You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan
dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air
ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas
dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion
yaitu kekurangan air ketuban.
Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk
tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi dan
menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume cairan amnion pada awal kehamilan,
janin akan mengalami berbagai kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak,
cacat dinding perut, dan sindroma Potter , suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa
kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga
yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini
mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang
memiliki potensi pathogen serta berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan
ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin
yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.
Damato dkk. (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan
amnionnya, ditemukan 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan
satu atau lebih mengalami kelainan congenital, diantaranya kelainan gastrointestinal,
system syaraf pusat, toraks, skeletal dan sebagainya. Selanjutnya dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Hidramnion lebih lanjut dan diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan serta mengurangi angka kejadian hidramnion pada ibu hamil.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu hidramnion
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab hidramniom
3. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala hidramnion
4. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pemeriksaan penunjang pada hidramnion
5. Mahasiswa dapat memahami tentang penatalaksanaan hidramnion
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan
dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air
ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas
dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion
yaitu kekurangan air ketuban. (Rustam Muchtar, 1998)
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000
ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu.
Jadi, hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi
normal yaitu > 2 liter. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2
liter, sedangkan pada kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.

B. Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system
saraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion dapat terjadi
karena hal-hal berikut :
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat
bertambah cairan lain masuk ke ruang amnion, misalnya urine janin dan cairan otak
anensefalus
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal dan kandung
kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal periode pertumbuhan
fetus. Hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan
hidramnion.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang
baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus
kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu.
Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bias menelan seperti pada
atresia esophagus dan anensefalus.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a) Produksi air jernih berlebih
b) Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
c) Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air
ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d) Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
e) Ada proses infeksi.
f) Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g) Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h) Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

C. Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat
mirip dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan
molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit
janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan
amnion (Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini
hampir pasti secara bermakana mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada
kasusu hidramnion epitel emnion sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion
belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan
kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa
mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini
dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin tidak
dapat menelan, seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya
mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970)
mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin
menelan cairan amnion dalam jumlah yang cukup banyak.
Hidramnion terjadi bila produksi air kutuban bertambah , bila pengaliran air
ketuban ternganggu atau kedua duanya. diduga air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion,
Di samping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air
ketuban yang dibentuk secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu
cara pengeluarannya ialah ditelan oleh janin, di absorpsi kemudian dialirkan ke plasenta
untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekresi air ketuban akan terngangu bila bayi
susah menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor tumor plasenta. pada
anencepalus disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan sumsum
tulang belakang dan berkurangnya hormone antideuretik.
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga
masih belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia
ibu menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk
(1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes
gestasional mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan
peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan
control nondiabetik. Yang menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita
nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai pada wanita diabetik.
D. Phatway

E. Tanda dan Gejala


1. Tanda
a) Ukuran uterus lebih besar disbanding yang seharusnya
b) Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
c) Denyut jantung janin sulit terdengar
d) Balotemen janin jelas
2. Gejala
a) Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut
b) Gangguan pencernaan
c) Edema
d) Varises dan Hemoroid
e) Nyeri abdomen
F. Diagnosis
Pada saat anamnesis didapatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Perut terasa lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Sesak napas. Beberapa ibu mengalami sesak napas berat, pada kasus ekstrem ibu
hanya bernapas bila berdiri tegak.
c. Nyeri ulu hati dan sianosis
d. Nyeri perut karena tegangnya uterus
e. Oliguria. Kasus ini sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena uretra mengalami
obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.

Pada saat inspeksi didapatkan hal-hal berikut :


a. Perut terlihat sanJgat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas
dan kadang-kadang umbilikus mendatar
b. Ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah karena kehamilannya.
c. Edema pada keduai tungkai, vulva, dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi
terhadap sebagian besar system pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang
terlalu besar.

Pada saat dilakukan palpasi didapatkan hal-hal berikut ini :


a. Perut tegang dan terdapat nyeri tekan
b. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

Pada saat dilakukan auskultasi, denyut jantung janin sulit untuk didengar.
Pada saat melakukan Rontgen foto abdomen :
a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
Pada saat melakukan pemeriksaan dalam Selaput ketuban teraba dan menonjol
walaupun diluar his.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen (bahaya radiasi)
2. USG
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-
25 cm pada pemeriksaan USG. Berdasarkan pemeriksaan USG, hidramnion terbagi
menjadi :
a. Mild Hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertical. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi
b. Moderate Hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-
15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
c. Severe Hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebbas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.

H. Penatalaksanaan
Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase :
1. Waktu hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan
terapi simptomatis.
b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi
uterus.
c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan masukan
serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep karena terdapat
kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan tekanan uterus.
d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat efektif
dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau
menghentikan persalinan premature.
f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah
sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang
dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis
dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu
hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika cairan
dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak
belum viable.

