You are on page 1of 53

BAB II

KARAKTERISTIK BATUAN RESERVOIR

2.1. Karakteristik Batuan Reservoir


Reservoir merupakan batuan yang berpori (porous) dan permeable yang
mengandung fluida ( minyak dan gas ).
Komponen reservoir terdiri dari:
1. Wadah, yang berupa batuan reservoir.
2. Isi, yang berupa fluida reservoir.
3. Kondisi reservoir, yang berupa tekanan reservoir dan temperatur
reservoir.
Umumnya batuan reservoir terdiri dari batuan sedimen yang berupa
batupasir, batuan karbonat dan batuan shale, atau kadang-kadang batuan vulkanik.
Masing-masing batuan memiliki komposisi kimia yang berbeda-beda dan sifat
fisik yang berbeda - beda pula.

2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir


2.1.1.1.Batupasir
Batupasir (sandstone) merupakan batuan yang paling sering dijumpai di
lapangan sebagai batuan reservoir. Batu pasir merupakan hasil dari proses
sedimentasi mekanik, yaitu berasal dari proses pelapukan dan disintegrasi, yang
kemudian tertransportasi serta mengalami proses kompaksi dan pengendapan.
Berdasarkan mineral penyusunnya, menurut Krynine batupasir dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu orthoquartzites, pasir lempungan (graywacke), dan
arkose.

1. Orthoquartzites
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari
proses sedimentasi yang menghasilkan unsur silika yang tinggi, tanpa

5
6

mengalami metaformosa dan pemadatan, terutama terdiri atas mineral


kwarsa (quartz) dan mineral lainnya yang stabil.
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang relatif bersih
yaitu bebas dari kandungan shale dan clay.

2. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur
unsur mineral yang berbutir besar, terutama kwarsa dan feldspar serta
fragmenfragmen batuan. Material pengikatnya adalah clay dan
carbonate. Sortasi (pemilahan) butir pada graywacke tidak bagus karena
lingkungan pengendapannya relatif curam dan adanya matriks-matriks
batuan. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya porositas batuannya.

3. Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang biasanya tersusun dari kwarsa
sebagai mineral yang dominan, meskipun seringkali mineral arkose
feldspar jumlahnya lebih banyak dari kwarsa.

2.1.1.2.Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah limestone (batugamping), dolomit, dan yang
bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa dipakai untuk
kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % kalsium karbonat atau
magnesium. Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral kalsit,
sedangkan pada dolomit mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomit.
Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur karbonat lebi h besar dari 50%, sedangkan untuk batuan
batuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan dolomit
akan mempunyai nama yang bermacammacam tergantung dari unsur yang
dikandungnya. Untuk batuan yang unsur kalsitnya melebihi dolomit disebut
dolomit limestone, dan yang unsur dolomitnya melebihi kalsit disebut dengan
limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite
7

2.1.1.3.Batuan Shale
Batuan shale adalah batuan serpih berbutir halus dengan permeabilitas
yang mendekati nol (impermeabel). Batuan ini dapat berlaku sebagai batuan
reservoir apabila permeabilitasnya besar sebagai akibat perekahan.
Pada umumnya unsur penyusun shale ini terdiri dari lebih kurang 58%
silikon dioksida (SiO2), 15% alumunium oksida (Al2O3), 6% besi oksida (FeO)
dan Fe2O3, 2% magnesium oksida (MgO), 3% kalsium oksida (CaO), 3%
potasium oksida (K2), 1% sodium oksida (Na2), dan 5% air (H2O). Sisanya adalah
oksida metal dan anion.

2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan reservoir perlu diketahui agar memudahkan dalam
memprediksikan banyaknya akumulasi hidrokarbon di dalam reservoir.

2.1.2.1.Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang
pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya porositas
suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Vp Vb Vg
x100% x100% ...........................................................(2.1)
Vb Vb

dimana,
= Porositas, %
Vb = volume batuan total (bulk volume),cm3
Vg = volume padatan batuan total (volume grain), cm3
Vp = volume ruang poripori batuan, cm3

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


1. Porositas absolut, adalah persen volume poripori total terhadap
volume batuan total (bulk volume).
8

Volume pori total


100% ,........................................................(2.2)
bulk volume

2. Porositas efektif, adalah persen volume poripori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).

Volume pori yang berhubungan


100% ,......................................(2.3)
bulk volume

Connec ted or
Effec tive
Porosity

Total
Porosity

Isolated or
Non-Effec tive
Porosity

Gambar 2.1. Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan


Porositas Absolut Batuan (Amyx, J.W.; Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L, 1960)

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan
sedimen diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah
batuan sedimen terendapkan.
Besarkecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran
butir (semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan
butir (susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas lebih baik
dibandingkan bentuk rhombohedral), kompaksi, dan sementasi.
9

90 o
o
90
90 o

a. Cubic (porosity = 47,6 %)

90 o
90 o
o
90

b. Rhombohedral (porosity = 25,96 %)

Gambar 2.2. Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan (Amyx, J.W.;
Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L, 1960)

2.1.2.2.Permeabilitas

Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu fluida melalui celah


suatu material yang mempunyai rongga. Permeabilitas batuan merupakan fungsi
dari tingkat hubungan ruang antar poripori dalam batuan. Definisi kuantitatif
permeabilitas pertamatama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam
hubungan empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
k dP
V , ...................................................................................... (2.4)
dL

dimana :
V = kecepatan aliran fluida, cm / sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP / dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm / cm
k = permeabilitas media berpori, darcy
Tanda negatif dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila
tekanan bertambah dalam satu arah, maka arah aliran berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut.
Beberapa anggapan yang digunakan oleh Darcy dalam Persamaan (2.4)
adalah :
Alirannya mantap (steady state)
Fluida yang mengalir satu fasa
10

Viskositas fluida yang mengalir kostan.


Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
Fluidanya incompressible.
Tidak ada reaksi antara fluida yang mengalir dengan batuan yang
dialirinya
Kondisi aliran isothermal atau temperaturnya konstan

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :


1. Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang
mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya
hanya minyak atau gas saja.
2. Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas
dan minyak atau ketigatiganya.
3. Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolut.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang
dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan
batu pasir tidak kompak yang dialiri air. Batu pasir silindris yang porus ini 100 %
dijenuhi cairan dengan viskositas (), dengan luas penampang (A), dan
panjangnya (L). Kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu
ujungnya maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah tekanan
keluar. Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q . . L / A . ( P1 P2 ) adalah
konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung
dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan
mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka
diperoleh harga permeabilitas absolut batuan.
11

Gambar 2.3. Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas (Amyx, J.W.; Bass,


D,M.Jr.; Whiting, R.L, 1960)

Q.. L
K ,.............................................................................................. (2.5)
A.( P1 P2 )

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :


Q (cm 3 / sec). (centipoise) L (cm)
K (darcy)
A (sqcm). ( P1 P2 ) (atm)

Dari Persamaan (2.5) dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran


yaitu aliran linier dan radial, masingmasing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai Ko, Kg, Kw, dimana masingmasing
untuk minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif dinyatakan sebagai
berikut :
Ko Kg Kw
K ro , Krg , K rw , .................................................... (2.6)
K K K
Besarnya permeabilitas efektif untuk minyak dan air ditunjukkan dengan
persamaan (2.7) dan (2.8) berikut ini :
12

Q o . o . L
Ko , ................................................................................(2.7)
A.( P1 P2 )

Q w . w . L
Kw , ...............................................................................(2.8)
A.( P1 P2 )

Dimana :
o = viskositas minyak
w = viskositas air.
Hargaharga Ko dan Kw pada Persamaan (2.7) dan (2.8) jika diplot
terhadap So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada
(Gambar 2.4). Dari (Gambar 2.4), dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan
So = 1 akan sama dengan harga K absolut, demikian juga untuk harga K
absolutnya.

