You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah infeksi tulang, infeksi ini lebih sulit di sembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup sesorang atau
mengakibatkan orang yang menderitanya kehilangan ekstremitas.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang
status nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes melitus. Selain
itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi
hematoma pascaoperasi.
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus juga dapat menyebabkan osteomielitis eksogen.
Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur,
dan mikro-organisme lain.
Sehingga untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Osteomielitis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar penyakit osteomielitis
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit osteomielitis

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves, 2001)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur). (Arif
mansjoer, 2002)
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun
kronis. (Price and wilson, 2005).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002)

2. Klasifikasi
Menurut Arif Mansjoer dkk (2002):
Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah :
a. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman
mencapai tulang secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer
dapat dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik
b. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan
penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.
3. Etiologi
Menurut Efendi (2007): Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena
bakteri, virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang
sering adalah Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang,
Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose
bacil dan Spirochaeta.

2
4. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis
meliputi proteus, pseudomonas, dan escerechia coli. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resistenFactor
penisilin, nosokomial,
predisposisi gram negative
: virulensi dan anaerobic.
kuman,riwayat trauma,
Awitan usia,
osteomielitis
nutrisi setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan Invasi
pertama( akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan
mikroorganisme
Fraktur terbuka
dari tempat
penumpukan lain melalui
hematoma atau infeksi supervisial. Infeksi awitan lambat (stadium
darah
2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
Masuk ke juksta epifisis Kerusakan pembuluh darah
lama (stadium 3) biasanya
tulang panjang akibat penyebaran hematogen dan terjadi
dan adanya port2detahun atau
entree
lebih setelah pembedahan
Respon inisial terhadap infeksi keadalah
Invasi kuman salah satu dari inflamasi,
tulang sendi
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempatosteomilitis
tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan
fagositosis tekanan jaringan dan medulla.
Inveksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah poriesteum dan
dapat menyeberProses inflamasilunak
ke jaringan : gang fungsi
atau ,pembengkakan,
sendi di sekitarnya. pembentukan pus,
Kecuali bila proses
kerusakan integritas jaringan
inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada tulang.
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan
Proses insisi dan drainase
Keterbatasan oleh ahli bedah. Abses yang
Peningkatan
inflamasidalam dindingnya
terbentuk pergerakan
terbentuk daerahjaringan
jaringan mati, namun seperti pada
secara umum tulang dan
rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah
medula
mencair
Demam , dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
Iskemiamengempis
dan dan menyembuh, Komplikasi
infeksi
malaise,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. nekrosis
Terjadi tulang
pertumbuhan tulang baru
penurunan
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi meskipun tampak terjadi proses
kemampuan
penyembuhan,
tonus otot namun sequestrum infeksius kronis yangabses
Pembentukan tetap ada tetap rentan
septikemia
Hambatan
mengeluarkan abses kambuhan tulang Dinamakan osteomielitis
sepanjang hidup pasien.
mobilitas fisik
Kurang terpajan
tipe kronik. informasi dan
Defisit perawatan diri Involucrum, nyeri pengetahuan
pengeluaran pus
dan luka
5. Pathway
Ketidakseimb Kelemahan fisik
angan nutrisi :
Deformitas, bau Risiko
kurang dari Tirah baring lama, Gangguan
dari adanya luka osteomilitis
kebutuhan penekanan lokal 3 pertumbuhan
kronis

Kerusakan integritas Gg citra Defisiensi pengetahuan


kulit diri dan informasi
Pembentukan pus,
nekrosis jaringan

Penurunan Risiko Penyebaran


kemampuan infeksi ke organ
tinggi
pergerakan penting
traum
a

Kerusakan lempeng
epifisis

6. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2002)
a. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

4
b. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
c. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif mansjoer dkk (2002):
a. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang
meninggi, laju endap darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.
b. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak
menunjukkan kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum
dan sekuester.
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Arif Mansjoer (2002):
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun
gram negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah
secara parenteral selama 3-6 minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan
(karsinoma epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan.

