Professional Documents
Culture Documents
BAB I
STATUS ORGANISASI
Pasal 1
Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia atau disingkat ASEPHI adalah suatu
organisasi nasional serta wadah untuk memperjuangkan aspirasi ekonomi para pengusaha
Indonesia yang bergerak dibidang kerajinan
Pasal 2
ASEPHI adalah asosiasi pengusaha nasional berstatus Badan Hukum yang didirikan berdasarkan
Akte Notaris, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga terdaftar di Pengadilan Negeri dan
disahkan Departemen Kehakiman (red. Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia
|Kemenkumham RI) serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3
KETENTUAN KEANGGOTAAN
Pengusaha Warga Negara Indonesia yang berprofesi di bidang industri kreatif sektor kerajinan
yang merupakan pemilik, pimpinan, pengurus dan atau penanggung jawab dari perusahaan
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No.1 tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri Indonesia.
Pasal 4
STATUS KENGGOTAAN
b. Anggota Luar Biasaadalah Perorangan yang memiliki jasa yang besar dibidang
perekonomian.
Pasal 5
TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA
1. Setiap calon anggota ASEPHI harus mengajukan permohonan dengan formulir yang
disediakan.
2. Setiap calon angota ASEPHI, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 di atas, harus
diusulkan dan didukung secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 2(dua) orang anggota Badan
Pengurus dan Badan Pertimbangan setempat.
3. Sekretaris Jenderal memberitahukan secara tertulis tentang permohonan calon anggota kepada
para anggota Badan Pengurus Daerah/Cabang yang diselenggarakan dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari setelah permohonan diterima, dimana permohonan anggota akan disetujui atau ditolak.
4. Hak penentuan penerimaan anggota berada dalam tangan Badan Pengurus Daerah/Cabang dan
setiap penerimaan anggota harus disetujui oleh 2/3 (dua pertiga) anggota Badan Pengurus Harian
Daerah/Cabang yang hadir dalam rapat.
5. Calon anggota yang diterima sebagai anggota diberikan Kartu Tanda Anggota sebagai tanda
keanggotaan yang harus dibubuhi tanda tangan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Badan
Pengurus Pusat.
6. Pengunduran diri dari keanggotaan ASEPHI harus dinyatakan secara tertulis kepada Badan
Pengurus.
Pasal 6
1. Anggota ASEPHI berlaku sebagai pribadi yang bermoral Pancasila dan menjunjung
tinggi nama baik reputasi keanggotaan didalam masyarakat pengusaha dan dunia usaha
nasional.
2. Anggota ASEPHI tidak akan secara sadar dan dengan itikad jahat merusak nama baik
atau reputasi bisnis sesama anggota.
3. Anggota ASEPHI selalu berusaha menjalankan bisnis secara baik dan terpuji serta
menghindari perbuatan yang menyesatkan langganannya baik dalam bentuk
keterangan/informasi, promosi dan iklan maupun dalam produksi serta pemasaran atau
pemberi jasa-jasa.
4. Anggota ASEPHI memastikan diri bahwa para karyawannya mengetahui, mengerti dan turut
menjunjung tinggi kode etik keanggotaan ASEPHI.
Pasal 7
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ASEPHI.
2. Setiap anggota wajib menyokong keuangan organisasi serta memenuhi keharusan
membayar uang pangkal dan iuran anggota.
3. Setiap anggota wajib mentaati Peraturan Badan Pengurus sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 8
HAK ANGGOTA
6. Hak-hak keanggotaan tidak dapat diserahkan kepada siapapun dan dengan jalan apapun juga.
Pasal 9
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
b. Pengenaan hukum pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti
atau dinyatakan pailit oleh pengadilan.
d. Karena berhenti menjadi pemilik, pimpinan, pengurus dan atau penanggung jawab dari
perusahaan.
2. Penghentian keanggotaan adalah wewenang Badan Pengurus dan dapat dijalankan setelah
yang bersangkutan diberi peringatan 3 (tiga) kali, dimana pada peringatan yang kedua
Badan Pengurus dapat memberhentikannya sementara waktu.
