Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarga sehingga terwujud
keluarga sehat dan sejahtera, terutama di RT 02 RW 03 Keluarahan Kalumbuk
Kecamatan Kuranji Padang, sehingga mahasiswa mendapatkan pngalaman yang
nyata di masyarakat dalam memberikan pelayanan kebidanan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Keluarga Tn. H
Membantu meningkatkan pengetahuan dan kesehatan keluarga dengan
pembinaan. Khususnya ibu yang menjadi pemegang kendali kesehatan
keluarganya. Pengetahuan dan perilaku ibu dapat meningkatkan kesehatan dirinya
di masa yang akan datang dan mencegah permasalahan kesehatan
2
1.3.3 Bagi institusi pendidikan
Sebagai wadah dalam pencapaian kompetensi mahasiswa sesuai dengan
kurikulum pendidikan pada jurusan kebidanan Progam studi DIII kebidanan dan
wadah implementasi ilmu kebidanan dalam bentuk pengabdian masyarakat.
1.4 Sasaran
Sasaran pada keluarga binaan ini adalah keluarga Tn. H di RT 02 RW 03 kelurahan
kalumbuk kecamatan kuranji padang.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Keluarga
Definisi keluarga inti adalah anggota keluarga yang merupakan anggota keluarga
yang merupakan pusat atau inti keluarga tersebut, baik berupa hubungan darah maupun
hukum. Keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi, dikukuhkan dalam
hubungan nikah yang memberikan pengaruh keturunan dan lingkungan sebagai dimensi
penting yang lain bagi anak. Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak
memperoleh dasar dalam bentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil
di mata masyarakat.
Keluarga inti (keluarga batih) merupakan unti terkecil dalam masyarakat yang
mempunyai fungsi-fungsi terentu, keluarga inti lazimnya terdiri dari suami/ayah,
istri/ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Keluarga inti (nuclear family) adalah unit
dasar yang terdiri atas ibu, ayah, dan anak yang belum berdiri sendiri. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Sarwono, bahwa keluarga merupakan lingkungan
primer hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya meninggalkan
rumah dan membentuk keluarga sendiri, dan menurut Khairuddin, keluarga mempunyai
sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-
masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu
sama lain, antara ayah, ibu, dan anak, maupun anak-dengan anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga inti adalah unti terkecil dalam masyarakat yang dikukuhkan dalam hubungan
nikah yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum berdiri sendiri.
4
Sejalan dengan fungsi keluarga yang telah dikemukakan sebelumnya, Soekanto
mengemukakan bahwa keluarga inti (keluarga batih) merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi pokok, yaitu:
a. Sebagai wadah berlangsung sosial primer, yakni dimana anak-anak dididik untuk
memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
b. Sebagai unit yang mengatur hubungan seksual
c. Sebagai unit sosial-ekonomis yang membentuk dasar kehidupan sosial-ekonomis
bagi anak-anak.
d. Sebagai wadah tempat berlindung, supaya kehidupan berlangsung secara tertib dan
tentram, sehingga manusia hidup di dalam kedamaian.
5
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika
diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir
hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti:
memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
6
2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia akan
mulai mencari puting susu ibunya.
3. Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu,
secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.
4. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta
memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.
5. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu
pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi.
6. Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi
sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh.
Bidan harus menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik,
maupun prosedur lain.
f. Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi Baru Lahir
1. Bayi kedinginan.
2. Ibu lelah setelah melahirkan.
3. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
4. Ibu harus dijahit.
5. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
6. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
7. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi.
8. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
9. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi
menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.
7
4. Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI
yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI
eksklusif 6 bulan pada bayi.
8
makanan bayinya ; dari para bidan dan dokter yang merawat wanita ini, yang mungkin
mempunyai pandangan dan pendapat yang sama kuatnya.
a. Cucitangan sebelum menyusui
b. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi)
c. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
d. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan
sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu)
e. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
f. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan
satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi
menghadap payudara
g. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
h. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
i. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan
puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
j. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala
bayi kepayudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola
kemulut bayi)
k. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau
menyangga payudara lagi
l. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
m. Mengajari ibucara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
n. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada
puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
o. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi
9
2.5 Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir
datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan
tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup
a. Tidak mau menyusu
b. Kejang-kejang
c. Lemah
d. Sesak nafas
e. Bayi merintih atau menangis terus-menerus
f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau dan bernanah
g. Demam atau panas tinggi
h. Mata bayi bernanah
i. Diare atau BAB cair lebih dari 3 kali sehari
j. Kulit dan mata kuning
k. Tinja bayi saat BAB berwarna pucar dan berdempul
2.6 Posyandu
a. Pengertian posyandu
Posyandu merupakan satu bentuk Upaya Kesehatan Bersunber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Posyandu yang secara khusus ditujukan bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi
dan balita, serta pasangan usia subur, memiliki lima pelayanan dasar yang sangat
pokok. Kelima pelayanan dasar tersebut antara lain: KIA, KB, imunisasi, gizi, dan
pencehahan serta penanggulangan diare. Kesemuanya itu memiliki manfaat masing-
masing yang akan membawa dampak positif bagi masyarakat.
Posyandu sesungguhnya memiliki banyak manfaat, namun karena kurangnya
penyuluhan kesehatan berkaitan dengan hal tersebut, maka minat warga terhadap
Posyandu menjadi berkurang. Tujuan dari penyuluhan kesehatan kali ini adalah agar
masyarakat mengetahui apa saja manfaat yang didapat dari Posyandu, sehingga
dapat menumbuhkan rasa ketertarikan untuk datang secara rutin ke Posyandu.