9. Komplikasi
Menurut Arif muttaqin (2008) :

5
a. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang
memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan
b. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang
sendi lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan
biasanya terjadi pada klien dengan gizi buruk
c. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi
belum berfungsi dengan baik
d. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya berisi nama, diagnosa, No MR, tanggal masuk, penanggung
jawab
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu : <37 C
2) Nadi :
3) Pernafasan :
4) Tekanan darah :
5) Riwayat kesehatan
6) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang

6
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang, sampai hambatan mobilitas fisik.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut : Biasanya kulit kepala bersih, tidak berbau
2) Wajah : Biasanya tidak terdapat odema
3) Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan
4) Hidung : Biasanya tidak ada lendir, tdak menggunakan alat bantu
nafas
5) Telinga : Biasanya simetris kiri dan kanan
6) Mulut : biasanya tidak berbau, tidak ada caries
7) Lidah : Biasanya bersih
8) Leher: : Biasanya tidak ada terjadi peradangan pada tonsil , dan
tidak terjadi kaku kuduk
9) Thorak
I : Biasanya dada simetris kiri dan kanan
P : Biasanya fremitus simetris kiri dan kanan
P : Biasanya terdapat bunyi sonor
A: Biasanya tidak didapatkan suara tambahan
10) Jantung
I : Biasanya ictus cordis terlihat
P : Biasanya ictus teraba
P : Biasanya terdapat bunyi pekak
A: Bisanya BJ1 dan BJ2 teratur, tidak ada murmur/tidak ada bunyi
tambahan
11) Abdomen
I : Biasanya abdomen klien simetris kiri dan kanan, tidak ada
ancietas
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas

7
P : Biasanya bunyi tymani
12) Genita urinaria : Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi dan
tidak terpasang khateter
13) Ekstremitas bawah : biasanya terjadi hambatan mobilisasi fisik,
terjadi infeksi/merah pada tulang kaki, terjadi pembengkakan,
dan juga mengeluarkan pus beserta bau yang khas, adanya
keluhan nyeri tekan, dan terjadi gangguan pergerakan sendi kaki.
14) Neorologis : Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap
ransangan
f. Pola kebiasaan sehari
a. Nutrisi
1) Makanan
Sehat: biasanya 3x1 sehari(porsi makanan selalu di habiskan)
Sakit:biasanya 3x1 sehari(porsi di habiskan)
2) Minuman
Sehat:biasanya 1-2 liter sehari
Sakit:biasanya lebih kurang 1 liter sehari
3) Istirahat dan tidur
Sehat: biasanya 8-9 jam sehari
Sakit:biasanya 5-6 jam sehari (gelisah,nyeri dan saat malam
sering terbangun)
4) Aktifitas sehari hari dan perawatan diri
Sehat : biasanya mandi 2 x sehari,kebersihan oral baik.
Sakit : biasanya 1 x sehari (kesulitan berjalan dan beraktifitas)

2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM

8
DO: Inflamasi, infeksi, Gangguan rasa
Wajah pasien tampak meringis, bengkak, hipertermia, nyaman: nyeri
menahan sakit, dan sering nekrosis jaringan,
mengeluh tentang sakitnya. fraktur.
suhu tubuh pasien 390C.
terdapat bekas fraktur pada
tungkai bawah, scar tissue,
sinua dengan discharge,
seropurulen, dan ekskoriasi.

DS:
Pasien mengatakan bahwa;
P: nyeri terasa apabila
dipegang atau diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut-
senut
R: nyeri terasa pada bagian
tungkai bawah yang
mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan
terus menerus.
DO: Nyeri, tidak nyaman, Kerusakan
Terdapat penebalan kerusakan mobilitas fisik
periosteum, bone resorption, muskuloskeletal,
sclerosis sekitar tulang. anjuran imobilitas
Terdapat scar tissue dan bekas
fraktur pada tungkai bawah.

DS:
Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian
bawah.

9
DO: Proses penyakit, Risiko fraktur
Terdapat penebalan penyebaran infeksi patologi
periosteum, bone resorption,
sclerosis sekitar tulang.
Terdapat scar tissue dan bekas
fraktur pada tungkai bawah.

DS:
Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian
bawah.

3. Diagnosa
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan
osteomielitis keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:
a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak
nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
c. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses
supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang.
4. Intervensi
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan
pembengkakan
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang
atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.

