Professional Documents
Culture Documents
Di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia sistem refrigerasi dan pengkondisian
udara merupakan salah satu sistem yang sangat dibutuhkan dalam banyak keperluan sehari-
hari. Salah satu contoh pengaplikasian sistem refrigerasi adalah pada gedung-gedung
bertingkat seperti gedung perkantoran, hotel, rumah sakit, mall, dan gedung bertingkat lainnya
Penggunaan sistem refrigerasi pada gedung-gedung bertingkat tersebut adalah untuk
mendapatkan kondisi udara yang nyama dan sehatn. Sistem refrigerasi untuk gedung-gedung
bertingkat tersebut membutuhkan kapasitas yang besar akan tetapi harus hemat energi. Untuk
menjawab permasalahan tersebut engineer-engineer bidang refrigerasi dan pengkondisian
udara menciptakan water chiller.
Pada penelitian kali ini peneliti mencoba merancang sebuah prototype mesin water
chiller dan yang menjadi fokus utama rancangan peneliti adalah evaporator untuk mesin
water chiller tersebut. Kapasitas pendinginan maksimum untuk prototype mesin water chiller
ini adalah 19900 Btu/h dan siklus yang digunakan adalah siklus kompresi uap menggunakan
fluida kerja refrigerant -22. Komponen-komponen utama yang digunakan pada rancangan ini
adalah kompressor, kondensor, alat ekspansi, evaporator, pompa sentrifugal dan bak sirkulasi
air. Evaporator akan diletakkan di dalm bak berisi air dan air akan dibiarkan bersirkulasi
dengan bak yang ada disebelahnya menggunakan pompa sentrifugal yang tujuannya adalah
untuk menjaga suhu transient air. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sistem Refrigerasi
dan Pengkondisian Udara Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya.
Evaporator yang akan dirancang adalah tube berbentuk spiral. Peneliti menentukan
parameter untuk suhu air yang ada di dalam bak sirkulasi yaitu suhu air normal (25oC),
diameter out tube evaporator 0,0092 m dan debit air yang mengalir adalah 11,67 liter/menit.
Dari parameter parameter tersebut dan data-data teknis kompressor akan diperoleh geometri
tube berupa panjang tube evaporator yang sesuai dengan kapasitas maksimum refrigerasi.
Kata kunci : Water Chiller, Sistem Kompresi Uap, Evaporator, Beban Pendingin, Debit
Air
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 5
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 6
1.4 Tujuan .......................................................................................................................... 6
1.5 Manfaat Hasil Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI ............................................................. 7
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................................ 7
2.1.1 Desain Perancangan dan Pemilihan Pipa Kapiler dan Evaporator Chiller dengan
kompressor low temp. 3 Hp ................................................................................................ 7
2.2 Chiller .......................................................................................................................... 7
2.3 Komponen Utama Sistem Refrigerasi ......................................................................... 8
2.3.1 Kompresor ............................................................................................................ 9
2.3.2 Kondensor ........................................................................................................... 10
2.3.3 Expansion Valve ................................................................................................. 10
2.3.4 Evaporator .......................................................................................................... 11
2.4 Refrigeran ............................................................................................................... 12
2.5 Pelumasan Pada Mesin Refrigerasi ............................................................................ 13
2.6 Landasan Teori .......................................................................................................... 14
2.6.1 Refrigerasi dan Sistem Refrigerasi ..................................................................... 14
2.6.2 Daur Kompresi Uap Standar .............................................................................. 14
2.6.2 Daur Kompresi Uap Nyata ................................................................................. 18
2.7 Heat Exchanger .......................................................................................................... 19
2.8 Tinjauan Perpindahan Panas ..................................................................................... 19
2.8.1 Konsep Perpindahan Panas Secara Umum ......................................................... 19
2.8.2 Keseimbangan Energi Pada Heat Exchanger ..................................................... 20
2.8.3 Perpindahan Panas Sisi Dalam (Internal Flow) .................................................. 20
2.5.1 Perpindahan Panas Sisi Luar (Eksternal Flow) .................................................. 21
2
2.8.5 Metode LMTD (Log Mean Temperature Diference) ......................................... 21
2.8.6 Koefisien Perpindahan Panas Total (Heat Exchanger Coefficient).................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 23
3.1 Analisa Energi Pada Sistem Kompresi Uap .............................................................. 23
3.2 Diagram Alir Perancangan Sisitem............................................................................ 25
3.3 Analisa Perpindahan Panas dan Desain Evaporator .................................................. 25
3.4 Diagram alir Perancangan Evaporator ....................................................................... 27
3.5 Komponen dan peralatan pengujian........................................................................... 30
3.5.1 Kompresor dan kondensor .................................................................................. 30
3.5.2 Pipa Kapiler ........................................................................................................ 30
3.5.3 Thermostatic Expansion Valve (TXV) ............................................................... 31
3.5.4 Evaporator .......................................................................................................... 31
3.5.5 Komponen-komponen Pendukung ..................................................................... 32
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.3 Batasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dikaji dalam
penulisan tugas akhir in, maka perlu kiranya diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Sistem yang digunakan adalah sistem dasar dari Kompresi Uap yaitu kompressor,
kondensor, pipa kapiler dan evaporator.
