You are on page 1of 6

Analisa densitas LPG dengan hidrometer termotekanan ASTM D1657

Metode pengujian ini mencakup penentuan kepadatan atau kerapatan relatif hidrokarbon ringan termasuk gas petroleum cair (LPG)
yang memiliki tekanan uap Reid melebihi 101,325 kPa (14,696 psi).Aparat ditentukan tidak boleh digunakan untuk bahan memiliki
tekanan uap yang lebih tinggi dari 1,4 MPa (200 psi) pada suhu uji. Batas tekanan ini ditentukan oleh jenis peralatan. tekanan yang
lebih tinggi dapat berlaku untuk desain peralatan lainnya.

Pembacaan tekanan hydrometer awal yang diperoleh adalah pembacaan hidrometer dikoreksi dan tidak pengukuran kepadatan.
Bacaan diukur pada hydrometer baik pada suhu acuan atau pada suhu yang nyaman lain, dan pembacaan dikoreksi untuk efek
meniskus, efek ekspansi kaca termal, efek suhu kalibrasi alternatif dan suhu referensi dengan cara perhitungan dan Ajun untuk
Panduan D1250 untuk Petroleum Measurement. Nilai ditentukan sebagai density atau kepadatan relatif dapat dikonversi ke nilai-nilai
yang setara di unit lain atau suhu referensi alternatif.
Hidrometer merupakan sebuah alat ukur besaran turunan yang menjadi salah astu aplikasi dari Hukum Archimedes yang
digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair. Sebuah benda dalam fluida (zat cair atau gas) mengalami gaya dari semua arah yang
dikerjakan oleh fluida di sekitarnya. Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipindahkan oleh benda itu.

Hidrometer merupakan salah satu dari aplikasi hukum Archimedes yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Jadi prinsip
kerjanya menggunakan Hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida mengalami gaya ke atas
seberat fluida yang dipindahkan. Ketika hidrometer dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida akan memberikan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat hydrometer. Gaya ini terkonversikan menjadi massa jenis zat cair yang diukur, karena di dalam
hidrometer terdapat zat cair yang massa jenisnya sudah diketahui dan tertuang dalam skala yang tertera pada hidrometer.

3. Distilasi Produk Minyak Bumi

Distilasi produk minyak bumi (ASTM D86-90) ini dikenakan kepada produk minyak bumi yaitu : bensin alam, bensin motor,
bensin pesawat terbang, avtur, nafta, kerosin, minyak gas dan minyak bakar distilat dan produk minyak bumi yang serupa.

Distilasi serupa yang dikenal dengan nama distilasi Engler telah digunakan pada waktu yang lampau, sehingga distilasi ASTM
sering disebut distilasi Engler.
4. Titik Nyala dan Titik Bakar
Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya dalam campurannya dengan udara akan menyala kalau
dikenai nyala uji pada kondisi tertentu, klasifikasi flash point adalah :
1. Mudah terbakar (Titik Nyala Kurang dari 60,5 C / 140,9 F)
2. Tidak mudah terbakar (Titik Nyala Lebih dari 60,5 C / 140,9 F).
Sedangkan Titik bakar adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus
menerus kalau dikenai nyala uji pada kondisi tertentu.

Adapun alat uji yang dipakai yaitu :

Alat uji cawan terbuka Cleveland Alat uji cawan tertutup Pensky Martens
5. Warna

Pemeriksaan warna produk minyak bumi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kolorimeter antara lain dengan :

Tintometer Lovibond (IP17/52), untuk menentukan warna semua produk minyak bumi baik yang diberi zat warna atau tidak,
kecuali minyak hitam (blackod an bitumen).

Khromometer Saybolt (ASTMD156-87), untuk menentukan warna minyak yang telah diolah seperti bensin motor dan bensin
pesawat terbang yang tidak diberi warna, bahan bakar propulsi jet, nafta, kerosin, malam parafin dan minyak putih farmasi
terbang yang tidak diberi warna, bahan bakar propulsi jet, nafta, kerosin malam parafin dan minyak putih farmasi.

Kolorimeter ASTM (ASTMD1500-87), untuk produk minyak bumi seperti minyak pelumas, minyak pemanas,bahan bakar
diesel dan malam parafin.

Warna dapat digunakan sebagai petunjuk tentang kesempurnaan dalam proses pengolahan.Warna Produk yang mengalami
dekolorisasi dapat disebabkan karena adanya dekomposisi termal yang disebabkan karenasuhu pemanasan yang terlampau tinggi atau
karena terikutnya bahan yangberwarna gelap ke dalam suatu produk.

8.Korosi Lempeng Tembaga


Uji korosi lembaga tembaga dimaksudkan untuk mengetahui sifat korosi besin korosi bensin pesawat terbang, bahan bakar turbin
penerbangan, bensin mobil, bensin alam dan senyawa hidrokarbon.

Uji ini dilakukan dengan merendam lempeng tembaga yang telah dipolis di dalam contoh yang akan diuji, dan selanjutnya
dipanaskan pada suhu tertentu dan lama waktu tertentu tergantung pada jenis contoh. Pada akhir pemanasan, lempeng tembaga
diambil, dicuci dan kemudian dibandingkan dengan baku korosi lempeng tembaga ASTM.

You might also like