You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap


dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan di masa selanjutnya (Adriana,
2013). Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut
sebagai masa keemasan dikarenakan segala kemampuan anak termasuk di dalamnya
keadaan fisik anak sedang berkembang cepat (Sujiono, 2012). Oleh sebab itu,
pertumbuhan dan perkembangan mereka perlu diperhatikan. Pertumbuhan (growth)
merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis
protein baru, menghasilkan peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel
(Wong, 2008). Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan
secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke
yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong,2008).

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3 6 tahun atau
36 72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya (Wong, 2008). Menurut Hidayat (2009) Pertumbuhan masa
prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan
mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi
aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan,
seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan
anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya. Sementara
itu, perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada
masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang
sangat penting.

Dalam setiap tahap perkembangna memiliki, potensial untuk terjadi gangguan,


tergantung pada tugas perkembangan yang diemban pada masing masing usia.
Gangguan tumbuh kembang sekecil apapun yang terjadi pada anak usia pra sekolah
apabila tidak terdeteksi dan diintervensi sedini mungkin akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia di masa akan datang. Permasalahan pada perkembangan anak
pra sekolah yang sering ditemui antara lain adalah anak dengan kesulitan berbicara
seperti gagap atau keterlambatan bahasa, ganggguan perkembangan fisik dan
motoriknya, keterbelakangan mental, lambat belajar, autisme, serta gangguan
pemusatan perhatian.

Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka kejadian
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan
perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan.
Balita di Indonesia Sekitar 16% di laporkan mengalami gangguan perkembangan
berupa gangguan kecerdasan akibat gangguan perkembangan otak, gangguan
pendengaran dan gangguan motorik (Depkes RI, 2006). Pada tahun 2010 gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak di Indonesia mencapai 35,7% dan
tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi menurut acuan WHO
karena masih diatas 30% (Riskesdas, 2010).

Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu


ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.
Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan
keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah
perkembangan. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan
perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum
diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun
mengalami keterlambatan perkembangan umum (IDAI, 2013).
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa merupakan gangguan
perkembangan yang sering ditemukan pada anak usia 3-16 tahun. Angka kejadiannya
berkisar antara 1% sampai 32% pada populasi yang normal (Soetjiningsih, IG. N.
Gde Ranuh, 2014). Pertumbuhan dan perkembangan anak pra sekolah juga
dipengaruhi oleh keadaan status gizi anak tersebut. Status gizi merupakan salah satu
dari delapan tujuan yang akan dicapai dalam target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015.

Saat ini di Indonesia masih terdapat 28,7% kasus malnutrisi anak, sedangkan
target yang akan dicapai yaitu 15,5%, sehingga upaya penanggulangan malnutrisi
pada anak belum sesuai target (MDGs, 2015). Penilaian status gizi anak usia
prasekolah yang digunakan oleh Riskesdas 2013 sebagai indikator pertumbuhan yang
dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku antropometri
anak balita World Health Organization (WHO) 2005, dapat dilihat dengan batasan
melalui berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Hasil analisis Riskesdas 2013 dilaporkan
status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB terlihat
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi status gizi berdasarkan kategori TB/U terdiri dari kategori sangat pendek
turun sebanyak 0,8% dari tahun 2007, tetapi prevalensi kategori pendek naik
sebanyak 1,2% dari tahun 2007. Prevalensi status gizi berdasarkan kategori BB/TB
terdiri dari kategori sangat kurus turun sebanyak 0,9% dari tahun 2007,prevalensi
kategori kurus turun sebanyak 0,6% dari tahun 2007, prevalensi kategori gemuk turun
sebanyak 2,1% dari tahun 2010 dan turun sebanyak 0,3% dari tahun 2007 (Riskesdas,
2013).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan (growth) merupakan
peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru,
menghasilkan peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008).
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus,
akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai
kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan
tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya
(Hidayat, 2009).

Definisi Perkembangan

Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara


bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih
tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi
serta pembelajaran (Wong,2008). Perkembangan merupakan proses yang tidak akan
berhenti. Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6
tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek
tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 2013).
2.2 Teori Teori Perkembangan

Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang


terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa
kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya melewati
empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun),
fase operasional (7-11 tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008).
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase pra-operasional,
fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang
dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2008).

Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang mengemukakan


bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan
mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk
mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap
yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-
malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil
versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun).
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari
pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya
untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif
untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka
akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Wong, 2008).
Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun


Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan
seksual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna
psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang
secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap
perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui
tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun),
tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Dalam teori perkembangan
psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam tahap ini genital
menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai mengetahui perbedaan jenis
kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut (Wong, 2008).

Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang


tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi
kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada
hukum dan kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap
konvensional, tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial). Dalam teori
perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap prakonvensional, dalam
tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk,
anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan
tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka
menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan
mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut
diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih
atau keadilan (Wong, 2008).
2.3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Santrock (2011), perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip


cephalocaudal dan proximodistal.

Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan


yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik
dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan
sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya
bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum meeraka
menggunakan tubuh bagian bawahnya.

Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan


perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam ke luar. Anak-anak
belajar mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas
( yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian
yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan telapak
tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki ( Papalia, dkk,
2010).

2.4. Aspek Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan

Aspek Pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri,


pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang
badan), lingkar kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi
badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik
sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila
otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan
serebrospinal.

Aspek perkembangan

a. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas


otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011).
Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
membuat posisi merangkak dan lain-lain.
b. Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan
otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang
cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar
orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya.
c. Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa
diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,
meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya.
d. Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan
permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi,
membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya.
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan
wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam
perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak.

2.5 Tahap Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode
ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah,
dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik
dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep
diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan
motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.

2.6 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak Prasekolah
Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang
anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis
kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan
kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,
umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan


postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam
kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu
hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor
lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya
lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status
kesehatan.

c. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain.
somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem
skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut
menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang
sesuai dengan peran hormonnya.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK DENGAN
KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DI DAERAH
RT.03/RW.01 KELURAHAN LIMAU MANIS

A. Pengkajian

1. Data demografi

Lingkungan Rt.03/Rw.01 termasuk kedalam wilayah Kelurahan Limau


Manis. Dengan luas wilayah 315 HA,batas wilayahnya yaitu sebelah timur
berbatasan dengan solok, sebelah barat berbatasan dgn RT1/RW1 dan sebelah
selatan berbatasan RT2/RW1.

Rt.03/Rw.01 memiliki 95 KK dengan 427 jiwa,206 laki-laki,221 perempuan.


yang terdiri dari 19 anak usia toodler,15 anak usia childhood.

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Oktober dan 12 dan 18


November 2017 dengan teknik observasi dan wawancara didapatkan data sebagai
berikut :

a) Jenis Kelamin anak usia toodler

No Jenis kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 8 42,1%

2 Perempuan 11 47,9%

19 100%

Berdasarkan tabel diatas jumlah anak laki-laki usia toodler lebih sedikit
daripada jumlah perempuan anak usia toodler

b) Distribusi orangtua dengan anak usia toodler berdasarkan pendidikan


No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 5 13,89%

2 SLTP 6 16,67%

3 SLTA 21 58,33%

4 Perguruan Tinggi/Diploma 4 11,11%

Dari tabel diatas orang tua dengan anak usia toodler paling banyak
menamatkan pendidikan pada jenjang SLTA yaitu 21 orang (58,33%) dan yang
paling sedikit yaitu Perguruan tinggi dengan 4 orang(11,11%).

c) Distribusi orangtua dengan anak usia toodler berdasarkan jenis pekerjaan

no Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Pegawai swasta 4 11,11%

2 Honorer 3 8,33%

3 Pns 5 13,89%

4 Ibu rumah tangga 13 36,11%

5 Wiraswasta 2 5,56%

6 Buruh 6 16,67%

7 Security 1 2,78%

8 TNI/Polri 1 2,78%

9 Sopir 1 2,78%

Dari tabel diatas didapatkan data dari hasil observasi dan wawancara
menunjukkan keluarga dengan anak usia toodler memiliki tingkat ekonomi
menengah kebawah.
2. Etnisitas

Mayoritas pendunduk di Rt.03/Rw.01 di kelurahan limau manis adalah suku


minang

3. Nilai dan Keyakinan

Mayoritas masyarakat Rt.03/Rw.01 beragama islam.Di daerah tersebut tidak


tedapat lapangan rumput.