Gambar 2.4. Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air (Amyx,
J.W.; Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L, 1960)
13

Gambar 2.5. Kurva Permeabilitas Relatif untuk Sistem Minyak dan Air (Amyx,
J.W.; Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L, 1960)

2.1.2.3.Saturasi Fluida

Saturasi fluida batuan adalah perbandingan antara volume poripori


batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori total
pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak ( So ) adalah :
Volume pori - pori yang diisi oleh minyak
So , ............................... (2.9)
Volume pori - pori total
Saturasi air ( Sw ) adalah :
Volume pori - pori yang diisi oleh air
Sw ,...(2.10)
Volume pori - pori total
Saturasi gas ( Sg ) adalah :
Volume pori - pori yang diisi oleh gas
Sg ,..(2.11)
Volume pori - pori total

Jika poripori batuan diisi oleh gasminyakair maka berlaku hubungan :


Sg + So + Sw = 1 ,..(2.12)
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka :
So + Sw = 1 ,..........................................................................................(2.13)
14

Terdapat tiga hal yang penting mengenai saturasi fluida, yaitu :


1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam reservoir,
saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang kurang
porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan mempunyai
Sw yang tinggi dan Sg yang relatif rendah. Demikian juga untuk bagian atas
dari struktur reservoir berlaku sebaliknya.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air
dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan minyak,
saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah poripori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang pori
porinya adalah , maka ruang poripori yang diisi oleh hidrokarbon adalah :
So . . V + Sg . . V = ( 1Sw ) . . V ,.................................................(2.14)

2.1.2.4.Wettabilitas

Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu
fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam sistem minyak-air benda padat, gaya
adhesi AT yang menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
AT = so sw = wo. cos wo ,...(2.15)

Dimana :
AT = Gaya adhesi yang menyebabkan cairan naik ke atas batuan,
dyne/cm
so = tegangan permukaan minyakbenda padat, dyne / cm
sw = tegangan permukaan airbenda padat, dyne / cm
wo = tegangan permukaan minyakair, dyne / cm
wo = sudut kontak minyakair.
15

Suatu cairan dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya


positif ( < 900), yang berarti batuan bersifat water wet. Sedangkan bila air tidak
membasahi zat padat maka tegangan adhesinya negatif ( > 900), berarti batuan
bersifat oil wet.
A. Water-wet B. Oil-wet Reservoir

Minyak Butiran Air

Gambar 2.6. Water Wet dan Oil Wet (Amyx, J.W.; Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L,
1960)

2.1.2.5.Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) adalah perbedaan tekanan antara permukaan dua
fluida yang tidak tercampur. Perbedaan tekanan dua fluida yang dimaksud adalah
perbedaan tekanan antara fluida non-wetting fasa (Pnw) dengan fluida Wetting
fasa.
(Pw) atau Pc = Pnw - Pw ,.......... (2.16)

Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida immiscible yang cembung. Di reservoir biasanya air sebagai
fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-
wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori dan
macam fluidanya, yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan
sebagai berikut :
2. .cos
Pc . g. h ,...................(2.17)
r
16

dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
= tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida, derajat
r = jari-jari kelengkungan pori-pori, cm
= perbedaan densitas dua fluida, gr/cc
g = percepatan gravitasi, cm/dt2
h = tinggi kolom, cm

Dari Persamaan (2.17) dapat dilihat bahwa tekanan kapiler berhubungan


dengan ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data
tekanan kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (Sw),
Persamaan (2.17) menunjukkan bahwa h bertambah jika perbedaan
densitas fluida berkurang, sementara faktor lainnya tetap. Hal ini berarti pada
reservoir gas yang terdapat kontak gas-air, perbedaan densitas fluidanya
bertambah besar sehingga mempunyai zona transisi minimum. Demikian juga
pada reservoir minyak yang mempunyai API gravity rendah, kontak minyak-air
akan mempunyai zona transisi yang panjang. Ukuran pori-pori batuan reservoir
sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis daripada
reservoir dengan permeabilitas yang rendah.

Gambar 2.7. Variasi Pc terhadap Sw (Amyx, J.W.; Bass, D,M.Jr.; Whiting, R.L,
1960)
17

a) Untuk Sistem Batuan yang Sama dengan Fluida yang Berbeda.


b) Untuk Sistem Fluida yang Sama dengan Batuan yang Berbeda.

2.1.2.6.Kompressibilitas

Kompressibilitas pada batuan menurut Geertsma (1957) terdapat tiga


macam kompresibilitas pada batuan antara lain :
1. Kompresibilitas Matriks Batuan
Kompresibilitas matriks batuan adalah fraksional perubahan volume
dari material padatan batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas Batuan Keseluruhan
Kompresibilitas batuan keseluruhan merupakan fraksional perubahan
volume batuan terhadap satuan perubahan tekanan
3. Kompresibilitas Pori-Pori Batuan
Kompresibiltas pori-pori batuan merupakan fraksional perubahan pori-
pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.

Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, yaitu :
a) Internal Stress, yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di
dalam pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
b) Eksternal Stress, yang berasal dari pembebanan batuan yang ada
diatasnya (tekanan overburden).

Pengosongan fluida dari ruang pori batuan mengakibatkan perubahan


internal stress dari batuan, sehingga resultan tekanan pada batuan akan mengalami
perubahan juga. Perubahan tekanan ini menyebabkan perubahan pada butiran-
butiran batuan, pori-pori batuan dan volume total batuan.
Perubahan bentuk keseluruhan dari batuan dapat dinyatakan dalam
kompresibilitas Cr (psi-1), yang secara matematis dituliskan dengan :
1 dVr
Cr ,......................................................................................(2.18)
Vr dP
18

Sedangkan perubahan dari ruang pori-pori batuan dapat dinyatakan dalam


kompresibilitas Cp (psi-1), yang secara matematis dituliskan dengan :
1 dVp
Cp , ..................................................................................... (2.19)
Vp dP *

Dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains), inch3
Vp = volume poripori batuan, inch3
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan, psi
P* = tekanan luar (tekanan overburden), psi

2.2. Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Karakteristik
fluida reservoir ditinjau dari komposisi kimia dan sifat fisiknya.