2. Fluida kerja yang digunakan adalah R-22
3. Pada pendekatan termodinamika tidak ada penurunan tekanan sepanjang evaporator
dan kondensor.
4. Tidak ada kebocoran dalam sistem.
5. Media pemanas pada evaporator menggunakan air temperatur
6. Heat flux pada permukaan tube uniform
7. Pengaruh perpindahan panas secara radiasi antar tube diabaikan
8. Perancangan tidak mengikutsertakan analisis metalurgi dan analisis ekonomi.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian inia adalah sebagai berikut :
1. Merancang sebuah mesin pendingin dengan menggunakan sistem Kompresi Uap.
2. Mendapatkan geometri dari alat penukar panas (evaporator) mesin water chiller.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.2 Chiller
Chiller adalah mesin refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan air pada sisi
evaporatornya. Air kemudian dialirkan ke AHU (Air HandlingUnit) untuk diambil dinginnya
dan dihembuskan ke ruangan. Jenis chiller menurut media pendingin kondenser yaitu :
1. Water-Cooled Condensor
Water-Cooled Condensor merupakan jenis pembuangan kalor pada refrigeran
menggunakan air. Air ini dugunakan untuk mendinginkan kondenser yang aliran airnya
berasal dari cooling water. Pada suatu chiller, jika temperatur air keluar kondenser naik, maka
temperatur dan tekanan refrigeran akan naik. Sebaliknya, jika temperatur air keluar kondenser
turun, maka temperatur dan tekanan refrigeran akan turun. Perubahan temperatur dan tekanan
refrigeran ini akan mengakibatkan perubahan kerja kompresor. Kondenser ini sensitif
terhadap debit air. Debit yang terlalu besar akan menghasilkan kecepatan air yang besar,
erosi, vibrasi, atau kebisingan. Debit yang terlalu kecil akan mengurangi efisiensi pertukaran
kalor dan menyebabkan kinerja chiller menurun. Jadi, debit air kondenser harus dipertahankan
pada rentang tertentu (kecuali saat start-up).
3. Evaporative Condenser
Evaporative Condenser adalah kondensor berpendingin air dan udara biasanya jenis
pendinginan ini untuk sistem besar untuk menurunkan temperatur yang tinnggi dari
kondensor. Untuk sistem ini konsumsi energi lebih besar di bandingkan menggunakan Water
Cooled Condensor dan Air Cooled Condenser karna energi listrik digunakan untuk
menggerakan fan dan juga pompa.
Sebagaimana yang diketahui pada empat komponen utama sistem refrigerasi kompresi
uap standar tidak akan dapat bekerja dengan sesuai fungsinya jika salah satu komponen
tersebut tidak ada atau tidak berfungsi dengan baik.
2.3.1 Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap uap refrigeran bertekanan rendah dari
evaporator dan mengkompresinya menjadi uap bertekanan tinggi sehingga uap akan
tersirkulasi. Dengan adanya proses kompresi maka terjadi perbedaan tekanan tekanan antara
sisi hisap (suction) dan sisi keluar (discharge) yang menyebabkan refrigeran dapat mengalir
dalam sistem. Berdasarkan konstruksinya, maka kompresor dapat dibagi menjadi lima
macam, yaitu kompresor torak (reciprocating), kompresor putar (rotary), kompresor sekrup
(screw), kompresor gulung (scroll), dan kompresor sentrifugal (centrifugal).
