You are on page 1of 8

Pengkajian gangguan fungsi imun

Penilaian fungsi imun dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik
,riwayat kesehatan pasien harus mngandung informasi yang rinci mengenai faktor-faktor dimasa lalu
serta sekarang dan berbagai kejadian yang menunjukkan status sistem imun disamping faktor-faktor dan
kejadian yang dapat mempengaruhi sistem imun .Faktor-faktor dan kejadian ini mencakup infeksi
,kelainan alergi ,kelainan autoimun ,penyakit neoplasma ,keadaan sakit yang kronis ,riwayat
pembedahan ,imunisasi,penggunaan obat-obatan transfusi darah,fktor-faktor lain yang mempengaruhi
sistem imun dan hasil pemeriksaan laboratorium serta tes diagnostik lainnya.Pengkajian fisik pasien
mencakup palpasi nodus limfatikus dan pemeriksaan kulit ,membran mukosa,dan sistem respiratorius,
gastrointestinal,urogenital,kardiovasikuler serta neuro sensorik.

1. Riwayat kesehatan
Infeksi dan imunisasi
Kepada pasien ditanya sttus imunisasi (yaitu imunisasi yang
baru didapat serta yang diperoleh ketika masih kecil) dan penyakit yang
lazim diderita dalam masa kanak-kanak.Riwayat kontak dengan penyakit
tuberkolosis yang diketahui pada masa lalu dan sekarang harus
diperiksa ,semetara tanggal serta hasil-hasil tes tuberkulin (PPD;purified
protein derivative)dan hasil pemeriksaan sinar x thoraks harus
didapat.kontak yang dialami pasien akhir-akhir ini dengan infeksi
apapun dan tnggak kontak terjadi penyakit tersebut harus ditanyakan.
Riwayat infeksi dimasa lalu dan sekarang disamping tanggal dan tipe
terapi yang pernah dijalani pasien harus diperoleh bersama-
samadengan riwayat infeksi persisten yang multipel ,demam yang tidak
diketahui penyebabnya ,lesi atau luka-luka atau pun tindakan drainase
bentuk apa pun.
Alergi
Kepada pasien ditanya tentang riwayat alergi,termasuk tipe
alergen (serbuk,debu,tanaman ,kosmetika,makanan ,obat-obatan
,vaksin),gejala yang dialaminya dan variasi cuaca yang berkaitan dengan
terjadinya atau beratnya gejala. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan
yang pernah atau sedng dijalani oleh pasien untuk mengatasi kelainan
alergi dan efektifitas pengobatan tersebut harus ditanyakan.
Kelainan autoimun
Kepada pasien ditanya tentang setiap kelainan autoimun seperti
lupus eritematosus,artritis reumatoid,atau psoriasis. Awitan, keparahan
,remisi dan eksasebasi ,keterbatasan fungsional , terapi yang pernah
atau sedang dijalanioleh pasien, efektivitas terapi tersebut harus
ditanyakan secar rinci.
Penyakit neoplasma
Riwayat penyakit kanker dalam keluarga haru ditanyakan . jika
terdapat riwayat kanker dalam keluarga,kita harus memperhatikan
kanker tersebut, usia pasien pada saat awitannya dan hubungan
pasien(maternal atau paternal dengan anggota keluarga yang menderita
kaker. Riwayat kanker pada pasien sendiri juga harus diketahui bersama
dengan tipe dan tanggal penegakan diagnosisnya.
Sakit konik dan pembedahan
Pengkajian kesehatan mencakup riwayat sakit kronik seperti
diabetes millitus ,penyakit renal atau penyakit paru obstuktif
menahun.riwayat awiatan dan beratnya sakit disamping terapi yang
pernah dijalani oleh psien harus ditanyakan . selai itu, riwayat operasi
penggangkatan lien ,nodus limfatikus atau kelenjer timus ataupun
riwayat transplantasi organ harus dicatat mengibgat smua kondisi ini
dapat menempatkan pasien dalam resiko untuk mengalami gangguan
sistem imun.
Obat-Obatan dan Transfusi Darah
Riwayat penggunaan obat pada masa lalu dan sekrang
harus ditanyakan . dalam dosiss yang tinggi ,antibiotik
,kortikosteroid ,preparat sitotoksik,salisilat,NSAID disamping
obat-obat anestesi dapat menimbulkan supsesi kekebalan .
Riwayat transfusi darah yang dilakukan satu kali atau lebih
harus ditanyakan mengingat kontak dengan antigen asing
melalui transfusi dapat disertai dengan fungsi imun yang
abnormal.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun
Riwayat yang rinci tentang kbiasaan merokok , meminum minuman keras , asupan diet
,tingkat stres yang diderita pasien dan pemajan ditempat kerja ataupun dirumah
terhadap radiasi atau polutan harus ditanyakan .Status nutrisi yang buruk ,kebiasaan
merokok ,keadaan stress,konsumsi alkohol yang berlebihan dan pemajanan reaksi
terhadap radiasi serta polutan akan disertai gangguan fungsi imun dan harus dinilai
anamnesis riwayat kesehatan pasien.
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan jasmani ,kondisi kulit dan membran mukosa pasien harus dinilai
untuk menemukan ,lesi,dermatitis,purpura(pendarahan subkutan) ,urtikaria ,inflmasi
ataupun pengeluaran sekret. Selain itu tanda-tanda infeksi perlu di perhatiakan . suhu
tubuh pasien dicatat dan observasi dilakukan untuk mengamati gejala menggigil serta
perspirasi. Kelenjer limfe servikal anterior serta posterior,aksialaris,inguinalis harus
dipalpasi untuk dicatat . Pemeriksaan sendi-sendi dilakukan untuk menilai nyeri tekan
serta pembengkakan dan keterbatasan gerak . Status respiratorius pasien di evaluasi
dengan memantau frekuensi pernafasan dan memantau frekuensi pernafasan
danmenialia danya gejala batuk (kering atau produktif) serta setiap suara paru yang
abnormal (mengi,krepitasi, ronkhi). Pasien juga dikaji untuk menemukan rinitis
,hiverventilasi dan bronkospasme.
Status kardiovasikur di evaluasi dengan memeriksa kemungkinan hipotansi
,takikardia,aritmia,vaskulitis dan anemia.Status gastrointestinal pasien dinilai dengan
mengecek kemungkinan hepatosplenomegali,kolitis,dan vomitus serta diare.Status
urogenital dinilai dengan mengamati tanda-tanda infeksi saluara kemih
9sering kencing atau rasa terbakar saat buang air kecil ,hematuriadan pengeluaran
sekret dari uretra).
4. Evaluasi laboratorium dan diagnostik
Serangkaian pemeriksaaan darah ,tes kulit dan biopsi sum-sum tulang dapat dikerjakan
untuk mengevakuasi sitem imun . Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang
soesifik akan dibahas lebih rinci dengan proses perjalanan penyakitnya yang khusus.

