Professional Documents
Culture Documents
BAB I
DASAR TEORI
Mukosa esofagus terdiri atas epitel berlapis gepeng ( stratified squamous epithelium ) yang
merupakan kelanjutan dari mukosa faring, lamina propria berupa jaringan ikat longgar yang
berada langsung di bawah epitel, dan lamina muskular mukosa. Daerah esophagogastric junction
ditandai dengan perubahan mendadak epitel berlapis gepeng yang berwarna pucat pada esofagus
menjadi epitel torak yang berwarna merah tuapada kardia yang mudah dikenali. Daerah
perbatasan ini tampak sebagai garia yang iergular atau bergerigi, disebut Zig Zag line atau Z -
line yang dalm keadaan normal berada pada lower esophageal sphincter ( LES ).
Di bawah mukosa terdapat lapisan submukosa yang terdiri atas serat elastik dan kolagen.
Lapisan muskular pada 50% sampai 60% bagian bawah esofagus merupakan otot polos, pada 5%
bagian proksimal adalah otot skelet, sisanya berupa campuran otot polos dan otot skelet.
Karsinoma esofagus adalah kanker pada daerah esofagus yang merupakan pembuluh
terselubung karena pada stadium awal tidak menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada
keluhan umumnya sudah terjadi metastasis. Harapan terbaik untuk pengelolaannya adalah jika
tumor ditemukan pada seseorang yang mengalami ovulasi untuk suatu sebab.
Walaupun belum ada gejala sama sekali, gejala gejala adanya esofagus dapat dideteksi
secara dini dengan cara mengukur kandungan protein yang diambil dari cairan lendir esofagus.
Esofagus salah satu organ tubuh berupa saluan termasuk saluran cerna atas. Bagian ini
merupakan saluran tersempit dari pencernaan dan yang masih menyempit lagi. Bagian bagian
saluran yang menyempit seperti ini penting diperhatikan, Terutama ketika memasukkan
instrumen untuk endoskopi.
Kanker esofagus biasanya sulit untuk didiagnosa pada tahap dini. Kesulitan ini
disebabkan oleh sedikitnya gejala yang ditemui. Kesulitan menelan bukan merupakan gejala ini
walaupun spesifik untuk kelainan saluran cerna atas. Jika keluhan itu disertai dengan adanya
heartburn ( perasaan panas atau terbakar ketika makanan masuk ke dalam saluran esofagus ) dan
refruk 9 efek panas akibat pengaruh dari enzim enzim pencernaan ) maka ini dapat
mengarahkan dugaan adanya kanker tersebut. Keluhan yang uncul pada kasus tumor esofagus
jinak adanya kesulitan menelan dan pendarahan.
Sedangkan pada kasus tumor esofagus malignan ( jenis ganas ) adalah kesulitan menelan
yang terus bertambah parah atau progesif. Awal gejala biasanya disertai rasa takut terdesak saat
menelan, dan rasa nyeri menjalar yang diikuti dengan penurunan berat badan karena nafsu
makan berkurang. Gejala lainnya adalah nyeri dalam bentuk tekanan pada heartburn, turunnya
berat badan, neri atau rasa tak nyaman dalam kerongkongan atau punggung, dan nyeri di
belakang tulang dada atau di antara tulang belikat, odinofagia, muntah, suara menjadi serak,
batuk, reguitasi, sindrom horner, sindrom vena kava superior, efusi pleura maligna, asites
maligna, pembesaran kelenjar supraklavikula / sevikal.
Disfagia merupakan gejala paling sering ditemukan, esofagus mudah berdistensi sehingga
pasien baru menyadari adanya kelainan jika hampir separuh diameter lumen esofagus sudah
terkena. Odinofagia ( nyeri saat menelan ) ditemukan lebih jarang dibandingkan disfagia. Nyeri
terasa terus menerus, tidak bersifat tajam / seperti ditusuk, nyeri menyebar ke punggung.
Adanya suara serak menandakan invasi ke N. Laringeus rekurens atau aspitasi kronik.
Batuk kronik dapat terjadi karena aspirasi kronik atau fistula trakeoesofageal yang pada
gilirannya juga mengakibatkan batuk batuk selagi menelan.
Komplikasi pulmonal lainnya yang sering terjadi adalah pneumonia. Perdarahan pada
tumor mengakibatkan anemia defisiensi besi, atau hematemesis dan melena.