Gambar 2.4 Kompresor refrigeran, (a) reciprocating, (b) rotary, (c) scroll, (d) screw
(Sumber: Andrew D. Althouse, 2003, edisi ke-9, hal 148-164)
Tipe kompressor yang digunakan pada eksperimen kali ini adalah tipe kompresor hermetic
dan jenisnya adalah hermetic reciprocating
9
2.3.2 Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berada pada daerah tekanan tinggi dari sistem
refrigerasi. Kondensor berfungsi sebagai pembuang panas (heat rejection) dari dalam sistem
ke luar sistem. Pada saat refrigeran memasuki kondensor, maka refrigeran akan mengalami
perubahan fase dari gas menjadi cair (terkondensasi). Kondensor yang digunakan adalah tipe
finned-tube kondensor
10
Gambar 2.7 Pipa kapiler
2.3.4 Evaporator
Komponen ini berfungsi untuk menyerap panas dari ruangan. Panas tersebut diserap dan
dialirkan melalui heat exchanger kemudian dipindahkan ke refigeran. Pada saat refrigeran
menyerap panas, maka entalpi refrigeran akan meningkat. Semakin banyak kenaikan entalpi
pada refrigeran selama di evaporator maka semakin baik pula kinerja perangkat pendinginan
udara yang terpasang. Jenis evaporator berdasarkan fluida yang didinginkan
11
2.4 Refrigerant
Refrigerant atau bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah dirubah bentuknya dari
gas menjadi cair atau sebaliknya, dan juga sebagai media pemindah panas dari evaporator
kemudian di pindah ke kondensor. Bahan pendingin banyak sekali macamnya, tetapi tidak
satupun yang dapat dipakai untuk semua keperluan. Kita perlu mendinginkan dalam beberapa
tingkat temperatur yang berbeda-beda, maka bahan pendingin hanya dapat dikatakan tepat
atau sesuai untuk satu keperluan saja. Untuk unit refrigerasi hendaknya dapat dipilih jenis
refrigerant yang sesuai dengan jenis kompresor yang dipakai, dan karakteristik
termodinamika antara lain meliputi temperatur penguapan dan tekanan penguapan serta
temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan.
Macam-macam refrigerant
Refrigerant ada dua macam yaitu refrigerant primer dan sekunder. Adapun pengertian
refrigerant primer adalah refrigerant yang digunakan dalam sistem kompresi uap. Dan
refrigerant sekunder adalah cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor
bertemperatur rendah dari satu lokasi ke tempat lain. Nama lain dari refrigerant sekunder
adalah cairan anti beku atau brines (larutan garam).
Klasifikasi refrigerant berdasarkan jenis fluida yang digunakan yaitu:
1. Fluorocarbon terhidrogenasi (HFC)
Refrigerant yang terdiri atas hidrogen, fluorin, dan karbon. Refrigerant ini tidak
merusak lapisan ozon karena tidak menggunakan atom klor yang digunakan dalam sebagian
besar refrigerant. Namun menimbulkan efek GWP (Global Warming Potential). Contoh :
R134A, R404A, R407C, R507.
2. Terhidrogenasi klorofluorokarbon (HCFC)
Refrigerant yang terdiri atas hidrogen, klorin, fluorin, dan karbon. Refrigerant ini
mengandung klorin dan fluorin tapi dalam jumlah yang sedikit, sehingga tingkat GWP dan
ODP (Ozone Depletion Potential) rendah. Contoh R22, R123, R401A, R403A, dan R408A.
3. Chlorofluorocarbon (CFC)
Refrigerant yang mengandung klorin, fluorin dan karbon. Refrigerant ini memiliki ODP
dan GWP yang tinggi. Contoh R11, R12, R13, R113, R500, dan R502.
4. HydroCarbon (HC)
Refrigerant ini jenis organik karena hanya terdiri atas hidrogen dan karbon. Sehingga
tidak membahayakan lingkungan namun sangat berbahaya bagi pengguna, sebab mudah
terbakar. Contoh : propana, ethana, dan isobutana.
.