3. Setiap anggota yang terkena sanksi penghentian sementara atau tetap, kehilangan haknya
sebagai anggota.
4. Anggota yang terkena sanksi penghentian sementara, dapat mengajukan pembelaan diri
atau naik banding pada Badan Pengurus Pusat.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
MUSYAWARAH NASIONAL
1. Menetapkan Program Umum Nasional ASEPHI untuk digunakan sebagai pedoman oleh
Badan PengurusPusat baru yang akan dipilih.
d. Mencabut/membatalkan keputusan yang tidak sesuai lagi dan menetapkan ketentuan baru yang
diperlukan.
1. Memenuhi kuorum sebanyak 0,5+1 (setengah plus 1) dari peserta yang berhak hadir.
2. Jika kourum ini tidak tercapai, maka upacara pembukaan Musyawarah Nasional tetap
dapat berlangsung menurut jadwal yang tercantum dalam surat undangan dengan catatan
pengecekan kembali. Tetapi persidangan Musyawarah Nasional harus ditunda selama-
lamanya 24 (dua puluh empat) jam.
3. Apabila setelah waktu penundaan jumlah kourum masih tidak tercapai, maka persidangan
Musyawarah Nasional dapat berlangsung dan dengan sah tanpa perlu mengindahkan
kourum.
Pasal 11
MUSYAWARAH DAERAH
3. Prosedur dan tata laksana penyelenggaraan Musyawarah Daerah merupakan tugas dan
tanggung jawab Badan Pengurus Daerah. Kecuali apabila Badan Pengurus Daerah
kehilangan hak dan wewenang untuk mengurus organisasi sebagaimana disebut pada ayat
1 di atas, maka Badan Pengurus Pusat akan mengambil alih tugas dan tanggung jawab
tersebut.
4. Musyawarah Daerah membahas pertanggung jawaban Badan Pengurus Daerah selama
masa baktinya.
5. Musyawarah Daerah berwenang dan berhak:
6. Memilih dan membentuk Badan Pengurus Daerah serta Lembaga Kelengkapan Organiasi
tingkat daerah.
7. Menetapkan Program Umum Daerah ASEPHI berlandaskan Program Umum Nasional
ASEPHI yang disesuaikan dengan kepentingan daerah untuk digunakan sebagai pedoman
oleh Badan Pengurus Daerah baru yang akan dipilih.
8. Mencabut/membatalkan keputusan yang tidak sesuai lagi dan menetapkan ketentuan baru
yang diperlukan.
9. Peserta/Peninjau/Undangan pada Musyawarah Daerah terdiri dari:
10. Peserta adalah anggota biasa daerah yang bersangkutan.
11. Peninjau adalah anggota Badan Pengurus Daerah dan para anggota Cabang biasa
didaerah yang bersangkutan
12. Undangan adalah para anggota Badan Pengurus Pusat, Lembaga-lembaga Pemerintah,
Organisasi atau Lembaga Ekonomi lainnya serta pihak-pihak yang diundang oleh Badan
Pengurus Daerah yang bersangkutan.
Pasal 12
MUSYAWARAH CABANG
b.Peninjau adalah anggota Badan Pengurus Daerah dan para anggota Cabang biasa didaerah
yang bersangkutan.
Pasal 13
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan dan hal-hal yang
tidak dapat ditunda sampai Musyawarah Nasional diselenggarakan, antara lain seperti:
b.Jika Badan Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Nasional setelah 3 (tiga)
bulan berakhirnyamasa bakti Badan Pengurus Pusat.
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga)
jumlah Badan Pengurus Daerah bersama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan
Pengurus Pusat atau sebaliknya. Kecuali dalam hal penyelenggaraan Musyawarah
Nasional Luar Biasa yang dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 Anggaran Rumah Tangga.
3. Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional dapat diberlakukan
untukpenyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa.
4. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undanganmenghadiri Musyawarah Nasional Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas)
hari sebelum tanggal penyelenggaraan.