Terjadi akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Selain itu, komplikasi dapat
timbul karena terapi terhadap tumor. Invasi oleh tumor sering terjadi ke struktur di sekitar
mediastinum. Invasi ke aorta mengakibatkan perdarahan nasif, ke perikardium terjadi tamporade
janung, atauvena superior. Invasif ke serabut saraf menyebabkan suara serak atau disfagia. Invasi
ke saluran nafas mengakibatkan fistula trakeoesofageal dan esofagopulmonal, yang merupakan
komplikasi serius dan pogresif mempercepat kematian. Sering terjadi obstruksi esofagus dan
menimbulkan komplikasi yang paling sering terjadi yaitu pneumonia aspirasi yang pada
gilirannya menyebabkan abses paru paru dan empiema. Selain itu, juga dapat terjadi gagal
nafas yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau darah.
Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan anemia defisiensi besi
sampai perdarahan akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi, lemah, emasiasi, dan gangguan
sistem imun yang kemudian akan menyulitkan terapi.
Pencitraan
Pada foto dada, air fluid level di daerah mediastinum menunjukkan adanya cairan yang
tertahan di dalam lumen esofagus yang berdilatasi. Mungkin terdapat kelainan lain berupa
metastasis tumor di paru paru, metastasis ke tulang, pneumonia, pneumoperikardium, deviasi
trakea, efusi pleura dan limfadenopati.
Esofagografi memakai barium sering merupakan prosedur pertama dan penting dalam
diagnosis dan penentuan stadium kanker. Lokasi tumor, panjangbesi, dan kelainan kelainan
sekitar tumor dapat dinilai melalui pemeriksaan esofagus dengan memggunakan barium. CT scan
memperlihatkan stadium, resektabilitas dan perencanaan terapi endoskopik paliatif.
Endoskopi
Pemeriksaan ini mutlak untuk dikerjakan pada kasus yang diduga kanker esofagus
terutama jika esofagogram normal. Pada saat endoskopi juga dilakukan biopsi jarinngan.
1. Terapi Fotodinamik: ke dalam pembuluh darah disuntikkan sejenis fotosentsitif khusus.Obat itu
dapat secara selektif berkumpul di dalam jaringan kanker. Setelah 48 jam, melalui
endoskopidengan laser 630 nm tumor itu disinari, hingga muncul molekul oksigen tunggal yang
toksik di dalam tumor, akibatnya tumor akan dirusak. Selain itu pembuluh darah yang memberi
makan jaringan tumor tersumbat hingga tumor nekrosis. Sedangkan jaringan sehat tidak
terpengaruh. Metode terapi ini jelas efektif untuk kanker esofagus stadium dini, angka
keberhasilan 90% pada kanker esofagus stadium lanjut, metode ini merupakan terapi paliatif
yang efektif, terutama sesuai bagi pasien yang tidak dapat dioperasi. Biasanya dalam 48 72 jam
keluhan sulit menelan pasien membaik, yang semula tak dapat makan menjadi dapat menelan
makanan.
2. Terapi radiasi: radioterapi paliatif dapat membuat 60 85% pasien yang tidak dapat menelan
membaik, tapi lebih dari separuhnya dapat kambuh, maka tidak dianjurkan sebagai terapi
tunggal.
3. Kemoterapi dan infus local kemoterapi: obat yang paling efektif untuk kanker esofagus termasuk
DDP, 5FU, bleomisin, gemsitabin, MMC, dll. Biasanya digunakan kemoterapi kombinasi dengan
obat utama DDP, efektivitas mencapai sekitas 60%. Kemoterapi infus selektif arteri esofageal,
yaitu melalui kateter disuntikkan obat kemoterapi ke dalam arteri pemasok kanker, dapat
meningkatkan konsetrasi obat di dalam jaringan kanker, hasilnya lebih baik dari kemoterapi
sistemik, efek sampingnya ringan.
4. Pemasangan sten dalam esofagus: ini merupakan terapi paliatif dengan endoskopi yang paling
sering digunakan. Di bawah pantauan sinar X atau melalui endoskop dipasang sten dari karet
atau ali di daerah yang digunakan. Di bawah pantauan sinar X atau penyempitan esofagus, ini
dapat meredakan gejala obstruksi dalam jangka waktu cukup lama, terutama sesuai untuk kasus
dengan fistl esofago trakea, tapi tidak sesuai untuk kanker segmen atas esofagus dan
diperbatasan esofagus dan lambung. Sten radioaktif adalah sten yang dinding luarnya terdapat
biji radioktif, biladipasang ke daerah kanker esofagus dapat meregangkan esofagus sekaligus
meradiasi kanker, sama seperti radiasi internal.