Tabel 2.1 Sifat termofisik beberapa refrigeran
R-12 R-22 R-114 R-500 R-502 R-717 R-718
Parameter
Simbol kimia CCl2F2 CHClF2 CClF2 - - NH3 H20
Berat molekul 120.9 86.5 170.9 99.29 112 17 18
Titik didih (0C, 1 atm) -29.8 -40.8 3.6 -33.3 -45.6 -33.3 100
Titik beku (0C, 1 atm) -157.8 -160.0 -77.8
Cp/Cv (g) 1.13 1.18 1.31 1.40
Suhu kritik (0C) 112.2 96.1 132.8
12
Tekanan kritik (kPa) 4115.7 4936.1 1423.4
Panas laten penguapan (kJ/kg) 161.7 217.7 1314.2
Secara umum, berdasarkan bahan asalnya minyak atau oli pelumas dapat dibagi menjadi
3 golongan, yaitu yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan dan mineral. Minyak hewan
dan tumbuh-tumbuhan adalah minyak yang tetap, karena tidak dapat dimurnikan tanpa
diuraikan. Minyak-minyak tersebut adalah tidak stabil dan mudah membentuk asam dan
endapan sehingga tidak dapat dipakai untuk mesin pendingin. Berdasarkan kemampuannya,
seringnya penggunaan oli kompresor dalam mesin pendingin dipilih dengan berbahan dasar
dari mineral, terutama dari golongan napthene. Pemilihan ini berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1. Minyak dengan jenis ini dapat mengalir lebih baik saat temperatur rendah.
2. Kandungan carbon dalam minyak jenis ini lebih alami dan dapat dengan mudah
dilepaskan atau diuraikan.
3. Saat temperatur rendah minyak berbahan dari napthene mempunyai sedikit
kandungan wax.
Seperti yang telah disebutkan bahwa dalam prosesnya refrigeran dan oli seharusnya
dapat bercampur dengan baik, campuran yang terjadi itu akan bersirkulasi sepanjang sistem
refrigerasi. Namun jika jumlah minyak dalam campuran menjadi terlalu banyak, tentu akan
mempengaruhi terhadap prestasi dari siklus refrigerasi. Dengan kata lain kapasitas refrigerasi
akan dipengaruhi oleh berkurangnya tekanan evaporasi. Sedangkan perpindahan kalor juga
akan dipengaruhi oleh adanya minyak pelumas yang menenpel pada bagian dalam dari
evaporator dan kondensor. Selain itu pelumasan pada kompresor juga akan terganggu karena
viskositas dan jumlah minyak pelumas akan berkurang karena bercampur dengan refrigerant
dan ikut bersirkulasi. Demikian juga kualitas minyak akan menurun karena terjadinya
dekomposisi.
Biasanya, banyak minyak pelumas yang terdapat di dalam refrigerant disebabkan karena
terjadinya pembuihan minyak pelumas pada waktu kompresor di-start. Sedangkan pembuihan
itu sendiri disebabkan oleh refrigeran yang bercampur dengan minyak pelumas di dalam
ruang engkol pada waktu kompresor berhenti bekerja. Apabila mesin refrigerasi mulai
bekerja, tekanan di dalam ruang engkol turun dengan tiba-tiba, sehingga refrigeran di dalam
minyak pelumas mulai menguap dengan cepat. Akibatnya permukaan minyak pelumas
13
membuih dan percikan minyak pelumas yang terjadi karena dihisap masuk ke dalam silinder
kompresor, kemudian bersama-sama dengan uap refigeran masuk ke dalam kondensor dan
evaporator. Makin rendah temperatur minyak pelumas, makin banyak refrigeran bercampur
dengan minyak pelumas di ruang engkol.
Yang perlu diperhatikan dalam daur kompresi uap standar adalah uap refrigeran yang
keluar dari evaporator dan masuk ke kompresor merupakan uap jenuh pada tekanan dan
temperatur penguapan. Selain itu, refrigeran yang keluar dari kondensor dan masuk ke alat
ekspansi berupa cairan jenuh pada tekanan dan temperatur pengembunan.
14
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.9 (a) Daur Kompresi Uap Standar; (b) Daur Kompresi Uap Standar Dalam
Diagram Tekanan- Entalpi; (c) Diagram Aliran
Gambar 2.4 merupakan gambar siklus refrigerasi kompresi uap sederhana yang akan
dijelaskan lebih lanjut seperti dibawah ini:
1. Proses Kompresi
Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Pada siklus teoritis diasumsikan
refrigeran tidak mengalami perubahan kondisi selama mengalir di jalur hisap. Pada proses
ini uap refrigeran pada tekanan evaporasi di kompresi sampai pada tekanan kondensasi.