Pasal 14
1.Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan dan hal-hal yang tidak
dapat ditunda sampai Musyawarah Daerah diselenggarakan, antara lain seperti:
b.Jika Badan Pengurus Daerah tidak menyelenggarakan Musyawarah Daerah setelah 3 (tiga)
bulan berakhirnya masa bakti Badan Pengurus Daerah tersebut.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan 2/3 (dua per tiga) jumlah
Badan Pengurus Cabang bersama dengan 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Badan Pengurus
Daerah atau sebaliknya
4.Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Daerah Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan
Pasal 15
1. Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan dan hal-hal yang
tidak dapat ditunda sampai MusyawarahCabang diselenggarakan, antara lain seperti:
3. Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Cabang Luar Biasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum tanggal penyelenggaraan
Pasal 16
MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS
4.Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada para peserta bersama-sama
undangan menghadiri Musyawarah Nasional Khusus paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum
tanggal penyelenggaraan.
Pasal 17
a. Menjalankan dan memelihara wibawa Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga ASEPHI.
Pasal 18
1.Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan tata laksana program serta pelaksanaannya,
menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
2.Badan Pengurus Daerah berhak menetapkan dana membayar biaya-biaya oprasional
berdasarkan program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
3. Badan Pengurus Daerah melalui Ketua Umum berhak mengangkat dan memberhentikan
Kepala Sektretariat beserta staf Sekretariat dan menetapkan gaji serta syarat-syarat kerja.
4. Badan Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum
Musyawarah Daerah.
Pasal 19
1. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan tata laksana program serta pelaksanaannya,
menetapkanperaturan-peraturan yang diperlukan guna kelancaran pengelolaan organisasi.
2. Badan Pengurus Cabang berhak menetapkan dana membayar biaya-biaya oprasional
berdasarkan program kerja yang ditetapkan maupun biaya-biaya lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan tujuan dan usaha organisasi.
4. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada para anggota melalui forum
Musyawarah Cabang.
Pasal 20
Pasal 21
PERSYARATAN ANGGOTA BADAN PENGURUS
b.Pernah menjadi anggota Badan Pengurus Pusat, Daerah atau Badan Pembina atau Badan
Pertimbangan.
Pasal 22
Pemilihan Badan Pengurus Pusat ASEPHI dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk
mencapai mufakat. Bila dengan cara ini tidak berhasil dicapai kesepakatan, maka ditempuh cara
sebagai berikut:
b. Penulisan dilakukan ditempat yang cukup menjamin kebebasan dan kerahasiaan yang
disediakan oleh Panitia Musyawarah.
c. Setelah ditulis, kertas suara dimasukkan kedalam kotak yang tersedia ditempat yang
sama.
d. Perhitungan suara dilakukan secara terbuka dipimpin oleh Ketua Sidang dibantu oleh
2 (dua) orang saksi.
e. Dari hasil perhitungan suara, ditentukan 3 (tiga) orang pengumpul suara terbanyak
untuk menjadi formateur, sekaligus calon Ketua Umum dan berhak ikut dalam tahap pemilihan
Ketua Umum.
f. Formateur terpilih, tidak dapat menarik diri sebagai formateur tetapi diperbolehkan
untuk menarik diri sebagai calon Ketua Umum yang dinyatakan secara tertulis.
1. Setiap formateur terpilih yang bersedia menjadi calon Ketua Umum menyatakan
kesediaannya secara tertulis.
2. Bila terdapat suara yang sama banyaknya, maka terhadap suara yang sama banyak
tersebut akan dilakukan pemilihan ulang sampai 3 (tiga) pengumpulan suara terbanyak.
3. Tahap Pemilihan Ketua Umum, dengan prosedure:
a. Setiap formateur terpilih yang telah menyatakan kesediaannya secara tertulis sebagai calon
Ketua Umum, harus menyatakan didepan sidang akan kesanggupannya dipilih menjadi Ketua
Umum yang akan datang.
1. Sebelum pemilihan diadakan, setiap calon Ketua Umum diharuskan memperkenalkan diri
sekaligus menjabarkan Program Umum Nasional ASEPHI yang telah diputuskan oleh
Musyawarah Nasional, serta melakukan tanya jawab dengan PESERTA.
