You are on page 1of 15

RISIKO DAN HAZARD DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

MAKALAH

Oleh:

HADI PRAYITNO 716620772


FIA AWALIAH FEBRIANTY 716620773
MUZAYYANAH 716620787
ACH. APANDI 716620803
BRILIAN KARUNIA 716620790
RAHMATULAH 716620764

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya semata yang diberikan kepada penulis sehingga makalah dengan
judul Risiko dan Hazard dalam Setiap Tahap Pemberian Asuhan Keperawatan dapat
terselesaikan.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan oleh
mahasiswa keperawatan UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP yang merupakan
bagian dari tugas ujian perkuliahan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Nelyta Oktavianisya,S.KM., M.Kes, selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Kedua orang tua tercinta yang sudah memberikan bantuan berupa materi maupun
non materi, dukungan moral dan spiritual kepada peulis dalam menyelesaikan
proposal ini.
3. Teman-teman keperawatan 3B yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
semangat, canda dan tawa.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis selalu
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhirnya, semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang tertarik untuk
mengkaji dan mengembangkannya.

Sumenep , 13 september 2017


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Risiko dan Hazard Dalam Pengkajian Askep
2.1.1 Pengertian Perencanaan Askep
2.1.2 Pengertian risiko
2.1.3 Pengertian hazard
2.1.4 Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan
2.1.5 Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

BAB 3 PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan
kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan
promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman
dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Kantor
Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia
setiap tahun 2.2 juta orang meninggal karena kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit
akibat kerja. Dan kematian-kematian akibat kerja nampaknya meningkat. Lagi pula,
diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-kecelakaan yang akibat kerja
yang tidak fatal (setiap kecelakaan paling sedikit mengakibatkan paling sedikit tiga hari
absen dari pekerjaan) dan 160 juta penyakit-penyakit baru akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah, pengusaha,
pekerja dan keluarganya diseluruh dunia. Sementara beberapa industri bersifat lebih
berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja migran dan pekerja berpenghasilan
kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada risiko mengalami kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja dan kesehatan yang kurang baik, karena kemiskinan seringkali memaksa
mereka untuk menerima pekerjaan yang tidak aman. Berbagai pendekatan sering
dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan seperti mengabaikan
risiko sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar kendali manajemen.
Pendapat tersebut, merupakan cara pendekatan yang tidak tepat, karena tidak semua risiko
berada diluar jangkauan kendali organisasi / perusahaan. Menghindari semua kegiatan
atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin
dilaksanakan, karena semua aktivitas ditempat kerja sampai tingkat tertentu selalu
mengandung risiko. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian umum, risiko
tinggi yang dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi dan
melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah atau imbalan
hasil yang tinggi pula. Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat peristiwa
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset,
biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat mempengaruhi produktivitas.
Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang undangan yang
tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan
penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak terkait.
Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan: meminimalkan kerugian
akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan
produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai
kejadian kerugian akibat kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta
pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian pengkajian dan Perencanaan Askep
2. Pengertian risiko
3. Pengertian hazard
4. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan
5. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui seperti apa itu pengkajian dan perencanaan Askep
2. Mengetahui pengertian dari risiko
3. Mengetahui pengertian dari hazard
4. Mengetahui apa saja resiko dan hazard dalam pengkajian askep
5. Mengetahui apa saja resiko dan hazard dalam perencanaan askep
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP RISIKO DAN HAZARD


2.1.1 Pengertian pengkajian dan perencanaan Askep

1 Pengkajian Askep
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan)
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan). Pengkajian adalah upaya
mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan
Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan
pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan
rencana yang efektif dalam perawatan pasien.
Tujuan Khusus :
1. Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga
2. Dasar menentukan diagnosa keperawatan
3. Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru muncul
4. Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai
5. Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan pengasuh pasien
6. Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang
7. Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan
8. Memproteksi hak-hak legal
9. Komponen sistem pelayanan pasien (dapat untuk menetukan kebutuhan staf
perawatan, biaya perawatan pasien, dll)
10. Untuk mengindentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah-
masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi rencana
intervensi keperawatan yang diperlukan
11. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang
dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan
diidentifikasi
12. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin
refernesi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
13. Untuk mengidentifiaksi karakteristik sesuai respons dan kondisi kesehatan klien yang
akan mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan.
14. Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
15. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif.

