You are on page 1of 26

Laporan Kasus

STROKE HEMORAGIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Neurologi RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Oleh:

(---------)

Pembimbing:

dr. Farida, Sp. S (K)

BAGIAN/ SMF NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Stroke Hemoragik. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan keluarganya.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada pembimbing penulis
yaitu dr. Farida Sp.S (K) dan para dokter serta perawat di bagian/SMF Ilmu
Neurologi yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga
terselesaikannya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kekurangan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk penyempurnaan tinjauan pustaka ini. Semoga dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun orang yang membacanya.

Banda Aceh, September 2017


Wassalam,

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN
Stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara
barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik
sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Menurut WHO stroke
merupakan gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lainnya. Stroke hemoragik adalah stroke
yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak didalam jaringan otak (intracerebral
hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri diantara lapisan pembungkus otak, piamater
dan arachnoidea.1,2 Sebanyak 10% dari kasus stroke disebabkan oleh perdarahan
intraserebral.
Perdarahan intraserebral (ICH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di dalam
parenkim otak dan merupakan subtipe stroke kedua paling sering di seluruh dunia
dengan kejadian mencapai 5,3 juta kasus dan lebih dari 3 juta menyebabkan
kematian. Hanya 20% pasien yang bertahan hidup dalam waktu 6 bulan pasca
serangan.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ICH antara lain hipertensi
kronis, angiopati amiloid serebral, dan penggunaan antikoagulan. Selain itu, faktor
seperti usia, jenis kelamin, genetik dan etnis juga ikut mempengaruhi angka kejadian
ICH dalam beberapa studi terakhir.1,2
Manajemen yang cepat dan tepat pada fase akut dapat mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Pencegahan berulang intracerebral haemorrhage (ICH)
dilakukan mengingat angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan
cara menurunkan tekanan darah, tidak merokok, tidak meminum alkohol dan
menghindari penggunaan kokain. Kompleksitas manajemen pada perdarahan intra
serebral memberikan tantangan bagi para dokter karena berbagai faktor dapat
menimbulkan hambatan untuk mencapai outcome yang baik sehingga diperlukan
pendekatan yang sistematis terhadap etiologi dan patologi dalam melakukan
penanganan.1,2.

3
4

BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny.FM
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Meulaboh
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM : 1-14-20-00
Tanggal Periksa : 11 September 2017

Anamnesis

Keluhan Utama :
Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang rujukan RS Cut Nyak Dhien Meulaboh dengan keluhan nyeri kepala
seperti ditusuk-tusuk, nyeri awalnya dibagian kanan kemudian menjalar ke seluruh
kepala sampai ke tengkuk. Keluhan sudah dirasakan sejak tiga hari. Pasien juga
mengeluhkan pandangan kabur sejak tiga hari dan muntah sebanyak enam kali,
muntah terjadi setiap habis makan, mual juga masih terus dirasakan oleh pasien.
Kelemahan anggota gerak tidak di keluhkan.

4
5

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien memiliki riwayat hipertensi selama 1 bulan terakhir dan mengkonsumsi obat
captopril jika dirasakan adanya keluhan. Pasien juga mempunyai riwayat operasi
Fibroadenoma Maammae tahun 2014. Riwayat diabetes melitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus maupun penyakit
jantung

Riwayat penggunanaan obat:


Pasien mengkonsumsi obat hipertensi captopril jika dirasakan adanya keluhan

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Kesadaran : (E4 M6 V5)
Awal masuk pasien dengan GCS : (E4M6V5)
Tekanan darah : 168/95 mmHg
Nadi : 78x /menit
Nafas : 20x /menit
Suhu : 36,6oC
Status Internus :
Kepala dan Leher
Kepala : normocephali rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut

Mata : pupil bulat isokor, ukuran 3 mm/ 3 mm; RCL (+/+); RCTL (+/+)

KGB :Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

Leher :JVP 5-2 CmH20

5
6

Thorak : Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan


Palpasi : fremitus normal kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : Simetris


Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Status Neurologis :
1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Babinski (-/-)
- Brudzinsky I (-/-)
- Brudzinsky II (-/-)
- Kernig (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil (+)
- sakit kepala progresif (+)
4. Nn Kranialis :
Nervus kranialis :
a. N.I (Nervus Olfaktorius)
Subjektif Normal

6
7

b. N. II (Optikus)
Jenis pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri

Dalam batas Dalam batas


Tajam penglihatan (visus bedside) normal
normal

Dalam batas Dalam batas


Lapang pandang normal
normal

Melihat warna TidakDilakukan TidakDilakukan

Fundus Okuli Tidak dilakukan

c. N.III, IV, VI (Nervus Okulomotorik, Trochlearis, Abduscens)


Jenis pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Isokor, Isokor,
Pupil 3mm
3mm

Nistagmus Negatif Negatif

Baik ke Baik ke
Pergerakan bola mata segala arah
segala arah

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Reflek cahaya langsung & tidak langsung Positif Positif

Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai

Strabismus Negatif Negatif

Ptosis Negatif Negatif

d. N.V (Nervus Trigeminus)


Jenis pemeriksaan Kanan Kiri

Membuka mulut + +

Menggerakan rahang + +

7
8

Oftalmikus + +

Maxillaris + +

Mandibularis + +

e. N. VII (Nervus Fasialis)


Jenis pemeriksaan Kanan Kiri

Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Baik Baik

Motorik oksipitofrontalis Baik Baik

Motorik orbikularisokuli Baik Baik

Motorik orbikularisoris Baik Baik

f. N.VIII (Nervus Vestibulokoklearis)


Jenis pemeriksaan Kanan Kiri

Tespendengaran Tidakdilakukan Tidakdilakukan

Tes keseimbangan Tidakdilakukan Tidakdilakukan

g. N. IX,X (Nervus Vagus)


PerasaanLidah (1/3 belakang) TidakDilakukan

Refleks Menelan Baik

Refleks Muntah Baik

h. N.XI (Nervus Assesorius)


Mengangkat bahu Baik

Menoleh Baik

8
9

i. N.XII (Nervus Hipoglosus)


PergerakanLidah Simetris

Disartria Tidak

Sistem Motorik Tubuh


Ekstremitas Superior Kanan Kiri

Postur Tubuh Baik Baik

Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada

Tonus Otot Normal Normal

Gerak involunter (-) (-)

Kekuatan Otot 55555 5555

Gerakan Respirasi Thorako Abdominal

Ekstremitas Bawah Kanan Kiri

Postur Tubuh Baik Baik

Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada

Tonus Otot Normal Normal

Gerak involunter (-) (-)

Kekuatan Otot 5555 5555

Refleks Fisiologis
Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Bisep + +

Trisep + +

9
10

Patela + +

Achiles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri

Babinski - -

Chaddok - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Klonus - -

Hoffman Tromer - -

Gerakan Involunter
Jenis Pemeriksaan Kanan Kiri

Tremor - -

Chorea - -

Athetosis - -

Myocloni - -

Spasme - -

Tes Sensorik (sentuhan)


Regio Kanan Kiri

Brachii + +

Antebrachii + +

10
11

Femoralis + +

Cruris + +

No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor


1 Kesadaran (0) Kompos mentis X 2,5 0+
(1) Mengantuk

(2) Semi koma/koma

2 Muntah (0) Tidak X2 1+


(1) Ya

3 Nyeri kepala (0) Tidak X2 1+


(1) Ya

4 Tekanan darah Diastolik X 10% 9,5 +


5 Ateroma (0) Tidak X (-3) 0
a. D M (1) Ya

b. Penyakit jantung

c. Klaudikasio termiten

6 Konstante 12 12
HASIL SSS --0,5
Tabel 1. Siriraj Stroke Score (SSS)
Catatan :
1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik

11
12

Pemeriksaan Penunjang

Nilai Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil Nilai Rujukan


(11/09/17) (13/09/17) (15/09/17)
Hemoglobin 12,1 12,5 11,9 12-15
(gr/dL)
Hematokrit (%) 34 37 35 37-47
Eritrosit (mm3) 4,1 4,2 4,0 4,2-5,4
Leukosit(mm3) 8,3 7,2 7,4 4,5-10,5
Trombosit(mm3) 276 320 307 150-450
Eosinofil (%) 2 2 3 0-6
Basofil (%) 0 1 0 0-2
Neutrofil batang 0 0 0 2-6
(%)
Neutrofil segmen 62 51 55 50-70
(%)
Limfosit (%) 28 40 36 20-40
Monosit (%) 8 6 6 2-8
Clotting Time 1-7
(menit)
Bleeding Time 5-15
(menit)
Natrium 135 135-145
Kalium 3,4 3,5-4,5
Klorida 102 90-110
KGDS (mg/dL) 110 <200
Ureum (mg/dL) 24 13-43
Kreatinin (mg/dL) 0,77 0,67-1,17
HbsAg Negatif
SGOT 20 <31
SGPT 25 <34
Protein Total 6,90 6,4-8,3
Albumin 3,69 3,5-5,2
Kolesterol total 193 <200
Kolesterol HDL 60 >60
Kolesterol LDL 109 <150
Trigliserida 131 <150

12
13

Radiologi:
CT Scan Kepala:

CT Scan Kepala irisan axial tanpa kontras:


- Tampak area hyperdense berdensitas darah ukuran 4x 3 cm (vol=43,68 cm3)
dengan perifokal edema di lobe occipital kanan.
- Sulcusdan gyrii normal
- System ventrikel dan sisterna normal
- Pons dan cerebellum normal
- Tak tampak deviasi mid line struktur
- Tak tampak kalsifikasi abnormal
- Orbita, mastoid kanan kiri normal
- Sinus maksilaris, frontalis, etmoidalis dan spheinodalis kanan kiri normal

13
14

Kesimpulan:
- ICH ukuran 4x3 cm ( vol= 43,68 cm3) dengan perifokal edema in lobe
occipital kanan

Diagnosis
Diagnosis Kerja :
- Diagnosis Klinis : Cephalgia
- Diagnosis Topis : lobus occipital kanan
- Diagnosis Etiologis : stroke hemoragik
- Diagnosis Patologis : perdarahan intracerebral

Diagnosis Sekunder

1. Hipertensi Stage II

Penatalaksaan
a. Supportif
1. IVFD RL 20 tetes/menit
2. IVFD RL 20 tetes/menit
3. O2 2L/menit
4. Head up kepala 30o
5. Stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
6. Mobilisasi bertahap
7. Pemasangan NGT
8. Pemasangan kateter

b. Medikamentosa
a. Analgetik
- Drip Paracetamol 1 gr/ 8 jam
b. Anti inflamasi
- Inj. Dexametason 1 ampul/ hari
c. Neuroprotektan
- Inj. Citicolin 500mg/12 jam

14
15

d. Anti Hipertensi
- Amlodipin 1x10 mg

e. Anti stress Ulcer


- Inj. omeprazole 1vial/ 12 jam

Planning :
- Cek darah lengkap
- Konsul bedah saraf
-
FOLLOW UP HARIAN

12/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/


Hari rawatan O/ TD : 159/80 mmHg - IVFD RL 20 gtt/i
ke-1 N : 88 x/i - Drip Paracetamol
RR :20 x/i 1 gr/ 8jam
T : 37C - IV. Omeprazole 1
Status Neurologis vial/ 12 jam
GCS : E4 M6 V5 - IV. Citicolin
Mata : pupil bulat isokor, 500mg/12 jam
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - Laxadin syr 3x1
TRM : Kaku Kuduk (-) - Amlodipin 1x5mg
N. Cranialis : parese(-) - Aprazolam 1x0,5
Motorik 5555/5555 (malam)
5555/5555

Sensorik +/+
+/+
R. Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis : (-/-)
Otonom : BAK (+)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik

15
16

13/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/


Hari rawatan O/ TD : 159/80 mmHg - IVFD RL 20 gtt/i
ke-2 N : 88 x/i - Drip Paracetamol
RR :20 x/i 1 gr/ 8jam
T : 37C - IV. Omeprazole 1
Status Neurologis vial/ 12 jam
GCS : E4 M6 V5 - IV. Citicolin
Mata : pupil bulat isokor, 500mg/12 jam
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - Laxadin syr 3x1
TRM : Kaku Kuduk (-) - Amlodipin 1x5mg
N. Cranialis : parese(-) - Aprazolam 1x0,5
Motorik 5555/5555 (malam)
5555/5555

Sensorik +/+
+/+
R. Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis : (-/-)
Otonom : BAK (+)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik

14/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/


Hari rawatan O/ TD : 159/80 mmHg
ke-3 N : 88 x/i - Bed rest total
RR :20 x/i - IVFD RL 20 gtt/i
T : 37C - Drip Paracetamol
Status Neurologis 1 gr/ 8jam
GCS : E4 M6 V5 - IV. Omeprazole 1
Mata : pupil bulat isokor, vial/ 12 jam
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - IV. Citicolin
TRM : Kaku Kuduk (-) 500mg/12 jam
N. Cranialis : parese(-) - Laxadin syr 3x1
Motorik 5555/5555 - Amlodipin 1x5mg
5555/5555 - Aprazolam 1x0,5
(malam)
Sensorik +/+ - Fosen enema
+/+ (extra)
R. Fisiologis +/+
+/+ P/ Cek darah loengkap
R. Patologis : (-/-)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik

16
17

15/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/


Hari rawatan O/ TD : 145/95 mmHg
ke-4 N : 85 x/i - Bed rest total
RR :21 x/i - IVFD RL 20 gtt/i
T : 36,7C - Drip Paracetamol
Status Neurologis 1 gr/ 8jam
GCS : E4 M6 V5 - IV. Omeprazole 1
Mata : pupil bulat isokor, vial/ 12 jam
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - IV. Citicolin
TRM : Kaku Kuduk (-) 500mg/12 jam
N. Cranialis : parese(-) - Laxadin syr 3x1
Motorik 5555/5555 - Amlodipin
5555/5555 1x10mg
- Aprazolam 1x0,5
Sensorik +/+ (malam)
+/+
R. Fisiologis +/+ P/ Cek darah lengkap
+/+ (+)
R. Patologis : (-/-)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik


(ICH)
16/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/
Hari rawatan O/ TD : 150/90 mmHg
ke-5 N : 80 x/i - Bed rest total
RR :21 x/i - IVFD RL 20 gtt/i
T : 36,7C - Drip Paracetamol
Status Neurologis 1 gr/ 8jam
GCS : E4 M6 V5 - IV. Omeprazole 1
Mata : pupil bulat isokor, vial/ 12 jam
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - IV. Citicolin
TRM : Kaku Kuduk (-) 500mg/12 jam
N. Cranialis : parese(-) - Laxadin syr 3x1
Motorik 5555/5555 - Amlodipin
5555/5555 1x10mg
- Aprazolam 1x0,5
Sensorik +/+ (malam)
+/+ - Tramadol 2x1 tab
R. Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis : (-/-)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik


(ICH)

17
18

17/9/2017 S/ Nyeri kepala Th/


Hari rawatan O/ TD : 145/95 mmHg
ke-6 N : 85 x/i - IVFD RL 20 gtt/i
RR :21 x/i - Drip Paracetamol
T : 36,7C 1 gr/ 8jam
Status Neurologis - IV. Citicolin
GCS : E4 M6 V5 500mg/12 jam
Mata : pupil bulat isokor, - Laxadin syr 3x1
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - Amlodipin
TRM : Kaku Kuduk (-) 1x10mg
N. Cranialis : parese(-) - Aprazolam 1x0,5
Motorik 5555/5555 (malam)
5555/5555 - Tramadol 2X1 tab

Sensorik +/+
+/+
R. Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis : (-/-)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik


(ICH)
18/9/2017 S/ Nyeri kepala berkurang Th/
Hari rawatan O/ TD : 140/70 mmHg
ke-7 N : 82 x/i - IVFD RL 20 gtt/i
RR :21 x/i - Drip Paracetamol
T : 36,7C 1 gr/ 8jam
Status Neurologis - IV. Citicolin
GCS : E4 M6 V5 500mg/12 jam
Mata : pupil bulat isokor, - Laxadin syr 3x1
3mm/3mm, rcl (+/+) rctl (+/+) - Amlodipin
TRM : Kaku Kuduk (-) 1x10mg
N. Cranialis : parese(-) - Aprazolam 1x0,5
Motorik 5555/5555 (malam)
5555/5555 - Tramadol 2X1 tab

Sensorik +/+
+/+
R. Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis : (-/-)

A/ cepalgia e.c stroke hemoragik


(ICH)

18
19

Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

19
20

BAB II
PEMBAHASAN

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien wanita berusia 45 tahun datang


dengan keluhan kelemahan nyeri kepala. Dari anamnesis didapatkan Pasien datang
rujukan RS Cut Nyak Dhien Meulaboh dengan keluhan nyeri kepala seperti ditusuk-
tusuk, nyeri awalnya dibagian kanan kemudian menjalar ke seluruh kepala sampai ke
tengkuk. Keluhan sudah dirasakan sejak tiga hari. Pasien juga mengeluhkan
pandangan kabur sejak tiga hari dan muntah sebanyak enam kali, muntah terjadi
setiap habis makan, mual juga masih terus dirasakan oleh pasien. Kelemahan anggota
gerak tidak di keluhkan.
Pasien didiagnosa mengalami stroke hemoragik tipe ICH. Menurut Davenport
dan Dennis, secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80%
merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke
hemoragik. Menurut WHO stroke merupakan gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lainnya. Stroke
hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak didalam
jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri diantara lapisan
pembungkus otak, piamater dan arachnoidea.1,2 Sebanyak 10% dari kasus stroke
disebabkan oleh perdarahan intraserebral.3
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah menderita stroke pada
tahun 2011. Di Indonesia stroke merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian
akibat stroke sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan
total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal
dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Prevalensi stroke di Indonesia sebesar
7,0%. (Riskesdas 2013). Pada laki-laki dan perempuan, tidak didapati perbedaan pada
prevalensinya. Dan menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015),

20
21

hampir 75 % kasus stroke terjadi pada orang-orang berusia di atas 65 tahun. Mulai
usia 55 tahun, risiko untuk menderita stroke bertambah dua kali lipat setiap dekade.2
Pasien seorang wanita dengan usia 45 tahun. Insidens stroke lebih besar
terjadi pada pria dibandingkan wanita, baik dengan adanya riwayat keluarga dan juga
dari kelompok ras tertentu, akan tetapi karena usia harapan hidup wanita lebih tinggi
dari pada laki-laki maka tidak jarang pada studi- studi tentang stroke didapatkan
pasien wanita lebih banyak.4
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dan juga muntah. Kemungkinan
penyebab stroke pada pasien ini adalah karena pecahnya pembuluh darah di
otak (stroke hemoragik). Pecahnya pembuluh darah otak pada umumnya
terjadi saat pasien sedang beraktivitas, adanya nyeri kepala yang hebat, Nyeri
kepala hebat secara umum terjadi pada perdarahan serebral akibat peninggian tekanan
intrakranial, namun pada 50% kasus sakit kepala absen ataupun ringan. Keluhan
mual hingga muntah yang dirasakan juga dikarena akibat dari tekanan intrakranial
yang meningkat.

