You are on page 1of 3

Proses pertumbuhan erat hubungannya dengan masalah konsumsi energy, energy dan protein, maka

ukuran-ukurantubuh sederhana sebagai refleksi keadaan pertumbuhan (BB dan TB) dapat digunakan
untuk menilai gangguan dan keadaan kurang gizi.20

Berikut ini antara lain gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan anak :

a. Kalori
Bayi yang tidak mendapatkan gizi cukup baik akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga
menyebabkan terganggunya pembelahan sel otak. Konsekuensinya jumlah sel dalam otaknya
lebih sedikit. Sebaliknya bayi yang kegemukan akan mempercepat laju pembelahan sel tenun
lemak. Pada umumnya susu botol mengandung sekitar 67 kal per 100 ml, sedangkan air susu ibu
75 kal per 100 ml.
b. Protein
Protein untuk bayi sebaiknya yang bermutu tinggi. Bayi yang berusia 6-12 tahun memerlukan 13
gram protein dan 800 kalori perhari.
c. Vitamin A
Masalah kekurangan vitamin A banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Kekurangan vitamin A dapat disebabkan oleh jumlah vitamin A yang diperoleh tubuh kurang ,
baik dari makanan maupun sumber lain, atau disebabkan adanya gangguan di dalam tubuh.
Kekurangan vitamin A ini dapat menghambat pertumbuhan dan mengakibatkan pengeringan
jaringan epitel pada kulit, saluran pencernaan, kelenjar air mata, dan lain-lain.
d. Besi (Fe)
Kandungan besi di dalam tubuh sangat kecil yaitu 35 mg per kg BB wanita atau 50 mg per kg BB
pria. Besi dalam badan terletak dalam sel-sel darah merah mempunyai massa hidup yang
terbatas yaitu 120 hari.
Anemia besi (kekurangan besi) dapat diketahui dari kadar hemoglobin seseorang. Kekurangan
besi banyak dialami usia 2 tahun ke bawah serta para ibu yang sedang mengandung, yang
biasanya juga diikuti oleh kekurangan gizi lainnya. Sumber besi utama adalah hati, disamping
danging, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran daun hijau.
e. Seng
Dalam tubuh manusia terkadang 2 gram Seng, terutama pada rambut, tulang, mata dan kelenjar
alat kelamin pria. Seng merupakan komponen penting dari berbagai enzim. Kekurangan Seng
dapat berkibat seperti yang dilaporkan Fairbank (1971) terhadap dua kelompok anak di Mesir
dan Iran, dimana kedua kelompok anak tersebut menjadi kerdil, alat kelamin tidak berkembang,
tai dan ginjal membengkak dan terjadinya gejala anemia gizi besi. Para ahli berpendapat dengan
mengkonsumsi jumlah protein hewani yang dianjurkan sesuai kebutuhan maka seng dapat
tercukupi.

Pengukuran antropometri banyak dianjurkan karena lebih praktis, cukup teliti dan mudah dilakukan oleh
siapa pun dengan bekal penelitian sederhana. Ukuran antropometri yang paling banyak digunakan BB,
TB kadang pula digunakan LLA dan lingkar kepala. Berat badan merupakan salah satu antropometri yang
menggambarkan tentang massa tubuh (tulang, otot, lemak). Massa tubuh sangat sensitive terhadap
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam
keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Akan tetapi dalam keadaan tidak normal
terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat lebih cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal. Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka indeks BB menurut umur (BB/U)
digunakan sebagai satu indicator status gizi yang menggambarkan status gizi seseorang saat ini,
sedangkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) digunakan sevagai indicator status gizi
yang menggambarkan status gizi seseorang pada masa lampau.19,20

2. Standar Nasional Center for Health Statistics (NCHS)20

Pada tahun 1975 suatu kelompok kerja diberikan tugas untuk membuat suatu masukan kepada WHO
tentang penggunaan indicator antropometri untuk kepentingan survey status gizi dalam survailans gizi.
Rekomendasi yang dihasilkan berupa penggunaan berat badan dan tinggi badan yang akan
dipergunakan sebagai suatu standar Internasional.

Berat badan dan tinggi badan adalah dua jenis antropometri yang sering digunakan dalam survey gizi.
Pengukuran ini dalam kombinasi dengan umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk tiga indicator
yaitu BB/TB, BB/U, dan TB/U.

a. Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB)


Indikator ini digunakan untuk kekurusan (wasting) maupun obesitas (stanting). Seseorang
dengan BB/TB dibawah standar (out-off spesifik)dapat dikatakan wasted sedangkan
pengukuran di atas standar menunjukkan obesitas. Indikator BB/TB merupakan terbaik untuk
mengetahui malnutrisi yang terjadi sekarang atau akut.
b. Tinggi Badan per Umur (TB/U)
Indikator ini tidak begitu sensitive untuk kurangnya intake makanan seperti pada BB/TB dan
tampaknya sebagai indicator terakhir yang dipengaruhi. Seluruh indicator terpengaruhi pada
tingkat kelaparan yang akut.
c. Berat Badan per Umur (BB/U)
BB/U merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak). Dan indeks BB/U paling banyak digunakan untuk menentukan status gizi
individu atau populasi. BB/U memberikan gambaran yang sangat penting karena merupakan
indicator komposisi dari BB/TB dan TB/U. Anak yang pendek dengan BB/TB yang normal akan
memberikan BB/U yang rendah. Sebaliknya anak yang tinggi dengan BB/TB yang rendah akan
memberikan BB/U normal. Dalam suatu masyarakat BB/U tidak akan menunjukkan apakah
malnutrisi disebabkan oleh stunting atau wasting.
Untuk mengukur pertumbuhan fisik umumnya digunakan ukuran berat badan, panjang atau
tinggi badan yang dikaitkan dengan umur anak. Hal ini berkaitan dengan standar berat badan
menurut umur yang menyangkut massa tubuh terkait waktu, sedangkan tingga badan atau
panjang menurut umur menyangkut ukuran linier.
Daftar Pustaka
19. http://graduate.blogsome.com/2007/02/02/studi-longitudinal-pertumbuhan-bayi-yang-
diberi-mp-asi-pabrik-blended-food-dan-mp-asi-non-pabrik-local-food-3/
20. http://creasoft.wordpress.com/2008/05/12/cara-membuat-mp-asi/

You might also like