PENERAPAN ASURANSI USAHATANI PADI DI INDONESIA: ALTERNATIF SKENARIO
MELINDUNGI PETANI DAN USAHATANI
A. Latar Belakang
1
Pemerintah menghadapi permasalahan dalam keberlanjutan program peningkatan
produksi pertanian, khususnya terkait dengan perubahan iklim global dan fluktuasi
perdagangan internasional. Ketahanan pangan nasional telah lama dipandang sebagai
salah satu tujuan utama pembangunan, sekalipun dihadapkan pada masalah-masalah
yang multidimensional. Upaya meningkatkan produksi juga terus dilakukan/diperkuat
melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani,
Kegiatan usaha di sektor pertanian akan selalu dihadapkan pada risiko ketidakpastian
yang cukup tinggi, Risiko ketidakpastian tersebut meliputi tingkat kerusakan usahatani
tingkat kegagalan panen yang disebabkan berbagai bencana alam, seperti banjir,
kekeringan, serta serangan hama dan penyakit karena perubahan iklim global,
disamping risiko ketidakpastian harga pasar. Ketidakpastian dan tingginya risiko ini
sangat memungkinkan petani beralih mengusahakan komoditas lain yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Jika hal ini dibiarkan lebih berlanjut, dikhawatirkan akan
berdampak terhadap stabilitas ketahanan pangan nasional, khususnya produksi dan
ketersediaan bahan pangan pokok beras bagi mayoritas penduduk Indonesia,
Asuransi pertanian ditawarkan sebagai salah satu alternatif skema pendanaan yang
berkaitan dengan pembagian risiko dalam kegiatan usahatani, Asuransi pertanian
sudah digunakan di banyak negara sebagai instrumen untuk meningkatkan produksi
pertanian dan melindungi petani. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat
dijaga karena mengikuti rekomendasi berusahatani yang baik. Pengalaman penerapan
skema asuransi dari negara-negara maju sangat bermanfaat apabila diterapkan di
Indonesia, meskipun masih diperlukan beberapa penyesuaian serta uji coba.
Bagi Indonesia, asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari risiko
kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup
yang diperoleh karena mengasuransikan usahataninya untuk membiayai usaha
pertanian pada musim berikutnya,
Asuransi usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam hubungannya dengan
mitigasi dampak perubahan iklim global. Asuransi ini bukan hanya mencakup
perlindungan terhadap fluktuasi harga, tetapi juga mencakup pembagian risiko karena
kekeringan, banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman serta faktor
eksternal lainnya, seperti bencana longsor, gempa bumi, masalah politik dan lainnya,
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian mengawali penelitan tentang asuransi
pertanian bekerjasama dengan FAO (2008). Selanjutnya, dengan pembiayaan yang
berasal dari APBN, penelitian lanjutan dilaksanakan secara intensif tahun 2009 dan
2010. Selain laporan teknis, hasil-hasil penelitian ini juga telah disebarluaskan dalam
berbagai media, termasuk sebagai input dalam kebijakan pembangunan pertanian.
Hasil-hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap penyusunan pedoman
pelaksanaan program asuransi pertanian (deskripsi dan justifikasi sebagai kebijakan
dasar, pedoman umum dan petunjuk teknis pelaksanaan asuransi usahatani padi),7. Model asuransi usahatani padi yang baru pertama kali diintroduksikan di Indonesia ini
didasarkan atas biaya usahatani padi untuk melindungi petani dari kerugian kerusakan
usahatani dan atau kegagalan panen akibat banjir, kekeringan, dan serangan
organisme pengganggu tumbuhan. Skema asuransi ini diharapkan dapat memberikan
masukan untuk pengambilan Keputusan kebijakan pembangunan pertanian,
Khususnya dalam upaya melindungi petani dan budidaya padi secara nasional
Tujuan Skema Asuransi
8. Tujuan program asuransi pertanian dapat dibagi dalam beberapa kelompok sasaran,
sebagai berikut:
Untuk kelompok sasaran petani adalah:
a, Menyadarkan petani terhadap risiko gagal panen atau gagal usaha peternakan,
b. Mendorong petani meningkatkan ketrampilan dan memperbaiki manajemen usaha
pertanian.
c. Mengurangi ketergantungan petani permodalan yang berasal dari pihak lain dan
membantu petani menyediakan biaya produksi atau modal usaha peternakan.