Intervensi Rasional
Mandiri

10
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4 a. Nyeri merupakan respon subyaktif
yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
b. Atur posisi imobilisasi pada tingkat cidera.
daerah nyeri sendi atau nyeri b. Imobilisasi yang adekuat dapat
di tulang yang mengalami mengurangi nyeri pada daerah nyeri
infeksi. sendi atau nyeri di tulang yang
c. Bantu klien dalam mengalami infeksi.
mengidentifikasi factor c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
pencetus. pergerakan sendi
d. Jelaskan dan bantu klien d. Pendekatan dengan menggunakan
terkait dengan tindakan relaksasi dan tindakan
peredaran nyeri nonfarmakologi lain menunjukkan
nonfarmakologi dan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
noninvasi. e. Teknik ini melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan O2 pada
e. Ajarkan relaksasi: teknik jaringan terpenuhi dan nyeri
mengurangi ketegangan otot berkurang.
rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri
dan meningkatkan relaksasi f. Mengalihkan perhatian klien terhadap
masase. nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
f. Ajarkan metode distraksi g. Istirahat merelaksasi semua jaringan
selama nyeri akut. sehingga meningkatkan kenyamanan.
g. Beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan
beri posisi yang nyaman
(misal: ketika tidur, h. Pengetahuan tersebut membantu
punggung klien diberi bantal mengurangi nyeri dan dapat
kecil). membantu meningkatkan kepatuhan
h. Tingkatkan pengetahuan klien terhadap rencana terapeutik.
tentang penyebab nyeri dan
hubungan dengan beberapa
lama nyeri akan berlangsung. Analgesik memblok lintasan nyeri
sehingga akan berkurang.
Kolaborasi
Pemberian analgesik

b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak


nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

11
Tujuan: meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat
paling tinggi yang mungkin.
Kriteria Hasil: Pasien mampu :
1) Mempertahankan posisi fungsional.
2) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi
bagian tubuh.
3) Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Mandiri:
c. Kaji derajat imobilitas yang a. Pasien mungkin dibatasi oleh
dihasilkan oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
cedera/pengobatan dan keterbatasan fisik aktual, memerlukan
perhatikan persepsi pasien informasi, intervensi untuk
terhadap imobilisasi meningkatkan kemajuan kesehatan.
d. Dorong partisipasi pada
aktivitas terapeutik/rekreasi. b. Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol diri/harga diri dan membantu
e. Instruksikan pasien menurunkan isolasi sosial.
untuk/bantu dalam rentang c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
gerak pasien tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi, dan
resorpsi kalsium karena tidak
f. Dorong penggunaan latihan digunakan.
isometrik mulai dengan d. Kontraksi otot isometrik tanpa
tungkai yang tak sakit. menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai dan membantu
g. Bantu/dorong perawatan mempertahankan kekuatan dan masa
diri/kebersihan (contoh: otot.
mandi, mencukur. e. Meningkatkan kekuatan otot dan
h. Berikan/bantu dalam sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien
movilizis dengan cursi roda, dalam situasi, dan meningkatkan
kruk, tongkat, sesegera kesehatan diri langsung.
mungkin. Instruksikan f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi
keamanan dalam tirah baring (contoh: flebitis) dan
menggunakan alat mobilitas. meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ. Belajar
i. Awasi TD dengan melakukan memperbaiki cara menggunakan alat
aktivitas. Perhatikan keluhan penting untuk mempertahankan
pusing. mobilisasi optimal dan keamanan
pasien.

12
g. Hipotensi postural adalah masalah
umum menyertai tirah baring lama dan
memerlukan intervensi khusus (contoh:
Kolaborasi: kemiringan meja dengan peninggian
Konsul dengan ahli terapi secara bertahap sampai posisi tegak).
fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi
spesialis.
Kolaborasi:
Berguna dalam membuat aktivitas
individual/program latihan. Pasien dapat
memerlukan bantuan jangka panjang
dengan gerakan, kekuatan, aktivitas, yang
mengendalikan berat badan, juga
penggunaan alat.

j. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses


supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang.
Tujuan: integritas jaringan membaik secara optimal
Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka
membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji kerusakan jaringan lunak a. Menjadi data dasar untuk memberi
informasi tentang intervensi
perawatan luka, alat, dan jenis larutan
apa yang akan digunakan.
b. Lakukan perawatan luka : b. Perawatan luka dengan tehnik steril
lakukan perawatan luka dapat mengurangi kontaminasi
dengan tehnik steril. kuman langsung ke area luka.
c. Kaji keadaan luka dengan c. Manajemen membuka luka dengan
tehnik membuka balutan dan mengguyur larutan NaCl ke perban
mengurangi stimulus nyeri, dapat mengurangi stimulus nyeri dan
bila perban melekat kuat, dapat menghindari terjadinya
perban diguyur dengan NaCl. perdarahan pada luka osteomielitis
kronis akibat perban yang kering oleh
d. Larutkan pembilasan luka pus.
dari arah dalam keluar d. Tehnik membuang jaringan dan
dengan larutan NaCl. kuman diarea luka sehingga keluar
e. Tutup luka dengan kasa steril dari area luka.
atau kompres dengan NaCl
yang dicampur dengan e. NaCl merupakan larutan fisiologis

13
antibiotik. yang lebih mudah diabsorbsi oleh
jaringan daripada larutan antiseptik.
NaCl yang dicampur dengan
antibiotik dapat mempercepat
f. Lakukan nekrotomi pada penyembuhan luka akibat infeksi
jaringan yang sudah mati. osteomielitis.
g. Rawat luka setiap hari atau f. Jaringan nekrotik dapat menghambat
setiap kali bila pembalut penyembuhan luka.
basah atau kotor. g. Memberi rasa nyaman pada klien dan
h. Hindari pemakaian peralatan dapat membantu meningkatkan
perawatan luka yang sudah pertumbuhan jaringan luka.
kontak dengan klien h. Pengendalian infeksi nosokomial
osteomielitis, jangan dengan menghindari kontaminasi
digunakan lagi untuk langsung dari perawatan luka yang
melakukan perawatan luka tidak steril.
pada klien lain.
i. Gunakan perban elastis dan
gips pada luka yang disertai
kerusakan tulang atau i. Pada klien osteomielitis dengan
pembengkakan sendi. kerusakan tulang, stabilitas formasi
tulang sangat labil. Gips dan perban
j. Evaluasi perban elastis elastis dapat membantu memfiksasi
terhadap resolusi edema. dan mengimobilisasi sehingga dapat
mengurangi nyeri.
k. Evaluasi kerusakan jaringan j. Pemasangan perban elastis yang
dan perkembangan terlalu kuat dapat menyebabkan
pertumbuhan jaringan dan edema pada daerah distal dan juga
lakukan perubahan intervensi menambah nyeri pada klien.
bila pada waktu yang k. Adanya batasan waktu selama 7x24
ditetapkan tidak ada jam dalam melakukan perawatan luka
perkembangan pertumbuhan klien osteomielitis menjadi tolok
jaringan yang optimal. ukur keberhasilan intervensi yang
diberikan. Apabila masih belum
Kolaborasi mencapai kriteria hasil sebagainya
a. Kolaborasi dengan tim bedah kaji ulang faktor-faktor yang
untuk bedah perbaikan pada menghambat pertumbuhan jaringan
kerusakan jaringan agar luka.
tingkat kesembuhan dapat
dipercepat. a. Bedah perbaikan terutama pada klien
fraktur terbuka luas sehingga menjadi
b. Pemeriksaan kultur jaringan pintu masuk kuman yang ideal.
(pus) yang keluar dari luka Bedah perbaikan biasanya dilakukan
setelah masalah infeksi osteomielitis
teratasi
c. Pemberian b. Manajemen untuk menentukan
antibiotik/antimikroba antimikroba yang sesuai dengan

14
kuman yang sensitif atau resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik.
c. Antimikroba yang sesuai dengan
hasil kultur (reaksi sensitif) dapat
membunuh atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan tulang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

15
Osteomielitis adalah infeksi tulang, infeksi ini lebih sulit di sembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup sesorang atau
mengakibatkan orang yang menderitanya kehilangan ekstremitas.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan pastisipasinya

DAFTAR PUSTAKA

16
Hinchliff,Sue. 2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta
Donges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta
Price Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid
2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

17

You might also like