You are on page 1of 9
PENERAPAN ASURANSI USAHATANI PADI DI INDONESIA: ALTERNATIF SKENARIO MELINDUNGI PETANI DAN USAHATANI A. Latar Belakang 1 Pemerintah menghadapi permasalahan dalam keberlanjutan program peningkatan produksi pertanian, khususnya terkait dengan perubahan iklim global dan fluktuasi perdagangan internasional. Ketahanan pangan nasional telah lama dipandang sebagai salah satu tujuan utama pembangunan, sekalipun dihadapkan pada masalah-masalah yang multidimensional. Upaya meningkatkan produksi juga terus dilakukan/diperkuat melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani, Kegiatan usaha di sektor pertanian akan selalu dihadapkan pada risiko ketidakpastian yang cukup tinggi, Risiko ketidakpastian tersebut meliputi tingkat kerusakan usahatani tingkat kegagalan panen yang disebabkan berbagai bencana alam, seperti banjir, kekeringan, serta serangan hama dan penyakit karena perubahan iklim global, disamping risiko ketidakpastian harga pasar. Ketidakpastian dan tingginya risiko ini sangat memungkinkan petani beralih mengusahakan komoditas lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jika hal ini dibiarkan lebih berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak terhadap stabilitas ketahanan pangan nasional, khususnya produksi dan ketersediaan bahan pangan pokok beras bagi mayoritas penduduk Indonesia, Asuransi pertanian ditawarkan sebagai salah satu alternatif skema pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam kegiatan usahatani, Asuransi pertanian sudah digunakan di banyak negara sebagai instrumen untuk meningkatkan produksi pertanian dan melindungi petani. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga karena mengikuti rekomendasi berusahatani yang baik. Pengalaman penerapan skema asuransi dari negara-negara maju sangat bermanfaat apabila diterapkan di Indonesia, meskipun masih diperlukan beberapa penyesuaian serta uji coba. Bagi Indonesia, asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari risiko kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup yang diperoleh karena mengasuransikan usahataninya untuk membiayai usaha pertanian pada musim berikutnya, Asuransi usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam hubungannya dengan mitigasi dampak perubahan iklim global. Asuransi ini bukan hanya mencakup perlindungan terhadap fluktuasi harga, tetapi juga mencakup pembagian risiko karena kekeringan, banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman serta faktor eksternal lainnya, seperti bencana longsor, gempa bumi, masalah politik dan lainnya, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian mengawali penelitan tentang asuransi pertanian bekerjasama dengan FAO (2008). Selanjutnya, dengan pembiayaan yang berasal dari APBN, penelitian lanjutan dilaksanakan secara intensif tahun 2009 dan 2010. Selain laporan teknis, hasil-hasil penelitian ini juga telah disebarluaskan dalam berbagai media, termasuk sebagai input dalam kebijakan pembangunan pertanian. Hasil-hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap penyusunan pedoman pelaksanaan program asuransi pertanian (deskripsi dan justifikasi sebagai kebijakan dasar, pedoman umum dan petunjuk teknis pelaksanaan asuransi usahatani padi), 7. Model asuransi usahatani padi yang baru pertama kali diintroduksikan di Indonesia ini didasarkan atas biaya usahatani padi untuk melindungi petani dari kerugian kerusakan usahatani dan atau kegagalan panen akibat banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tumbuhan. Skema asuransi ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk pengambilan Keputusan kebijakan pembangunan pertanian, Khususnya dalam upaya melindungi petani dan budidaya padi secara nasional Tujuan Skema Asuransi 8. Tujuan program asuransi pertanian dapat dibagi dalam beberapa kelompok sasaran, sebagai berikut: Untuk kelompok sasaran petani adalah: a, Menyadarkan petani terhadap risiko gagal panen atau gagal usaha peternakan, b. Mendorong petani meningkatkan ketrampilan dan memperbaiki manajemen usaha pertanian. c. Mengurangi ketergantungan petani permodalan yang berasal dari pihak lain dan membantu petani menyediakan biaya produksi atau modal usaha peternakan. 