Menurut Kozier et al. (1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu:
pengumpulan data, organisasi data, validasi data, dan analisa data.

a) Pengumpulan data; Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang


dilakukan secara sistematis dan kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan klien. Informasi yang diperlukan
adalah segala sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual, kemampuan dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan
keperawatan yang mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang berkaitan
dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.
Dari semua informasi yang terkumpul didapatkan data dasar berupa riwayat kesehatan/
keperawatan, pengkajian fisik, riwayat pengobatan dan pemeriksaan fisik, termasuk hasil
laboratorium dan tes diagnostik, dan data berupa kontribusi informasi dari tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi dan menilaii tentang
keadaan kesehatan klien, untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan serta
membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Jenis data
yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data
yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien,
perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan
situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas, dan lain
lain. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengamatan,
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku),
misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dan lain
lain. Sumber data yang dapat dipergunakan untuk pengumpulan data adalah sumber data
primer, sekunder, dan tersier. Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan
langsung dari klien, yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Sumber data sekunder adalah data-data
tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber lain, seperti keluarga, teman,
profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber data tersier adalah data yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan, laboratorium, analisis diagnostik, rekam medik dan dari literatur
yang relevan. (Craven & Hirnle, 2000; Kozier et al., 1995). Dalam pengumpulan data agar
dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau
klasifikasi data berdasarkan: keluhan utama, riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat
kesehatan keluarga, keadaan fisik, pola kebiasaan, psikologis, sosial, spiritual, hasil
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, electrocardiograph, dan keadaan
khusus lainnya yang berhubungan.

b) Organisasi data
Organisasi data merupakan sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk
keteraturan pengumpulan data dan pencatatan hasil pengumpulan data. Kerangka kerja
membantu sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik,
mencegah tidak tercantumnya informasi yang berhubungan, dan memudahkan dalam
analisa data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan. Kerangka kerja dapat
dimodifikasi berdasarkan status kesehatan klien (Fuller & Schaller-Ayers, 1994, dalam
Craven & Hirnle, 2000).

c) Validasi data
Menurut Kozier et al. (1995) validasi data adalah kegiatan Double-Checking atau
verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan, dan aktualitas data.
Dengan memvalidasi data, membantu perawat untuk memastikan kelengkapan informasi
dari pengkajian, kecocokan data objektif dan subjektif, mendapatkan tambahan informasi,
menghindari ketidakteraturan dalam mengumpulkan dan memfokuskan data sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam penulisan dan identifikasi masalah. Alfaro-LeFevre (1998),
menjelaskan bahwa yang termasuk cara memvalidasi data antara lain: bandingkan antara
data yang didapat dengan fungsi normal, rujuk pada buku, jurnal, dan hasil penelitian,
periksa konsistensi data subjektif dengan dapat objektif yang didapat, klarifikasi dengan
pernyataan-pernyataan klien, dan cari persetujuan kolega tentang kesimpulan yang dibuat.

d) Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya
berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses penyakit.
Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan menghubungkan data dengan
penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah keperawatan klien.

2 Pengertian perencanaan Askep


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai
hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi
oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang (potter,1997).
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:


Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan
yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.
Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan
kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya ,
kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta
memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis
instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat
kesehatan lain.

Langkah-langkah pada perencanaan:


a. Penentuan prioritas diagnosis
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap
diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui
diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan.
Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, di antaranya:
1). Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang
dilatarbelakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas
diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi; prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan
(nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti
masalah pembersihan jalan nafas.
Prioritas sedang; prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
mengancam hidup klien seperti masalah personal higiene.
Prioritas rendah; prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak berhubungan
langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah
keuangan dan lainnya.
2). Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan urutan
kebutuhan dasar manusia, diantaranya: Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi,
sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilisasi, dan eliminasi.
Kebutuhan keselamatan dan keamanan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut. Kebutuhan mencintai dan
dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, dan
hubungan antar manusia. Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respek dari keluarga,
perasaan menghargai diri sendiri. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi masalah kepuasan
terhadap lingkungan.

b. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan


Tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai
berikut: S (Subjek), P (Predikat, K (Kriteria), K (Kondisi, W (Waktu) dengan penjabaran
sebagai berikut:
S: Perilaku pasien yang diamati.
P: Kondisi yang melengkapi pasien.
K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk meentukan tercapainya tujuan.
K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W: Waktu yang ingin di capai.

c. Menentukan rencana tindakan


Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan, maka ada beberapa
persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan diantaranya harus terdapat unsur tanggal,
kata kerja yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar, adanya subjek, hasil,
target tanggal dan tanda tangan perawat.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih
dari tujuan perawatan sehingga dapat mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari
masalah pasien.
Tipe-tipe dalam perencanaan tindakan askep
Dalam memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe intruksi yang digunakan:
a) Tipe Diagnostik; tipe ini menilai kemungkinan klien ke arah pencapain kriteria
hasil dengan observasi secara langsung.
b) Tipe Terapeutik; mengambarkan tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah.
c) Tipe Penyuluhan; digunakan untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan
membantu klien untuk memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah
pemecahan masalah.
d) Tipe Rujukan; menggambarkan peran perawat sebagai koordinator dan manager
dalam perawatan klien dalam anggota tim kesehatan.

