You are on page 1of 10

Bongkol pisang dan suweg

LatarBelakang
1.Alasan yang mendasari
1. Suweg dan bonggol pisang jarang dimanfaatkan
2. sempol makanan yang booming, dan banyak pula sempol yang tidak sehat
3. Suweg dan bonggolpisang memiliki banyak manfaat (kandungan gizi,dll)
4. Sesuatu yang khas
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Ringkasan
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum
Bab III Metode Pelaksanaan
Bab IV Biaya dan Jadwal Kegiatan
4.1. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Kegiatan
Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sempol merupakan salah satu jenis camilan yang telah menjadi primadona di
kalangan masyarakat Indonesia khususnya di Kota Malang. Alasan sempol menjadi
makanan cemilan yang digemari masyarakat karena umumnya harga sempol yang
dijual oleh para pedagang memiliki harga yang sangat murah yaitu 500 rupiah per
tusuknya, selain itu bahan dasarnya yang terbuat dari daging ayam atau ikan
menjadikan rasa sempol semakin istimewa ketika dimakan. Harga yang murah
dengan bahan dasar pembuatannya yang relatif mahal mengakibatkan adanya
beberapa oknum pedagang nakal yang mengganti bahan dasar pembuatan sempol
dengan daging tikus untuk memperoleh untung yang lebih besar. Meskipun bahan
dasar pembuatan sempol telah diganti dengan daging tikus, rasa sempol yang
dimakan tetap nikmat, namun sangat berbahaya bagi tubuh. Tikus liar dan domestika
mempunyai potensi faktor resiko bagi kesehatan masyarakat, mereka dapat membawa
mikroorganisme yang dapat ditransmisi melalui kontak urine maupun feses atau
melalui ektoparasit yang ada di tubuh mereka ( Widiastuti et al, 2013). Untuk
mengurangi para pedagang sempol nakal, maka dapat dilakukan inovasi dalam
pembuatan sempol dengan memanfaatkan bahan alam yang murah dan mudah
didapat. Bahan alam yang dapat digunakan untuk pembuatan sempol yaitu bonggol
pisang dan umbi suweg.
Bonggol pisang dan tumbuhan suweg (Amorphophallus campanulatus)
merupakan salah satu potensi alam yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan
dasar pembuatan sempol. Bonggol pisang apabila diolah dapat menjadi olahan yang
menyerupai daging dengan rasa yang tidak jauh berbeda dengan daging ayam aslinya.
Bonggol pisang dan suweg memiliki nilai karbohidrat yang sangat tinggi sehingga
dapat digunakan sebagai alternate pemenuhan karbohidrat dalam sehari dan memiliki
beberapa kandungan mineral yang diperlukan tubuh. Setiap 100 gram suweg
mengandung 1.0 gram protein, 0.1 gram lemak, 15.7 gram lemak, 62 mg kalsium, 4.2
gram besi, 0.07 mg thiamine, suweg baik dikonsumsi bagi penderita diabetes karena
indeks glisemik rendah yaitu 42 yang mampu menekan peningkatan kadar gula darah
penderita diabetes (Yuwono, 2015). Menurut Direktorat Gizi ,Depkes RI (1981)
dalam Rukmana,R (2005) dalam Elisabeth (2013) bahwa kandungan gizi pada
bonggol pisang kering memiliki kalori 245.00 kal, protein 3.40 g, lemak 0 g,
karbohidrat 66.20 g, kalsium 60.00 mg, fosfor 150.00 mg, zat besi 2.00 mg, vitamin A
0.00, Vitamin B1 0.04 mg, Vitamin C 4.00 mg, air 20 g, bagian yang dapat dimakan
100%.
Banyaknya manfaat dan mudahnya pengolahan kedua bahan ini maka dapat
digunakan untuk inovasi pembuatan sempol yang kaya gizi dan aman dikonsumsi
dengan varian rasa yang nikmat. Pemanfaatan bonggol pisang dan umbi suweg yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi salah satu peluang usaha yang dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pengolahan bonggol pisang dan umbi suweg menjadi sempol
yang bermanfaat dan aman bagi tubuh ?
2. Bagaimana strategi pemasaran sempol dari bonggol pisang dan umbi suweg
sehingga menjadi camilan primadona bagi masyarakt ?
Tujuan Program
Tujuan program yang hendak dicapai pada karya tulis ini adalah sebagai
berikut.
1. Menciptakan peluang bisnis yang jujur dan aman bagi tubuh manusia dari bahan
alam yang kurang dimanfaatkan menjadi produk pangan yang menyehatkan ssalah
satu upaya diversifikasi pangan
2. Memotivasi kaum generasi muda untuk berwirausaha dan menemukan inovasi baru
di bidang pangan dengan menggunakan bahan alam yang kurang dimanfaatkan
3. Mengurangi jumlah pedagang nakal akibat modal yang relatif besar dengan
laba yang relatif kecil????
Luaran Kegiatan
Terwujudnya gagasan ini diharapkan masyarakat mampu berinovasi dengan
memanfaatkan yang tersedia di alam untuk bahan pangan seperti bonggol pisang dan
suweg yang dijadikan sempol sebagai salah bentuk diversifikasi pangan. Dengan
inovasi tersebut diharapkan pula dapat dimanfaatkan menjadi peluang bisnis sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A. ANALISIS PRODUK
1.) Bonggol Pisang
Bonggol (corm) pisang atau batang pisang bagian bawah merupakan limbah
tanaman pisang yang belum termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan bonggol
pisang selama ini adalah untuk pembuatan pupuk K dan sabun dengan cara dibakar
sampai menjadi abu. Air bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit, seperti disentri, pendarahan usus, amandel serta dapat
memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Namun, di balik cap-nya
sebagai limbah, batang pisang bagian bawah ini ternyata mengandung gizi yang
cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Dalam 100 gram bonggol pisang basah
terkandung 43,0 kalori, 0,36 g protein, 11,60 g karbohidrat, 86,0 g air, beberapa
mineral seperti Ca, P dan Fe, vitamin B1 dan C, serta bebas kandungan lemak
(Rukmana, 2005). Secara lengkap, kandungan gizi dalam bonggol pisang basah dan
kering dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 kandungan gizi bonggol pisang
No Kandungan gizi Bonggol basah Bonggol kering
.
1 Kalori (kal) 43.00 245.00
2 Protein (g) 0.36 3.40
3 Lemak (g) 0.00 0.00
4 Karbohidrat (g) 11.60 66.20
5 Kalsium (mg) 15.00 60.00
6 Fosfor (mg) 60.00 150.00
7 Zat besi (mg) 0.50 2.00
8 Vitamin A (SI) 0.00 0.00
9 Vitamin B1 (mg) 0.01 0.04
10 Vitamin C (mg) 12.00 4.00
11 Air (g) 86.00 20.00
12 Bagian yang dapat dimakan (%) 100.00 100.00
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) dalam rukmana. R (2005)

