Professional Documents
Culture Documents
Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 0 dari 32
LAPORAN PRAKTIKUM
ENTOMOLOGI
MATA KULIAH ENTOMOLOGI
MENGAMATI MORFOLOGI, ALAT MULUT, TIPE
KAKI, TIPE TELUR, LARVA, PUPA SAYAP DAN
ANTENNA SERANGGA
NAMA : ACHMAD FAQIH SHAAB
NIM : 16/401934/PBI/01383
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
0
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 1 dari 32
A. Judul Latihan:
Mengamati Morfologi, Alat Mulut, Tipe Kaki, Tipe Telur, Larva, Pupa,
Sayap dan Antenna Serangga
B. Dasar Teori:
Serangga merupakan golongan binatang yang gerbesar, kira-kira 75% dari
jumlah binatang yang hidup telah diketahui manusia adalah serangga. Serangga
ada yang menguntungkan manusia misalnya lebah, tetapi banyak yang sangat
merugikan karena merusak tanaman dan menyebarkan penyakit manusia dan
binatang ternak. Serangga merupakan kelompok hewan dengan keragaman
terbesar bila dibandingkan dengan golongan hewan lain yaitu hampir 75% dari
total hewan yang hidup di dunia (Listiani. 2008). Serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang
berbeda dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya. Serangga juga
memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem yakni sebagai
herbivora, predator, parasit, dekomposer maupun sebagai penyerbuk dalam
pembungaan dan pembuahan (Campbell et al. 2000; Koneri et al. 2010; Listiani
2008).
Ukuran serangga cukup beragam, yang terkecil besarnya kurang dari 0,25
mm, sedangkan yang terbesar mencapai 15-25 cm. Berat rata-rata serangga tidak
melebihi 5,72 gram. Lalat beratnya sekitar 15-30 miligram dan ulat dewasa berat
rata-ratanya 3,5 gram. Serangga mudah sekali menyesuaikan diri dengan keadaan
sekitarnya. Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila tanaman itu
tidak ada ia masih dapat hidup dengan memakan jenis tanaman lain (Ross et al.
1982; Satta et al. 1998). Secara morfologi tubuh serangga dewasa dapat dibedakan
menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai
moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga
dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Caput
merupakan sebuah konstruksi yang padat dan keras dan terdapat beberapa suture
yang menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami
penyatuan. Torak terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat, sedangkan abdomen
terdiri dari 9 ruas. Caput merupakan kepala serangga yang berfungsi sebagai
1
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 2 dari 32
tempat melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat mulut.
Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga bagian yaitu
hypognathous, prognathous, dan ephistognathous. Hypognathous apabila alat
mulutnya menghadap ke bawah, contoh serangganya adalah belalang Acrididae
prognathous apabila alat mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya
adalah kumbang Carabidae dan ephistognathous apabila alat mulutnya
menghadap ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera
(Koneri et al. 2010; Listiani 2008; Mason et al. 1993; Syarifah et al. 2012).
Sesungguhnya tubuh serangga terdiri tidak kurang 20 ruas. Enam ruas
terkonsolidasi membentuk kepala, tiga ruas membentuk toraks dan 11 ruas
membentuk abdomen. Tidak seperti halnya vertebrata, serangga tidak memiliki
kerangka dalam, oleh karena itu tubuh serangga ditopang oleh pengerasan dinding
tubuh yang berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskleton). Proses pengerasan
dinding tubuh tersebut dinamakan sklerotisasi. Dinding tubuh atau kulit serangga
disebut integument. Integument terdiri atas satu lapis epidermis (yang dapat
menghasilkan lapisan luar yang keras), selput (membran) dasar dan kutikula
(Lawrance et al. 1994; Mastrigt 2005).
Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat kompleks bagi
suatu ekosistem tertentu, untuk itu serangga sangat baik sebagai suatu indikator
lingkungan yang baik. Peran serangga dalam ekosistem diantaranya adalah
sebagai pollinator, dekomposer, predator, bioindikator lingkungan, parasit dan
predator. Berikut di jelaskan peranan serangga sebagai pollinator, dekomposer
dan bioindikator lingkungan (Koneri et al. 2010; Listiani 2008).
1. Pollinator
Berperan dalam proses polinasi, karena serangga hanya bertujuan untuk
mendapatkan nektar yang merupakan sumber makanannya. Hal ini terjadi karena
adanya hubungan timbal balik antara lebah dan bunga yaitu terjadi simbiosis
mutualisme diantara keduanya. Karena, serbuk sari bunga yang menempel dan
terbawa pada tubuh serangga dan terjadi polinasi dibantu oleh serangga, lalu
sereangga mendapatkan timbal balik yaitu mendapatkan nektar dari bunga (Satta
et al, 1998).
2
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 3 dari 32
3
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 4 dari 32
2. Dekomposer
Serangga memeliki peranan yang sangat kompleks pada proses dekomposisi
terutama tanah. dengan keberadaan beberapa spesies kumbang pendekomposisi
tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et al., 2005). Kumbang
yang bersifat dekomposer biasanya merupakan anggota dari ordo Coleoptera, dan
famili Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja.
Menurut Corbet et al (1956) Coleoptera merupakan kelompok serangga
yang sering digunakan untuk menggambarkan habitat terestrial terutama pada
ekosistem tropis. Kumbang dapat hidup pada habitat gunung, pantai, hutan,
padang pasir, gua bawah tanah, habitat air tawar dan bagian tumbuhan yang sudah
busuk. Kumbang tidak terdapat di kutub selatan dan lingkungan dengan suhu
600C, habitat laut bebas dan habitat ekstrim seperti danau dengan salinitas tinggi
(Syarifah, 2012).
Ordo Coleoptera mempunyai peranan tersendiri bagi manusia khususnya
dalam bidang pertanian. Banyak yang bertindak sebagai hama tanaman yang
biasanya akan menyerang hampir semua bagian tanaman dan sebagai pengendali
hama tanaman, sebagian lagi bersifat predator dari serangga-serangga lain
(Basuki, 2008). Terdapat beberapa jenis Coleoptera yang dapat dijadikan sebagai
pengendali hama tanaman, misalnya beberapa jenis Famili Coccinelidae berperan
sebagai predator bagi kutu daun yang merusak tanaman. Beberapa jenis
Coleoptera fitophagus seperti anggota Familia Chrysomelidae dan Curculionidae
juga berperan sebagai kontrol biologi spesies secara luas. Selain itu juga ada
beberapa jenis Coleoptera yang dapat membantu terjadinya proses penyerbukan
(sebagai polinator). Selain peran ekologi, kumbang juga mempunyai arti ekonomi
penting karena mempunyai bentuk yang menarik dan dapat dijadikan hiasan atau
benda koleksi yang bernilai tinggi contohnya kumbang lucanid (Koneri et al.
2010).
4
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 5 dari 32
untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah
beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera, Diptera, Trichoptera dan
Plecoptera kehadirannya dapat memberikan indikasikan bahwa lingkungan
tersebut telah tercemar atau tidak, karena serangga ini tidak dapat bertahan hidup
dan melakukan reproduksi hidup pada habitat atau wilayah yang telah tercemar
(Ross et al. 1982).
5
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 6 dari 32
Kegiatan I.
Morfologi Serangga
Nama Spesimen Keterangan
1. Caput
2. Thoraks
3. Abdomen
4. Antena
5. Mata Facet
6. Membran Thympanum
7. Spiraculum
8. Kaki
1. Antena
2. Palpus
3. Prothorax
4. Mesothorax
5. metathorax
6. Abdomen
7. Mata facet
8. Kaki protrorax
9. Kaki mesothorax
10. Kaki metathorax
1. Antena
2. Proboscis
3. Thorax
4. Kaki
5. Abdomen
6. Sayap depan
7. Sayap belakang
6
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 7 dari 32
7
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 8 dari 32
menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia, Belalang bernafas dengan trakea. Belalang punya 5
mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan
berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah
kepiting dan lobster. Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada
belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm
dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.