5. Terapi ablasi atau injeksi melalui endoskopi: dengan laser, gelombang mikro, elektrokoagulasi
bipolar dll. Menyebabkan jaringan kanker koagulasi panas dan nekrosis; atau ke dalam jaringan
kanker disuntikkan zat sklerotik seperti etanol absolut atau obat anti kanker agar kanker nekrosis
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KARSINOMA ESOFAGUS
2.1 PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : ..
Dx : Karsinoma Esofagus
1. BIODATA
a. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
b. PENANGGUNG JAWAB :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Hubungan Dengan Pasien :
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama :
Pada pasien Karsinoma Esofagus terdapat nyeri pada daerah esofagus
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandiri
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makanan
Pola aktivitas latihan pasien Karsinoma esofagus tergantung pada tingkat keparahan Karsinoma Esofagus dengan keterangan:
0 = Mandiri
2 = Menggunakan alat bantu
3 = Dibantu orang lain
4 = Tergantung penuh / total
c. Pola Istirahat Tidur
Pada pasien Karsinoma esofagus mudah lelah, lemah, susah untuk tidur karena nyeri pada daerah esofagus.
d. Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien Karsinoma Esofagus mengalami penurunan intake nutrisi,mual dan muntah,disfagia,perubahan selera makan,penurunan berat badan.
e. Pola Eliminasi
Pada pasien Karsinoma Esofagus mengalami anuria.
f. Pola Kognitif Perseptual
Saat pengkajian pada pasien Karsinoma Esofagus gangguan di dalam berbicara yang jelas.
g. Pola Konsep Diri
Pasien gelisah dan cemas karena akan mengalami gangguan harga diri,peran diri,gambaran diri dan identitas diri .
h. Pola Koping
Bila pasien mempunyai masalah pertama kali ,pasien menceritakan pada suaminya
i. Pola Seksual Reproduksi
Pada pasien Karsinoma Esofagus pola seksualnya terganggu.
j. Pola Peran Hubungan
Dalam kehidupan sehari-hari pasien memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat dan anggota keluarga lain.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam ,biasanya sholat 5 waktu dalam sehari dan pasien taat.
4. PEMERIKSAAN FISIK
- TD : Hipotensi
- Nadi : Takikardi
- Suhu : Hipertermi
- RR : takipnea
b. Keadaan Umum
Keadaan umum dari pasien karsinoma esofagus dengan skala Glasgow 3 8 ( koma ).
- Kesan umum : baik
- Wajah : menyeringai menahan sakit pada daerah esofagus
- Kesadaran : CM
- Pakaian, penampilan dan kebersihan terjaga baik.
Kulit,Rambut,Kuku
- Inspeksi : warna kulit pasien sawo mateng,rambut pasien berwarna hitam dengan persebaran tidak merata ,kuku normal
- Palpasi: turgor kulit jelek,kulit teraba hangat
Kepala
Bentuk wajah simetris ,bentuk tengkorak bulat ,rambut hitam serta tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak terdapat benjolan (haematoma), deformitas atas
terbatas.
Mata
Bola mata berbentuk bulat,konjungtiva pucat,sclera putih serta pergerakan bola mata normal ,pupil normal.
Telinga
Inspeksi : daun telinga normal,liang telinga terdapat serumen.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.
Hidung
- Bentuk hidung normal ,tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan .
- Tidak terdapat sumbatan, septum, dan sinis-sinus normal, tidak ada polip
Mulut
- Bentuk bibir normal ,gigi lengkap dan bersih,mukosa bibir kering,lidah kotor.
- Tidak ada pendarahan dan bengkak pada gusi
Leher
Bentuk leher tidak simetris, terdapat bendungan vena jogularis, terdapat pembesaran kelenjar tiroid serta ada nyeri tekan, terdapat penymbatan pada pembuluh
darah.
Dada
- Bentuk dada normal,pergerakan otot dada simetris,tidak terdapat nyeri tekan
Jantung :
d. Abdomen
Pada pasien karsinoma Esofagus bentuk abdomen simetris,tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat benjolan /massa, lien dan hepar tidak teraba, suara
kembung, peristaltik usus normal (5-35x/menit)
Pada daerah anus dan rectum tidak terdapat hemoroid baik interna maupun eksternal.