Dalam usaha pengoptimalan nilai guna bonggol pisang sebagai bahan olahan pangan,
selama ini bonggol pisang telah dimanfaatkan sebagai bahan sayuran, seperti urap
dan lalapan. Di Bali, secara tradisional bonggol pisang telah diolah menjadi makanan
bernama tum atau pepes.
Dalam masa kini pengolahan bonggol pisang menjadi sempol yang kini menjadi
primadona dan konsumsi khalayak ramai baik di kalangan bawah keatas, anak-anak
atau pun orang dewasa menyukai jajan sempol dapat menjadi alternatif dalam
pemanfaatan bonggol pisang ini menjadi bahan makanan.

2.) Suweg (Amorphophallus campanulatus)


Suweg adalah umbi paling besar di dunia. Ukuran umbi suweg bisa mencapai
diameter lebar 40 cm. Bentuknya bundar agak pipih. Sementara diameter tinggi umbi
bisa mencapai 30 cm. Seluruh permukaan kulit suweg penuh dengan bintil-bintil dan
tonjolan yang sebenarnya merupakan anak umbi dan tunas. Sementara di bagian atas
tepat di tengah-tengah lingkaran umbi, terletak tunas utamanya.
Suweg sebagai jenis umbi-umbian besar jarang diolah dan dikonsumsi masyarakat
karena dengan cara pengolahan biasa bisa menimbulkan gatal-gatal di lidah. Namun
dengan pengolahan khusus dan dijadikan tepung, suweg ternyata memiliki kandungan
serat lebih besar dibanding oatmeal dikenal sebagai pangan pengontrol kadar
kolesterol.
Tepung suweg (Amorphophallus campanulatus BI) siap menyaingi oat instan,
makanan kesehatan untuk menjaga kolesterol darah tetap rendah, kata peneliti Didah
Nur Faridah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Kamis (20/1/2011).
Tepung suweg jika di bandingkan dengan tepung garut ternyata kandungan seratnya
lebih tinggi. Tepung garut memiliki nilai total serat pangan hanya 9,89 % sementara
serat tepung suweg yang teruji ternyata mencapai 15,09 %.(Bargumono, 2013)

Tabel 1.2 komposisi tepung suweg dan tepung terigu


No Komponen Nilai tepung umbi Tepung terigu
suweg
1 Kada Air (%) 4.74 7.800
2 Kadar Abu (%) 4.60 0.520
3 Kadar Lemak (%) 0.28 0.900
4 Kadar Protein (%) 7.20 8.000
5 Kadar Serat Kasar (%) 5.23 0.430
6 Kadar Karbohidrat (%) 83.18 82.350
Sumber : (Faridah, 2005)

