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar
dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun. Pada umumnya luka
tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan
untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini
diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk masih
didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung: Jenis senjata,
laras panjang atau pendek, Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless.
1. LTM jarak sangat dekat, dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu,
jelaga dan panas/ api. Luka seperti LTM jarak dekat dengan kelim api di tepi
lubangnya.
2. LTM temple (kontak), dibentuk oleh seluruh komponen tersebut (yang akan
masuk seluruhnya atau sebagian kedalam saluran luka) da jejas laras. Saluran
luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi di luar
luka tembak massuk sebagai luka lecet dan luka tekan. Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru:
(1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2)
efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang
dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas
yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan
kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan
meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak
peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip
untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang
berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di
sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di
jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak
yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.

Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Cara
yang biasa dilakukan:

Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak miring.

Sasarannya:

a. Daerah temporal

b. Dahi sampai occiput

c. Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.

Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan cetakan/jejas
ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung
laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui
lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila
korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada
kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat dicari antara
kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput otak
keras (tabula interna)

Keterangan :

1. Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang mengelilingi lubang akibat anak
peluru yang menembus kulit
2. Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak peluru (pelumas, jelaga dan elemen
mesiu) pada tepi lubang
3. Kelim tattoo : butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar yang tertanam pada kulit
dan disekitar kelim lecet
4. Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada permukaan kulit disekitar lubang luka
tidak masuk
5. Kelim api: daerah hiperemi atau jaringan yang terbakar yang terletak tepat di tepi
lubang luka.

1. Luka tembak keluar

Luka tembak keluar (LTK): luka tembak yang terjadi akibat peluru meninggalkan tubuh
korban. Umunya LTK lebih besar dari LTM akibat deformitas anak peluru, bergoyangnya
anak peluru, dan ikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. LTK dapat lebih kecil
dari LTM bila luka tembak merupakan luka tembak temple atau kecepatan peluru sewaktu
akan menembus keluar berkurang atau terdapatnya benda yang menekan kulit pada tempat
peluru akan keluar. Bentuk LTK tidak khas, tidak beraturan dan tidak memiliki kelim. Luka
tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka
tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit
terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi
robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan
luka tembak keluar. Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus merupakan
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk; ciri tersebut adalah : tidak adanya kelim lecet
pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lain juga tentu tidak
ditemukan. Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh karena
hampir semua lembak keluar memilki ciri ini, adalah : luka tembak keluar pada umumnya
lebih besar dari luka tembak masuk. Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka
tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi
menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah, pecah atau
kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka
tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-
pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang
inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang
mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak
tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka
tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira
8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam (seringgit). Berdasarkan ukurannya
maka ada beberapa kemungkinan, yaitu: Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari
luka tembak masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru
baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.Bila luka tembak keluar ukurannya sama
dengan luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai
jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Perbedaan antara luka tembak masuk dengan luka tembak keluar:

Luka tembak masuk Luka tembak keluar


Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
1. Ukurannya kucil, karena peluru teratur dibandingkan luka tembak masuk,
menembus kulit seperti bor dengan karena kecepatan peluru berkurang
kecepatan tinggi sehingga menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menembus kulit dari luar peluru melekuk keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
5. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa
oleh peluru yang masuk Tidak ada
6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar,
kelim tato, atau jelaga Tidak ada
7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka
bagus bentuknya Tampak seperti gambaran mirip kerucut
8. Bisa tampak warna merah terang akibat
adanya zat karbon monoksida Tidak ada
9. Disekitar luka terdapat kelim ekimosis Tidak ada
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi atau analisa
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar luka Tidak ada
Klasifikasi berdasarkan range of fire. Luka tembak diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Contact
2. Intermediate range
3. Distant range/ jarak jauh
4. Hanya berada dibawah kulit dan berada di tempat tertentu dimana area yang tertekan
peluru mengakibatkan pasien sangat nyeri saat pasien duduk atau berbaring.
5. bulging terlihat dibawah kulit dan menyebabkan dsistress dari segi kosmetik.
6. Pada ruang persendian
7. Pada bola mata.
8. Dalam saluran pembuluh darah sehingga menyebabkan ischaemia atauy dengan
resiko terjadinya emboli pada jantung, paru atau pembuluh darah perifer.
9. Meberikan pengaruh yang buruk pada suatu saraf atau akar sarak dan menyebabkan
nyeri.
10. Pembentukan abces terlokalisiri (biasanya disebabkan oleh kotoran atau bekuan
fragmen pada saat peluru masuk ).
11. Memerlukan investigasi forensic dan passion dan ahli bedah dalam persetujuan penuh
bahwa removal tidak akan menyebabkan peningkatan nyeri, penderitaan, komplikasi
atau injury an keduanya setuju untuk dilakukan removal.
12. Level lead meningkat, biasanya pada anak yang terjadi beberapa bulan setelah injury
(sangat jarang)

Indikasi pengangkatan peluru


Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum

Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau tattoo; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.

Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm.

Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm, dan
seterusnya.

Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh , ini mengandung arti:

1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.

2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan
moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.

Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu
maksimal 15 cm (Idris, 1997).

Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan
gambaranvizierkorrel (pejera, foresight). Akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya
menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar
lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang
menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang
laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka
tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus
permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris, bundar.

Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak

Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik,
akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.

Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai
berikut:
1. Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume)
2. Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang
terjadi dan membersihkan darah,
3. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak
jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat.

Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai yang karakteristik pada luka tembak
masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa
luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak
masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud
adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.

Pemeriksaan Mikroskopik

Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu ;trauma mekanis dan termis,

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;

1. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,

2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu.

3. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,

4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining)

5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan
adanyabutir-butir mesiu

6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik

7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan

8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-
butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan
bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka

9. Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan
dibawah kulit.

10.Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit,
hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit

Pemeriksaan Kimiawi
1. Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat.
2. Pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.
3. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium,
antimon, dan merkuri.
4. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di
temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium
5. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam
atau di sekitar luka,
6. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata.

Pemeriksaan dengan Sinar X

Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar X ini pada umumnya untuk memudahkan dalam
mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel yang
tertinggal.

1. Pada tanden bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak
masuknya hanya satu.
2. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa
korban ditembak dengan senjata jenis shoot gun ,yang tidak beralur, dimana dalam
satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
3. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata
jenis rifled.
4. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak
sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini
akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru
pada foto rongent (Idris, 1997).

Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto.
Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan
sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat.

Luka Tembak Oleh Senjata Api Yang Tidak Beralur

Luka tembak masuk yang disebabkan oleh senjata api yang tidak mempunyai alur (entrance
shootgun wounds) mempunyai ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan luka tembak yang
berasal dari senjata yang beralur.

Komponen yang memberikan ciri luka tembak masuk, ialah ;

1. Mesiu
2. Api
3. Asap
4. Gas
5. Pellet,dan
6. Sumbat anak peluru(wad)
Kaliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras merupakan faktor-
faktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak tembak tentunya turut berpengaruh
pula, jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi.

Pemakaian senjata api untuk maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas,
tidak jarang menimbulkan keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat. Di
dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat yang
dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang
melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa, maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana
luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak,
arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak, dan
luka tembak mana yang menyebabkan kematian.1

Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam
beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk
olahraga berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud kriminal.2 Senjata
genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal dapat dibagi dalam 2 kelompok,
dimana dasar pembagian berikut adalah arah perputaran`alur yang terdapat dalam laras
senjata.

Senjata api dengan alur ke kiri

1. Dikenal dengan senjata`api tipe COLT


2. Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,36, kaliber 0,38, dan kaliber 0,45

Senjata api dengan alur ke kanan

1. Dikenal sebagai senjata api tipe Smith & Wesson (tipe SW)
2. Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,22; 0,36; 0,38; 0,45; 0,46
3. Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban, yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar kearah kanan bila dilihat dari bagian basis anak
peluru

Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam visum et repertum, tidak dibenarkan
menggunakan istilah pistol atau revolver; oleh karena perkataan pistol mengandung
pengertian bahwa senjatanya termasuk otomatis atau semi otomatis, sedangkan revolver
berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar jika tembakan dilepaskan. Oleh
karena dokter tidak melihat peristiwa penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah;
senjata api kaliber 0,38 dengan alur ke kiri dan sebagainya.

Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat
yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang
yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan
teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk
maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan
keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus menjelaskan
berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana luka
tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah
tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian.

Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam yang
beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk
berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud-maksud criminal. Harus
selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi berbeda
dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas.

Teori Luka

Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:

1. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan
otot/jaringan.

2. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.

Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk
mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.

1. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya


adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru.

2. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya cukup
panjang, olengannya akan mencapai 90, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.

3. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180 dan meluncur dengan
gerakan mundur.

Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan
lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur
di atas danau.

1. Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi yang
hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.

2. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.

3. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai 10 ribu
detik saja.

Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur


meliwati getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali,
meninggalkan bekas luka yang permanent.
Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.
Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak
bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.

4. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala. Disini
struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan dengan cara
meledak/pecah.

5. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan
hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada
kenyataannya peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.

6. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan
tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan tekanan
gelombang besar dapat dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan
juga dapat merobek organ-organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun
hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi
kinetik dari aneka macam jenis amunisi.

Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang
meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru
senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45
mm).