Komplikasi pungsi dapat berupa :


1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
5) bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai
placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu partus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau menghentikan
persalianan premature.
c. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi
tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pela
d. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam
vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan.
Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-
tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.

3. Post partum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika.
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d. Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap factor yang dapat membuatnya tidak
mampu menelan in utero.

Terapi Medis
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap; darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal, ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Hidramnion menahun
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
- Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan
jumlah air ketuban
Kerugiannya :
- Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang
menuju SSP
-Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi
perubahan hemodinamik setelah lahir.
- Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk
menetapkan AFI atau poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian
dapat dihindari terjadinya oligohidramnion.
2. Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a. Amniosestesis
Dinding abdomen didesinfeksi
Tutup dengan duk steril sekitarnya
Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke
kavum uteri dengan tuntunan USG
Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan.
Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan usia
kehamilan kurang dari 35 minggu
Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
1. Sebagai induksi persalinan premature
2. Terjadi solusio plasenta
3. Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan
intrauteri
4. Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi
profilaksis mortalitas maternal.
b. Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu,
tetapi memiliki kelainan congenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi.
Amniotomi dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan
mengharapkan euthanasia terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup,
karena kelainan kongenitalnya bersifat fatal.

3. Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi


merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran :
a. Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan
janin akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan
prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a. Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras
akan meningkatkan tindakan seksio sesarea pada hidramnion

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Dalam pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji seperti : nama pasien, umur, alamat,
pekerjaan, agama, suku, nama penanggung jawab, hubungan penanggung jawab
dengan klien dan sebagainya.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan dan
apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama
yang biasa ditemui :
- perut lebih berat dan lebih besar dari biasanya
- mengeluh sesak nafas
- mual muntah
- nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c. Riwayat kesehatan
- Lalu: mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
- Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang harus diperhatikan yaitu penyakit
jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
- Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d. Riwayat pernikahan
e. Riwayat menstruasi
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
g. Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
h. Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas
- kelelahan,
- aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
2) Sirkulasi
- TD dan nadi mungkin menurun yang berhubungan dengan kompresi vena kava
- DJJ sulit terdengar
- Waspada terhadap adanya deselerasi variebel yang dapat berindikasi prolaps tali
pusat
- Sionasis
3) Integritas ego
Kehamilan biasanya direncanakan.
4) Eliminasi
- Konstipasi,
- Oliguria berat
5) Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada edema karena
uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma dan pembuluh darah pelvis
6) Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia gravis, paralisis)
7) Pernapasan
Sesak nafas yang parah
8) Seksualitas
- Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
- Vulva dan perineum membengkak
- Kaji diameter pelvis

i. Pemeriksaaan diagnostik
1) USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
2) Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional. Ibu yang
mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami hidramnion.
3) Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit meningkat
4) Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
5) Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan pembekuan bila ada
perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko terjadinya perdarahan sangat tinggi.

j. Analisa Data
No
Tanda Penyebab Masalah
1 DS: pasien Biasanya sering sesak Tekanan diafragma ke arah paru Pertukaran gas
nafas terganggu
DO:
- Adanya masalah sirkulasi/
pernapasan Diepneu( sesak nafas)

Pertukaran gas terganggu

2 DS: pasien mengatakan perutnya Cairan amnion Ansietas


besar tidak seperti biasanya
DO:
- Perut besar tidak sesuai
umur kehamilan Pembesaran rongga rahim
- PaienTampak gelisah
Prubahan fisik seprti pembesaran
eerut tidak sesuai umur kehamilan

cemas

3 DS: pasien mengatakan Pembesran rongga rahim Kurangnya


tidak mengetahui tentang pengetahuan
penyakit yang dialaminya
DO:
- Tampak bingung Prubahan fisik sprti pembesran
- Sering bertanya- tanya Perut tidak sesuai umur kehamilan
tentang penyakitnya
- Tampak gelisah

Kurangnya pengetahuan

4 DS: pasien mengatakan cepat Cairan amnion berlebihan Intoleransi


lelah, sesak dan tidak aktifits
nyaman Menekan diafragma ke arah paru
DO:
- Pasien tampak lemah, lemas

Dispneu

Kondisi lemah dan kelelahan


5 DS: pasien mengatakan Cairan berlebihan Resiko cidera
perutnya tegang tinggi
DO:
- Perut terlihat lebih besar
dari usia kehamilan Pembesaran rongga rahim

Peningkatan pergerakan janin

Resiko cidera tinggi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
b. Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
c. Intoleransi aktivitas b/d dispneu
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion
e. Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion

3. Intervensi Keperawatan
Dx1 : Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat
hidramnion
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria Hasil :
- Pasien tidak sesak lagi
- RR normal (18-20 x/menit)
- Klien merasa nyaman
Intervensi Rasional
- Kaji kelainan pernapasan yg dapat- Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau
mempengaruhi fungsi paru, seperti asma selama kehamilan, yang meenurunkan
atau tuberkulosis, frekuensi pernapasan, atau mempengaruhi kapasitas
atau upaya ibu dan munculnya bunyi nafas. pertukaran oksigen, menganggu
- Perhatikan kondisi yg menimbulkan
pertukaran gas normal.
perubahan vaskular/penurunan sirkulasi- Luasnya masalah vaskular maternal dan
plasenta (mis : diabetes, masaalah jantung) penurunan kapasiatas pembawa oksigen
atau yg mengubah kapasitas pembawa berpengaruh langsung pada sirkulasi
oksigen (mis : anemia, hemoragi) dan pertukaran gas uteroplasenta.
- Pantau TD dan nadi

- Peningkatan TD dpt menandakan HAK;


penurunan TD dan peningkatan nad dpt
- Tingkatkan istirahat di tempat tidur/kursi menyertai hemoragi.
- Menurunkan upaya pernapasan dan
pada posisi tegak atau semifowler bila
meningkatkan konsumsi oksigen sesuai
upaya pernafasan menurun
penurunan diafragma, meningkatakan
- Anjurkan pasien u/ melakukan posisi
diameter dada vertikal.
miring kiri. - Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta,
juga merupakan posisi efektif untuk
mencegah syndrom hipotensi terlentang.
- Tinjau ulang sumber vitamin C, zat
- Ketidakadekuatan nutrsi dapat
besi,dan protein. Identifikasi zat-zat yg
mengakibatkan anemia defisiensi zat
membantu absorbsi zat besi (asam sedang,
besi dan dapat menimbulkan masalah
vit. c) dan yg menurunkan absorbsi (alkalin
transpor oksigen.
sedang, susu)
- Beri obat-obat sesuai indikasi : - Mendilatasi bronkial, tetapi dapat
Teofilin
dihubungkan dengan efek samping
Besi dekstran (inferon)
- Beri oksigen supplemental takikardi pada klien atau janin
- Pemberian parenteral mungkin perlu
pada adanya anemia defisiensi zat besi
berat untuk meningkatkan oksigen ibu.

Dx. 2 : Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas berkurang atau hilang
Kriteri Hasil
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Kecemasan pasien berkurang atau hilang
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukan kurangnya kecemasan
Intervensi Rasional
- Perhatikan tingkat ansietas dan derajat - Stres yg tidak diatasi dapat
pengaruh terhadap kemampuan untuk mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas
membuat keputusan kehamilan dengan penerimaan normal
dari kehamilan atau janin.
- Memudahkan perkembangan hubungan
saling percaya.
- Berikan kehangatan secara emosional dan
- Ansietas dapat dikurangi apabila
situasi medukung dan terima
informasi atau bantuan telah ada.
klien/pasangan seperti adanya mereka. - Hubungan keluarga yg buruk dan tidak
- Berikan akses 24 jam pada tim perawat
tersedianya sistem pendukung dapat
kesehatan.
- Kaji tingkat stres
klien/pasangan meningkatkan tingkat stres.
- Anxietas/stres dapat disertai dgn
berkenaan dengan komplikasi medis.
- pelepasan katekolamin, menciptaka
- Kaji respon fisilogis terhadap ansietas
respon fisik yg mempengaruhi rasa
(TD, nadi)
sejahtera klien dan kemudian
meningkatkan anxietas.
Dx.3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien mampu beraktivitas seperti biasa
Kriteria Hasil
- Mampu melakukn aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Tanda-tanda vital normal
- Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
- Pasien merasa lebih nyaman dengan keadaannya
Intervensi Rasional
- Anjurkan klien mengikuti aktifitas dengan - Menghemat energi dan menghindari
istirahat yg cukup. penegrahan tenaga terus menerus untuk
meminimalkan kelelelahan/kepekaan
uterus.
- Anjurkan istirahat yg adekuat dan- Meningkatkan aliran darah ke uterus
penggunaan posisi miring kiri. dan dapat menurunkan kepekaan/
aktifitas uterus
- Anjurkan menghindari perjalanan dan
- Gerakan perjalanan, posisi duduk yg
perubahan ketinggian pada trimester ke-3
lama, dan penrunana ksigen tampak
menurunkan kepekaan uterus.
- Mencegah kebosanan dan
- Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yg
meningkatkan kerja sama dgn
tenang.
pembatasan aktifitas.
- Anjurkan tirah baring yg- Tingkat aktifitas mungkin perlu
dimodifikasi/komplit sesuai indikasi modifikasi tergantung pada gejala
aktifitas uterus, perubahan servix atau
perdarahan.