2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dimana
dapat berupa gas, air atau padatan tergantung kepada komposisinya yang khusus
serta tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Hidrokarbon yang
berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi, sedangkan yang berupa gas dikenal
sebagai gas bumi.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen. Senyawa karbon dan hidrogen ini mempunyai variasi-variasi ikatan,
yang biasanya dibagi dalam dua golongan besar, yaitu : golongan asiklis (terbuka)
dan golongan siklis.

2.2.1.1.Golongan Hidrokarbon Jenuh


Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+1 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Penamaan anggota
seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon dalam sebutan Yunani
19

dan diakhiri dengan akhiran ana (Inggris : ane), seperti methane, ethane,
propane, butane, pentane, dll.
Pada tekanan dan temperatur normal empat alkana yang pertama
merupakan gas. Sebagai hasil meningkatnya titik didih (boiling point) karena
penambahan jumlah atom karbon maka mulai pentana (C5H12) sampai hepta
dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan alkana yang mengandung 18 atom
karbon atau lebih merupakan padatan (solid). Alkana dengan rantai bercabang
memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan dengan n-alkana, dimana
untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik yang kurang beraturan.
Perubahan dalam struktur menyebabkan perubahan didalam gaya antar
molekul (inter molekuler force) yang menghasilkan perbedaan pada titik lebur dan
titik didih diantara isomer-isomer alkana. Seri n-alkana yang diberikan pada Tabel
2.1. memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang tidak begitu tajam.

Tabel 2. 1. Sifat sifat Fisik n-Alkana (Burchick, E.J.; 1957)


Boiling Point Melting Point Specific Gravity
No. Name
oF oF 60o/60 oF
1 Methane -258.7 -296.6 ..........
2 Ethane -127.5 -297.9 ..........
3 Propane -43.7 -305.8 0.508
4 Butane 31.1 -217.0 0.584
5 Pentane 96.9 -201.5 0.631
6 Hexane 155.7 -139.6 0.664
7 Heptane 209.2 -131.1 0.688
8 Octane 258.2 -70.2 0.707
9 Nonane 303.4 -64.3 0.722
10 Decane 345.5 -21.4 0.734
11 Undecane 384.6 -15 0.740
12 Dodecane 421.3 14 0.749
15 Pentadecane 519.1 50 0.769
20

20 Eicosane 648.9 99 ..........


30 Triacontane 835.5 151 ..........

2.2.1.2. Golongan Naftena


Senyawa golongan ini merupakan senyawa hidrokarbon, dimana susunan
atom karbonnya berbentuk cincin. Golongan ini termasuk hidrokarbon jenuh
tetapi rantai karbonnya merupakan rantai tertutup. Yang umum dari golongan ini
adalah sikloalkana atau dikenal juga sebagai naftena, sikloparafin atau
hidrokarbon alisiklik. Apabila dalam keadaan tidak mengikat gugus lain, maka
rumus golongan naftena atau sikloparafin ini adalah CnH2n. Rumus ini sama
dengan rumus untuk seri alkena, tetapi sifat fisik keduanya jauh berbeda karena
strukturnya yang sangat berbeda.

2.2.1.3. Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh


Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap
tiga (triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh
karena itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah
digunakan untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap
dua atau rangkap tiga yang mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini
disebut hidrokarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n. Dalam keadaan yang
menguntungkan, hidrokarbon tak jenuh dapat menjadi jenuh dengan penambahan
atom-atom hidrokarbon pada rantai ikatan tersebut.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh ada yang mempunyai satu ikatan
rangkap yang lebih dikenal dengan deretan olefin, tetapi ada juga diantara
senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung dua atau lebih ikatan ganda
(double bond), seperti alkadiena, alkatriena, serta alkatetraena.
Selain ikatan ganda, senyawa hidrokarbon tak jenuh ada juga yang
mempunyai ikatan rangkap tiga (triple bond) yang dikenal sebagai deretan
asetilen. Rumus umum deretan asetilen adalah CnH2n-2, dimana dalam tiap
molekul terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
21

berdekatan. Pemberian nama untuk deret ini sama dengan untuk deret alkena
dengan memberi akhiran una (Inggris : yne).

Tabel 2.2. Sifat-Sifat Fisik Alkena (Burchick, E.J.; 1957)


Boiling Melting Specific
Formula Point, Point, Gravity,
Name
oF oF 60o/60 oF

Ethylene CH2 =CH2 -154.6 -272.5 -

Propylene CH2=CHCH3 -53.9 -301.4 -

1-butene CH2=CH CH2CH3 20.7 -301.6 0.601

1-pentene CH2=CH(CH2)2CH3 86 -265.4 0.646

1-hexene CH2=CH(CH2)3CH3 146 -216 0.675

1-heptene CH2=CH(CH2)4CH3 199 -182 0.698

1-octene CH2=CH(CH2)5CH3 252 -155 0.716

1-nonene CH2=CH(CH2)6CH3 295 - 0.731

1-decene CH2=CH(CH2)7CH3 340 - 0.743

2.2.1.4. Golongan Aromatik


Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa
hidrokarbon lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini
adalah CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga
ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
Deretan benzena tidak menunjukkan sifat reaktif yang tinggi, ikatan-ikatan
dari deret hidrokarbon aromatik terdapat dalam minyak mentah yang merupakan
sumber utamanya.
22

Pada suatu suhu dan tekanan standard, hidrokarbon aromatik ini dapat
berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak
berwarna, berbau harum dan mendidih pada temperatur 176 0F.

2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda antara
reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia pada air
formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya.
Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral,
misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan
alumunium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam gemuk.
Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kation-kation Ca,
Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida , CO3, HCO3, dan SO4.
Air formasi mempunyai kation-kation dan anion-anion dengan jumlah
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan part per million (ppm). Kation-
kation air formasi antara lain adalah : kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), natrium
(Na+), ferum (Fe+), dan Barium (Ba++), sedangkan yang termasuk anion-anion air
formasi adalah klorida (Cl-), karbonat (CO3) dan Bikarbonat (HCO3), serta Sulfat
(SO4).

2.2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir


Beberapa sifat fisik fluida yang perlu diketahui adalah : densitas,
viskositas, faktor volume formasi, kompresibilitas, dan kelarutan gas.

