You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM BESAR

TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN BAKAR NABATI

FERMENTASI BIOETANOL

Dosen Pembimbing

Valency Fermintasari S.pd.Mpd

Disusun Oleh :

Ayu Laily Putri B42140246

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan praktikum :


Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan langkah-langkah fermentasi
bioethanol dengan substrat larutan gula hasil fermentasi.

.2 Dasar teori
Bioethanol merupakan etanol yang diproduksi dari tumbuhan-
tumbuhan yang di fermentasi dengan mikroorganisme, mikroorganisme yang
sering digunakan adalah Saccharomyces cereviceae (ragi roti) karena
harganya murah dan mudah didapat (Kartika dkk, 1992). Fermentasi dapat
diartikan sebagai proses mengubah bahan baku menjadi produk dengan
bantuan sel mikroba. Proses fermentasi yang terjadi secara anaerob, yaitu
mengubah glukosa menjadi alkohol namun membutuhkan waktu 72 jam
dengan suhu 30C dan PH 4-5 agar dapat tumbuh dengan baik. Suhu
merupakan factor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan, metabolisme
dan daya tahan mikroorganisme. Beberapa penelitian menyatakan bahwa suhu
optimum sebesar 35C.
Syarat ragi yang dipakai saat fermentasi adalah (Rikana dan Adam,
2008):
Mempunyai kemmapuan tumbuh dan berkembang biak yang baik
dengan substrat yang sesuai.
Dapat menghasilkan enzim yang dapat mengubah glukosa menjadi
alkohol.
Mempunyai daya fermentasi yang tinggi terhadap glukosa,
fruktosa, galaktosa dan maltose.
Mempunyai daya tahan dalam lingkungan yang kadar alkoholnya
tinggi.
Tahan terhadap mikroba lain,

Etanol atau etil alkohol C2H5OH memiliki toksisitas rendah dan tidak
penimbulkan polusi udara, etanol merupakan bahan bakar yang memiliki nilai oktan
118 sehingga dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin
(Rikana dan Adam, 2009). Fermentasi Saccharomyces cereviceae (ragi roti) dapat
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut:
(C6H12O6) 2C2 H5OH + 2CO2 + energi

Ubi jalar tergolong umbi seperti singkong yang mempunyai kandungan pati sebanyak
66,8% dan kadar air 7,2% (Retno, 2009). Ubi jalar dapat diubah menjadi etanol
dengan mengubah pati menjadi glukosa, glukosa diperoleh melalui proses hidrolisis
menggunakan enzim. Pembuatan bioetanol ubi jalar putih cukup menarik perhatian
karena mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan proses pemisahan
pigmen warna dibandingkan dengan ubi jalar kuning, merah, atau ungu serta lebih
mudah ditemukan. Kadar pati dalam ubi jalar putih sama dengan ubi kayu, sehingga
ubi jalar putih juga digunakan sebagai sumber bioetanol seperti halnya ubi kayu yang
telah lebih dulu dimanfaatkan (Izzati dan yusnidar, 2010).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan

Tepung ubi jalar 5kg Kompor


NPK 2,7 gr Gelas ukur
Urea 22,5 gr Splatula
Ragi roti 18,004 gr Tong fermentasi
Air 2500ml Neraca
Aquades Kertas PH
NaOH Aluminium foil
Termometer
Enlemeyer

2,2 Prosedur kerja

Lakukan formulasi media gula hasil hidrolisis dengan cara mengatur pH dan
kadar gula. pH diatur (4-5) dengan menambahkan basa (4 ) dan kadar
gula diatur (18-20 brix) dengan pengenceran atau pemekatan. Penambahan
basa 4 juga berfungsi sebagai detoksifikasi.
Lakukan pasteurisasi media dengan pemanasan selama 10 menit (suhu 85
100 ).
Dinginkan hasil pasteurisasi sampai suhu ruang 27-30 .
Tambahkan mikroba (ragi roti) sebanyak (0,4 *brix*volume media)
Tambahkan nutrisi NPK (0,06%*brix* volume media) dan Urea sebanyak
(0,5 %* brix* volume media).
Lakukan pengkodisian udara fermentasi selama 72 jam (3 hari).
BAB III

ANALISA DATA

Pengenceran hingga nilai brix 18


Penambahan NaOH hingga PH mencapai 4-5
Kadar fermipan:
0.4% =

0.4% 18% 25.000 = 18,004

Kadar urea :
0.5% =

0.5% 18% 25.000 = 22,5

Kadar NPK :
0.06% =

0.06% 18% 25.000 = 2,7


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan bioethanol ubi jalar dilakukan proses fermentasi,


secara biokimia fermentasi adalah pembentukan energy melalui senyawa organic.
Aplikasi proses fermentasi terdiri dari : formulasi medium, sterilisasi, produksi
starter, pemeliharaan pertumbuhan organisme, pemanenan, pemurnian produk serta
pembuangan limbah (wibowo 1990). Monomer gula dapat diubah menjadi alcohol
oleh mikroorganisme fermentasi gula sederhana (sukrosa dan glukosa) menjadi
etanol.

Pada fermentasi proses sterilisasi yang digunakan yaitu larutan 4


sebanyak 1500 ml yang dicampur bahan dan diaduk hingga tercampur rata. Setelah
itu dipanaskan dengan suhu 80 selama 10 menit dan didinginkan sampai pada suhu
ruang yaitu 30. Digunakannya suhu ruang karena kecepatan fermentasi akan
bertambah dengan suhu optimum yang berkisar antara 27 30. Maka dari itu suhu
diatur agar tidak mempengaruhi aktivitas enzim dan hasil alkohol secara langsung
dikarenakan penguapan (Menurut Retnowati dan Sutanti, 2009).

Kemudian sebelum dilakukan proses fermentasi nilai brix diatur hingga


mendapat nilai yang sesuai yaitu antara 18 brix. Nilai PH awal yaitu 1 kemudian
ditambahkan NaOH agar PH larutan sesuai dengan yang ditentukan yaitu 4-5, NaOH
ditambahkan secara berkala yaitu 100ml hingga nilai PH sesuai yang dikehendaki.
Larutan NaOH yang ditambahkan adalah sebanyak 1500ml, karena pada tambahan
larutan ke 15 nilai PH bertambah menjadi 4 sesuai yang diinginkan. Pada praktikum
proyek besar fermentasi yang digunakan yaitu NPK, urea dan ragi roti. Campuran
NPK yang digunakan sebanyak 2,7 gram, urea 22,5 gram dan ragi roti sebanyak
18,004 gram, semua bahandicapur dalam tong fermentasi kemudian dilanjutkan pada
proses fermentasi selama 72 jam (3 hari).
Menurut Fardiaz (1992), Saccharomyces cereviceae (ragi roti) memiliki
kisaran suhu pertumbuhan antara 20-30c, selaras dengan tulisan Amin JM (2001)
bahwa ragi roti tumbuh optimal pada suhu 28-32c dan PH 4,5-4,8. Tetapi Azizah
(2012), menyatakan bahwa Saccharomyces cereviceae (ragi roti) akan tumbuh, jika
suhu terlalu rendah maka fermentasi yang berlangsung juga akan semakin lambat dan
sebaliknya apabila suhu terlalu tinggi maka ragi roti akan mati sehingga proses
fermentasi tidak berlangsung.

Setelah proses fermentasi selama 72 jam dilakukan pengukuran nilai brix dan
nilai brix yang didapat adalah 18 kemudian dilanjutkan pada proses destilasi. Acuan
sebuah fermentasi berhasil atau tidak adalah terlihat gelembung pada larutannya, pada
praktikum kecil sebelumnya tidak ada gelembung dan nilai brixnya sangat rendah
sehingga bahannya harus diganti dengan molasses (nira tebu). Namun pada praktikum
ini menggunakan tong sehingga tidak perlu dilakukan pengecekan adanya gelembung
atau tidak, langsung dilakukan destilasi atau pemisahan komponen air dan
alkoalcoholalui pemanasan dengan memanfaatkan beda titik didih.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Setelah proses pengenceran adalah penyesuaikan PH kemudian


dilakukan proses fermentasi dengan menambahkan NPK, urea dan
Saccharomyces cereviceae (ragi roti) lalu diamkan selama 72 jam.
b. Fermentasi yang sukses ditandai dengan adanya gelembung pada
larutan.
c. Dengan menggunakan komposisi Saccharomyces cereviceae (ragi
roti), NPK dan urea yang tepat maka fermentasi akan berjalan dengan
baik.

5.2 Saran

Seharusnya alat dan bahan harus diperhatikan sebelum praktikum dimulai


agar tidak terjadi salah takaran campuran atau kebocoran tong fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Kerja Praktikum Mahasiswa., 2016 Teknologi Pengolahan Bahan Bakar


Nabati. Politeknik Negeri Jember; Jember.

Jhonprimen dkk.,2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis Ragi dan Waktu Fermentasi
pada Bioetanol dari Biji Durian. Universitas Sriwijaya. Palembang

Wiwied Prasojo.,2013,Pemanfaatan Kulit Singkong Fermentasi Menggunakan


Leuconostoc Mesenteroides dalam Pakan Pengaruhnya Terhadap N-NH3
dan VFA. Universitas Jendral Soedirman . Purwokerto

Ire Resdiana.,2010.Pembuatan Bioetanol dengan Ubi Jalar Putih (lpomoea batatas


L.). Universitas Negeri Semarang. Semarang
LAMPIRAN

Api bioethanol 89% PH 4

You might also like