Pasien mengaku mengalami hipertensi yang baru ia ketahui sejak lebih


kurang 1 bulan lalu, pasien juga minum obat tidak teratur dan hanya minum obat
ketika mempunyai keluhan. Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas
faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifable) dan yang tidak dapat di
modifikasi (nonmodifable). Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi
diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes mellitus,
merokok, mengkonsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis
arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik. Pada pasien ini terdapat
faktor risiko hipertensi, dimana pasien sudah menderita hipertensi namun baru ia
ketahui sejak 1 bulan yang lalu dan pasien jarang kontrol dan
tidak rutin mengkonsumsi obat hipertensi. Hipertensi, khususnya yang tidak
terkontrol, merupakan penyebab utama dari stroke hemoragik tipe ICH. Penyebab
lain adalah pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa,

21
22

alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid. Pada


hipertensi dapat terjadi pecahnya arteriola kecil dikarenakan oleh perubahan
degeneratif akibat hipertensi yang tidak terkontrol; resiko tahunan perdarahan rekuren
adalah 2%, dapat dikurangi dengan pengobatan hipertensi; diagnosis berdasarkan
riwayat klinis. 3,5
Hipertensi meningkatkan risiko untuk terjadinya stroke sekitar dua
sampai empat kali.Tekanan darah sistemik yang meningkat akan membuat pembuluh
darah serebral berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan
darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan- bulan akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral yang
mengakibatkan diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini
berbahaya, karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi
dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi
penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak
adekuat, sehingga akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi
kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding
kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan
kemungkinan perdarahan pada otak.6
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan vital sign Tekanan
darah:168/95 mmHg Nadi: 78x /menit Nafas: 20x /menit Suhu: 36,7oC. Hal tersebut
sesuai dengan literatur yang mengatakan pada pasien dengan stroke hemoragik akan
didapatkan peningkatan pada tekanan darah, kenaikan tekanan darah dalam jumlah
yang mencolok dapat menginduksi pecahnya aneurisma sehingga dapat terjadi
perdarahan.
Pemeriksaan penunjang dalam rangka membantu menegakkan diagnosis
stroke hemoragik dapat berupa pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan
imaging. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan biasanya tidak bersifat
diagnosis, tetapi hanya sebagai pelengkap seperti pemeriksaan darah lengkap (untuk
mendeteksi anemia, leukositosis, dan jumlah trombosit yang abnormal, pemeriksaan
gula darah, kreatinin, elektrolit, enzim jantung (untuk mengetahui ada tidaknya

22
23

iskemia miokardium) serta pemeriksaan kolesterol darah untuk mengetahui faktor


risiko yang menyertai.
Pemeriksaan imaging merupakan pemeriksaan yang penting dalam
menegakkan diagnosis stroke hemoragik dan menyediakan informasi dalam evaluasi
pasien stroke. CT scan non kontras merupakan pemeriksaan imaging diagnostik
dalam evaluasi awal pasien stroke hemoragik dengan adanya gambaran hiperdensitas
pada CT scan otak. Pada pasien hasil pemeriksaan CT Scan diperoleh ICH ukuran
4x3 cm ( vol= 43,68 cm3) dengan perifokal edema in lobe occipital kanan.7
Tujuan penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan angka kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Dengan penanganan yang benar pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke
akan berkurang setidaknya 30%. Penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan
adalah dengan stabilisasi jalan napas dan pernapasan. Pemberian oksigen dapat
dilakukan pada pasien dengan saturasi oksigen <95%. Keseimbangan cairan
diperhitungkan dengan mengukur cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Cairan
yang dapat diberikan berupa kristaloid secara intravena. Pada umumnya,
kebutuhan cairan 30 ml/KgBB per hari. Pemasangan kateter diperlukan untuk
mengukur banyaknya urine yang diproduksi dalam 24 jam. Pemasangan pipa
nasogastrik diperlukan pada pasien ini untuk pemberian nutrisi, karena adanya
penurunan kesadaran. Diberikan juga deksametason yang bertujuan
untuk menurunkan tekanan intrakranial. Tekanan darah tidak perlu diturunkan,
pada pasien ini diberikan obat antihipertensi amlodipin 1x10mg. 3,8
Pada kasus ini diberikan neuroprotektan dengan pemberian injeksi citicolin
500 mg per dua belas jam. Pemberian Neuroprotektan berfungsi menurunkan
aktivitas metabolisme dan kebutuhan oksigen selsel neuron. Dengan demikian
neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau
eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul
setelah cedera sel neuron. Golongan obat ini bersifat melindungi otak yang sedang
mengalami iskemia sehingga tidak menjadi mati atau infark. Pasien juga di berikan
Omeprazole 40 mg per12 jam untuk menghindari terjadinya stress ulcer. 9,10

