Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sebagai hasil pembangunan nasional terjadi peningkatan
pendapatan, pendidikan dan sosial masyarakat dan hal ini menimbulkan
pergeseran pola penyakit yang terdapat dalam masyarakat dari
kelompok penyakit menular ke kelompok penyakit tidak menular,
termasuk diantaranya gangguan jiwa.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan terciptanya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan dalam hal ini
diartikan sebagai suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi
yang positif dari kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan seseorang untuk hidup produktif.
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
ekonomi, dapat menimbulkan berbagai masalah psiko-sosial yang
mempengaruhi taraf kesehatan jiwa masyarakat. Demikian pula dengan
adanya penyebaran dan imigrasi penduduk yang timpang terutama
urbanisasi, perubahan sosial yang cepat, pergeseran nilai-nilai
hidup, polusi informasi dan gaya hidup yang merusak kesehatan
seperti merokok, minum alkohol dan penyalah-gunaan obat.
Dari hasil survei epidemiologi gangguan jiwa yang dilakukan di
beberapa tempat di Indonesia, didapat angka-angka morbiditas
gangguan jiwa sebagai berikut :
a. Prevalensi psikosis : 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6
per 1000 penduduk di pedesaan angka menurut WHO adalah : 1-3 per
1000 penduduk.
b. Prevalensi neurosis dan gangguan psikosomatik adalah 98 per 1000
penduduk, sedang angka WHO untuk neurosis adalah 20-60 per 1000
penduduk.
c. Menurut penelitian di USA didapatkan bahwa 2-5% dari populasi
menderita ansietas dan 10% dari populasi pernah mengalami
depresi.
d. Prevalensi retardasi mental : 1,25 per 1000 penduduk, dan menurut
WHO adalah 1-3 per 1000 penduduk.
e. Prevalensi penyahalgunaan obat dan alkohol belum ada pasti namun
dari data Rumah Sakit tercatat 10.000 pasien, dan diperkriakan
jumlah pasien penyalahgunaan obat dan alkohol yang terdapat dalam
masyarakat kurang lebih 100.000 orang.
f. Prevalensi Epilepsi adalah 0,26 per 1000 penduduk, sedang angka
menurut WHO adalah 8-10 per 1000 penduduk.
GANGGUAN JIWA
Seperti gangguan medis lainnya, gangguan psikiatri menyatakan
dirinya dalam cara yang khas. Penyimpangan dari normal, dari ringan
ke berat, dapat muncul dalam intensitas, durasi, waktu, dan isi
pikiran, emosi dan tingkah laku, beberapa keluhan dan gangguan
psikiatri harus dimengerti dalam kontak yang luas, membutuhkan
evaluasi lebih dari dunia interpersonal pasien, pekerjaan,
kehidupan keluarga dan budaya dari praktek medis yang umum. Alam
dan ekspresi dari tanda dan gejala kekuatan pasien.
Perbedaan yang paling penting antara tampilan tipikal dari
penyakit medis dan gangguan psikiatri adalah pasien kadang-kadang
gambarannya indiosinkron dari keadaan internal kualitatif mereka.
Pengalaman objectif sering sulit untuk di diskripsikan dalam kata-
kata. Penyair dan pembuat novel sering lebih mampu dari klinisi
untuk mengkarakterisasikan dan menggambarkan secara akurat kualitas
dan pengalaman beberapa gejala psikiatri. Banyak pasien dan klinisi
sering menemukan kesulitan untuk berkomunikasi secara akurat.
Pemilihan pada diagnosa psikiatri selama lebih dari 25 tahun
telah dipertahankan dengan meningkatnya dari reabilitas. Realitas
dari gejala klinis yang diobservasi, pemilihan ini telah mempunyai
pengaruh yang kuat, klinisi dan peneliti menggunakan aneka ragam
struktur wawancara dapat menjadi pernyataan yang beralasan pada
gejala apa pasien diteliti dan bagaimana pasien menemukan kriteria
untuk gangguan psikiatri yang khas pada edisi III dari diagnostik
dan stastik manual dari gangguan mental (DSM IV).
Psikologikal Stresor
Kelemahan physological dapat menghasilkan masalah yang panjang
semua metabolisme, toksik, infeksi dan penyebab lain penyakit fisik
meningkatkan kelemahan pada gangguan kejiwaan.
Infeksi HIV yang menuju positiv dan AIDs yang merupakan
stressor, dapat menjadi gangguan jiwa. Pasien dengan gejala gangguan
jiwa dapat menampilkan perubahan organic yang merupakan efek
langsung dari virus pada susunan syaraf pusat menghasilkan perubahan
kepribadian dan mood dengan riwayat keluarga merasakan mentalnya
tidak aktif.
Stresor Lingkungan
Hubungan komplek antara berbagai jenis kehidupan pada umumnya
peristiwa yang terprediksi dan peristiwa negatif dan perkembangan
gejala psikiatri pada umumnya.
Political Economy
Para ekonom barat telah membuktikan bahwa kondisi ekonomi
masyarakat di negara bagian utara Amerika selama seratus tahun
belakangan merupakan pemicu yang signifikan dari jumlah kejadian
di rumah sakit untuk kasus penyakit kejiwaan dan bunuh diri
(Brenner, 1981). Pada golongan ekonomi lemah jumlah kasus bahkan
dua kali lebih besar dibandingkan yang lainnya, mereka melaporkan
dirinya berada dalam kondisi yang buruk untuk kesehatan mental
mereka.
Warner (1985) dalam penelitiannya telah menganalisa prevalensi
kejadian skizofrenia dihubungkan dengan kondisi politik dan
ekonomi. Ia menyimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara
permulaan penyakit, pengobatan yang diberikan dan pergantian
pegawai di satu sisi dengan keadaan ekonomi di sisi yang lain.