2. Pada saat pemilihan, setiap peserta menuliskan 1 (satu) nama diantara calon-calon Ketua
Umum hasil tahap pemilihan formateur di atas kertas suara yang disediakan oleh Panitia
Pengarah Musyawarah Nasional.
d.Penulisan dilakukan ditempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah Nasional.
1. Setelah ditulis, kertas suara dimasukkan kedalam kotak suara yang tersedia ditempat yang
sama.
2. Perhitungan suara dilakukan secara terbuka, dipimpin oleh Ketua Sidang dibantu oleh 2
(dua) orang utusan daerah.
3. Calon yang memperoleh suara terbanyak menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat
terpilih dan 2 (dua) orang calon yang tidak terpilih menjadi Mide Formateur.
4. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat ASEPHI terpilih bersama-sama dengan 2 (dua)
orang Mide Formateur menyusun Personalia Badan Pengurus Pusat masa bakti yang akan
datang.
3. Bila peserta Musyawarah Nasional menghendaki lain, maka pemilihan Anggota (Personalia)
Badan Pengurus Pusat dapat dilaksanakan dengan cara lain, misalnya dengan cara
pemilihan/penunjukan langsung.
Pasal 23
Tata cara dan prosedur pemilihan Ketua dan Pembentukan Badan Pengurus Daerah, dan Badan
Pengurus Cabang diharuskan mengikuti tata cara dan prosedur yang sama pada tingkat nasional.
Pasal 24
MASA BAKTI BADAN PENGURUS
1. Masa bakti Badan Pengurus adalah 5 (lima) tahun terhitung mulai disahkan oleh
Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang
2. Seorang anggota Badan Pengurus, setelah 1 (satu) masa bakti dapat dipilih kembali
maksimal 2 (dua) kali periode berturut turut.
Pasal 25
BADAN KEHORMATAN
Pasal 26
BADAN PERTIMBANGAN
a.Mempelajari pengaduan tertulis dari pihak manapun tentang pelanggaran kode etik oleh
anggota ASEPHI serta mengadakan penelitian seperlunya.
b.Jika terbukti adanya pelanggaran kode etik oleh anggota ASEPHI, Badan Pertimbangan
melaporkan kepada Badan Pengurus dengan menjelaskan pertimbangan apa, untuk menjalankan
sanksi bagi pelanggar.
c. Kemudian Badan Pengurus berhak mengambil keputusan sanksi bagi pelanggar berdasarkan
pasal 10 Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 27
BADAN PLENO
1. Badan Pleno merupakan Lembaga Kelengkapan Organisasi hanya ada ditingkat Pusat.
2 Badan Pleno bertugas dan berfungsi untuk membahas masalah-masalah organisasi dan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan program kerja, saling
tukar menukar informasi antara Pusat dan Daerah.
a.Para Ketua Umum/Wakil Ketua Umum dan para Ketua Bidang, atau yang memegang Mandat.
b.Ketua Umum, para Wakil Ketua Umum dan para Ketua Bidang, Badan Pengurus Pusat.
5. Rapat Badan Pleno diselenggarakan oleh dan atas beban Badan Pengurus Pusat.
6. Badan Pleno bersidang sekali setiap 6 (enam) bulan atau bilamana dianggap perlu.
Pasal 28
1.Badan Pengurus Daerah & Cabang memiliki kantor Sekretariat yang dikepalai atau dipimpin
oleh seorang Sekretaris Badan Pengurus Daerah/Cabangyang bertanggung jawab kepada Badan
Pengurus Harian Daerah/Cabang.
2.Uraian tugas, jabatan dan wewenang Sekretaris Badan Pengurus Daerah/Cabang akan
ditetapkan oleh Badan Pengurus Daerah/Cabang.
BAB IV
Pasal 29
TUGAS DAN KEWAJIBAN FUNGSIONARIS BADAN PENGURUS HARIAN
1.Ketua Umum mengetuai Badan Pengurus, secara umum mengkoordinir dan kewajiban seluruh
anggota Badan Pengurus.
2. Ketua Umum memimpin sidang-sidang Badan Pengurus dan apabila berhalangan, wajib
menunjuk salah seorang Wakil Ketua Umum. Dalam hal ini Wakil Ketua Umum juga
berhalangan, menunjuk Sekretaris Jenderal Dalam hal ybs juga berhalangan, maka salah
seorang Ketua Bidang wajib menggantikannya.