3.) Sempol dari Bonggol Pisang dan Tepung Suweg


Sempol dari bonggol pisang dan tepung suweg menggunakan bahan baku bonggol
pisang atau batang pisang serta umbi dari suweg yang di olah menjadi tepung.
Bonggol pisang ini mudah sekali di dapatkan sebagian besar warga memiliki tanaman
pisang dan beberapa perkebunan pisang yang masih belum memanfaatkan bagian
bonggol pisangnya.
Umbi suweg di olah menjadi tepung, olahan tanaman suweg ini mudah di jumpai
sebagai tanaman liar contohnya di daerah blitar hampir di setiap pekarangan rumah
banyak di tumbuhi suweg namun belum mengoplimalisasikan kegunaannya terutama
dalam bidang pengolahan pangan.
karena selama ini, suweg telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan pangan.
Namun masih sebatas alternatif ketika beras atau tepung tidak tersedia atau kurang
terjangkau harganya. Ini disayangkan, karena suweg memiliki kadar serat yang tinggi
sehingga bisa menjadi pengganti oatmeal. Kandungan karbohidrat pada suweg juga
tinggi, mencapai 80 persen sehingga bisa menjadi bahan pangan sehari-hari. Karena
itu, kami ingin mengembangkan suweg sebagai salah satu sumber pengolahan
pangan. Jadi, suweg yang tadinya menjadi makanan terpinggirkan bisa menjadi
makanan kelas satu yang bisa dikonsumsi semua kalangan

a. Peralatan yang Dibutuhkan


Peralatan yag dibutuhkan dalam pembuatan Sempol dari bonggol pisang dan tepung
suweg antara lain baskom plastik besar, keranjang plastik, panci aluminium besar,
pisau, kompor gas, Loyang, lumpang dan alu batu, ayakan tepung, baskom stainless
steel, sendok makan, penggiling daging, oven, ayakan 80 mesh dan sendok takar.
b. Cara Pembuatan
1. Bonggol pisang yang telah di rendam dalam larutan garam selama 3
jam, kemudian di rebus hingga tekstur dari bonggol pisan empuk,
2. Menambahkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, ketumbar dan
bawang merah, garam yang sudah di haluskan. Selanjutnya bonggol pisang di
giling dengan penggiling daging.
3. Untuk pembuatan tepung suweg dapat di lakukan dengan cara kering.
Umbi yang telah di cabut kemudian di bersihkan,
4. Mengupas dan di cuci dengan air bersih.
5. Selanjutnya umbi suweg di iris tipis tipis dan di keringkan bias di oven
atau dengan Cabinet dryer pada suhu 50C selama 18 jam.
6. Kemudian di lakukan penggilingan dan di ayak menggunakan ayakan
berukuran 80 mesh maka akan di hasilkan produk tepung suweg (Faridah,
2005)
7. Langkah yang terakhir adalah pembuatan sempol,tepung suweg yang
siap di olah di campur dengan bonggol pisang yang sudah di giling,
8. Menambahkan bumbu bawah putih, bawang merah, garam, merica dan
tambahkan telur dan sedikit tepung maizena agar kenyal.
9. Setelah menjadi adonan bentuk bentuk adonan tersebut dengan tusuk
seperti sempol pada umumnya, lalu rebus selama 15 menit.
10. Kemudian angkat dan tiriskan lalu baluti dengan telur dan di goring
sempol siap di hidangkan.