2.1.2 Pengertian Risiko Kerja


Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang / alat
pada suatu bahaya (klausul 3.21). Jadi, bahaya adalah sifat dari proses yang dapat
merugikan individu, dan risiko adalah kemungkinan bahwa itu akan terjadi bersama
dengan seberapa parah akibat yang akan diterima. Jadi, jika Anda memiliki dua pekerjaan
kantor yang membutuhkan gerakan berulang, tapi satu yang dilakukan setiap hari dan yang
kedua dilakukan sebulan sekali, risiko akan lebih tinggi pada pekerjaan pertama. Demikian
juga, jika Anda memiliki dua proses yang memerlukan penambahan bahan kimia dalam
proses produksi, dengan proses pertama membutuhkan bahan kimia yang sangat berbahaya
dan yang lainnya tidak, maka proses pertama akan memiliki risiko lebih tinggi. Risiko
(Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Penilaian risko adalah proses
untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja/ penyakit akibat
kerja. Penilaian risko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya
bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan
menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak (Operasional Procedure
No.31519). Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.

2.1.3 Pengertian Hazard Kerja


Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia
atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (Operasional Procedure No 31519).
Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang
ada di tempat kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi
sumber kecelakaan/ cidera/ penyakit/ dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor
dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan (Sumamur 1996).
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai intensitas atau tingkat bahaya
yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang
kronis. Untuk mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan 52 penanganannya dibuat
MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi kepada tenaga kerja agar dapat
mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut. Berdasarkan
National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah faktor faktor intrinsik yang
melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan
efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak
buruk. Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat alamiah
yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank Bird Jr, hazard
adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan
kerugian (AS/NZS, 1999).
Beberapa komponen yang menyangkut terhadap hazard:
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pemajanan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja

2.1.6 Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan


Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik perseorangan ataupun
organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung resiko. Semakin besar resiko yang
dihadapi pada umumnya dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga
akan lebih besar. Pola pengambilan resiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap
pengambilan resiko. Resiko melekat daritindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada
saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang
diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat
terjadi seperti:
a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien tersebut
(menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian kurang
lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam memberikan perawatan
sehinggan berbahaya terhadap pasien.
b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak
fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan perawatan/pengkajian pasien
maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun
pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika perawat menanyakan
data/informasi pasien namun, keluarga/pasien menyembunyikannya namun demi
keselamatan pasieen, perawat tetap menanyakannya sehingga pasien/keluarga
pasien kurang menyukainya sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan
tidak baik.
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada saat
melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang tidak
menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan fisik
terhadap perawatnya.

2.1.7 Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan


kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam
mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan/pengobatan yang
pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin terganggu. Hal
lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan
keperawatan maka perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya
penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya.

Contoh kasus resiko dan hazard saat melakukan perawatan:


Pada tanggal 27 maret 2016, di rumah sakit di Singapora terjadi kasus nyata kekerasan
fisik dan verbal pada saatperawat melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat
melakukan pengkajian kepada pasien, mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari
pasien yang dikaji. Seperti yang dikutip dalam media online : ketika perawat Nur
melakukan pendekatan untuk melakukan data, salah satu pasiiennya mengamuk, berteriak
dan memukul-mukul kepalanya di dinding. Dia mencoba menghentikan dan
menenangkannya tapi pasiennya malah emosi dan menendang dadanya, sehingga
membuatnya terluka. Dan kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut
tidak disebut berasal dari kesalahan parawat sendiri ataukah pasien memiliki
emosionalyang tidak dapat terkontrol.

Dalam proses pengkajian sendriri, terdapat beberapa hal hang harus diperhatikan oleh
perawat mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahap dalam melakukan
pengkajian, hingga metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian. Dalam
melakukan pengkajian terhadap pasien, perawat harus tau akan adanya hazard/resiko yang
mungkin mereka akan dapatkan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang
akan terjad, seperti

a) Batasi akses ke tempat isolasi


b) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar
c) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
dengan APD
d) Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup APD
e) Membatasi sentuhan langsung ke pasien
f) Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
g) Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
h) Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja
i) Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

You might also like