You are on page 1of 3

Bisnis Global Case FDI di Indonesia

Kelompok 3
Bintar Surya P. (1406566376)
Defi W. Amara (1406533882)
Hana Kamila (1406570322)

Manfaat/Benefit FDI di Indonesia

Sesuai dengan pernyataan Ibu Mari Elka Pangestu, tanpa modal, tidak akan ada
perdagangan di dunia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya aliran modal dari
luar negeri:

Transfer sumber daya, baik sumber daya alam, manusia, pengetahuan, maupun
teknologi. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah.
Namun dapat diakui, kemajuan teknologi dan pengelolaan sumber daya tersebut
masih kalah dibanding negara-negara maju. FDI dapat memberikan peluang
pertukaran pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk dapat
memanfaatkan sumber daya milik sendiri untuk Indonesia sendiri.
Hingga kini, investasi dari luar negeri menjadi kunci besar dalam program
pembangunan Indonesia. Banyak pembangunan strategis di Indonesia yang turut
menggunakan modal asing. Hasil pembangunan itu tentu dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Selain itu, kehadiran FDI juga menciptakan lapangan pekerjaan dalam negeri karena
tambahan modal yang ditanam di dalam negeri.
Meningkatkan produktivitas dalam negeri. Dengan bertambahnya faktor produksi
seperti tenaga kerja dan teknologi, maka produktivitas suatu perusahaan meningkat.
Investor asing menginvestasikan sejumlah besar modal dalam R&D di Indonesia. Hal
ini menunjukkan mereka tidak hanya mentransfer teknologi, namun juga mereka telah
meningkatkan versi teknologi yang ada atau menciptakan teknologi baru di Indonesia.
Manajer asing yang terlatih dalam teknik manajemen terkini seringkali dapat
membantu memperbaiki efisiensi operasi dalam negeri, apakah skill-nya tersebut
memang telah diperoleh atau hasil dari lapangan.
Jika FDI adalah pengganti impor barang atau jasa, pengaruhnya bisa untuk
memperbaiki saldo neraca pembayaran Indonesia.
Investasi FDI ke Indonesia telah meningkatkan persaingan, menstimulasi, dan
memodernisasi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mengarah ke pelayanan
yang lebih baik serta persaingan yang semakin ketat menghasilkan harga yang lebih
rendah.
Investasi luar negeri dapat meningkatkan kapasitas produksi di Indonesia sehingga
hal tersebut dapat menciptakan keuntungan dari segi perdagangan luar negeri yakni
ekspor misalnya pada tahun 1980-an ketika terjadi reformasi yang mendukung
keberadaan investasi dari luar negeri mengakibatkan beberapa perusahaan dari luar
negeri yang memproduksi tekstil beroperasi Indonesia sehingga ekspor tekstil pada
saat itu meningkat dua kali lipat
Investasi asing juga dapat memperbaiki neraca pembayaran Indonesia sebab banyak
perusahaan dari luar negeri yang ada di Indonesia berorientasi ekspor dalam
operasinya, dengan meningkatnya ekspor, artinya menambah cadangan devisa negara
di Indonesia yang pada akhirnya memperbaiki neraca pembayaran
Indonesia mendapat kontribusi pajak dari perusahaan asing yang berinvestasi di
Indonesia atas income yang didapat perusahaan tersebut
Hal di atas dapat membantu upaya pemerintah dalam menggerakkan roda
perekonomian dan menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Kerugian/Cost FDI di Indonesia


Sentimen anti-asing di Indonesia dianggap masih cukup kuat hingga saat ini. Berkaca dari
pengalaman masa lalu di mana sebagian besar modal dan usaha di Indonesia dikuasai oleh Indo-
Cina. Hal ini menunjukkan bahwa apabila FDI tidak dikelola dengan baik, berarti otonomi
pemerintahan dalam mengelola modal tersebut lemah. Hal ini dapat menjadi pembelajaran
bahwa:
setiap adanya penanaman modal asing, manfaatnya (di samping keuntungan dalam
bentuk uang) seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat domestik. Contoh yang
menjadi salah satu perhatian pemerintah adalah kehadiran Freeport di Indonesia.
Menggunakan tenaga kerja lokal, emas yang dikeruk freeport pun sebagian besar
dibawa kembali ke negaranya sendiri dan negara-negara lainnya sehingga Indonesia
hanya merasakan sedikit manfaat dan justru menderita lebih banyak kerugian karena
sumber daya yang ada di Indonesia banyak dibawa keluar tanpa dapat dimanfaatkan
Indonesia sendiri
Dapat membunuh persaingan yang sehat karena dapat menggerus competitor lokal.
Hal ini paling banyak terjadi di produk-produk kelas menengah seperti alat
elektronik. Contohnya ponsel pintar. Hampir tidak ada ponsel pintar yang murni
menggunakan modal dan merek asli dari Indonesia. Hal ini ibarat cerminan masa lalu
di mana pengusaha Indo-Cina banyak berkuasa menggerus pengusaha lokal yang
mayoritas pribumi.
Nissan, perusahaan perakitan otomatis milik Jepang yang beroperasi di Indonesia,
cenderung mengimpor banyak komponen bagian dari Jepang. Akibatnya, posisi
neraca pembayaran Indonesia tidak sebesar yang seharusnya.
Investasi asing juga dapat mencederai kedaulatan dan otonomi nasional dimana pihak
asing dapat mengintervensi kebijakan yang dibuat pemerintah Indonesia yang justru
menimbulkan lebih banyak kerugian daripada manfaatnya bagi Indonesia. Dilihat dari
Penandatanganan Kontrak Karya (KK) di pertambangan antara pemerintah Indonesia
dengan Freeport pada 1967, yang kemudian menjadi landasan aktivitas pertambangan
freeport. Bahkan kemudian UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada
Desember1967 yang disahkan delapan bulan setelah penandatanganan KK
menjadikan KK tersebut menjadi dasar penyusunanya.
Masih terkait dengan Freeport, Penambangan Ertsberg yang dimulai pada Maret 1973
danhabis pada tahun 1980-an serta sisanya lubang sedalam 360 meter mengakibatkan
kerusakan lingkungan di tanah papua tersebut. Hingga saat ini pun, freeport masih
terus menambang Grasberg yang telah dimulah sejak 1988. Hal tersebut
mengakibatkan kerusakanbentang alam seluas 166 kmpersegi di DAS sungai Ajkwa
yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg.

You might also like