B. ANALISIS PASAR
Pedagang sempol sekarang ini sudah banyak ditemukan di pusat keramaian
seperti di lingkungan sekolah, kampus, terminal dan pasar. Disekitar kampus dan
sekolah banyak sekali mahasiswa yang teramati ketika ada waktu luang mereka
membeli jajanan sempol yang ada disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
masyarakat yang menyukai jajanan sempol,sehingga dapat menjadi peluang usaha
yang sangat menguntungkan. Terkenalnya sempol ke beberapa daerah di Indonesia
juga memberikan potensi besar untuk peluang pemasaran yang menguntungkan untuk
berwirausaha sempol berhubungan dengan kondisi perekonomian bahan baku sempol
yang harusnya menggunakan daging ayam atau sapi dengan harga bahan baku yang
mahal namun pemasaran di tuntut dengan harga yang standart atau murah agar dapat
laris di pasaran dan kondisi ini mengakibatkan banyak pedagang nakal yang
mengganti bahan baku dengan daging tikus dan daging daging yang tidak layak di
konsumsi oleh karena itu inovasi pangan ini untuk memberikan solusi bahan baku
yang bergizi aman di konsumsi dan harganya yang terjangkau dengan menggunakan
bonggol pisang dan tepung dari suweg.
Bahan dasar yang digunakan adalah bonggol pisang dan umbi suweg yang
mudah di temukan khususnya di Kota Malang dan Sekitarnya sehingga tidak mudah
kekurangan bahan dasar pembuatan inovasi sempol
Peluang pemasaran sangat menjanjikan karena produk sempol umumnya
sudah banyak digemari masyarakat di beberapa daerah. Tempat pemasaran dilakukan
di tempat umum yang notabennya banyak masyarakat yang berkegiatan sehingga
mudah dijangkau oleh masyarakat yang akan membelinya.
Kelayakan Usaha
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha tersebut
layak atau tidak untuk dilaksanakan. Beberapa cara yang sering digunakan untuk
menganalisis kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menghitung BEP dan B/C
Ratio
a) BEP. BEP (Break Even Point) merupakan titik dimana modal dapat kembali, bisa
dalam bentuk jumlah produk maupun dalam bentuk uang.
b) B/C Ratio. B/C Ratio merupakan perbandingan antara keuntungan dengan biaya
produksi. Usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak jika B/C Ratio lebih
besar dari 0 (>0).

BAB III
METODE PELAKSANAAN
Aspek manajemen pemasaran digunakan strategi produk pemasaran meliputi
desain produk, estimasi harga, promosi dan distribusi kepada konsumen. Proses
pendistribusian dapat dilakukan kerjasama dengan supermarket yang menjual bahan
makanan untuk memasarkan produk, bekerjasama dengan pusat oleh-oleh kota
malang dan restoran di Kota Malang dan Sekitarnya.
Aspek manajemen produksi dilakukan seminggu dua kali dengan skala sedang
untuk sasaran pemasaran wilayah Kota Malang dan Sekitarnya. Pasca produksi
berupa sempol, dikemas dalam bentuk kemasan yang dapat digoreng sendiri oleh
konsumen dan ada yang dijual secara langsung dengan digoreng di tempat dengan
lapak gerobak atau kios kecil.

A. ANALISIS BIAYA
Dalam satu kali produksi akan digunakan bahan baku kulit telur seberat 750 gr
yang berasal dari kurang lebih 120 butir telur dan serbuk lidah buaya seberat 5
gr. Produk masker akan dikemas dalam bentuk kemasan aluminium foil,
dengan berat serbuk 20 gr per bungkus. Rencana jumlah produk yang
dihasilkan setiap satu kali produksi adalah sebanyak 50 bungkus. Harga jual
masker kulit telur per bungkus adalah Rp 8.500 sehingga akan diperoleh
pendapatan sebesar 50 bungkus x Rp 8.500 = Rp 425.000. Untuk biaya investasi
adalah sebesar Rp. 800.000 (Tabel 1) sedangkan biaya produksi adalah sebesar
Rp. 280.000 (Tabel 2). Perhitungan laba untuk setiap kali produksi adalah
sebagai berikut: Harga jual produk = 8.500/bungkus Laba setiap kali produksi
= pendapatan biaya produksi = 425.000 280.000 =145.000 B

Dafus
Yuwono,S. 2015. Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus BI). Malang:
Universitas Brawijaya.
Widiastuti,D., Pramestuti,N., Setiyani, E. & Rahayu,H.F. 2013. Mikroorganisme
Patogen pada Feses Tikus ( Pathogenic Microorganism in Rats Faecal
Matter). Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.8,No.4.
Elisabeth,D. 2013. Kerupuk Bonggol Pisang: Dari Limbah yang Kaya Gizi ke Meja
Makan Kita. Bali: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Rukmana, R. 2005. Bertanam Sayuran Di Pekarangan. Kanisius, Yogyakarta.

Department of Agriculture. 2009. Hydroponics soil-less


culture.www.agridept.gov.lk/.../Hponics/H.text.htm. 18 November 2012.

Faridah, D. 2005. Sifat fisiko-kimia tepung suweg (Amorphophallus campanulatus B1.)Teknol.


dan Industri Pangan,

Bargumono, H. M. dan Wongsowijaya, Suyadi. 2013. 9 Umbi Utama Sebagai Pangan


Alternatif Nasional. Yogyakarta : Leutika prio

4 Luaran
1.Produk semopol bergizi dan menarik
Gambaran Umum
1. Dalam masyarakat suweg kurang dimanfaatkan (disertai data kalau ada)
2. Sempol booming dan digemari masyarakat di segala kalangan, sudah
tersebar di seluruh nusantara
3. Gambaran usahanya dikemas pada plastic (dijual mentah)
4.sangat sukses
Metode Pelaksanaan
1. Pembuatan tepung suweg
(Bonggol beres)

You might also like