23
24

Tindakan Bedah pada ICH berdasarkan EBM tidak dioperasi bila (non-
surgical candidate): -Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit
neurologis minimal, -Pasien dengan GCS 4. Meskipun pasien GCS 4 dengan
perdarahan serebelar disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila (surgical candidate): -Pasien dengan perdarahan serebelar >3 cm
dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi
ventrikel harus secepatnya dibedah, -PIS dengan lesi structural seperti aneurisma,
malformasi AV atau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome
yang baik dan lesi strukturnya terjangkau, -Pasien usia muda dengan perdarahan lobar
sedang s/d besar yang memburuk, -Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma
terhadap pasien usia muda dengan perdarahan lobar yang luas ( 50).3
Pengendalian faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi bersifat tidak
dapat dirubah dan dapat dipakai sebagai penanda stroke pada seseorang. Selain
itu juga untuk mencegah stroke diperlukan modifikasi gaya hidup. Pencegahan
berulang intracerebral haemorrhage (ICH) dilakukan mengingat angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan cara menurunkan tekanan
darah, tidak merokok, tidak meminum alkohol dan menghindari penggunaan
kokain. AHA merekomendasikan pencegahan ICH berulang dengan cara
mengobati hipertensi adalah langkah yang paling penting untuk mengurangi
risiko ICH dan ICH berulang. Merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan
kokain adalah faktor risiko untuk terjadinya ICH.11

24
25

BAB III
KESIMPULAN
Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak
didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri diantara
lapisan pembungkus otak, piamater dan arachnoidea. Diagnosis stroke hemoragik
ditegankkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis dapat didapati gejala yang muncul mendadak atau tiba-tiba pada saat
aktivitas, gejala bisa penurunan kesadaran, keluhan nyeri kepala dapat pula disertai
dengan Muntah. Dari pemeriksaan fisik didapati adanya peningkatan tekanan darah,
kenaikan tekanan darah dalam jumlah yang mencolok dapat menginduksi pecahnya
aneurisma sehingga dapat terjadi perdarahan, Hipertensi meningkatkan risiko untuk
terjadinya stroke sekitar dua sampai empat kali.Pemeriksaan penunjang yaitu CT
scan merupakan gold standar untuk menegakkan diagnosis suatu stroke hemoragik.

25
26

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Raymond D., Maurice Victor, Allan H. Ropper, and Robert B.


Daroff. "Principles of neurology." (2007):
2. World Health Organization, 2006. STEP Stroke Surveillance. Available from:
http:// www.who.int/entity/chp/steps/Section1_Introduction.pdf
3. Ismail S. Stroke dan Penatalaksanaanya. CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni
2011.
4. Misbach J, ali w. stroke di Indonesia : a fisrt large prospective hospital based
study of acute stroke in 28 hospitals in Indonesia.journal of clinical
neuroscience. 2007, 8(3):245-9
5. Mardjono M. Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Dian Rakyat. Jakarta; 2009
6. Suroto. Gangguan Pembuluh Darah Otak. Dalam: Purwanto C. (ed).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surakarta: BEM Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Press; 2004. hlm. 87-96.
7. Gilroy, John, ed. Basic neurology. McGraw-Hill Professional Publishing,
2000.
8. Zuryati. Stroke Hemoragik et causa Hipertensi. J Medula Unila.Vol 5.No 2.
2016.
9. Guyton A. C., Hall J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. EGC.
Jakarta.2014. P. 208 212.
10. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia. EGC. Jakarta. 2011.
11. Morgenstern L, BJ Claude H, Craig A, Kyra B, Joseph PB, Sander C,
dkk. Guidelines for the management of spontaneous intracerebral
hemorrhage. Jornal of American Heart Association. 2010;(1): 2115-21.

26

You might also like