2.2.3.1.Sifat Fisik Minyak


A. Densitas Minyak
Berat Jenis Minyak (Densitas minyak) sering dinyatakan dalam
Specific Gravity. Hubungan antara Berat Jenis Minyak dengan Specific
Gravity didasarkan pada berat jenis air. Berat jenis minyak adalah
perbandingan antara berat minyak dengan volume minyak tersebut.
23

Sedangkan specific gravity (SG) minyak adalah perbandingan antara


densitas minyak dengan densitas air, dengan persamaan yang dapat
dituliskan sebagai berikut :
o
SG minyak = ,................................................................................(2.20)
w

dimana :
o = densitas minyak, gr/cc
w = densitas air, gr/cc

Didalam dunia perminyakan, Specific Gravity minyak sering


dinyatakan dalam satuan 0API. Hubungan antara SG minyak dengan 0API
dapat dirumuskan sebagai berikut :

141,5
0
API = 131,5 ,.........................................................................(2.21)
SG

Harga-harga untuk beberapa jenis minyak :


a) Minyak ringan (light crude), 300API
b) Minyak sedang, berkisar 20 300API
c) Minyak berat, berkisar 10 200API

B. Viskositas Minyak
Viskositas minyak (o) didefinisikan sebagai ukuran ketahanan
minyak terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah
suatu ukuran tentang besarnya keengganan minyak untuk mengalir,
dengan satuan centi poise (cp) atau gr/100 detik/1 cm.

Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah


gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan
menurunkan viskositas minyak, dan dengan bertambahnya gas yang
terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun.
24

Gambar 2.8. Hubungan Viskositas terhadap Tekanan (Mc Cain, William D.;
1933)

Secara matematis, besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan persamaan


:
F y
x ,.......................................................................................(2.22)
A v
dimana :
= viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress, dyne
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
y / v = gradien kecepatan, cm/(sec.cm).

C. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume
minyak dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock
tank barrel minyak termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain
sebagai perbandingan antara volume minyak termasuk gas yang terlarut
pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi standard (14,7
psi, 60 F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
25

Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan persamaan :


Bo = 0.972 + (0.000147 . F 1.175) ,.......................................................(2.23)
g
F R s . 1.25 T ,......................................................................(2.24)

o
dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.

Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor volume


formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan
bubble point, maka gas akan keluar dan Bo akan turun.

Gambar 2.9. Grafik Faktor Volume Formasi (Bo) Terhadap Tekanan (Warno
H,1985)

D. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
26

1 V
Co
V P
,...............................................................................(2.25)

Persamaan 2.25 dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah


dipahami, sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu :

B ob B oi
Co ,................................................................(2.26)
B oi Pi Pb
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi = tekanan reservoir
Pb = tekanan bubble point.

E. Kelarutan Gas Dalam Minyak

Kelarutan gas dalam minyak (Rs) didefinisikan sebagai banyaknya


SCF gas yang terlarut dalam satu STB minyak pada kondisi standar 14,7
psi dan 60 F, ketika minyak dan gas masih berada dalam tekanan dan
temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan,
temperatur dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang
tetap, kelarutan gas tertentu akan bertambah pada setiap penambahan
tekanan. Pada tekanan yang tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap
kenaikan temperatur.

2.2.3.2.Sifat Fisik Gas


A. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal
ini massa dapat diganti oleh berat gas, m. Sesuai dengan persamaan gas
ideal, maka rumus densitas untuk gas ideal adalah :
27

m PM
g ,...................................................................................(2.27)
V RT

dimana :
m = berat gas, lb
V = volume gas, cuft
M = berat molekul gas, lb/lb mole
P = tekanan reservoir, psia
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 psia cuft/lbmole oR

Rumus di atas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal.


Sedangkan untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
P Ma
g ,.........................................................................................(2.28)
zRT

dimana :
z = faktor kompresibilitas gas
Ma = berat molekul tampak = yi Mi
yi = fraksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas
Mi = berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas.

B. Viscositas Gas
Viskositas gas akan naik dengan bertambahnya suhu, dalam hal ini
tabiat gas akan berlainan dengan cairan, untuk gas sempurna viskositasnya
tergantung dari tekanan. Gas sempurna berubah menjadi gas tidak
sempurna bila tekanannya dinaikkan dan tabiatnya mendekati tabiat zat
cair.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas gas yaitu dengan korelasi
grafis (Carretal), dimana cara ini untuk menentukan viskositas gas
campuran pada sembarang tekanan maupun suhu dengan memperhatikan
adanya gas-gas ikutan, seperti H2S, CO2, dan N2. Adanya gas-gas non-
hidrokarbon tersebut akan memperbesar viskositas gas campuran.
28

C. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah
gas pada kondisi reservoir dengan kondisi standard, dapat dituliskan :
Vres
Bg ,...........................................................................................(2.29)
Vsc

dimana :
Bg faktor volume formasi gas, Cuft/SCF
Vr volume gas pada kondisi reservoir, Cuft
Vsc volume gas pada kondisi standar, SCF

Volume n mol gas pada kondisi standar, adalah :


Z sc nRTsc
Vsc ,........ ...............................................................(2.30)
Psc

Sedangkan volume n mol gas pada kondisi reservoir, adalah :


Z r nRTr
Vr ,...............................................................................(2.31)
Pr

Substitusikan persamaan (2.30) dan (2.31) ke dalam persamaan (2.29),


maka akan diperoleh harga Bg, yaitu:
zT
B g 0.0282 ,Cuft/SCF ,.................................................................(2.32)
P
ZT
Bg 0,00504 ,Bbl/SCF ,.........................................................(2.33)
P

dimana :
Zr = faktor kompressibilitas gas pada kondisi reservoir.
Zsc = faktor kompressibilitas gas pada kondisi standard (1).
Tr = Temperatur pada kondisi reservoir, R
Tsc = Temperatur pada kondisi standard = 60 F = 520 R
Psc = tekanan pada kondisi standard = 14,7 psia
29

D. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompressibilitas Gas dapat dinyatakan dengan :
1 dV
Cg ,.......................................................................... . (2.34)
V dP
Dalam pembahasan mengenai kompressibilitas gas terdapat dua
kemungkinan penyelesaian, yaitu : kompressibilitas gas ideal dan
kompressibilitas gas nyata.

a. Kompressibilitas gas ideal.


Persamaan gas ideal adalah :

n RT
PV n RT atau V
P
dV n RT
, ......................................................................... (2.35)
dP P2
Kombinasi antara persamaan (2.34) dan (2.35) sebagai berikut
1 n RT 1
Cg , .............................................. (2.36)
V P2 P

b. Kompressibilitas gas nyata


Pada gas nyata, faktor kompressibilitas diperhitungkan. Persamaan
tersebut adalah sebagai berikut :

Z
V n RT , .............................................................................. (2.37)
P
Bila dianggap konstan, penurunan persamaan tersebut menghasilkan
persamaan sebagai berikut :

dZ
P Z
dV dP
n RT
dP P2

1 dV
Cg
V dP
30

P n R T dZ
Cg P Z
dP
2
n RT Z P
1 1 dZ
Cg .......................................................................... (2.38)
P Z dP

Cara lain untuk menentukan kompressibilitas gas adalah dengan


menggunakan hukum keadaan berhubungan yaitu :

C pr
Cg ..................................................................................... . (2.39)
Ppc