15
Proses kompresi diasumsikan isentropik sehingga pada diagram tekanan entalpi, titik 1 dan
titik 2 berada pada satu garis entropi konstan. Pada titik 2 uap refrigeran berada pada kondisi
superheat. Proses kompresi memerlukan kerja luar, entalpi uap naik yaitu dari h1 ke h2.
Besarnya kenaikan ini sama dengan besarnya kerja mekanis yang dilakukan pada uap
refrigeran. Dan besarnya energi yang diperlukan untuk proses kompresi pada siklus refrigerasi
adalah :
16
motor = Q loss + useful (2.5)
in = Q loss+ c (2.6)
Q loss = in c (2.7)
2. Proses Kondensasi
Proses 2 3 terjadi dikondensor. Uap panas refrigeran yang keluar dari kompresor
didinginkan sampai pada temperatur kondensasi dan kemudian di kondensasikan. Titik 2
adalah kondisi refrigeran yang keluar dari kompresor. Pada proses 2-3 ini refrigeran mula-
mula berada pada kondisi uap jenuh pada tekanan dan temperatur kondensasi yang
selanjutnya akan mengalami proses kondensasi uap di dalam kondensor. Proses kondensasi
terjadi pada tekanan konstan. Jumlah panas yang dipindahkan selama proses ini adalah beda
entalpi antara 2 3. Panas total ini berasal dari panas yang diserap oleh refrigeran yang
menguap di dalam evaporator dan panas yang masuk karena adanya kerja mekanis pada
kompresor.
3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada siklus standar diasumsikan
tidak terjadi perubahan kondisi cairan refrigeran yang mengalir di dalam jalur cairan sampai
ke throttling device. Kondisi refrigeran masuk ke alat pengontrol dinyatakan oleh titik 3.
Pada proses ini terjadi penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi titik 3 menjadi
tekanan evaporasi titik 4. Pada waktu cairan diekspansikan melalui alat ekspansi ke
evaporator, temperatur refrigeran juga turun dari temperatur kondensasi ke temperatur
evaporasi. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penguapan sebagian cairan refrigeran selama
proses ekspansi. Proses 3 4 merupakan proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida
tidak berubah di sepanjang proses. Refrigeran pada titik 4 berada pada kondisi campuran
cair uap.
17
4. Proses Evaporasi
Proses 4 1 adalah proses penguapan refrigeran pada evaporator. Proses ini
berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada pada
kondisi uap jenuh. Selama proses 4 1 entalpi yang diserap adalah beda entalpi antara titik
1 dan titik 4 disebut efek refrigerasi (RE).
Gambar 2.13 Daur Kompresi Uap Nyata Dibanding dengan Daur Standar
18
Subcooling yang terjadi pada kondensor merupakan peristiwa yang normal dan
menguntungkan karena dengan adanya proses ini maka refrigeran yang memasuki katup
ekspansi seluruhnya dalam keadaan cair, sehingga menjamin efektifitas alat ini.
Superheat yang terjadi pada evaporator juga merupakan sesuatu yang menguntungkan
karena peristiwa ini dapat mencegah refrigeran yang masih dalam fase cair memasuki
kompresor. Perbedaan terakhir pada siklus nyata kompresi yang tidak lagi isentropik dan
terdapat kerugian akibat gesekan dan hal hal lain.
b. Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan energi antara sebuah objek dengan lingkungannnya
karena adanya pergerakan fluida. Persamaan umum perpindahan panas secara konveksi
adalah :
= ( ) (2.11)
keterangan :
q = laju perpindahan kalor (Watt)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K)
A = luas penampang (m2)
= temperatur pada permukaan benda (K)
= temperatur ambient (K)
Koefisien perpindahan panas konveksi yang terjadi pada aliran internal maupun
eksternal dipengaruhi oleh enam variabel yaitu diameter yang dilalui fluida (Dt dan Ds),
konduktivitas termal fluida (Kf), kecepatan aliran fluida (V), kerapatan massa (), viskositas
19
(), dan panas spesifik fluida pada tekanan konstan (Cp). Keenam variabel tersebut akan
mempengaruhi angka Reynold, angka Prandtl, dan angka Nusselt.
Untuk mempermudah analisis penukar kalor diperlukan kombinasi laju aliran massa
dengan panas spesifik fluida sehingga menjadi satu kuantitas yang disebut kapasitas panas
rata-rata.