PEMERIKSAAN FISIK TERHADAP INTEGRITAS KULIT ATAU JARINGAN

Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, trmasuk membran mukosa,kulit kepala dan kuku.
Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada
kulit umumnya berhubungan dengan penyakit pada sistm organ lain.

Inspeksi dan palpasi merupakan prosedur utama yang dilakukan dalam memeriksa kulit ,dan
pemeriksaan ini memerlukan ruangan yang terang dan hangat. Penlight dapat digunakan untuk
menyinari lesi. Pasien dapat melepaskanseluruh pakaiannya dan diselimuti dengan benar.sarung tangan
harus selalu dipakai ketiak melekukakn pemeriksaan kulit.

Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna ,suhu, kelembaban ,kekerinagn ,tekstur
kulit (kasar atauhalus ),lesi.vaskularitas ,mobilitas,dan kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit edema
yang mungkin terjadi dan elatisitas kulit harus dinilai dengan palpasi.

Warna kulit bervariasi antara orang satu dengan yang lainnya ,dan berkisar dari warna gading
hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka ,khususnya dikawasan yang beriklim panas dan
banyak cahaya matahari, cendrung lebih berpigmen dari pada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi
yang ditimbulakn oleh demam ,sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan bercak merah muda
dan kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak adanya atau berkurangnnya tonus serta
vaskularitas kulit yng normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva.

Warna kebiruan pada sianosis menimbulkan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada
ekstremitas ,dasar kuku,bibir, srta membran mukosa.Ikterius ,yaitu kulit yang menguning berhubungan
lansung dengan kenaikan kadar bilirubbin serum dan acapkali terlihat pada sklera serta membran
mukosa.

Mengkaji pasien dengan kulit gelap


Gradasi dengan warna yang terjadi pada orang berkulit gelap terutama ditentukan oleh
transmisi genetik;gradasi ini dapat dinyatakan sebagai waran yang cerah ,sedang atau gelap,melanin
produksi dengan kecepatan yang lebih besar dan jumlah lebih banyak dibandingkan pada orang kulitnya
lebih cerah.Kulit yang gelap dan sehat memiliki dasar kemerahan atau undertone. Mukosa pipi,lidah
,bibir dan kuku dalam keadaan normal tampak muda.