Dimana :
Cpr = pseudo-reduced compressibility
Ppc = pseudo-critical pressure

2.2.3.3.Sifat Fisik Air Formasi

A. Berat Jenis Air Formasi


Berat jenis air formasi sangat dipengaruhi oleh kadar garam terlarut
yang terdapat didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat
mempengaruhi berat jenis air. Berat jenis air formasi berkisar antara 1,0
untuk air yang sangat tawar, sampai 1,140 untuk air formasi yang
mengandung 210.000 ppm garam. Kita mengenal berat jenis air pada
kondisi standart (14,73 psi dan 60 0 F ) adalah :
- 0.99010 gr/cc
- 8.334 lb/gal
- 62.34 lb/cuft
- 350 lb/bbl
- 0.01604 cuft/lb
Hubungan antara berat jenis air, spesific volume dan specifik gravity
adalah sebagai berikut :
w 1 0,01604
f 0.01604 w ,.........................(2.40)
62.34 62.34Vw Vw
31

dimana :
f = specific gravity (SG)
w = berat jenis air, lb/cuft
Vw = spesific volume, cuft/lb

B. Viscositas Air Formasi


Viscositas air formasi (w) merupakan fungsi dari temperature,
tekanan dan kadar garam. Kekentalan air formasi akan naik seiring dengan
turunnya temperature, kenaikan tekanan dan kadar garam juga adanya
penambahan garam ke dalam air menyebabkan kenaikan kekentalan air.
Pengaruh adanya gas hidrokarbon dalam larutan air formasi, ternyata
bahwa mengurangi sebagian kecil atau sedikit sekali pengaruhnya di
dalam kekentalan air formasi.

C. Faktor Volume Formasi Air Formasi


Besarnya harga faktor volume air formasi (Bw) sangat dipengaruhi
oleh tekanan dan temperature. Dengan kenaikan tekanan dan temperature
yang tetap maka harga Bw akan turun, tetapi pada tekanan dan temperature
yang tetap harga Bw akan naik dengan kenaikan suhu.
Rsw
Bw = Bwp + ( Bw ) sat ( Bw ) pure.........................................(2.41)
Rswp

D. Kelarutan Air Formasi dalam Gas


Kelarutan air dalam gas adalah penting bagi sifat fisik sejak mulai
treating, proses dan transportasi gas. Kelarutan air dalam gas tergantung
pada tekanan, temperature dan komposisi keduanya ( air dan gas alam ).

E. Kelarutan Air Formasi dalam Cairan Minyak


Pada kelarutan air dalam cairan minyak bumi ini. Reaksi yang
ditunjukkan antara air dan minyak adalah sangat kecil. Karena itu,
kelarutan air formasi dalam cairan minyak sangat terbatas. Data yang
32

ditunjukkan tidak cukup untuk mengembangkan suatu korelasi dari


kelarutan air formasi dalam cairan minyak pada temperature dan tekanan
reservoir.

2.3. Kondisi Reservoir


Tekanan dan temperatur merupakan besaranbesaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya
(air, minyak, dan gas).

2.3.1. Tekanan Reservoir


Konsep tekanan adalah gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu
fluida, hal ini adalah konsep mekanik dari tekanan. Tekanan merupakan sumber
energi yang menyebabkan fluida dapat bergerak. Sumber energi atau tekanan
tersebut pada prinsipnya berasal dari :
1) Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan oleh adanya beban
formasi diatasnya (overburden).
2) Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya
dipengaruhi oleh tegangan permukaan dan sifat-sifat kebasahan
batuan.

Tekanan yang bekerja di dalam reservoir pada dasarnya disebabkan oleh :


1. Tekanan hidrostatik
Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-pori
batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat dituliskan sebagai
berikut :
Ph 0.052. .h ,...............................................................................................(2.42)
atau :

Ph ( ).h ,....................................................................................................(2.43)
10
33

dimana :
= densitas fluida, (ppg atau gr/cc)
Ph = tekanan hidrostatik, (psi atau ksc)
h = tinggi kolom fluida, (ft atau meter)
Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0,433 psi/ft, sedangkan air asin
adalah 0,465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut disebut tekanan abnormal.

2. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena beban
(berat) batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat
seluruh beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas.
berat material berat cairan
Pob ,.....................................................................(2.44)
luas area

Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden dan tiap


kedalaman.
Pob
Gob ,.........................................................................................................(2.45)
D
Dimana :
Gob = Gradien tekanan overburden, psi/ft
Pob = Tekanan overburden, psi
D = Kedalaman, ft
Pada prinsipnya tekanan reservoir adalah bervariasi terhadap kedalaman.
Hubungan antara tekanan dengan kedalaman ini disebut dengan gradien tekanan.
Gradien tekanan hidrostatik air murni adalah 0.433 psi/ft sampai 0.465 psi/ft,
disebut tekanan normal. Tetapi gradien tekanan lebih besar dari 0.465 psi/ft,
disebut tekanan subnormal. Gradien tekanan overburden sebesar 1.0 psi/ft,
sedangkan untuk kedalaman yang dangkal gradien tekanan overburdennya lebih
kecil dari 1.0 psi/ft.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu test yang harus
dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu tekanan awal
34

reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradien tekanan
reservoir. Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat pertama kali
diketemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang sedang berproduksi disebut
tekanan aliran (flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka
selang waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur.

2.3.2. Temperatur Reservoir


Temperatur reservoir akan bertambah terhadap kedalamannya, yang sering
disebut dengan gradien geothermal. Gradien geothermis yang tinggi sekitar
4oF/100 ft, sedangkan yang terendah 0,5oF/100 ft. Besarnya gradien geothermal /
temperatur tersebut bervariasi dari satu tempat dengan tempat yang lainnya dan
tergantung pada sifat daya hantar panas batuannya, tetapi umumnya harga tersebut
adalah 2 0F / 100 ft.
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah completion dan
temperatur formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan reservoir,
kecuali bila dilakukan proses stimulasi.
Hubungan antara temperatur versus kedalaman merupakan fungsi linier,
yang secara matematis dapat juga ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

Td = Ta + Gt.D ,...............................................................................................(2.46)
dimana :
Td = Temperatur formasi pada kedalaman tertentu D ft, 0F
Ta = Temperatur rata-rata di permukaan, 0F
Gt = Gradien temperatur, 0F / 100 ft
D = Kedalaman, ft

2.4. Jenis Jenis Reservoir


Reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan perangkap
reservoir, fasa fluida reservoir, dan mekanisme pendorong.
35

2.4.1. Jenis Reservoir Berdasarkan Perangkap


Pada prinsipnya, suatu perangkap adalah suatu kondisi geologi yang
memungkinkan fluida mudah memasuki tetapi sulit untuk keluar darinya. Dan
berdasarkan hasil studi geologi terhadap reservoir maka perangkap hidrokarbon
dapat diklasifikasikan menjadi : perangkap stratigrafi, perangkap struktur,
perangkap kombinasi.