= , dan = , (2.14)
20
= laju alir massa sisi internal tube (kg/s)
= viskositas fluida sisi internal tube
k = konduktifitas thermal (W/K)
Pr = Prandtl number sisi internal tube
21
2.8.6 Koefisien Perpindahan Panas Total (Heat Exchanger Coefficient)
Dengan mengabaikan faktor pengotor pada tube, nilai overall heat transfer coefficient
(U) didapatkan dengan persamaan :
1 1 1
= () = ()
1 1 1
= () + () (2.23)
keterangan :
Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh sisi dingin (W/m2K)
Uh = koefisien perpindahan panas menyeluruh sisi panas (W/m2K)
hc = koefisien perpindahan panas konfeksi sisi dingin (W/mK)
hh = koefisien perpindahan panas konfeksi sisi dingin (W/mK)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
T3 P3
Kondensor
T2
P2
Valve 1 Valve 2
kompresor
P1 T4
Valve 3 Valve 4
P4
T4
Evaporator
Pompa 2
Heater dan bak air panas Pompa 1
23
Keterangan:
P1 : Tekanan pada titik 1
T1 : Temperatur pada titik 1
P2 : Tekanan pada titik 2
T2 : Tekanan pada titik 2
P3 : Tekanan pada titik 3
T3 : Temperatur pada titik 3
P4 : Tekanan pada titik 4
T4 : Temperatur pada titik 4
Analisa pada tiap komponen pada sistem Kompesi Uap ini menggunakan hukum
Termodinamika I dan kesetimbangan massa yang digunakan mencari output yang berupa
kerja dan panas yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh sistem ini. Persamaan yang
digunakan adalah :
Hukum Kesetimbangan Energi
2 2
= + { 2 + } { + 2 + } (3.1)
a. Proses 1-2 : Kompresi isentropik refrijeran dari kondisi 1 hingga mencapai tekanan
kondensor pada kondisi 2s
b. Proses 2s-3 : Perpindahan kalor dari refrijeran ketika mengalir pada tekanan konstan
melalui kondensor.
c. Proses 3-4: Proses trotel dari kondisi 3 ke campuran dua fase cair uap pada kondisi 4.
24
d. Proses 4-1 : Perpindahan kalor ke refrijeran ketika mengalir pada tekanan konstan
melalui evaporator untuk menyelesaikan siklus tersebut.
MULAI
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Parameter karakteristik
(luas area, pressure drop, koefisien perpindahan panas total)
Karakteristik Evaporator
END
25
REGION I REGION II REGION III
25oC 25oC
7,2oC 18OC
6oC
Evaporator dirancang menjadi 3 region yaitu region 1 adalah zona saturated, region 2
adalah zona evaporasi, region 3 adalah zona superheat. Besarnya laju perpindahan panas yang
dibutuhkan pada evaporator dianalisis untuk masing-masing region dengan persamaan berikut
:
= . . , (, , ) (3.3)
= , (, , ) (3.3a)
= (3.3b)
= , (, , ) (3.3c)
Untuk setiap variasi fluida pemanas memiliki temperatur constant dan fluida pemanas
akan mengalami proses penguapan sehingga nilai koefisien konveksi air besar sehingga
hambatan perpindahan panasnya kecil, sebagai contoh pada gambar 3.9 = 25 , sehingga
coeffisein overall heat transfer dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
1
=
(3.4)
1 1
. () + () (3.5)
26
3.4 Diagram alir Perancangan Evaporator
START
Q=A.V
27
.
=
4/5
0,62 1/2 1/3 5/8
= 0,3 + 1 +
1 + (0,4/)2/3 1/4 282000
.
=
o
o o Perencanaan Region III (Tm = 12,6 C)
Perencanaan Region I (Tm = 6,6 C) Perencanaan Region II (Tm = 7,2 C) Didapatkan harga , , , ,
Didapatkan harga , , , , Didapatkan harga , , , ,
4 . 4 .
= 4 .
. . = =
. . . .
28
= 0,023 4/5 0,4
4/5
1/4
= 0,023 0,4
( ) 3
=
( )
.
= .
=
.
=
1
=
1 1 1
+ =
1 1
+
1
=
1 1
+
=
. . . = =
. . . . . .