Mengkaji lesi kulit.

Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonjol pada kelainan dermatologik. Lesi pda
kulit memiliki,ukuran bentuk serta penyebab yang beragam.dan diklasifikasiakn menurut penampakan
serta asalnya.lesi kulit dapat diuraikan sebagai lesi primer atau sekunder .Lesi primer merupakn lesi
inisial dan karakteristik penyakit itu sendiri .Lesi sekunder terjadi akibat sebab akibat eksternal .sepeti
garuakn ,trauma ,infeksi atau perubahan yang disebabkan oleh kesembuhan luka.bergantung pada
stadium perkembangannya ,lesi kulitt dapat dipilah lebih lanjut menurut tipe dan penampakannya.

Mengkaji vaskularitas hidrasi.

Setelah warna kulit diinspeksi dan keadaan lesi di catat pengkajian terhadap perubahan vaskuler
pada kulit harus dilakuakan. Uraian tentang perubahan vaskuler mencakup lokasi,distribusi,warna,uuran
dan adanya pulsasi. Perubahan vaskuler yang lazim ditemukan adalah
petekie,ekimosis,telangiektasis,angioma dan venous stars.

Mengkaji kuku dan rambut

Kuku,inspeksi singkat pada kuku mencakup observasi untuk melihat konvigurasi ,waran dan
konsistensi. Banyak perubahan pda kuku atau dasar kukuyang menceminkan kelaina lokal atau sistemk
yag sedang berlansung atau yang terjadi akiabat peristiwa masa lalu. Rambut pengkajian rambut
dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi ,sarung tangan harus dikenakan dan ruang peeriksaan hars
memiliki penerangan yang baik. Sibak rambut pasien agar kondisi kulit yang ada dibaliknya dapat dilihat
dengan mudah kemudian perawat harus mencatat warna ,tekstur serta distribusinya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

A.Pengertian

Dapat diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus Menerus yang berkaitan
dengan infeksi HIV.

B. Patofisiologi

HIV tergolong dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa
virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA). Dan bukan dalam asam
deoksiribunukleat (DNA). Virion HIV atau pertikal virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung
pelindung mengandung RNA dalam bentuk peluru yang terpancung dimana P24 merupakan komponen
sruktural yang utama. Tombol atau knob yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protei GP120
yng terkait pada protein GP41. Bagian yang secara seloktif berikatan dengan sel-sel CD4 positive adalah
GP120 dari HIV. Sel- sel CD4 mencakup monosit,makrofage, dan limfosit T4 helper(yang dinamakan sel-
sel CD4+ kalau dikaitan dengan infeksi HIV): limfosit T4 helfer ini merupakan sel yang paling banyak
diantara ketiga sel diatas.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Infeksi
monosit dan makrofage tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel
yang bermakna tapi sel-sel ini menjadi reserfoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari
system imun dan terangkup keseluruh tubuh lewat system ini untuk menginfeksi berbagai jaringan
tubuh. Sebagian jaringan ini dapat mengadung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan utuk
memproduksinya. Kecepatan memproduksi HIV berkaitan dengan status kesehatan orang yang
terjangkit infeksi tersebut.

C. Penularan

Jalur penularan infeksi HIV serupa dengan infeksi Hepatitis B.Pada homo seksual pria, anal
intercourse atau anal immunipulation akan meningkatkan kemungkinan trauma pada mukosa rekum
dan selanjutnya memperbesar peluang untuk terkena virus HIV lewat secret tubuh. Peningkatan kondisi
praktik dan hubungan seksual ini dengan patner yang bergantian juga turut menyebarkan penyakit ini.
Hubungan heteroseksual dengan orang yang menderita infeksi HIV juga merupakan bentuk penularan
yang terus tumbuh secara bermakna. Penularan melalaui pemakai obat bius intravena terjadi lewat
kontak langsung darah dengan jarum dan semprit yang terkontaminasi.