2.4.1.1. Perangkap Stratigrafi


Perangkap stratigrafi adalah perangkap yang terbentuk sebagai akibat dari
bentuk tubuh batuan atau sifat hubungan stratigrafi suatu tubuh batuan dengan
tubuh batuan sekitarnya. Sifat hubungan stratigrafi secara lateral dapat berupa
bentuk lensa, pinch oil, dan fingering. Sedangkan secara vertikal dapat berupa
keselarasan dan ketidakselarasan.
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan
pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan
lain atau batuan yang karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitasnya.
Beberapa unsur yang menyebabkan perangkap dikategorikan sebagai
perangkap stratigrafi adalah :
1. Adanya perubahan sifat lithologi dengan beberapa sifat reservoir ke
satu atau beberapa arah sehingga merupakan penghalang
permeabilitas.
2. Adanya lapisan penutup/penyekat yang menghimpit lapisan reservoir
tersebut ke arah atas atau ke pinggir.
3. Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjebak minyak yang mengalir ke atas/naik.
Perubahan sifat litologi / sifat reservoir ke suatu arah daripada lapisan
reservoir dapat disebabkan :
a. Pembajian, dimana lapisan reservoir yang dihimpit di antara lapisan
penyekat menipis dan menghilang.
36

Gambar 2.10. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Pembajian


(Kesoemadinata,1980)

b. Penyerpihan (shale-out), dimana ketebalan lapisan tetap, akan tetapi


sifat lithologi berubah.

Gambar 2.11. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Penyerpihan


(Kesoemadinata,1980)

c. Persentuhan dengan bidang erosi yang diakibatkan oleh adanya erosi


pada lapisan batuan permeabel yang miring, kemudian terjadi proses
pengendapan di atasnya dan menjadi lapisan penyekat di atas bidang
ketidakselarasan.
37

Gambar 2.12. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Bidang Ketidakselarasan


(Kesoemadinata,1980)

2.4.1.2.Perangkap Struktur
Perangkap struktur merupakan perangkap yang terbentuk sebagai akibat
peristiwa deformasi pada lapisan batuan, dan sampai dewasa ini merupakan
perangkap yang paling penting. Jelas di sini berbagai unsur perangkap yang
membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoir sehingga dapat menangkap
minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan
patahan.

A. Perangkap Struktur Lipatan


Perangkap struktur lipatan merupakan perangkap struktur yang
terbentuk akibat peristiwa perlipatan pada lapisan penyekat dan batuan
reservoirnya, yang biasanya berbentuk antiklin. Bentuk lapisan penyekat
yang terdapat di bagian atasnya harus berbentuk sedemikian rupa sehingga
fluida hidrokarbon tidak bisa mengalir ke mana-mana, baik dari arah atas
maupun dari semua arah horizontal.
38

Gambar 2.13. Perangkap Struktur Lipatan (Kesoemadinata,1980)

B. Perangkap Struktur Patahan

Perangkap struktur patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh


peristiwa patahan pada batuan porous dan permeabel yang berada di
bawah lapisan tidak permeabel. Perangkap ini memiliki penyekat berupa
bidang sesar pada salah satu sisinya maupun lebih.
Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu
perangkap yang betul-betul hanya disebabkan karena patahan, yaitu :
1. Adanya kemiringan wilayah
Lapisan yang sejajar atau tidak miring tidak dapat membentuk
perangkap karena walaupun minyak tersekat pada arah pematahan,
tetapi pada arah lain tidak tersekat, kecuali kalau ketiga arah
lainnya tertutup oleh berbagai macam patahan.
2. Paling sedikit harus ada dua patahan yang berpotongan jika hanya
terdapat suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di satu pihak,
maka dalam suatu penampang kelihatannya sudah terjadi
perangkap, tetapi harus dipenuhi juga syarat bahwa perangkap atau
penutup itu terjadi dalam tiga dimensi, maka dalam dimensi
lainnya harus terjadi juga pematahan atau menutup ke arah
tersebut.
39

Gambar 2.14. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Kemiringan Wilayah


Dan Dua Patahan Yang Berpotongan (Kesoemadinata,1980)

3. Adanya suatu pelengkungan lapisan penyekatnya atau suatu


perlipatan
Dalam hal ini, patahan merupakan penyekat ke suatu arah
sedangkan pada arah lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari
perlapisan ataupun bagian dari perlipatan.

Gambar 2.15. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan


(Kesoemadinata,1980)

4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari


lapisan penyekatnya. Di suatu arah mungkin lapisan itu miring
tetapi di pihak lainnya terdapat patahan yang melengkung sehingga
semua arah tertutup oleh patahan.
40

Gambar 2.16 . Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan


Patahannya (Kesoemadinata,1980)

C. Perangkap Struktur Kubah Garam


Perangkap struktur kubah garam ini merupakan perangkap struktur
yang terbentuk akibat peristiwa intrusi lapisan garam. Beberapa lapisan
yang terintrusi biasanya ikut terangkat dan seolah-olah membaji terhadap
kolom garam dan sering merupakan jebakan minyak yang baik. Lapisan
garam sendiri tidak selalu membentuk perangkap, tetapi biasanya justru
deformasi lapisan batuan dan patahan yang ditimbulkan oleh intrusi garam
yang membentuk perangkap struktur.

Gambar 2.19
Gambar 2.17. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Kubah Garam
(Kesoemadinata,1980)

2.4.1.3. Perangkap Kombinasi


Perangkap reservoir kebanyakan merupakan kombinasi perangkap struktur
dan perangkap stratigrafi dimana setiap unsur struktur merupakan faktor bersama
41

dalam membatasi bergeraknya minyak dan gas. Beberapa kombinasi antara unsur
stratigrafi dan unsur struktur adalah sebagai berikut :
1. Kombinasi antara lipatan dengan pembajian
Perangkap jenis ini terjadi setelah proses pembajian lapisan terbentuk,
baru kemudian diikuti dengan proses pengangkatan atau intrusi batuan
bawahnya. Gambar 2.19. menunjukkan kombinasi lipatan dengan
pembajian dapat terjadi karena salah satu pihak pasir menghilang dan
di lain pihak hidung/puncak lapisan bawah antiklin menutup arah
lainnya.

Gambar 2.18. Bentuk Perangkap Kombinasi Lipatan-Pembajian


(Kesoemadinata,1980)

2. Kombinasi antara patahan dan pembajian


Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh lebih biasa
daripada pembajian yang berdiri sendiri. Kombinasi ini dapat terjadi
karena terdapat suatu kemiringan wilayah yang membatasi
bergeraknya minyak ke suatu arah tertentu, yang kemudian ditahan
oleh adanya suatu patahan, dimana akan berfungsi sebagai
penahan/penyekat di arah lain. Sedangkan di arah lainnya lagi ditahan
oleh pembajian.
42

Gambar 2.19. Bentuk Perangkap Kombinasi Patahan-Pembajian


(Kesoemadinata,1980)

2.4.2. Jenis Reservoir Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Untuk jenis-jenis reservoir berdasarkan sifat fasa fluida hidrokarbon maka
reservoir terdiri dari: reservoir minyak, reservoir gas, reservoir kondensat.