4. Meningkatkan pendapatan petani dari keberhasilan usaha pertanian/peternakan secara berkesinambungan. Untuk kelompok sasaran pemerintah daerah adalah untuk: a. Meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab aparat pemerintahan di daerah tentang pentingnya antisipasi risiko usaha pertanian di daerahnya. b. Membantu menyediakan sarana dan akses permodalan bagi petani jika mengalami risiko usaha pertanian atau terjadi gagal panen/kegagalan usaha peternakan. c. Membantu pembangunan ekonomi regional melalui cabang usaha bisnis asuransi. d. Meningkatkan keberhasilan usaha pertanian/peternakan, serta ketahanan dan keamanan pangan secara regional. e, Membuka peluang penyerapan tenaga kerja baru. Untuk kelompok sasaran perusahaan asuransi untuk: a, Membuka peluang cabang usaha baru dalam bentuk perlindungan risiko usaha pertanian dengan petani/peternak sebagai nasabah. b. Meningkatkan kemampuan karyawan perusahaan asuransi dalam manajemen pertanggungan risiko pada sektor pertanian. Memperbaiki iklim usaha perasuransian secara regional. d. Mendorong peningkatan kegiatan usaha asuransi dengan basis pertanian yang mampu membuka lapangan kerja baru. . Komoditas Pertanian yang Dapat Diasuransikan 9. Seperti kebanyakan aset dan produksi, tanaman dapat diasuransikan terhadap bahaya apa saja, tetapi semua ada harganya, Dalam situasi dimana keuntungan usaha berbagal 2 komoditas pertanian sangat marjinal, keadaan menjadi berbalik. Keuntungan marjinal mendorong kebutuhan akan manajemen risiko termasuk asuransi, tetapi juga ‘mengurangi kemampuan membeli perlindungan yang diperlukannya, 10. Asuransi usaha tanaman pangan bersifat musiman, kerusakan atau kerugian berhubungan dengan satu musim tanam untuk menyederhanakan penilaian kerugian, Secara umum, semakin tinggi nilai Komoditas tanaman, semakin tinggi pula permintaan asuransi. Komoditas bernilai ekonomi tinggi biasanya dibiayai dengan fasilitas perbankan yang mengharuskannya untuk diasuransikan. Sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan layak diasuransikan. D. Jenis Risiko Usaha Pertanian Utama yang Dapat Diasuransikan 11. Kekeringan (Drought) Kekeringan merupakan peristiwa cuaca yang kerap terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Waktu kejadian (time of impact) dan wilayah yang terkena dampak (geographical area) memerlukan batasan yang jelas, Kekeringan dapat terjadi dalam waktu yang lama dan dampaknya bahkan dialami hingga musim tanam berikutnya. Kekeringan dapat diperparah oleh penyebab lain seperti penyakit tanaman yang menyerang tanaman yang stress akibat kekurangan air. Kerusakan karena kekeringan adalah risiko usahatani dan dapat diasuransikan, 12. Banjir (Flood) Kerusakan akibat banjir dapat disebabkan Karena curah hujan yang berlebihan, tetapi bisa juga disebabkan oleh kelebihan air di daerah lain dalam bentuk luapan air sungat atau danau yang mengalir ke lahan pertanian, Risiko banjir pada dasarnya dapat diasuransikan, dengan pengecualian lahan pertanian yang tidak cukup didukung drainase atau saluran pembuangan air tidak terawat, ata lahan pertanian berada pada kontur dataran yang rendah sehingga rawan tergenang banjir. 13. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang mencakup hama tumbuhan dan penyakit tumbuhan. Risiko serangan OPT sangat bervariasi menurut jenis hama dan atau penyakit serta menurut wilayah dan intensitas serangan. Risiko yang ditanggung dalam program asuransi pertanian harus dicantumkan dalam surat perjanjian kerjasama antara pihak-pihak yang bekerjasama untuk dipatuhi bersama. 14. Kematian ternak (sapi, ayam, dll) adalah risiko yang dapat timbul sebagai akibat serangan penyakit yang menyerang hewan peliharaan. Jika terjadi endemik di suatu wilayah, ada kemungkinan risiko kematian ternak massal. Asuransi menjadi alat perlindungan terhadap serangan penyakit yang mengakibatkan kematian ternak. 15. Kehilangan ternak Kesulitan ekonomi sering dijadikan alasan untuk suatu tindakan pencurian atau pemindahan penguasaan suatu aset tertentu. Kehilangan ternak karena pencurian sering terjadi dan menjadi salah satu risiko yang mengakibatkan kerugian besar. Asuransi dapat menanggung risiko kehilangan ini dan memulihkan kerugian yang dialami peternak. E, Strategi dan Langkah-langkah Operasional a, Kelompok Kerja Pelaksana 16. Strategi pelaksanaan skema asuransi pertanian diawali dengan perhatian terhadap perlindungan sektor pertanian, Pemerintah pusat memprakarsai perlunya asuransi 17. 18. 19. 20. 21, 22) pertanian untuk melindungi petant dari Kerusakan usahatani atau kerugian gagal panen (puso) akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT atau kematian/kehilangan ternak karena sebab-sebab tertentu. Kementerian Pertanian telah mengambil inisiatif. penyelenggaraan skema asuransi pertanian dengan terlebih dulu- membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Asuransi Pertanian tingkat pusat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil instansi/asosiasi/pihak terkait. Pemerintah di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) belum seluruhnya mengambil langkah-langkah mengikuti inisiatif di tingkat pusat membentuk Kelompok. Kerja (Pokja) Asuransi Pertanian di wilayah administratif masing-masing. Keanggotaan Pokja Asuransi Pertanian di daerah perlu dilengkapi dengan memasukkan unsur-unsur masyarakat, seperti tokoh panutan, pemerhati/praktisi, asosiasi, dan lainnya, termasuk LSM yang perduli terhadap kepentingan masyarakat tani. Para petani, khususnya yang tergabung dalam kelompok tani/gapoktan diproyeksikan untuk mengambil tindakan dengan membangun komunikasi, baik secara internal (di dalam kelompok) maupun secara eksternal (dengan pihak-pihak terkait, terutama dengan pemerintah_setempat). Aktivitaskelompok —tani/gapoktan yang mengomunikasikan rencana skema asuransi pertanian terhadap anggotanya akan memudahkan penyelenggaraan skema asuranst pada waktunya. Perusahaan asuransi, sebagai pihak yang menjamin, mengambil kesempatan ini untuk memperluas cakupan bisnis asuransi dan sekaligus meraih keuntungan bisnis sebagai perusahaan swasta. Perusahaan swasta perlu melengkapi diri dengan semua perangkat yang dibutuhkan untuk terselenggaranya kegiatan ini. Inisiatif belajar sambil melakukan (learning by doing) harus harus ditempuh karena hal ini merupakan pengalaman baru di bidang bisnis perasuransian. Ketiga Komponen yang terlibat langsung dalam aplikasi skema asuransi pertanian dapat secara bersama-sama_ melakukan langkah-langkah operasional dengan mengikuti seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku. Strategi ini dapat disebut sebagai strategi menghimpun potensi berbagai pihak dan menggalang kebersamaan melalui koordinasi tiga-jalur (pemerintah, swasta dan masyarakat tani) yang bersinergi mewujudkan perlindungan terhadap usaha pertanian. Premi dan Penutupan Skema Asuransi Pertanian Premi asuransi adalah biaya yang harus dibayar oleh petani dalam rangka mendapatkan perlindungan asuransi dan memperoleh ganti-rugi jika usahatani mengalami kerugian atau Kegagalan panen. Premi merupakan prasyarat keabsahan perjanjian asuransi atau efektivitas