Kejadian penyakit ini juga meningkat pada imigran dibandingkan
dengan jumlah kejadian yang sama di negara asal mereka.
Namun hasil penelitian di atas bukannya tanpa kontradiksi.
Beberapa ahli kejiwaan mempunyai pendapat yang berbeda mengenai
kaitan politik ekonomi dengan kejadian penyakit kejiwaan ini.
Iskandar (2001) dalam penelitiannya menyatakan tidak ada korelasi
yang signifikan antara ketidakpastian politik dan ekonomi dengan
Kekerasan
Selama ini, orang sering dibingungkan oleh apakah kekerasan
memicu gangguan mental, atau gangguan mental yang menyebabkan
kekerasan. Kekerasan adalah sebagai sesuatu yang hanya bisa
dilakukan oleh segolongan individu yang kuat terhadap individu
lain yang lemah. Ini didukung hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa kekerasan dipicu oleh perubahan biokimia otak, sementara yang
menanggung akibat kekerasan kimia pada otak itu sendiri dapat
mengalami gangguan mental yang disebut gangguan anxietas post
traumatic stress disorder.
Budaya bisa meredam kekerasan, dan akal sehat bisa menyalurkan
kekerasan menjadi hal-hal yang bisa diterima, misalnya dalam bentuk
tinju atau sepak bola. Sementara teror adalah ancaman yang
dilakukan oleh sekelompok atau individu yang lemah, bukan oleh yang
kuat. Tujuan teror bagi si lemah adalah untuk menunjukkan dirinya
eksis dengan cara mengubah persepsi orang lain melalui cara menakut-
nakuti atau mengancam.
Oleh karena itu, perbedaan antara teror dan kekerasan
tergantung dari pelakunya. Bila pelakunya jelas dan kuat, disebut
kekerasan. Bila kekerasan dilakukan pemerintah maka disebut
pelanggaran HAM. Bila pelakunya tidak jelas, disebut teror. Bila
tujuannya cuma untuk materi, disebut kriminal. Namun, bila ada motif
lain yang dianggap luhur maka teror menjadi isme. Berarti kriminal
pada pihak lawan, tetapi jadi pahlawan di pihak kawan.
Selain itu, satu hal yang juga menjadi konsen dalam penyakit
kejiwaan ini adalah proporsi penderita berdasarkan jenis kelamin.
Wanita merupakan kelompok yang paling rentan untuk terkena penyakit
jiwa dibandingkan pria, kejadian ini dihubungkan dengan
ketidakberdayaan relatif mereka dalam masyarakat (Weissman dan
Klerman, 1977; Brown dan Harris, 1978). Hal lain yang mempengaruhi
wanita sebagai kelompok risiko terbesar untuk terkena penyakit
kejiwaan adalah dukungan sosial yang kurang, baik dari keluarga
maupun sanak saudara serta teman-temanya.
Model Stres
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh
lingkungan sosial terhadap perkembangan pribadi dan kemunculan
penyakit kejiwaan dan yang lainnya, para psikolog mengembangkan
model stress. Metode ini dikembangkan oleh Walter Cannon dan Hans
Selye, namun model yang digunakan pada saat itu telah mengalami
berbagai modifikasi dan tambahan.
Setiap individu mempunyai keseimbangan (homeostasis) dalam
dirinya. keseimbangan ini dapat terganggu oleh pengaruh yang muncul
dari lingkungan di sekitar individu. Gangguan atau tekanan yang
serius akan menyebabkan tubuh merasakan kondisi ketegangan. Tubuh
akan berusaha untuk mempertahankan keseimbangan dini dengan
melakukan satu mekanisme pertahanannya sndiri. Mekanisme ini
terkadang bahkan sering tidak berhasil sehingga membuat tubuh
kehilangan keseimbangannya. Dalam kondisi ini tubuh disebut
mengalami stress.
Stres merupakan interaksi antara individu dengan stressor
interaksi ini menyebabkan individu akan melakukan adaptasi terhadap
stressor. Stressor yang umumnya muncul adalah perubahan hidup,
seperti kematian pasangan, kehilangan pekerjaan, perceraian dll.
Yang kesemuanya itu dapat menyebabkan tubuh menjadi sakit akibat
kegagalan untuk beradaptasi.
Stres erat dikaitkan dengan penderitaan yang dialami manusia.
Pihak yang dianggap paling menderita diantara manusia adalah kaum
miskin, kaum tertindas, kaum tidak berdaya sehingga prevalensi
terbesar adalah dari kelompok ini. Penderitaan ini dikaitkan dengan
keadaan mereka yang sangat tidak diuntungkan. Rumah yang tidak
nyaman, makanan yang tidak cukup gizi, pendidikan yang minim,
pekerjaan yang berlebihan.
PENUTUP
Upaya kesehatan jiwa dalam masyarakat perkotaan ini dapat
berhasil bila mendapat dukungan dan peran serta masyarakat melalui
kerjasama yang baik. Di mana unsur masyarakat merupakan hal yang
penting dan menentukan keberhasilan. Kerjasama tersebut dapat
dijabarkan secara operasional dalam loka karya mini yang akan
menampilkan peranan pelayan kesehatan yang didukung oleh mobilisasi
tenaga pelayan kesehatan, peralatan, obat, dan teknologi. Dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa pada
masyarakat perkotaan, termasuk swasta yang terkait, merupakan unsur
penentu keberhasilan. Hal penting lainnya adalah pengertian dan
kesadaran yang lebih baik oleh masyarakat Indonesia dan perhatian
yang lebih baik oleh pemerintah Indonesia akan sangat membantu dalam