3. Apabila Ketua Umum berhalangan untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari, dapat
diwakili oleh seorang Wakil Ketua Umum yang ditunjuknya. Sedangkan apabila
jabatannya sampai akhir, maka Badan Pengurus dapat menetapkan dan mengangkat
salah seorang Wakil Ketua Umum sebagai Pejabat Ketua Umum dan diperkenankan
memegang jabatan rangkap.
4. Jika lamanya sisa masa bakti kepengurusan yang lowong sebagai akibat dari hal yang
disebut pada ayat 3 di atas itu 1,5 (satu setengah) tahun atau lebih, maka Wakil Ketua
Umum yang menjadi Pejabat Ketua Umum tersebut dapat disebut Tetap (definitive) dan
masa jabatan yang dipangkunya sampai akhir masa bakti kepengurusan yang sedang
berjalan itu dinilai 1 (satu) masa bakti dan pejabat yang bersangkutan disebut sebagai
Pejabat Ketua Umum.
5. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat melantik Badan Pengurus Daerah dan Badan
Pengurus Cabang di daerah.
6. Wakil Ketua Umum bertugas mengkoordinir bidang bidang yang dibawahinya.
Pasal 30
2. Rapat Kerja ASEPHI diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Badan Pengurus
Pusat/Daerah pada waktu 1/2 (setengah) masa baktinya berlaku.
3. Rapat Kerja ASEPHI diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas pola serta
program kerja yang telah dan akan dilaksanakan, menetapkan keputusan-keputusan yang
menunjang pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Nasional/Daerah.
a.Di tingkat Pusat/Nasional, oleh Badan Pengurus Pusat, Badan Pembina, Badan Pertimbangan
dan para Utusan Badan Pengurus Daerah sebagai peserta.
1. Di tingkat Daerah, oleh Badan Pengurus Daerah, Badan Pengurus Pusat, Badan Pembina
dan Badan Pertimbangan di daerahnya.
Pasal 31
3 Para Ketua Bidang dapat mengadakan rapat didalam lingkungannya sendiri atau antar Bidang
setiap kali diperlukan.
BAB V
Pasal 32
KEUANGAN
1. Badan Pengurus Pusat menetapkan besarnya uang pangkal, iuran, pungutan maupun
sumbangan/hibah.
2. Total penerimaan Badan Pengurus Cabang harus diserahkan kepada Badan Pengurus
Daerah sebesar 25% (dua puluh lima persen) dan Total Penerimaan Badan Pengurus
Daerah harus diserahkan kepada Badan Pengurus Pusat sebesar 25% (dua puluh lima
persen).
3. Khususnya untuk iuran anggota Rp.10.000,- per bulan dan akan ditinjau dalam
Musyawarah Nasional mendatang.
4. Semua lalu lintas/mutasi keuangan harus dicatat disertai bukti-bukti sah menurut kaidah
pembukuan yang lazim berlaku.
5. Tahun buku ASEPHI adalah 1 Januari sampai 31 Desember.
6. Pada setiap 31 Desember Bendaharameyampaikan Rencana Anggaran pendapatan dan
Biaya Tahunanuntuk disahkan oleh Badan Pengurus Pusat.
7. Untuk memperkuat posisi keuangan organisasi, maka Badan Pengurus mengadakan usaha
tersendiri yang sah, halal dan tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 33
KEKAYAAN
1. Badan Pengurus bertanggung jawab atas harta kekayaan organisasi baik yang bergerak
maupun yang tetap dari segi pemeliharaan dan cara penggunaannya.
2. Tata cara likwidasi atas kekayaan organisasi karena pembubaran ditetapkan oleh
Musyawarah.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 34
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur oleh Badan
Pengurus Pusat dalam Peraturan-peraturan tersendiri yang tidak boleh bertentangan
dengan jiwa dan semangat Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ini merupakan Keputusan Musyawarah
Nasional
PENYEMPURNAAN
AD/ART ASEPHI
DITETAPKAN DI : JAKARTA