Mekanisme Luka Tembak

Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer energi dari
luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang terjadi pada
jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas,
suara serta gangguan mekanik yang lainnya.

Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru dimodifikasi akan
berhenti atau menurun kecepatannya sesampainya di tubuh. Anak peluru yang lunak didesain
akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan. Peluru dumdum banyak digunakan
pada muncung roket yang mempunyai ruang udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada
saat benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi transfer energi yang besar dan
kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga pernah digunakan saat usaha
pembunuhan presiden Reagen. Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari
energi yang diberikan pada suatu target.

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan kecepatan.
Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk pengembangan senjata
dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menghasilkan energi
kinetic yang maksimum untuk kerusakan jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar
340m/s, dimana banyak digunakan pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari system
mekanik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi
laserasi, kerusakan sekunder terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.Jika kecepatan melebihi
kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang
tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.

Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti,
dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih
tinggi daripada yang berongga. Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung
kencing bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan
jantung dalam fase systole dan kandung kencing yang kosong. Hal tersebut disebabkan
karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian. Efek luka juga berhubungan
dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti
infark atau infeksi.

Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle bore),
terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet. Bila
peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk akan sama
lebarnya pada setiap arah. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan
dapat diketahui dari perangai kelim lecet. Kelim lecet yang paling lebar merupakan petunjuk
bahwa peluru masuk dari arah tersebut, dengan kata lain kelim lecet yang terlebar
menunjukkan arah masuknya peluru. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada kelim lecet
akan dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau
kelim lemak (grease ring; grease mark).

Bila peluru masuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang terjadi
adalah berbentuk bundar; bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas yang besar,
misalnya tulang, maka sebagian tenaga dari peluru yang disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang terjadi
menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang.

Pemeriksaan Khusus Luka Tembak Masuk

Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik,
akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi penyulit
pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: Luka tembak
dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut
dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan
pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga
diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu
dengan karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus
untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh
karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi,
dan pemeriksaan radiologik.

1. Pemeriksaan Kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan
selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah,
barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari
peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan
thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam
atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada
tangan yang menggenggam senjata.(1)

2.Pemeriksaan dengan SinarX

Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk memudahkan dalam
mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel yang
tertinggal. Pada tandem bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak
masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat
dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis shoot gun , yang tidak beralur,
dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak satu
peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenisrifled. Pada keadaan dimana tubuh korban
telah membusuk lanjut atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka
dengan pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan
ditemukannya anak peluru pada foto rongent.

3. Pemeriksaan Mikroskopik

Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat trauma
mekanis dan termis.

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat :

1. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir
mesiu.
3. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining)
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan),
dan adanya butir-butir mesiu
6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat
butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak
dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
9. Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan dibawah kulit.
10. Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
Manajemen luka
Luka tembak itu sendiri tidak memerlukan intervensi selain dari antiseptic ringan dan
dressing kering. Tidak memerlukan debridement dan tidak harus ditutup. Suatu antibiotic
harus diberikan, terutama bila ada cedera pada tulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ezedin dkk 2009. Luka Tembak. Diakses tanggal 2 mei 2011. Available at : http://belibis-
a17.com/2009/05/20/luka-tembak/

2. Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Jakarta :

Binarupa Aksara. 1997. Hal. 131-67

3. Windi,dkk. Traumatologi Forensik. [online November 19th 2008] .[cited 2006].

[25 screens]. Available at

http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm

4. PS, Indah, dkk. Gunshot Wound. [online November 19th 2008]. [cited 2005]. [13

screens]. Available at http://www.freewebs.com/gunshot_wound/lukatembak.htm

5. Pounder D.J. Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture

Note, Gunshot Wounds. [online November 19th 2008]. [cited 1993]. [41 screens].

Available at http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf

6. Di Maio, V.J.M. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and

Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. 1999. page. 72-140

7. Chadha P.V. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta :

Widya Medika. 1995. Hal. 75-81

8. Anonim. Arti Klinis Luka Tembak. [online November 19th 2008]. [cited 2007].

[9 screens]. Available at http://medlinux.blogspot.com/2007/11/arti-klinis-luka-

tembak.html

9. Anonymous. Firearms Tutorial. [online November 21st 2008]. [cited 2008].

[1 screen]. Available at
http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNINJ.html#1

10. Anonymous. Histophatology Skin-Gunshot Wound. [online November 21st 2008].

[cited 2007]. [1screen]. Available at http://vodpod.com/watch/138614-skin-

gunshot-wound

11.anonymous . Ballistic trauma.[online may 2nd 2011]. Available at


http://en.wikipedia.org/wiki/Ballistic_trauma

12. Brohi Korim . indication for bullet removal. [online may the 2nd 2011]. [cited July 27,
2007]. Available at : http://www.trauma.org/index.php/main/article/601/

You might also like