2.4.2.1. Reservoir Minyak


Reservoir minyak terbagi menjadi reservoir minyak minyak jenuh dan
reservoir minyak tak jenuh.

A. Reservoir Minyak Jenuh


Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan (minyak) dan
gas terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi
pada P dan T reservoir terdapat di bawah garis gelembung.
Ciri-ciri reservoir minyak jenuh, antara lain :
- Tekanan awal reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan
temperatur reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
- Fluida reservoir berupa dua fasa, zona gas berada di atas zona
minyak, zona gas tersebut biasanya disebut gas cap.
- Specific gravity minyak bervariasi antara 0.75 sampai 1.01.
43

Gambar 2.20. Diagram Fasa Minyak Jenuh (Mc Cain, William D.; 1933)

B. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak tak jenuh adalah reservoir yang hanya mengandung
satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat terjadi bila
tekanan reservoirnya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya.
Ciri-ciri reservoir minyak tak jenuh, antara lain :
- Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona
minyak dengan fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak
terbentuk.
- Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb)
faktor volume formasi minyak akan naik sedang kekentalannya
akan turun.
- Umumnya temperatur reservoir kurang dari 150 0F, specific gravity
kurang dari 35 0API.
44

Gambar 2.21. Diagram Fasa Minyak Tak Jenuh (Mc Cain, William D.; 1933)

2.4.2.2. Reservoir Gas


Reservoir gas mempunyai temperatur awal di atas krikondenterm. Pada
kondisi awal ini reservoir hanya terdiri dari satu fasa. Apabila gas tersebut
diproduksikan dari reservoir ke permukaan pada tekanan dan temperatur yang
semakin berkurang sepanjang A-A1, maka fluidanya tetap satu fasa yaitu fasa gas,
baik di reservoir maupun di permukaan. Gas ini biasanya disebut gas kering atau
dry gas.
A. Reservoir Gas Kering
Untuk campuran ini, baik kondisi reservoirnya maupun kondisi
separator terletak di luar daerah dua fasa. Tidak ada cairan yang dapat
dibentuk dalam reservoir atau di permukaan dan gasnya disebut gas
alam.
Gas kering biasanya terdiri atas metana, dan hanya sedikit
mengandung etana serta kemungkinan mengandung propana.
Kata kering menunjukkan bahwa fluida tidak cukup mengandung
molekul hidrokarbon berat untuk membentuk cairan di permukaan. Tetapi
perbedaan antara gas kering dan gas basah tidak tetap, biasanya sistem
45

yang gas oil ratio-nya lebih dari 100,000 scf/stb dipertimbangkan sebagai
gas kering.
Ciri-ciri gas kering, antara lain :
- Temperatur kritik dan temperatur krikondenterm fluida relatif lebih
rendah, sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur
reservoir.
- Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari separator
di permukaan, dan
- GOR produksi biasanya lebih besar dari 100,000 scf/stb, hal ini yang
membedakannya dari gas basah.

Gambar 2.22. Diagram Fasa Gas Kering (Mc Cain, William D.; 1933)

B. Reservoir Gas Basah


Gas basah merupakan fluida hidrokarbon yang dominan mengandung
senyawa-senyawa hidrokarbon ringan. Diagram fasa dari campuran
hidrokarbon terutama mengandung molekul lebih kecil, umumnya terletak
di bawah temperatur reservoir.
Dalam kasus ini fluida berbentuk gas secara keseluruhan dalam
pengurangan tekanan reservoir. Karena kondisi separator terletak di dalam
daerah dua fasa, maka cairan akan terbentuk di permukaan. Cairan ini
46

umumnya dikenal sebagai kondensat atau gas yang dihasilkan disebut


gas kondensat.
Kata basah menunjukkan bahwa gas mengandung molekul-
molekul hidrokarbon ringan yang pada kondisi permukaan membentuk
fasa cair. Pada kondisi separator, gas biasanya mengandung lebih banyak
hidrokarbon menengah. Kadang-kadang gas ini diproses untuk dipisahkan
cairan butana dan propananya.

Gambar 2.23. Diagram Fasa Gas Basah (Mc Cain, William D.; 1933)

Ciri-ciri gas basah, antara lain :


- Temperatur hidrokarbon lebih besar dari temperatur krikondenterm
fluida hidrokarbonnya.
- Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 10 %
cairan dan 90 % mol gas.
- Cairan dari separator mempunyai gravity 50 0API.
- GOR produksi dapat mencapai 100,000 scf/stb.
- Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.

2.4.2.3. Reservoir Kondensat


Adakalanya temperatur reservoir terletak di antara titik kritis dengan
krikondenterm dari fluida reservoir seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.28.
Sekitar 25 % fluida produksi tetap sebagai cairan di permukaan. Cairan yang
47

diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas kondensat. Gas


kondensat mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon berat lebih sedikit
daripada senyawa-senyawa ringannya, dan mengandung senyawa-senyawa
hidrokarbon ringan relatif lebih banyak daripada minyak ringan, sehingga
temperatur kritik fluidanya lebih kecil dari temperatur kritik minyak ringan.

Gambar 2.24. Diagram Fasa Gas Kondensat (Mc Cain, William D.; 1933)

Berdasarkan Gambar 2.25. di atas dapat dijelaskan bahwa pada titik A,


reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoir
selama produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoir. Pada
titik A (titik embun), cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari
titik B ke titik C, jumlah cairan dalam reservoir bertambah. Pada titik C ini masih
terdapat cairan yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan
menguap.
Ciri-ciri gas kondensat, antara lain :
- Temperatur reservoir lebih besar dari temperatur kritik, tetapi lebih kecil dari
temperatur krikondenterm fluida hidrokarbonnya.
- Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 25 % mol cairan
dan 75 % mol gas.
- Cairan hidrokarbon dari separator mempunyai gravity 60 0API.
- GOR produksi dapat mencapai 70,000 scf/stb.
- Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.
48

2.4.3. Jenis Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong


Jenis-jenis reservoir berdasarkan mekanisme pendorong terbagi lima yaitu:
1. Solution Gas Drive atau Depletion Drive Reservoir
2. Gas Cap Drive Reservoir
3. Water Drive Reservoir
4. Segregation Drive Reservoir
5. Combination Drive Reservoir

2.4.3.1. Depletion Drive


Reservoir solution gas drive atau reservoir depletion drive merupakan .
jenis reseroir yang tenaga pendorongnya berasal dari gas yang terbebaskan dari
minyak karena adanya perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya
yang semula merupakan fasa cair menjadi fasa gas selama penurunan tekanan
reservoir, serta tidak adanya tudung gas mula-mula. Gas yang semula larut dalam
zona minyak kemudian terbebaskan lalu mengembang dan kemudian akan
mendesak minyak dan terproduksi secara bersamaan.
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak
dimulai, maka akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor.
Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir dari reservoir menuju
lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan di sekitar sumur bor akan
menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas tersebut
masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut
terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya. Tetapi setelah tekanan
reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak, maka gas tersebut
turut serta terproduksi ke permukaan