Kepala adalah bagian dari serangga yang berisi otak, 2 mata kompon,
probosis dan faring (tenggorokan, dimana merupakan awal dari sistem
pencernaaan), dan 2 antena yang terpasang di kepala. antena adalah alat sensor
yang terdapat di kepala serangga dewasa. Antena ini digunakan untuk mencium
dan keseimbangan. Kupu-kupu mempunyai 2 antena dengan ujung yang sedikit
membulat yang disebut sebagai antennal club. mata kompon kupu-kupu terdiri
dari banyak lensa hexagonal seperti halnya pada mata kompon serangga lainnya.
Kupu-kupu hanya dapat melihat warna merah, hijau dan kuning saja. kupu-kupu
dewasa menghisap nektar bunga dan cairan lainnya dengan menggunakan
probosis atau mulut penghisap yang seperti sedotan spiral. Ketika tidak
digunakan, probosis ini akan digulung melingkar seperti selang air. palp labial
membantu kupu-kupu untuk menentukan apakah sesuatu itu merupakan makanan
atau bukan.
Dada adalah bagian diantara kepala (head) dan perut (abdomen) dimana
kaki dan sayap terpasang. kupu-kupu mempunyai sepasang kaki pendek yang
berada di depan, dan 2 pasang kaki yang lebih panjang di belakangnya. Kaki,
terutama sepasang yang ditengah, dilengkapi dengan sensor penciuman yang
membuat kupu-kupu dapat "merasakan" kandungan kimia pada tempatnya
hinggap. perut merupakan bagian ekor serangga yang mempunyai segmentasi
yang memiliki organ vital seperti jantung, tubulus atau pembuluh Malphigi untuk
alat ekresi (pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya),
organ reproduksi dan sebagian besar sistem.
8
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 9 dari 32
Jawaban pertanyaan:
(1) Caput
a. Berapakah jumlah ocelli yang saudara dapatkan pada preparat yang
saudara amati?
Pada Papilio sp. Terdapat 2 mata ocelli
Pada Dystiscus marginalis tidak terdapat mata ocelli
Pada Valanga nigricornis terdapat 3 mata ocelli
b. Berapakah jumlah ruas atau segmen pada palpus maxilla dan palpus
labialis?
Jumlah segemen pada palpus maxillaris adalah lima segmen dan
palpus labialis adalah tiga segmen
c. Sebutkan tipe mulut dari Valanga nigricornis?
Tipe mulut Valangan nigricornis adalah tipe mulut paling primitive
yaitu tipe mulut pengunyah
(2) Thorax
a. Alat gerak apa saja yang terdapat pada thorax, bersendi pada segmen
thorax ke berapa dan berapa jumlahnya?
Pada thorax terdapat kaki dan sayap, semua serangga memiliki 3
pasang kaki antara lain prothorax, mesothorax dan metathorax.
Umumnya serangga memiliki 2 macam sayap yaitu sayap prothorax
dan sayap mesothorax. Sayap pada segmen mesothorax disebut dengan
tegmina atau elytra.
b. Berapakah jumlah spiraculum/stigma yang terdapat pada thorax?
Jumlah spiraculum/stigma adalah 1 pasang.
(3) Abdomen
a. Berapakah jumlah ruas/segmen dari Valanga nigricornis?
Jumlah segmen pada Valanga adalah 10 segmen.
b. Apakah ada perbedaan jumlah ruas/segmen abdomen pada terga dan
sterna?
Tidak ada
9
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 10 dari 32
10
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 11 dari 32
Kegiatan II.
