Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3 6 tahun atau
36 72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya (Wong, 2008). Menurut Hidayat (2009) Pertumbuhan masa
prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan
mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi
aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan,
seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan
anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya. Sementara
itu, perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada
masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang
sangat penting.
Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka kejadian
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan
perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan.
Balita di Indonesia Sekitar 16% di laporkan mengalami gangguan perkembangan
berupa gangguan kecerdasan akibat gangguan perkembangan otak, gangguan
pendengaran dan gangguan motorik (Depkes RI, 2006). Pada tahun 2010 gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak di Indonesia mencapai 35,7% dan
tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi menurut acuan WHO
karena masih diatas 30% (Riskesdas, 2010).
Saat ini di Indonesia masih terdapat 28,7% kasus malnutrisi anak, sedangkan
target yang akan dicapai yaitu 15,5%, sehingga upaya penanggulangan malnutrisi
pada anak belum sesuai target (MDGs, 2015). Penilaian status gizi anak usia
prasekolah yang digunakan oleh Riskesdas 2013 sebagai indikator pertumbuhan yang
dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku antropometri
anak balita World Health Organization (WHO) 2005, dapat dilihat dengan batasan
melalui berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Hasil analisis Riskesdas 2013 dilaporkan
status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB terlihat
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi status gizi berdasarkan kategori TB/U terdiri dari kategori sangat pendek
turun sebanyak 0,8% dari tahun 2007, tetapi prevalensi kategori pendek naik
sebanyak 1,2% dari tahun 2007. Prevalensi status gizi berdasarkan kategori BB/TB
terdiri dari kategori sangat kurus turun sebanyak 0,9% dari tahun 2007,prevalensi
kategori kurus turun sebanyak 0,6% dari tahun 2007, prevalensi kategori gemuk turun
sebanyak 2,1% dari tahun 2010 dan turun sebanyak 0,3% dari tahun 2007 (Riskesdas,
2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pertumbuhan
Definisi Perkembangan
Aspek Pertumbuhan
Aspek perkembangan
Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode
ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah,
dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik
dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep
diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan
motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis
kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan
kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,
umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan
c. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain.
somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem
skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut
menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang
sesuai dengan peran hormonnya.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK DENGAN
KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DI DAERAH
RT.03/RW.01 KELURAHAN LIMAU MANIS
A. Pengkajian
1. Data demografi
1 Laki-laki 8 42,1%
2 Perempuan 11 47,9%
19 100%
Berdasarkan tabel diatas jumlah anak laki-laki usia toodler lebih sedikit
daripada jumlah perempuan anak usia toodler
1 SD 5 13,89%
2 SLTP 6 16,67%
3 SLTA 21 58,33%
Dari tabel diatas orang tua dengan anak usia toodler paling banyak
menamatkan pendidikan pada jenjang SLTA yaitu 21 orang (58,33%) dan yang
paling sedikit yaitu Perguruan tinggi dengan 4 orang(11,11%).
2 Honorer 3 8,33%
3 Pns 5 13,89%
5 Wiraswasta 2 5,56%
6 Buruh 6 16,67%
7 Security 1 2,78%
8 TNI/Polri 1 2,78%
9 Sopir 1 2,78%
Dari tabel diatas didapatkan data dari hasil observasi dan wawancara
menunjukkan keluarga dengan anak usia toodler memiliki tingkat ekonomi
menengah kebawah.
2. Etnisitas
hampir seluruh rumah dengan anak usia toodler adalah type permanen
dengan lantai semen halus dan keramik.
5. Pelayanan kesehatan dan sosial
Terdapat PUSTU
Sebagian besar orangtua dengan anak usia toodler mengatakan bahwa sarana
kesehatan yang paling dekat adalah PUSTU.
a) Kebiasaan Posyandu
1 Rutin 9 47,37%
2 Kadang-kadang 10 52,63%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar yaitu sekitar 52,63% anak usia
toodler jarang(kdang-kadang) dibawa ke posyandu.Hal ini dapat
menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak.
b) Imunisasi
1 Lengkap 15 78,95%
Dari tabel diatas ada 4 orang anak yang belum lengkap imunisasinya,hal ini
menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak tersebut.
c) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat
2 Meragukan 4 21,05%
3 Ada penyimpangan - -
Dari data diatas terdapat 15 orang anak dengan usia toodler sesuai
dengan tahap perkembangannya dan 4 orang anak usia toodler tahap
perkembangannya meragukan.
6. Ekonomi
9. Komunikasi
Komunikasi langsung
10. Pendidikan
11. Rekreasi
2. Analisis Data
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah
Genis B) Jakarta: Erlangga.
Sujiono, Yuliani Murani dan Bambang Sujiono. 2012. Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta : Indeks.