Gambar 2.25. Solution Gas Drive Reservoir (Cole F.W,1969)


49

Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir dan
hal ini akan terus-menerus berlanjut hingga tekanan menjadi rendah. Bila tekanan
telah cukup rendah, maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas
di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil ratio dan gas oil produksi
reservoirnya harganya hampir sama (Gambar 2.27.). Reservoir jenis ini pada tahap
teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar.
Produksi air hampir tidak ada karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun
terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksikan.
Perfomance reservoir atau perilaku reservoir adalah kelakuan reservoir
yang dicirikan oleh data di permukaan, sehubungan dengan masa produksi di
permukaan, dimana data tersebut meliputi :
1. Laju produksi minyak (qo), gas (qg) dan air (qw)
2. Tekanan reservoir (Pr)
3. Perbandingan produksi air terhadap minyak (WOR)
4. Perbandingan produksi gas terhadap minyak (GOR)
5. Produksi kumulatif minyak (Np), air (Wp) dan gas (Gp)
Dimana kesemua data di atas diplot terhadap waktu.
Reservoir solution gas drive memiliki karakteristik, yaitu :
- Penurunan tekanan reservoir yang cepat. Tidak ada fluida ekstra atau tudung
gas bebas yang besar yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan oleh
minyak yang diproduksi.
- Produksi minyak bebas air. Tidak ada water drive, sehingga sedikit atau
bahkan tidak ada air yang diproduksi bersama minyak selama umur produksi.
- Productivity Index juga turun dengan cepat.
- Gas Oil Ratio mula-mula rendah kemudian naik dengan cepat akibat
terbebaskannya sejumlah gas dari minyak sampai maksimum, kemudian turun
akibat adanya ekspansi gas dalam reservoir.
50

- Recovery Faktor rendah. Produksi minyak dengan solution gas drive ini
biasanya merupakan recovery yang tidak efisien, harga RF berkisar 5 % - 30
%. Hubungan permeabilitas relatif (Kg/Ko) menentukan besarnya RF dari
reservoir ini. Selain itu, jika viskositas minyak bertambah, maka RF akan
berkurang.

Gambar 2.26. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada Solution Gas Drive
Reservoir (Cole F.W,1969)

2.4.3.2. Gas Cap Drive


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-
kadang pada kondisi reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah
dari minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa gas. Gas bebas ini kemudian
melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari reservoir itu
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan.
51

Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap,


maka energi ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu
ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan minyak dan gas akan turun, gas cap akan
berkembang ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini,
umumnya akan lebih konstan jika dibandingkan dengan solution gas drive.
Reservoir gas cap drive memiliki karakteristik, yaitu :
- Penurunan tekanan relatif cepat serta tidak adanya fluida ekstra atau
tudung gas bebas yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan
oleh minyak yang diproduksi.
- GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu.
- Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan.
- Recovery sekitar 20 - 60 %.
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke
bawah , air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan
reservoir relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoirnya
akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis
ini akan mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 60 %, yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga residual oil yang masih
tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive.

Gambar 2.27. Gas Cap Drive Reservoir (Cole F.W,1969)


52

Gambar 2.28. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada Gas Cap Drive Reservoir
(Cole F.W,1969)

2.4.3.3.Water Drive
Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama
dengan minyak pada batuan reservoirnya. Efisisensi pendesakan air biasanya lebih
besar dibandingkan dengan pendesakan oleh gas.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan
adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan
digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas,
maka bila dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya
akan jauh lebih kecil.
Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong water drive memiliki
karakteristik, yaitu :
- Penurunan tekanan sangat pelan atau relative stabil. Penurunan tekanan
yang kecil pada reservoir adalah karena volume produksi yang
ditinggalkan langsung digantikan oleh sejumlah air yang masuk ke
zone minyak.
- Perubahan GOR selama produksi kecil, sehingga dapat dikatakan
bahwa GOR reservoir adalah konstan.
- Harga WOR naik tajam karena mobilitas air yang besar.
53

- Perolehan minyak bisa mencapai 60 80%.


Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 75 % dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak
sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Reservoir minyak dengan tenaga pendorong water drive dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu : kuat (strong), sedang (moderat) dan lemah (weak).

Gambar 2.29. Water Drive Reservoir (Cole F.W,1969)

2.4.3.4. Segregation Drive


Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya
gravitasi). Mekanisme pendorong ini sering ditemui pada reservoir dengan relief
struktur geologi yang tinggi, dimana zona minyak ditutupi oleh suatu gas cap.
Tenaga pendorong jenis ini disebut juga gravity drive atau external gas
drive, yang mempunyai karakteristik, yaitu :
- Penurunan tekanan kurang tajam dibandingkan dengan depletion drive.
54

- Kenaikkan GOR cukup cepat, hal ini disebabkan karena mobilitas gas
yang lebih lebih besar dari mobilitas minyak sehingga produksi gas
naik naik dengan cepat.
- Produksi air dianggap tidak ada atau diabaikan.
- Recovery faktor yang didapat 20 60 %.
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi
minyak dari suatu reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery
dari solution gas drive reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage
ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang mempunyai energi pendorong
lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas
cap) maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage
tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program
ini perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan formasinya. Faktor-faktor kombinasi
seperti misalnya, viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup
curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak
dalam struktur lapisannya (Gambar 2.31.).
Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir
tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang
ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan
tekanan dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas
yang terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga
tekanan cepat akan habis. Karakteristik segregation drive reservoir ditunjukkan
oleh Gambar 2.32.
55

Gambar 2.30. Gravity Drainage Drive Reservoir (Cole F.W,1969)

Gambar 2.31. Kelakuan Gravity Drainage Reservoir (Cole F.W,1969)

2.4.3.5. Combination Drive


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam
beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam
keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan.
Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama
combination drive reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas
cap drive dengan water drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih
kompleks jika dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.
56

Gambar 2.32. Combination Drive Reservoir (Cole F.W,1969)

Suatu reservoir dengan jenis mekanisme pendorong combination drive ini


memiliki karakteristik, yaitu :
- Penurunan tekanan relatif cepat, karena perembesan air dan
pengembangan gas tidak cukup untuk mempertahankan reservoir.
- Perembesan air secara perlahan masuk di bagian bawah reservoir.
- Bila adanya gas cap yang kecil, akan meningkatkan kenaikkan GOR
apabila gas tersebut mengembang.
- Recovery faktor lebih besar daripada depletion drive, tetapi lebih
rendah dari water drive dan gas drive.
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap
akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada
pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak
sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi
karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian
peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak
yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya
tinggi dan efesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 2.33. merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination
drive dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya.
Gas oil ratio yang konstan pada awal produksi dimungkinkan bahwa tekanan
57

reservoir masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas
sehingga gas oil ratio akan naik.

Gambar 2.33. Kelakuan Combination Drive Reservoir (Cole F.W,1969)

You might also like