Tipe Alat Mulut Serangga
Nama Spesimen Keterangan
1. Clypeus
2. Labrum
3. Mandibular
4. Grinding region
5. Incising region
6. Cardo
7. Stipes
8. Galea
9. Lacinia
10. Palpifer
11. Palpus maksilaris
12. Sub mentum
13. Mentum
14. Pre. Mentum
15. Paraglossa
16. Glossa
17. Palpus labialis
1. Clypeus
2. Anticlypeus
3. Bucula
4. Stylet
5. Rostrum
6. Food channel
7. Salivary channel
8. Mandibulla
9. Maksila
11
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 12 dari 32
1. Mata facet
2. Galea
3. Food channel
4. Galea
Pada praktikum ini yaitu melakukan pengamatan pada alat mulut serangga.
Suatu pengetahuan dasar tentang tipe alat mulut adalah penting sebab ia
menunjukkan tipe makanan dan kerusakan yang disebabkan oleh serangga dala
lingkungan. Adalah juga sangat penting untuk mengenal tipe alat mulut karena
mereka cukup bervariasi dan selalu digunakan dala umumnya dibedakan menjadi
dua tipe utama, yaitu pengunyah dan pencucuk pengisap.
12
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 13 dari 32
13
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 14 dari 32
Jawaban pertanyaan:
(1) Sebutkan perbedaan pada proboscis specimen yang digunakan?
Proboscis pada Papilio sp. Dan mampu digulung jika tidak
digunakan untuk mengambil nutrient.
14
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 15 dari 32
Kegiatan III
Tipe Kaki Serangga
Nama Spesimen Keterangan
1. Coxa
2. Trochanter
3. Carinula
4. Carina
5. Pulvilus
6. Femur (metathorax
7. Spura
8. Spina
9. Claw
10. Arolium
11. Tibia
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia
5. Oragon auditus
6. Dactyla
7. Tarsus
8. Satae
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia
5. Organon auditus
6. Dactyla
7. Tarsus
15
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 16 dari 32
8. Satae
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia
5. Tarsus
6. Ungues
7. Scopa
8. Auricular
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia (mengalami modifikasi)
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia (terdapat spina)
5. Tarsus
6. Spina
7. Claw
16
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 17 dari 32
1. Coxa
2. Trochanter
3. Femur
4. Tibia
5. Tarsus
6. Claw (untuk mengait)
7. Spirakulum
17
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 18 dari 32
18
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 19 dari 32
Jawaban pertanyaan:
(1) Sebutkan sistematika dari 3 spesies yang digunakan dalam praktikum?
a. Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Dysticidae
Genus : Dystiscus
Spesies : Dystiscus marginalis
b. Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllotalpidae
Genus : Gryllotalpa
Spesies : Gryllotalpa hexadactyla
c. Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Aphidae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis sp.
19
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 20 dari 32
1. Caput
2. Kaki thoracal
3. Abdomen
4. Satae
5. Spirakulum
6. anus
20
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 21 dari 32
21
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 22 dari 32
22
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 23 dari 32
pada thorax yang aka nada sampai dengan dewasa, serta kaki abdominal yang
berfungsi untuk menempel pada ranting ranting dan akan mereduksi pada fase
dewasa. Pada segmen terakhir terdapat clusper untuk menempel pada ranting pada
saat fase pupa. Dan pada mulut terdapat spinneret yang digunakan untuk
membentuk kokon selama pupa (membentuk sutera). Pada Lepidiota stigma
memiliki tipe oligopoda yang memiliki kaki thoraksial. Spesies ini memiliki
bentuk scarabaeiform yang artinnya berbentuk seperti C.
Tipe pupa serangga berbeda beda, antara lain obtecta, coartata, dan libera.
pada praktikum ini menggunakan Attacus atlas yang memiliki tipe pupa obecta.