4. Meningkatkan pendapatan petani dari keberhasilan usaha pertanian/peternakan
secara berkesinambungan.
Untuk kelompok sasaran pemerintah daerah adalah untuk:
a. Meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab aparat pemerintahan di daerah
tentang pentingnya antisipasi risiko usaha pertanian di daerahnya.
b. Membantu menyediakan sarana dan akses permodalan bagi petani jika mengalami
risiko usaha pertanian atau terjadi gagal panen/kegagalan usaha peternakan.
c. Membantu pembangunan ekonomi regional melalui cabang usaha bisnis asuransi.
d. Meningkatkan keberhasilan usaha pertanian/peternakan, serta ketahanan dan
keamanan pangan secara regional.
e, Membuka peluang penyerapan tenaga kerja baru.
Untuk kelompok sasaran perusahaan asuransi untuk:
a, Membuka peluang cabang usaha baru dalam bentuk perlindungan risiko usaha
pertanian dengan petani/peternak sebagai nasabah.
b. Meningkatkan kemampuan karyawan perusahaan asuransi dalam manajemen
pertanggungan risiko pada sektor pertanian.
Memperbaiki iklim usaha perasuransian secara regional.
d. Mendorong peningkatan kegiatan usaha asuransi dengan basis pertanian yang
mampu membuka lapangan kerja baru.
. Komoditas Pertanian yang Dapat Diasuransikan
9. Seperti kebanyakan aset dan produksi, tanaman dapat diasuransikan terhadap bahaya
apa saja, tetapi semua ada harganya, Dalam situasi dimana keuntungan usaha berbagal
2komoditas pertanian sangat marjinal, keadaan menjadi berbalik. Keuntungan marjinal
mendorong kebutuhan akan manajemen risiko termasuk asuransi, tetapi juga
‘mengurangi kemampuan membeli perlindungan yang diperlukannya,
10. Asuransi usaha tanaman pangan bersifat musiman, kerusakan atau kerugian
berhubungan dengan satu musim tanam untuk menyederhanakan penilaian kerugian,
Secara umum, semakin tinggi nilai Komoditas tanaman, semakin tinggi pula
permintaan asuransi. Komoditas bernilai ekonomi tinggi biasanya dibiayai dengan
fasilitas perbankan yang mengharuskannya untuk diasuransikan. Sub sektor tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan layak diasuransikan.
D. Jenis Risiko Usaha Pertanian Utama yang Dapat Diasuransikan
11. Kekeringan (Drought) Kekeringan merupakan peristiwa cuaca yang kerap terjadi di
negara tropis seperti Indonesia. Waktu kejadian (time of impact) dan wilayah yang
terkena dampak (geographical area) memerlukan batasan yang jelas, Kekeringan dapat
terjadi dalam waktu yang lama dan dampaknya bahkan dialami hingga musim tanam
berikutnya. Kekeringan dapat diperparah oleh penyebab lain seperti penyakit tanaman
yang menyerang tanaman yang stress akibat kekurangan air. Kerusakan karena
kekeringan adalah risiko usahatani dan dapat diasuransikan,
12. Banjir (Flood) Kerusakan akibat banjir dapat disebabkan Karena curah hujan yang
berlebihan, tetapi bisa juga disebabkan oleh kelebihan air di daerah lain dalam bentuk
luapan air sungat atau danau yang mengalir ke lahan pertanian, Risiko banjir pada
dasarnya dapat diasuransikan, dengan pengecualian lahan pertanian yang tidak cukup
didukung drainase atau saluran pembuangan air tidak terawat, ata lahan pertanian
berada pada kontur dataran yang rendah sehingga rawan tergenang banjir.
13. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang mencakup hama tumbuhan dan
penyakit tumbuhan. Risiko serangan OPT sangat bervariasi menurut jenis hama dan
atau penyakit serta menurut wilayah dan intensitas serangan. Risiko yang ditanggung
dalam program asuransi pertanian harus dicantumkan dalam surat perjanjian
kerjasama antara pihak-pihak yang bekerjasama untuk dipatuhi bersama.