Hasil Perancangan
Bare Spiral Tube
Evaporator :
Panjang tube ,dan
Jumlah lilitan
END
29
3.5 Komponen dan peralatan pengujian
3.5.1 Kompresor dan kondensor
Kompresor merupakan salah satu komponen utama dari refrigerasi kompresi uap yang
berfungsi untuk menghisap gas refrigeran bertekanan rendah dan temperatur rendah yang
berasal dari evaporator masuk ke kompresor melalui saluran suction dan kemudian menekan /
memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas bertekanan tinggi dan temperatur tinggi,
lalu dialirkan melaui saluran discharge ke kondensor. Kompresor yang digunakan adalah
kompresor bertipe Reciprocating.
Pada kondenser, uap refrigeran yang berasal dari kompresor dengan tekanan dan
temperatur tinggi akan melepas kalor ke lingkungan sehingga terjadi proses kondensasi.Kalor
yang dilepas di kondenser merupakan kalor yang diserap di evaporator dan kalor dari akibat
kerja kompresi.Karena kalor dari uap refrigeran dilepas ke lingkungan sehingga refrigeran
berubah fasa dari uap menjadi cair saat keluar dari kondenser.Kondenser yang digunakan
adalah kondenser bertipe air colled condenser.
30
Gambar 3.7 Pipa Kapiler
3.5.4 Evaporator
Evaporator merupakan komponen sistem refrigerasi yang berfungsi untuk menyerap
kalor dari udara sekitar atau beban kalor yang berada disekitarnya dan menggunakan kalor
tersebut untuk mengubah fasa refrigeran dari cair menjadi uap jenuh dengan tekanan konstan.
Di evaporator, terjadi proses pendinginan (cooling).
31
Gambar 3.9 Evaporator
32
2. Sight Glass
Sight glass berfungsi untuk melihat apakah refrigeran yang melewati sight glass benar-
benar cair atau untuk melihat cukup tidaknya refrigeran yang mengalir dalam sistem. Alat ini
dipasang setelah filter drier pada liquid line. Sight glass juga berfungsi sebagai alat indicator
yang dapat mengetahui keadaan refrigeran yang mengalir dalam sistem. Jika sight glass
berwarna kuning berarti refrigeran tidak mengandung uap air, sedangkan jika berwarna hijau
berarti refrigeran mengandung uap air.
Merk Danfos
1
Inlet dan outlet /4 '' dan 1/4''
3. Pressure Gauge
Pressure gauge adalah alat bantu mekanik yang berfungsi sebagai penunjuk tekanan
kerja pada sistem, namun tekanan yang diukur bukan tekanan absolute melainkan adalah
tekanan gauge. Manifold gauge ini terdiri dari 2 jenis, yaitu high pressure gauge dan low
pressure gauge.
33
4. High Low Pressure Stat
High Low Pressure Stat berfungsi untuk menjaga tekanan berlebih dalam sistem
(tekanan terlalu tinggi atau terlalu rendah). Dapat digunakan juga sebagai pengatur jalannya
fan kondensor ataupun kompresor, jenis dari Pressurestat antara lain:
a. High Pressure Stat (HP)
b. Low Pressure Stat (LP)
c. High and Low Pressure Stat (HLP)
Sedangkan komponen pendukung kelistrikan adalah alat yang prinsip kerjanya
menggunakan daya listrik sebagai power penggeraknya. Alat kontrol ini nantinya hanya akan
mengalir sistem kelitrikan.
5. Heater
Heater berfungsi untuk memanaskan air di dalam drum atau bak sebagai beban
pendigninan buatan.
34
Gambar 3.14 Heater
6. Hand Valve
Hand Valve berfungsi untuk membuka dan menutup aliran refrigeran
7. Flowmeter
Flowmeter berfungsi untuk mengetahui laju aliran dari refrigran dibutuhkan untuk data
perhitungan dalam percobaan.
35
Gambar 3.16 Flowmeter
8. Drum
Drum berfungsi untuk menyimpan air dan tempat evaporator. Drum 1 berisi air panas
yang berasal dari heater sebagai beban buatan yang akan disirkulasikan ke drum 2 yang berisi
evaporator untuk mendinginkan beban air panas yang berasal dari drum 1.
9. Pompa
Pompa pada sistem Water Chiller berfungsi untuk mensirkulasikan air di dalam drum
(bak) agar beban pendinginan yang terjadi tetap konstan.
36
Gambar 3.18 Pompa
37