jaminan asuransi. Sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) Pemerintah (APBN/APBD); (b) Kemitraan (PKBL BUMN dan perusahaan swasta); (c) Perbankan (Jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya); dan (d) Swadaya (oleh petani sendiri). Besaran premi asuransi diperkirakan berkisar antara 2,5% hingga 35% dari harga pertanggungan yang ditetapkan berdasarkan biaya produksi sesuai _jenis komoditasnya. Pihak-pihak yang bekerjasama akan mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan bersama tentang besaran suku premi dalam satu musim tanam atau dalam suatu periode tertentu. 23. Penutupan skema asuransi pertanian ditandai dengan dibayarkannya seluruh kewajiban penanggung kepada tertanggung sesuai dengan kesepakatan. Seluruh kesepakatan ini dituangkan di dalam satu dokumen perjanjian kerjasama (polis asurans!) yang isinya harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang bekerjasama, F. Mekanisme Pelaksanaan 24. Langkal-langkah operasional program asuransi perlu mengikuti suatu alur proses pelaksanaan. Mekanisme pelaksanaannya dapat digambarkan dalam bagan berikut. | PERUSAAAN. | anccora | asad 25. Dalam hal terjadi klaim asuransi yang telah diverifikasi dan disetujui sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati, maka mekanisme pelaksanaan pembayaran ganti rugi atau penutupan asuransi dapat digambarkan seperti bagan alir dibawah ini. (a) Pangan aim = Broker Asuransi + PERUSAHAAN Nee]. Perusanaan, PENANGGUNG _ANGGOTA Koksonetna Ss ancc0TA | PERUSAHAAN PERUSAHAAN ANGGOTA ANGGOTA | 2) enusaiaan |_| Sune fopongan, PERUSAKAAN ANGGOTA | Petsetguan _aNssors | Peneian Dokumen, G. Pelaksanaan Uji Coba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) 26. 27. 28. Sebagai_upaya pembelajaran tentang penyelenggaraan skema asuransi untuk komoditas padi, pada MH 2012 telah dilaksanakan uji coba (pilot project) pada dua provinsi sentra produksi padi bersama petani yang tergabung dalam kelompok tani, Kedua lokasi tersebut adalah Kabupaten Tuban dan Gresik di Provinsi Jawa Timur seluas 471 ha dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur di Provinsi Sumatera Selatan seluas 152 ha. Untuk mewujudkan kegiatan uji coba, partisipasi kementerian atau instans terkait ainnya sangat dibutuhkan, termasuk dalam penyediaan dana untuk membiayai premi asuransi. Dalam Konteks ini, partisipasi BUMN pertanian yang tergabung dalam PT Pupuk Indonesia (Persero) dibawah kendali Kementerian BUMN membantu pembiayaan premi asuransi. Untuk keperluan itu, telah disepakati suatu bentuk kerjasama yang tertuang dalam memorandum of understanding (MoU) khusus yang diterbitkan atas keinginan bersama antara Kementerian Pertanian, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan perusahaan asuransi, Hal ini ditempuh sebagai upaya sementara sambil menunggu payung hukum yang memungkinkan pembiayaan penyelenggaraannya dapat dimasukkan dalam anggaran pembangunan nasional. RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang hingga saat ini masih dalam pembahasan akhir adalah dokumen legal yang diharapkan dapat menjadi payung hukum pelaksanaan program asuransi pertanian di Indonesia. H. Tujuan dan Sasaran Pelaksanaan Skema AUTP 29. Tujuan penyelenggaraan asuransi usahatani padi adalah untuk: a. Memberikan perlindungan dalam bentuk bantuan modal kerja kepada petani jika terjadi gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT. b. Membagi kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT kepada pihak lain melalui skema pertanggungan asuransi. c. Mengembangkan proses pembelajaran tentang pengelolaan dan pemahaman manajemen risiko usahatani padi. 30. Sasaran yang ingin dicapai dalam asuranst usahatani padi adalah: a. Terlindunginya petani dari kerugian dengan memperoleh bantuan modal kerja jika terjadi gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, serangan OPT. b, Terbaginya kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, serangan OPT yang selama ini menjadi beban petani, kepada pihak lain melalui skema pertanggungan asuransi. c. Berkembangnya pengetahuan melalui proses pembelajaran tentang pengelolaan dan pemahaman tentang manajemen risiko usahatani padi. I. PremiSkema AUTP 31. Premi asuransi usahatani padi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Premi asuransi: Premi asuransi adalah biaya yang harus dibayar oleh tertanggung untuk mendapatkan perlindungan asuransi, Dengan membayar premi asuransi, tertanggung akan memperoleh ganti-rugi jika usahatani mengalami kerugian atau kegagalan panen akibat risiko-risiko yang dijamin (banjir, kekeringan, dan OPT), Sumber pembiayaan premi AUTP untuk uji coba ini bersumber dari BUMN Pupuk dan swadaya petani (oleh petani sendiri). Premi asuransi disubsidi Perusahaan BUMN Pupuk sebesar 80% dan petani menanggung 20%. b, Nilai_Pertanggungan: Dalam asuransi usahatani padi, nilai_pertanggungan ditetapkan sebesar Rp 6.000.000,- per ha sebagai nilai santunan kerugian untuk membantu biaya menanam kembali, termasuk untuk mempersiapkan lahan, ongkos tenaga kerja dan pupuk. Nilai pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan merupakan batas maksimum santunan kerugian. c. Suku Premi: Suku premi sebesar 3% dari biaya usahatani (biaya input) sebesar Rp 6.000.000,- atau Rp 180.000,- per hektar. Dengan subsidi 80%, maka Perusahaan BUMN Pupuk sebagai Kontributor akan membayar premi sebesar Rp 144.000,- per ha, sedangkan petani membayar sebesar 20% atau Rp 36.000,- per ha. d. Periode Pertanggungan: Jangka waktu pertanggungan asuransi usahatani padi berlaku untuk satu musim tanam, dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. J. Hasil Uji Coba AUTP 32. Selama penyelenggaraan skema AUTP di dua provinsi diatas, petani mengalami kejadian risiko yang diklaim kepada pihak asuransi, yakni di Kabupaten Tuban, 7 33. Provinsi Jawa Timur dan di Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Prosedur diatas ditempuh sebagai dasar pengajuan klaim untuk sekitar 80 ha di Kabupaten Tuban akibat banjir yang merusak tanaman padi petani dan sekitar 7 ha karena kejadian risiko yang sama di Kabupaten OKU Timur. Meskipun tidak seluruhnya berhasil diklaim dalam kurun waktu yang telah ditentukan (14 hari), namun secara keseluruhan, prosedur pengajuan klaim dapat berlangsung dan berhasil melindungi kepentingan petani. Pelajaran yang dapat ditarik dari kejadian diatas telah memberikan indikasi yang cukup kuat bahwa skema AUTP dapat melindungi petani dengan usahataninya dari kerugian. Petani dapat memanfaatkan santunan atau ganti rugi yang diterima untuk digunakan sebagai modal kerja pada musim pertanaman berikutnya. Perluasan areal usahatani padi untuk uji coba masih perlu dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pelaksanaan asuransi pertanian di Indonesia. K, Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan 34, 35. 36. 37. 38. Asuransi pertanian merupakan hasil kajian yang dilaksanakan secara intensif sejak tahun 2008 oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Hasil-hasil penelitian ini berhasil dikemas dan diajukan sebagai bagian dari kebijakan pembangunan pertanian untuk melindungi petani dari kerugian Karena risiko bencana alam, khususnya asuransi untuk menanggulangi kerugian akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT. Asuranst pertanian merupakan salah satu program pembangunan pertanian ditengah tekanan perubahan iklim global dan fluktuasi harga komoditas pertanian dunia. Asuransi pertanian diajukan sebagai salah satu bentuk kebijakan untuk meningkatkan pendapatan petani, menguangi ketergantungan terhadap impor pangan dan sekaligus menghemat devisa negara. Asuransi pertanian juga diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru, mendorong bisnis perasuransian, dan menggerakkan kegiatan perekonomian regional dan nasional. Asuransi pertanian diperlukan untuk melindungi petani dari kerugian karena kehilangan hasil usahatani sebagai akibat risiko bencana alam (banjir, kekeringan dan serangan OPT). Skema asuransi usahatani padi diuji coba untuk mempelajari penyelenggaraannya, termasuk respon petani dan semua pihak yang terkait dalam pelaksanaannya, Petani usahatani padi di kedua provinsi lokasi uji coba telah merasakan manfaat aplikasi asuransi AUTP. Petani telah memperoleh manfaat ekonomi dari klaim ristko kegagalan panen yang dialami dan mendapatkan santunan/ganti rugi sebagaimana tercantum dalam polis asuransi yang disepakati. Uji coba skema AUTP dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk perbaikan tata cara, prosedur serta mekanisme penyelenggarannya. Penyelenggaraan skema AUTP telah mendorong kerjasama yang semakin erat antar petani dalam kelompok tani masing-masing. Penguatan kelembagaan _petani merupakan salah satu kekuatan sosial yang merekatkan nilai-nilai_budaya menyongsong keberhasilan sebagai petani yang semakin meningkat. 39. 40. 41. 42, 43, 44, Program asuransi pertanian diharapkan dapat dilaplikasikan pada berbagai komoditas bernilai ekonomi tinggi lainnya, seperti tanaman pangan jagung dan kedelai, tanaman hortikultura bawang merah dan cabai, serta ternak sapi dan unggas, Program asuransi pertanian dinilai lebih mendidik dan mendorong tanggungjawab petani terhadap manajemen usahataninya. Dibandingkan dengan pemberian bantuan (bansos) secara cuma-cuma, skema asuransi usahatani padi, misalnya, lebih mendukung upaya peningkatan kapasitas petani, mengubah pola pikir dan menjanjikan keuntungan ekonomi yang diperoleh secara lebih bertanggungjawab. Pengajuan klaim oleh petani perlu diubah untuk tidak menggunakan patokan kerusakan usahatani mencapai 75 persen (masuk kategori puso), tetapi misalnya klaim karena petani mengalami risiko kerusakan usahatani pada umur tanaman sebelum 30 hari atau sebelum 60 hari setelah tanam dengan kriteria yang terukur. Uji coba untuk Jahan padi sawah yang lebih luas masih diperlukan untuk alasan pemahaman fenomena asuransi usahatani padi, Sosialisasi pelaksanaan skema asuransi usahatani padi perlu terus dilakukan, bukan hanya untuk petani atau kelompok tani sasaran, tetapi juga terhadap para pembina/pejabat serta stakeholders lainnya di pusat dan di daerah. Pemahaman para pengambil keputusan tentang pentingnya program asuransi pertanian sangat menentukan keberpihakan terhadap petani dan usahataninya, Program asuransi pertanian diajukan sebagai salah satu program pembangunan pertanian yang besaran preminya dapat diintegrasikan kedalam ongkos produksi. Jika dalam uji coba pemerintah menyediakan subsidi hingga 80 persen, maka kelak subsidi ini dikurangi secara bertahap hingga keseluruhannya ditanggung petani dan diintegrasikan kedalam ongkos produksi atau, misalnya dimasukkan kedalam paket kredit yang diterima petani. Model skema asuransi pertanian hingga saat ini masih terus dikaji oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian bersama lembaga/instansi terkait, termasuk kerjasama kedepan antara Kementerian Pertanian dengan JICA yang difasilitasi Bappenas untuk mempelajari format/skema pelaksanaan yang lebih tepat dan efisien, seperti asuransi pertanian berbasis produktivitas, asuransi pertanian berbasis harga, atau asuransi pertanian berbasis indeks iklim. Sahat M. Pasaribu Peneliti Utama (sahatp@gmail.com) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian Jalan A. Yani 70, Bogor 16161

You might also like