D. Pencegahan dan Penularan

1. Perhatikan benda-benda tajam (misalnya, jarum suntik, mata pisau bedah(skapel), yang
berpotensi untuk menularkan penyakit,dan tangani benda-benda tersebut dengan sangat hati-
hati untuk mencegah cidera yang tidak sengaja.
2. Tempatkan spuit dan jarum disposable, skapel, dan benda-benda yang tajam lainnya yang sudah
tidak terpakai dalam wadah anti tembus yang diletakkan di tempat benda-benda tadi digunakan.
3. Kenakan alat pelindung (sarung tangan, gaun bedah, masker dan kacamata pelindung) untuk
mencegah agar tidak terkena darah dan cairan tubuh yang mengandung darah.
4. Basuh dengan segera dan seksama kedua belah tangan serta permukaan kulit lainnya yang
terontaminasi darah, cairan tubuh yang mengandung darah.
5. Sedapat mungkin meminimalkan kebutuhan untuk melakukan resusitasi mulut ke mulut dengan
cara menyediakan alat resusitasi yang dilengkapi bagian mulut, kantong resusitasi atau alat
ventilasi lainnya.
6. Pada saat hamil, laksanakan dan ertahankan tindakan dan penjagaan yang cermat dan benar.
7. Dilingkungan rumah buang da siram lah drah serta cairan tubuh kedalam kloset.
8. Bungkus barang-barang yang terkontaminasi yang tidak dapat dibuang dalam kloset dengan
menggunakan kantong plastic, dan kemudian masukan kantong tersebu kedalam kantong kedua
sebelum dibuang ketempat sampah.
9. Bersihkan setiap ceceran darah dan cairan tubuh lainnya dengan sabun dan air atau larutan
detergen.

E. Manifestasi klinis

Penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap system organ. Penyakit
yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS erjadi akibat infeksi, maliknansi dan efek langsung
HIV pada jaringan tubuh.

Tes laboraturium
Tes antibody HIV
Pelacakan HIV
Diagnosis penyakit AIDS

F. Penatalaksanaan

Upaya penanganan medis meliputi beberapa cara pendekatan yang mencakup penanganan
infeksi yang berhubungan dengan HIV serta maliknansi, penghentian reflikasi virus HIV lewat preparat
antivirus dan penguatan serta pemulihan system imun melalaui penggunaan prefarat
immunomodulator. Perawatan supportif merupakan tindakan yang penting karena infeksi HIV dan
penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien. Efek tersebut mencakup malnutrisi,
kerusakan kulit, kelemahan,immobilitas dan perubahan status mental.

G. Pengkajian pada asien penyakit AIDS

1. Status nutrisi
Dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenali faktor yang dapat mengganggu asupan
oral.
2. Status respiratory dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi
sputum, nafas yang pendek, ortopnea, takipnea, dan nyeri dada.
3. Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi, ulserasi
atau infeksi.
4. Status neorologis ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap
orang , tempat dan waktu serta ingatan yang hilang.
5. Status cairan dan elektolit dinilai dengan memeriksa kulit sertamembran mukosa untuk
menentukan turgor dan kekeringannya.
6. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus
dievaluasi.

Dx: Keletihan

a. Defenisi
Keletihan terus menerus dan penuruna kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada
tingat yang lazim.
b. Batasan karakteristik
Apatis
Gangguan konsentrasi
Gangguan libido
Kelelahan
Intofeksi
Kurang energy
Kurag minat terhadap sekitar
Letargi
Mengantuk
Merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan tanggung jawab
Peningkatan kebutuhan istirahat
Peningkatan keluhan fisik
Penuruan peforma
Pola tidur tidak memuaskan
Tidak mampu mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang biasa
Tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya
c. Faktor yang berhubungan
Ansietas
Depresi
Gangguan tidur
Gaya hidup tanpa stimulasi
Hambatan lingkungan
Kelesuan fisik
Kelesuan fisiologi(misalnya, anemia,kehamilan, penyakit)
Malnutrisi
Peningkatan kelelahan fisik
Peristiwa hidup negative
Stressor
Tuntutan pekerjaan

NOC:
Status nutrisi: energy
Defenisi: merupakan sejauh mana nutrisi menyediakan enegi untuk sel
Indicator:
100701 Stamina scale: 1 sampai 5
100702 Daya tahan scale: 1 sampai 5
100703 kekuatan cekraman tangan scale: 1 samapai 5
100708 bentuk tonus scale: 1 sampai 5
100704 penyembuhan jarngan scale: 1 sampai 5
100705 Resistensi infeksi scale: 1 sampai 5
100706 Pertumbuhan (anak-anak) scale: 1 sampai 5

NIC:
Manajemen nutrisi
Defenisi: menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang
Aktivits- aktivitas:
Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (seperti pedoman-pedoman
diet dan pyramid makanan)
Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makanan(bersih,ventilasi,santai,dan bebas dari bau yang menyengat)
Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit(penyakit
ginjal dilakukan pembaasan Na,K,protein dan cairan)
Monitor klori dan asupan makanan
Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (dalam buku
harian makanan)

You might also like