Dx4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan
hidramnion
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan pengetahuan klien dan keluarga meningkat
Kriteria hsil
- Klien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
- Klien mampu melaksanakan intruksi yang diberikan oleh tenaga medis
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Intervensi Rasional
- Beri informasi mengenai hidramnion- Tingkat pengetahuan berdampak
dengan penjelasan yg singkat dan langsung pada hasil kehamilan beresiko
sederhana sesuai tingkat pendidikan klien tinggi khususnya hidrmanion.
dan keluarga dari perubahan patofisiologis
- Pemahaman tentang tes dapat
dan implikasi.
menurunkan ansietas dan dapat
- Beri informasi yang tepat berkenaan dgn
meningkatkan kerjasama klien.
skrining dan metode test seta prosedur.
- Pengenalan situas beresiko mendorong
- Identifikasi tanda-tanda bahaya yang
evaluasi/interensi segera, yg dapat
memerlukan pemberitahuan segera
meningkatkan atau membatasi hasil.
terhadap pemberi keperawatan (KPD,
- Dapat menunjukkan perubahan servix,
persalinan preterm, perdarahan vagina)
menandakan kebutuhan untuk
- Tekankan pentingnya melaporkan
pemeriksaaan terhadap infeksi vagina
peningkatan atau perubahan rabas vagina.
yang dapat mencetuskan persalinan
praterm/KPD
- Meskipun kontraksi uterus terjadi
- Anjurkan klien untuk mengkaji
kadang-kadang, dilatasi servix dapat
tonus/kontraksi uterus satu jam sekali atau
terjadi bila kontraksi terjadi tiap 10
dua kali sehari.
menit atau kurang selama periode satu
jam.

Dx5 : Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan resiko cidera berkurang
Kriteria hasil :
- Janin terbebas dari risiko cidera
- Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cidera
- klien mampu mengenali perubahan status kesehatan

Intervensi Rasional
- Kaji terhadap mual/muntah berlebihan. - Memanjakan perkembangan janin pada
status asidotik dan malnutrisi dan dapat
memperberat IUGR dan pertumbuhan
otak yang buruk.Perkembangan
- Bantu dalam skiring dan mengidenfikasi
hipermesis gravidum memerlukan
kelainan genetik atau kromosom.
perawatan di rumah sakit.
- Kelaianan seperti fenilketonuria
- Kaju denyut jantung janin(DJJ), perhatikan
tindakaan yang khusus untuk mencegah
frekuensi dan regularitas. Biarkan klien
efek negatif pada pertumbuhan janin.
memantau gerakan janin setiao hari sesuai
- Takikardia pada janin yang term dapat
indikasi. Perhatikan adanya kondisi ibu
menandakan mekanisme kompensasi
yang berdampak pada DJJ.
untuk menurunkan kadar oksigen
- Kaji atau periksa adanya kontraksi uterus
dan/atau sepsis.
preterm, yang mungkin ataupun tidak
diertai dengan dilatasi serviks.
- Terjadi pada 6%-7% dari semua
- Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa
kehamilan dan dapat mengakibatkan
fetoprotein serum (AFP) pada gestasi
kelahiran janin preterm.
minggu ke-14 sampai ke-16 dan- Dengan kerusakan tube neural (paling
amniosintesis bila kadar abnormal. umum spina bifida dan anensefali), AFP
ada pada serum maternal pada tingkat
8x lebih tinggi dari normal pada gestasi
minggu ke-15. Kemudian menurun
- Beri suplemen oksigen sesuai kebutuhan.
sampai term.
- Meningkatkan ketersediaan oksigen
untuk ambilan janin, khususnya pada
kasus hidramnion dimana Ibu
mengalami sesak nafas.

4. Evaluasi
Merupakan tindakan akhir dari proses keperawatan, yaitu untuk mengetahui
perkembangan penyakit pasien serta efektifitas pengobatan yang sudah diberikan. Adapun
evaluasi yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a) Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b) Pasien merasa lebih nyaman
c) Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d) Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e) Ansietas pada pasien berkuran atau hilang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidramnion atau adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air
ketuban melebihi dari batas normal (Rustam Muchtar. 1998).
Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan
kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf
pusat dan traktus gastrointestinal

B. Saran
Bagi tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan tentang
kehamilan yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hidramnion.
Bagi ibu hamil, harus lebih sering memeriksakan kondisi kehamilannya karena
pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk menghindari terjadinya hidramnion

DAFTAR PUSTAKA

Davison, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada


Fadlun dan Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika : Jakarta

Gary, F, Cunningham.; Obstetry William. Jakarta. Hal 910-915 (2005).

Mochtar, Rustam.; Sinopsis Obstetry. Jakarta. Hal 252-255 (1998).

Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan. Jakarta. Hal 358-359 (2002).

You might also like