14. Kematian ternak (sapi, ayam, dll) adalah risiko yang dapat timbul sebagai akibat
serangan penyakit yang menyerang hewan peliharaan. Jika terjadi endemik di suatu
wilayah, ada kemungkinan risiko kematian ternak massal. Asuransi menjadi alat
perlindungan terhadap serangan penyakit yang mengakibatkan kematian ternak.
15. Kehilangan ternak Kesulitan ekonomi sering dijadikan alasan untuk suatu tindakan
pencurian atau pemindahan penguasaan suatu aset tertentu. Kehilangan ternak
karena pencurian sering terjadi dan menjadi salah satu risiko yang mengakibatkan
kerugian besar. Asuransi dapat menanggung risiko kehilangan ini dan memulihkan
kerugian yang dialami peternak.
E, Strategi dan Langkah-langkah Operasional
a, Kelompok Kerja Pelaksana
16. Strategi pelaksanaan skema asuransi pertanian diawali dengan perhatian terhadap
perlindungan sektor pertanian, Pemerintah pusat memprakarsai perlunya asuransi17.
18.
19.
20.
21,
22)
pertanian untuk melindungi petant dari Kerusakan usahatani atau kerugian gagal
panen (puso) akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT atau kematian/kehilangan
ternak karena sebab-sebab tertentu. Kementerian Pertanian telah mengambil inisiatif.
penyelenggaraan skema asuransi pertanian dengan terlebih dulu- membentuk
Kelompok Kerja (Pokja) Asuransi Pertanian tingkat pusat yang anggotanya terdiri dari
wakil-wakil instansi/asosiasi/pihak terkait.
Pemerintah di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) belum seluruhnya
mengambil langkah-langkah mengikuti inisiatif di tingkat pusat membentuk Kelompok.
Kerja (Pokja) Asuransi Pertanian di wilayah administratif masing-masing. Keanggotaan
Pokja Asuransi Pertanian di daerah perlu dilengkapi dengan memasukkan unsur-unsur
masyarakat, seperti tokoh panutan, pemerhati/praktisi, asosiasi, dan lainnya, termasuk
LSM yang perduli terhadap kepentingan masyarakat tani.
Para petani, khususnya yang tergabung dalam kelompok tani/gapoktan diproyeksikan
untuk mengambil tindakan dengan membangun komunikasi, baik secara internal (di
dalam kelompok) maupun secara eksternal (dengan pihak-pihak terkait, terutama
dengan pemerintah_setempat). Aktivitaskelompok —tani/gapoktan yang
mengomunikasikan rencana skema asuransi pertanian terhadap anggotanya akan
memudahkan penyelenggaraan skema asuranst pada waktunya.
Perusahaan asuransi, sebagai pihak yang menjamin, mengambil kesempatan ini untuk
memperluas cakupan bisnis asuransi dan sekaligus meraih keuntungan bisnis sebagai
perusahaan swasta. Perusahaan swasta perlu melengkapi diri dengan semua perangkat
yang dibutuhkan untuk terselenggaranya kegiatan ini. Inisiatif belajar sambil
melakukan (learning by doing) harus harus ditempuh karena hal ini merupakan
pengalaman baru di bidang bisnis perasuransian.
Ketiga Komponen yang terlibat langsung dalam aplikasi skema asuransi pertanian
dapat secara bersama-sama_ melakukan langkah-langkah operasional dengan
mengikuti seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku. Strategi ini dapat disebut
sebagai strategi menghimpun potensi berbagai pihak dan menggalang kebersamaan
melalui koordinasi tiga-jalur (pemerintah, swasta dan masyarakat tani) yang
bersinergi mewujudkan perlindungan terhadap usaha pertanian.
Premi dan Penutupan Skema Asuransi Pertanian
Premi asuransi adalah biaya yang harus dibayar oleh petani dalam rangka
mendapatkan perlindungan asuransi dan memperoleh ganti-rugi jika usahatani
mengalami kerugian atau Kegagalan panen. Premi merupakan prasyarat keabsahan
perjanjian asuransi atau efektivitas jaminan asuransi. Sumber pembiayaan premi
asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber
sebagai berikut: (a) Pemerintah (APBN/APBD); (b) Kemitraan (PKBL BUMN dan
perusahaan swasta); (c) Perbankan (Jika petani mendapatkan pembiayaan dari
perbankan atau lembaga keuangan lainnya); dan (d) Swadaya (oleh petani sendiri).