4. Data Lingkungan Fisik

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa :

Luas wilayahnya 315 hektar

Irigasi kurang baik

Sampah ditumpuk di lahan kosong

Pengelolaan sampah di bakar

Banyak terdapat lahan kosong yang tidak dikelola

Lahan kosong dimanfaatkan sebagai TPA

Banyak pembangunan didaerah tersebut

Tidak terdapat peta daerah

Kurang tepatnya penempatan septic tank yang terletak terlalu berdekatan


dengan sumur

hampir seluruh rumah dengan anak usia toodler adalah type permanen
dengan lantai semen halus dan keramik.
5. Pelayanan kesehatan dan sosial

Terdapat PUSTU

Sudah terbentuk kader KB namun belum terealisasi dengan baik

Dominan masyarakat menderita penyakit jantung, stroke, hipertensi

Sebagian besar orangtua dengan anak usia toodler mengatakan bahwa sarana
kesehatan yang paling dekat adalah PUSTU.

a) Kebiasaan Posyandu

No Kebiasaan Frekuensi Persentase

1 Rutin 9 47,37%

2 Kadang-kadang 10 52,63%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar yaitu sekitar 52,63% anak usia
toodler jarang(kdang-kadang) dibawa ke posyandu.Hal ini dapat
menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak.

b) Imunisasi

no Imunisasi Frekuensi Persentase

1 Lengkap 15 78,95%

2 Belum lengkap 4 21,05%

Dari tabel diatas ada 4 orang anak yang belum lengkap imunisasinya,hal ini
menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak tersebut.
c) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa seluruh anak dengan


usia toodler memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

d) Hasil Kuisioner Pra-Skrining Perkembangan. (KPSP)

No Perkembangan Jumlah persentase

1 Sesuai dengan tahapan 15 78,95%

2 Meragukan 4 21,05%

3 Ada penyimpangan - -

Dari data diatas terdapat 15 orang anak dengan usia toodler sesuai
dengan tahap perkembangannya dan 4 orang anak usia toodler tahap
perkembangannya meragukan.

6. Ekonomi

1. Mata pencarian : petani 25 orang, buruh/swasta 62 orang, PNS 42 orang,


selebihnya IRT, mahasiswa, pelajar

2. 28 KK tercatat sebagai keluarga miskin 4 KK diantaranya memiliki anak


usia toodler

3. Tidak meratanya tempat untuk berbelanja bagi warga

7. Transportasi dan keamanan

1. Rata-rata warga memiliki kendaraan pribadi yakni motor dan mobil

2. Tidak dilalui oleh kendaraan umum

3. Masih terdapat jalan dengan kondisi yang belum baik

8. Politik dan pemerintahan


Ada beberapa orang anggota dewan yang berdomisili diwilayah tersebut.

9. Komunikasi

Komunikasi langsung

Penyebaran informasi dilakukan dari mulut ke mulut

Mayarakat melakukan musyawarah di mushola

10. Pendidikan

Ada 2 orang anak yang putus sekolah di Rt.03/Rw.01

11. Rekreasi

1. Tidak terdapat tempat khusus untuk rekreasi bagi anak

2. Anak-anak menggunakan mushola untuk bermain

2. Analisis Data

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan

1 Data Demografi : beberapa 21% keluarga yang Resiko gangguan


keluarga yang mempunyai menerima bantuan. perkembangan pada anak
anak usia toddler memiliki todler karena nutrisi
13,89% orang tua
tingkat ekonomi rendah. yang tidak adekuat
berpendidikan SD, dan
berhubungan dengan
16,67% berpendidikan
kemiskinan, dan
SMP
kurangnya pengetahuan
orang tua tentang gizi

2 Lingkungan fisik : 90% keluarga menumpuk


pengelolaan sampah kurang dan membakar sampah
baik karena sampah
ditumpuk dan dibakar di
pekarangan rumah.

3 Kondisi Kesehatan : 52,63% anak usia toodler Keterlambatan


beberapa keluarga yang jarang dibawa ke posyandu pertumbuhan dan
memiliki anak usia toddler perkembangan
jarang membawa anak ke berhubungan dengan
posyandu. ketidakadekuatan
penerimaan asuhan.
Hasil Kuisioner Pra 21.05% anak usia todller
Skrining Perkembangan yang diragukan
(KPSP) menunjukan bahwa perkembangan tidak sesuai
masih terdapat anak usia dengan usia tahapan
todller yang tahapan perkembangan..
perkembangannya tidak
sesuai dengan usia.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta:


Selemba Medika.

Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah
Genis B) Jakarta: Erlangga.

Sujiono, Yuliani Murani dan Bambang Sujiono. 2012. Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta : Indeks.

Wong, Donna L (2008).Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi 6.Jakarta:


EGC.

You might also like