Obtecta merupakan suatu pupa yang memiliki pembungkus yang dapat berupa
cetakan. Pada jantan dan betina pupa juga terlihat, pada jantan sayap menutupi
kaki dan pada betina terlihat sangat jelas sayap dan kaki. Sedangkan untuk warna
jantan lebih gelap dibandingkan dengan betina.
Jawaban pertanyaan :
A. Larva
1. Sebutkan tipe pernapasan berdasarkan letak stigma pada larva dari ordo:
a. Lepidoptera : memiliki system penapasan holopneustik yang
berarti spirakel disepanjang tubuh yang berfungsi dengan baik
b. Coleoptera : memiliki system pernapasan dengan tie
holopneustik yang berarti spirakel berada di sepanjang tubuh dan
spirakel berfungsi dengan baik/fungsional
c. Diptera : memiliki tipe metapneustik yang berarti hanya
spirakel terakhir yang terbuka dan berfungsi
2. Apakah fungsi clasper, spinneret dan chrochet?
a. Clasper berfungsi untuk menempel pada fase pupa pada tempat yang
kasar maupun licin.
b. Spineret berfungsi untuk mengeluarkan sutera
c. Chrochet berfungsi untuk membentuk coccon saat pupa dan
menempel pada substrat
23
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 24 dari 32
B. Pupa
a. Apa yang dimaksut dengan cremaster dana apa gunanya?
Cremaster merupakan otot pada serangga yang berperan pada saat
terjadi perkawinan
b. Apa yang disebut coccon dan puparium?
Coccon merupakan kantung sutera didalamnya pupa terbentuk,
sedangkan puparium adalah selubung yang dibentuk oleh pergeseran
kulit larva yang terakhir dimana pupa terbentuk
24
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 25 dari 32
25
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 26 dari 32
26
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 27 dari 32
27
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 28 dari 32
28
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 29 dari 32
29
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 30 dari 32
adalah R1, median (M) dapat bercabang dua kali dengan empat rating cabang
mancapai batas sayap, kubitus (Cu) bercabang satu kali, dan ranting cabangnya
adaalh Cu1 dan Cu2. Cu1 dibagian distalnya dengan dua ranting cabang yaitu
Cu1a dan Cu1b dan rangka sayap anal (A) secara khas tidak bercabang dan
biasanya ditandai dari anterior ke posterior sebagai sayap anal pertama (1A),
rangka sayap anal kedua (2A) dan seterusnya. Rangka-rangka sayap melintang
menghubungkan rangka-rang sayap longitudinal yang utama. Menurut Sunarjo
(1991), terdapat bentuk-bentuk modifikasi sayap serangga yaitu sebagai berikut:
a. Pada trips (Thysanoptera), sayap depan dan belakang berupa rumbai.
b. Pada kumbang (Coleoptera), sayap depan mengeras dan dinamakan
elytra.
c. Pada lalat (Diptera), sayap depan berkembang sempurna, sedangkan
sayap belakang mengalami modifikasi struktur ganda yang disebut halter.
d. Pada kepik (Hemiptera), sayap depan sebagian mengeras dan sebagian
lainnya tetap berupa selaput (membran) yang berisi tulang-tulang sayap.
e. Pada belalang (Orthoptera), sayap depan berupa perkamen, diduga
sebagai pelindung sayap belakang dan disebut tegmina.
30
No. Dokumen FO-UGM-PBI-01-17
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman 31 dari 32
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi kelima - jilid 2.
Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal: 234-289.
Lawrence, J.F., and Britton, E.B., 1994, Australian Beetles, Melbourne University
Press.
Listiani, L., 2008, Pengaruh Pola Perkawinan Poliandri Kumbang Ulat Tepung
(Tenebrio molitor L.) Terhadap Jumlah Larva Dan Jumlah Kumbang
Anaknya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ross, H.H.,Ross, C.A and Ross, J.R.P. 1982. A Text Book of Entomology. 4thed.
New York.
31