Besaran premi asuransi diperkirakan berkisar antara 2,5% hingga 35% dari harga
pertanggungan yang ditetapkan berdasarkan biaya produksi sesuai _jenis
komoditasnya. Pihak-pihak yang bekerjasama akan mengadakan pertemuan danmengambil keputusan bersama tentang besaran suku premi dalam satu musim tanam
atau dalam suatu periode tertentu.
23. Penutupan skema asuransi pertanian ditandai dengan dibayarkannya seluruh
kewajiban penanggung kepada tertanggung sesuai dengan kesepakatan. Seluruh
kesepakatan ini dituangkan di dalam satu dokumen perjanjian kerjasama (polis
asurans!) yang isinya harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang bekerjasama,
F. Mekanisme Pelaksanaan
24. Langkal-langkah operasional program asuransi perlu mengikuti suatu alur proses
pelaksanaan. Mekanisme pelaksanaannya dapat digambarkan dalam bagan berikut.
| PERUSAAAN.
| anccora |
asad
25. Dalam hal terjadi klaim asuransi yang telah diverifikasi dan disetujui sesuai dengan
perjanjian kerjasama yang telah disepakati, maka mekanisme pelaksanaan
pembayaran ganti rugi atau penutupan asuransi dapat digambarkan seperti bagan alir
dibawah ini.(a) Pangan aim
=
Broker Asuransi
+
PERUSAHAAN Nee]. Perusanaan,
PENANGGUNG
_ANGGOTA Koksonetna Ss ancc0TA |
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
ANGGOTA
ANGGOTA | 2)
enusaiaan |_| Sune fopongan, PERUSAKAAN
ANGGOTA | Petsetguan _aNssors
| Peneian Dokumen,
G. Pelaksanaan Uji Coba Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
26.
27.
28.
Sebagai_upaya pembelajaran tentang penyelenggaraan skema asuransi untuk
komoditas padi, pada MH 2012 telah dilaksanakan uji coba (pilot project) pada dua
provinsi sentra produksi padi bersama petani yang tergabung dalam kelompok tani,
Kedua lokasi tersebut adalah Kabupaten Tuban dan Gresik di Provinsi Jawa Timur
seluas 471 ha dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur di Provinsi Sumatera
Selatan seluas 152 ha.
Untuk mewujudkan kegiatan uji coba, partisipasi kementerian atau instans terkait
ainnya sangat dibutuhkan, termasuk dalam penyediaan dana untuk membiayai premi
asuransi. Dalam Konteks ini, partisipasi BUMN pertanian yang tergabung dalam PT
Pupuk Indonesia (Persero) dibawah kendali Kementerian BUMN membantu
pembiayaan premi asuransi. Untuk keperluan itu, telah disepakati suatu bentuk
kerjasama yang tertuang dalam memorandum of understanding (MoU) khusus yang
diterbitkan atas keinginan bersama antara Kementerian Pertanian, PT Pupuk
Indonesia (Persero) dan perusahaan asuransi, Hal ini ditempuh sebagai upaya
sementara sambil menunggu payung hukum yang memungkinkan pembiayaan
penyelenggaraannya dapat dimasukkan dalam anggaran pembangunan nasional.
RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang hingga saat ini masih dalam
pembahasan akhir adalah dokumen legal yang diharapkan dapat menjadi payung
hukum pelaksanaan program asuransi pertanian di Indonesia.H. Tujuan dan Sasaran Pelaksanaan Skema AUTP
29. Tujuan penyelenggaraan asuransi usahatani padi adalah untuk:
a. Memberikan perlindungan dalam bentuk bantuan modal kerja kepada petani jika
terjadi gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT.
b. Membagi kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT kepada pihak
lain melalui skema pertanggungan asuransi.
c. Mengembangkan proses pembelajaran tentang pengelolaan dan pemahaman
manajemen risiko usahatani padi.