f. Alat Kelamin
g. Muskuloskeletal
Otot simetris, tidak dapat bekerja dengan baik tanpa adanya volem
Keterangan :
0 (zero) : tidak ada kontraksi saat di palpasi
1 (brance) : terasa ada kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan
2 (poor) : dengan bantuan penyangga atau sendi dapat melakukan ROM penuh
3 (pair) : dapat melakukan ROM penuh dengan melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan
4 (good) : dapat melakukan ROM penuh dan dapat melawan tahanan yang sedang
5 (normal) : gerakan ROM penuh
o. Ekstremitas
Atas : tidak terkoordinasi dengan baik
Bawah : tidak terkoordinasi dengan baik
2. ANALISA DATA
- TTV :
Takikardi
Takipnea
Hipotensi
- Pembengkakan di daerah esofagus
2 Do : Hipertermi Penyakit/traum
- Suhu: Hipertermi a
- RR: takipnea
- Kulit teraba hangat
- Nadi : takikardi
- Turgor kulit jelek
- Disfagia(kerusakan menelan)
- Konjungtiva pucat
- Pasien lemah
- Muskuloskeletal tidak bekerja
dengan baik
- Pasien butuh bantuan untuk
melakukan aktifitas sehari-hari
- Takikardi
- Takipnea
- Hipotensi
- Pasien mual
- Pasien batuk
- Takikardi
- Hipertermi
- Takikardi
- Takipnea
2.3 PERENCANAAN
WAKTU No TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC
Dx
Tgl Jam
20 08.00 1 Setelah dilakukan
PAIN
Feb WIB tindakan keperawatan
08 selamax 24 jam skala MANAGEME
nyeri dapat berkurang
dengan criteria hasil :
NT (1400)
PAIN - Gunakan tindakan control
nyeri sebelum nyeri hebat
CONTROL - ( Laksanakan pemberian
analgetik pada pasien jika
1605 )
diperlukan
(160501) Mengendalikan
- Sediakan pengurangan
factor penyebab nyeri
nyeri optimal personal
(160502) Mampu
dengan menentukan
mengenali kapan
analgetik yang tepat
terjadinya serangan
- Pertimbangkan tipe dan
(160503) Mampu
sumber dari nyeri ketika
menggunakan tindakan
memilih srategi nyeri
pencegahan
(160504) -
Mampu Evaluasi keefektifan dari
GULATION diperlukan
- Monitor perubahan
( 0800 ) temperature sampai stabil
(080001) Suhu kulit
- Monitor tekanan darah,
dalam rentang normal nadi, dan penafasan jika
(080002) Suhu tubuh diperlukan
dalam rentang normal - Monitor warna kulit dan
(080003) Tidak terasa
suhunya
sakit kepala
- Monitor laporan tanda
(080004) Tidak terasa
dan gejala dari hipotermi
sakit pada otot
dan hipertermi
(080005) pasien tidak
- Naikkan masukan cairan
cepat marah
dan makanan yang
(080006) tidak tampak
adekuat
lagi perasaan ngantuk
-
(080007) Tidak tampak Sesuaikan suhu
pemasukan -
dan Monitor pemasukan
pengeluaran makanan makanan dan minuman
(060108) Tidak ada dan jumlahkan intake
gangguan pernafasan kalori harian, jika
(060109) Berat badan diperlukan
stabil - Monitor status nutrisi
(060110) Tidak tampak
- Pelihara catatan
adanya asites
keakuratan pemasukan
(060113) Tidak tampak
dan pengeluaran cairan
cekungan pada mata
- Berikan cairan, jika
(060116)Hidrasi kulit
diperlukan
nomal
- Tingkatkan pemasukan
(060117) Membran
lewat oral
mukosa basah
(060120) -
Peningkatan Distribusikan intake
3.1. KESIMPULAN
Karsinoma Esofagus merupakan kanker di daerah esofagus yang desebabkan oleh faktor lingkungan, faktor diet, kebiasaan
merokok, dan konsumsi alkohol, iritasi kronik pada mukosa, dan kultural. Dan memiliki gejala-gejala seperti kesulitan dalam menelan ( disfagia ), berat
badan menurun, odinofagia, muntah, suara menjadi serak, batuk, regurgitasi, hematemesis dan /atau melena, anemia defisiensi besi, nyeri, rasa tidak
nyaman di kerongkongan, singultus, sindrom horner, sindrom vena kava superior, eusi pluera maligna, asites maligna,nyeri tulang, pembesaran kelenjar
supraklavikula / servikal.
Diagnosa yang muncul dari penyakit karsinoma esofagus adalah :
ngan dengan agen cedera biologi
ungan dengan penyakit atau trauma
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi
n berhubungan dengan obstruksi mekanik ( karsinoma )
n dengan perubahan dalam status kesehatan
r berhubungan dengan nyeri
s berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Budi. 2005 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima Medika
Johnson,Marion dan Maridean mass.2004.NOC.USA:Mosby - year book
Mc Loskey,Joanne C dan Gloria M.Bulechec.2004.NIC.USA:Mosby-year book
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI: Jakarta
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC: jakarta
Wed.2004.Deteksi kanker Esofagus. http//www.republika online.com
.
2.10 Pencegahan
Langkah untuk mengurangi risiko kanker esofagus seperti: