You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah

sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.

Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan

dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik atau kedua-duanya secara terus-

menerus (Alison Hull, 1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang mana

tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (Mansjoer

Arif, 1999).

B. Klasifikasi hipertensi pada lansia

a. Menurut Darmojo (1999), hipertensi pada lansia dibedakan atas :

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi

dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih

rendah dari 90 mmHg.


b. Secara klinis derajat hipertensi, dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari

The Sixth Report Of Join Nation Committee, Prevention Detection and Treatment Of

High Blood Pressure (JNC-VI, 1997) sebagai berikut :

Tabel. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Lansia

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120-129 80-84

3 High normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

Grade (1) ringan 140-159 90-104

Grade (2) sedang 160-179 105-114

Grade (3) berat 180-209 115-129

Maligna (ganas) >210 >130

Sumber: National High Blood Pressure Education Program, 1997.

c. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan

besar yaitu :

1) Hipertensi primer (esensial) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,

mencakup 90% dari semua kasus hipertensi yang ada.

2) Hipertensi sekunder, penyebabnya dapat diidentifikasi dan didapatkan 10% dari

semua kasus hipertensi yang ada. Penyebab dari hipertensi sekunder diantaranya

sebagai berikut: penyakit ginjal, penyakit endokrin, koarktasio aorta, kehamilan,

kelainan saraf, akibat obat (Arbaa Fivone, 2009).


d. Kerusakan organ target yang menyababkan hipertensi antara lain:

1) Jantung: Hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal jantung

2) Otak: stroke atau transient iskemik attack

3) Penyakit ginjal kronis

4) Penyakit arteri perifer

5) Retinopati (Doerbun, 2009).

e. Klasifikasi hipertensi renal sebagai berikut:

1) Hipertensi renal pada penyakit ginjal intrinsik

(a) Kelainan parenkim ginjal

(1) Glomerulonefritis, akut dan kronik

(2) Pielonefritis kronik, unilateral dan bilateral

(3) Ginjal polikistik

(4) Nefritis radiasi

(5) Tumor ganas ginjal

(6) Hidronefrosis

(b) Kelainan ginjal sekunder

(1) Periarteritis nodosa

(2) Skleroderma

(3) Glomerulosklerosis diabetic

(4) Ginjal kerut amiloid

(c) Kelainan perirenal

(1) Perdarahan

(2) Perinefritis
(3) Abses perirenal

(4) Keganasan perirenal

(5) Kista perirenal

(6) trauma

2) Hipertensi renal pada penyakit pembuluh darah ginjal

(a) Kelainan pembuluh darah ginjal intrarenal

(b) Kelainan pembuluh darah ginjal ekstrarenal

3) Prosis ginjal

(a) Hipertensi renal yang dapat dikoreksi (Correctable Renal Hypertension)

(b) Hipertensi renal yang tidak dapat dikoreksi (Non-correctable Renal

Hypertension) (Crocker, 2007).

C. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada :

Elasitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun, 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun

kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor tesebut adalah sebagai berikut : faktor keturunan, ciri perseorangan, kebiasaan

hidup. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : ginjal, glomerulonefritis,

aterosklerosis, kelainan endokrin, hyperplasia, diabates, dan lain-lain (Smeltzer,2001).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi

Menurut Lany Gunawan, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi adalah:

a. Genetik

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Diet

Konsumsi makanan yamg tidak seimbang, banyak mengandung lemak disertai tinggi

garam, menigkatkan resiko terkena hipertensi. Konsumsi gula berlebihan berpengaruh

terhadap tekanan darah,sedangkan banyak mengkonsumsi serat dapat membantu

menjaga tekanan darah dalam batas normal.

c. Kegemukkan

Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada hubungan

antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme bagaimana

kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan

berat badan dapat menurunkan tekanan darah.


d. Stress

Sudah lama diketahui bahwa stress (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa

takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis,

gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

e. Merokok

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui

rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

f. Olahraga

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah, dan bermanfaat

bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu, dengan melakukan olahraga

aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan

turun.
E. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatkan

tekanan darah, selain penentuan tekanan darah arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien

yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,

sesak nafas, gelisah, mual, muntah, kesadaran menurun.

F. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan peningkatan

tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Organ-organ yang paling sering rusak,

antara lain : otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal, organ-organ ini

disebut target organ hipertensi komplikasi pada organ-organ ini.

G. Pemeriksaan penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan

seseorang menderita hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Hemoglobin/ hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat

mengidentifikasi faktor-faktor resiko seperti anemia.

b. Nitrogen urea darah

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal.

c. Glukosa

Hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus hipetensi) dapat diakibatkan oleh

peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi), plak ateromatosa (efek

kardiovaskuler).

d. Kalium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.

e. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan

f. Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.

g. Kadar aldosteron urin/ serum

Untuk mengkaji aldosterinisme primer (penyebab)

h. Urinalisa

Darah, protein, glokosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.

i. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.

j. Steroid urin

Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

k. Intravenousparenteral
Dapat mengindikasikan penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu

ginjal/ ureter.

l. Foto dada

Menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub, pembesaran jantung.

m. Ct Scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.

n. Electrokardiogram

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,

peningkatan gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

(Smeltzer, 2001).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Menurunkan tekanan darah menjadi normal

b. Mengobati payah jantung karena hipertensi

c. Mengurangi mobilitas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler

d. Menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.


LANDASAN TEORI KEPARAWATAN

PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan , Letih , Napas pendek , Gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, Perubahan irama jantung, Takipnea


Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit,
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD ,Nadi : denyutan jelas, Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia ,
Bunyi jantung : murmur, Distensi vena jugularis, Ekstermitas Perubahan warna kulit, suhu
dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda : Letupan suasana hati, Gelisah ,Penyempitan kontinue perhatian, Tangisan yang meledak,
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ), Peningkatan pola bicara

Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol, Mual , Muntah, Riwayat penggunaan diuretic
Tanda : BB normal atau obesitas, Edema, Kongesti vena, Peningkatan JVP, glikosuria

Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, Episode kebas, Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, Takipnea, Ortopnea, Dispnea nocturnal
proksimal, Batuk dengan atau tanpa sputum, Riwayat merokok

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, Bunyi napas tambahan (
krekles, mengi ), Sianosis

Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri B/D Peningkatan tekanan vaskuler serebral.


Tujuan :
Sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
KH :
Pasien mengungkapkan Tidak adanya sakit kepala
Skala nyeri (0)
Wajah tidak meringis
Pasien tidak pusing
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV 1. Membantu dalam menentukan
intervensi lanjutan

2. kaji keluhan nyeri, lokasi, lama,dan 2. membantu dalam menetukan kebutuhan


intensitasnya nyeri dan keefektifan program.

3. Anjurkan klien untuk sering mengubah 3. Agar pasien merasa nyaman dan
posisi nyaman pada waktu tidur / duduk. membantu dalam proses penyembuhan.

4. Anjurkan klien untuk tidak terlalu


memikirkan hal hal yang dapat
4. Membantu dalam proses penyembuhan
meningkatkan Tekanan Darah . klien
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan Kognitif
Tujuan : Masalah kurang pengetahuan teratasi, dengan
KH :
Pasien menyatakan memahami tentang penyakitnya.
Pasien tampak tidak gelisah lagi.

Intervensi Rasional

1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar 1. kesalahan konsep dan menyangkal
termasuk orang terdekat. diagnosa karena perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi
minimal klien / orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis.

2. Memberikan HE kepada pasien tentang 2. Agar pasien mengerti tentang


penyakitnya penyakitnya.

You might also like