30. Sasaran yang ingin dicapai dalam asuranst usahatani padi adalah:
a. Terlindunginya petani dari kerugian dengan memperoleh bantuan modal kerja jika
terjadi gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, serangan OPT.
b, Terbaginya kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, serangan OPT yang selama ini
menjadi beban petani, kepada pihak lain melalui skema pertanggungan asuransi.
c. Berkembangnya pengetahuan melalui proses pembelajaran tentang pengelolaan
dan pemahaman tentang manajemen risiko usahatani padi.
I. PremiSkema AUTP
31. Premi asuransi usahatani padi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Premi asuransi: Premi asuransi adalah biaya yang harus dibayar oleh tertanggung
untuk mendapatkan perlindungan asuransi, Dengan membayar premi asuransi,
tertanggung akan memperoleh ganti-rugi jika usahatani mengalami kerugian atau
kegagalan panen akibat risiko-risiko yang dijamin (banjir, kekeringan, dan OPT),
Sumber pembiayaan premi AUTP untuk uji coba ini bersumber dari BUMN Pupuk
dan swadaya petani (oleh petani sendiri). Premi asuransi disubsidi Perusahaan
BUMN Pupuk sebesar 80% dan petani menanggung 20%.
b, Nilai_Pertanggungan: Dalam asuransi usahatani padi, nilai_pertanggungan
ditetapkan sebesar Rp 6.000.000,- per ha sebagai nilai santunan kerugian untuk
membantu biaya menanam kembali, termasuk untuk mempersiapkan lahan, ongkos
tenaga kerja dan pupuk. Nilai pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan
merupakan batas maksimum santunan kerugian.
c. Suku Premi: Suku premi sebesar 3% dari biaya usahatani (biaya input) sebesar Rp
6.000.000,- atau Rp 180.000,- per hektar. Dengan subsidi 80%, maka Perusahaan
BUMN Pupuk sebagai Kontributor akan membayar premi sebesar Rp 144.000,- per
ha, sedangkan petani membayar sebesar 20% atau Rp 36.000,- per ha.
d. Periode Pertanggungan: Jangka waktu pertanggungan asuransi usahatani padi
berlaku untuk satu musim tanam, dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan
berakhir pada tanggal perkiraan panen.
J. Hasil Uji Coba AUTP
32. Selama penyelenggaraan skema AUTP di dua provinsi diatas, petani mengalami
kejadian risiko yang diklaim kepada pihak asuransi, yakni di Kabupaten Tuban,
733.
Provinsi Jawa Timur dan di Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera Selatan.
Prosedur diatas ditempuh sebagai dasar pengajuan klaim untuk sekitar 80 ha di
Kabupaten Tuban akibat banjir yang merusak tanaman padi petani dan sekitar 7 ha
karena kejadian risiko yang sama di Kabupaten OKU Timur. Meskipun tidak
seluruhnya berhasil diklaim dalam kurun waktu yang telah ditentukan (14 hari),
namun secara keseluruhan, prosedur pengajuan klaim dapat berlangsung dan berhasil
melindungi kepentingan petani.
Pelajaran yang dapat ditarik dari kejadian diatas telah memberikan indikasi yang
cukup kuat bahwa skema AUTP dapat melindungi petani dengan usahataninya dari
kerugian. Petani dapat memanfaatkan santunan atau ganti rugi yang diterima untuk
digunakan sebagai modal kerja pada musim pertanaman berikutnya. Perluasan areal
usahatani padi untuk uji coba masih perlu dilakukan untuk memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang pelaksanaan asuransi pertanian di Indonesia.
K, Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
34,
35.
36.
37.
38.
Asuransi pertanian merupakan hasil kajian yang dilaksanakan secara intensif sejak
tahun 2008 oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Hasil-hasil penelitian ini berhasil dikemas dan diajukan
sebagai bagian dari kebijakan pembangunan pertanian untuk melindungi petani dari
kerugian Karena risiko bencana alam, khususnya asuransi untuk menanggulangi
kerugian akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT.
Asuranst pertanian merupakan salah satu program pembangunan pertanian ditengah
tekanan perubahan iklim global dan fluktuasi harga komoditas pertanian dunia.
Asuransi pertanian diajukan sebagai salah satu bentuk kebijakan untuk meningkatkan
pendapatan petani, menguangi ketergantungan terhadap impor pangan dan sekaligus
menghemat devisa negara. Asuransi pertanian juga diharapkan dapat membuka
lapangan kerja baru, mendorong bisnis perasuransian, dan menggerakkan kegiatan
perekonomian regional dan nasional.
Asuransi pertanian diperlukan untuk melindungi petani dari kerugian karena
kehilangan hasil usahatani sebagai akibat risiko bencana alam (banjir, kekeringan dan
serangan OPT). Skema asuransi usahatani padi diuji coba untuk mempelajari
penyelenggaraannya, termasuk respon petani dan semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaannya,
Petani usahatani padi di kedua provinsi lokasi uji coba telah merasakan manfaat
aplikasi asuransi AUTP. Petani telah memperoleh manfaat ekonomi dari klaim ristko
kegagalan panen yang dialami dan mendapatkan santunan/ganti rugi sebagaimana
tercantum dalam polis asuransi yang disepakati. Uji coba skema AUTP dapat
memberikan informasi yang diperlukan untuk perbaikan tata cara, prosedur serta
mekanisme penyelenggarannya.
Penyelenggaraan skema AUTP telah mendorong kerjasama yang semakin erat antar
petani dalam kelompok tani masing-masing. Penguatan kelembagaan _petani
merupakan salah satu kekuatan sosial yang merekatkan nilai-nilai_budaya
menyongsong keberhasilan sebagai petani yang semakin meningkat.39.
40.
41.
42,
43,
44,
Program asuransi pertanian diharapkan dapat dilaplikasikan pada berbagai komoditas
bernilai ekonomi tinggi lainnya, seperti tanaman pangan jagung dan kedelai, tanaman
hortikultura bawang merah dan cabai, serta ternak sapi dan unggas,
Program asuransi pertanian dinilai lebih mendidik dan mendorong tanggungjawab
petani terhadap manajemen usahataninya. Dibandingkan dengan pemberian bantuan
(bansos) secara cuma-cuma, skema asuransi usahatani padi, misalnya, lebih
mendukung upaya peningkatan kapasitas petani, mengubah pola pikir dan
menjanjikan keuntungan ekonomi yang diperoleh secara lebih bertanggungjawab.
Pengajuan klaim oleh petani perlu diubah untuk tidak menggunakan patokan
kerusakan usahatani mencapai 75 persen (masuk kategori puso), tetapi misalnya klaim
karena petani mengalami risiko kerusakan usahatani pada umur tanaman sebelum 30
hari atau sebelum 60 hari setelah tanam dengan kriteria yang terukur. Uji coba untuk
Jahan padi sawah yang lebih luas masih diperlukan untuk alasan pemahaman
fenomena asuransi usahatani padi,
Sosialisasi pelaksanaan skema asuransi usahatani padi perlu terus dilakukan, bukan
hanya untuk petani atau kelompok tani sasaran, tetapi juga terhadap para
pembina/pejabat serta stakeholders lainnya di pusat dan di daerah. Pemahaman para
pengambil keputusan tentang pentingnya program asuransi pertanian sangat
menentukan keberpihakan terhadap petani dan usahataninya,
Program asuransi pertanian diajukan sebagai salah satu program pembangunan
pertanian yang besaran preminya dapat diintegrasikan kedalam ongkos produksi. Jika
dalam uji coba pemerintah menyediakan subsidi hingga 80 persen, maka kelak subsidi
ini dikurangi secara bertahap hingga keseluruhannya ditanggung petani dan
diintegrasikan kedalam ongkos produksi atau, misalnya dimasukkan kedalam paket
kredit yang diterima petani.
Model skema asuransi pertanian hingga saat ini masih terus dikaji oleh Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian bersama lembaga/instansi terkait, termasuk
kerjasama kedepan antara Kementerian Pertanian dengan JICA yang difasilitasi
Bappenas untuk mempelajari format/skema pelaksanaan yang lebih tepat dan efisien,
seperti asuransi pertanian berbasis produktivitas, asuransi pertanian berbasis harga,
atau asuransi pertanian berbasis indeks iklim.
Sahat M. Pasaribu
Peneliti Utama (sahatp@gmail.com)
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian
Jalan A. Yani 70, Bogor 16161