10
Dengan masyarakat rutin datang ke Posyandu, tingkat kesehatan akan meningkat
dan risiko kematian ibu dan anak akan semakin berkurang.
b. Tujuan posyandu
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS).
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografis
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
c. Manfaat posyandu
1. Pertumbahan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang/gizi
buruk.
2. Bayi dan anak balita mendapat Kapsul Vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus.
3. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh Tablet Tambah Darah serta
imunisasi Tetanus Toxoid.
5. Ibu nifas memperoleh Kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah.
6. Stimulasi tumbuh kembang balita dengan fasilitas alat permainan edukatif di
posyandu, dan mendeteksi dini tumbuh kembang
7. Anak belajar bersosialisasi dengan sesame balita dan orang tua.
8. Memperoleh penyuluhan kesehatan tentang kesehatan ibu dan anak.
9. Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui akan dirujuk ke Puskesmas
10. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak
batita.
11
Banyak manfaat posyandu yang bisa diperoleh ibu dan balita. Semua fasilitas
tersebut disediakan secara gratis. Sudah selayaknya masyarakat memanfaatkan
berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tersebut. Walaupun gratis,
pelayanan tersebut bukanlah sesuatu yang murah. Jika diuangkan, biaya untuk
pembelian vaksin, vitamin, dan berbagai logistik posyandu tentulah sangat mahal.
Hal ini dapat dibuktikan jika kita mengimunisasikan anak kita ke Lembaga
Pelayanan Kesehatan Swasta, biaya 1 kali imunisasi bisa mencapai puluhan bahkan
ratusan ribu rupiah.
12
Kriteria Berat Badan balita di KMS:
Berat badan naik :
Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertambah
ke pita warna diatasnya.
Berat badan tidak naik :
Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah
atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.
Berat badan dibawah garis merah
Merupakan awal tanda balita gizi buruk Pemberian makanan tambahan atau
PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.
(Departemen Kesehatan RI. 2006: 104)
Sasaran langsung pemberian buku KIA tersebut adalah Ibu dan Anak :
a. Tiap ibu hamil dapat Buku KIA
b. Pada kehamilan gmelli (kembar), ibu dapat buku sesuai dengan jumlah bayinya
c. Tiap kali Ibu hamil akan dapat buku baru
d. Jika Buku KIA hilang (selama masih ada persediaan buku) akan dapat ganti buku
baru
Sedangkan manfaat yang didapatkan dengan penggunaan buku KIA tersebut adalah :
a. Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai hamil
sampai anak berumur lima tahun
b. Instrumen pencatatan dan pemantauan, informasi, komunikasi dan penyuluhan
tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat keluarga
termasuk rujukannya
c. Deteksi dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak
d. Menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita
e. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu
ataupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta masalah gizi di
rumah.
f. Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas.
g. Memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA yang
lebih efektif.
13
Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan di mana saja untuk mendapatkan pelayanan KIA
(Posyandu, Polindes, Puskesmas, bidan atau dokter praktik swasta dan rumah sakit).
2.8 Imunisasi
a. Imunisasi
Prinsip pemberian imunisasi dalam hal ini adalah memasukkan kuman yang
telah dilemahkan ke dalam tubuh yang fungsinya untuk menangkal penyakit. Cara
tehnik pemberian imunisasi ini adalah melalui suntikan (injeksi) ataupun oral (lewat
mulut). Melalui imunisasi, beberapa penyakit bisa dilenyapkan seperti halnya
penyakit cacar di tahun 1970-an.
Saat ini, pembagian jenis imunisasi untuk bayi dibedakan menjadi 2 kategori,
yaitu imunisasi wajib dan imunisasi tambahan (dianjurkan). Untuk imunisasi wajib,
pemerintah mewajibkan 5 jenis vaksinasi bayi/anak, yaitu: BCG, Polio, Hepatitis B,
DPT, dan Campak.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kelima jenis imunisasi tersebut
diwajibkan karena dampak akibat pengaruh dari penyakit tersebut dapat
menyebabkan kecacatan hingga kematian.
Sementara untuk jenis imunisasi tambahan dianjurkan untuk menambah daya
tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit, di mana vaksinnya antara lain adalah
Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela, dan HPV
Berikut beberapa jenis vaksin imunisasi lengkap dan manfaat imunisasi yang
diberikan antara lain adalah :
1. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi hepatitis B ini berguna serta bermanfaat dalam rangka
untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan
bila hal itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan
timbulnya penyakit kanker hati.
2. Imunisasi BCG
Pemberian vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin) dan juga imunisasi BCG
ini bermanfaat dan berguna dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit
TBC. Dilakukan sekali pada bayi dengan sebelum usia 3 bulan. Biasanya
dilakukan bila bayi berusia 1 bulan.
14
Bila bayi telah berusia lebih dari 3 bulan dan belum mendapat imunisasi BCG
maka harus dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah bayi sudah
terpapar bakteri TBC. Imunisasi bisa diberikan bila hasil tes tuberkulin negatif.
3. Imunisasi DPT
Diberikan dalam rangka dan bermanfaat untuk pencegahan terjadinya penyakit
Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan
pembengkakan dan penyumbatan pernafasan, serta mengeluarkan racun yang
dapat melemahkan otot jantung. Penyakit Pertusis yang dalam kondisi berat bisa
menyebabkan terjadinya pneumonia.
Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh,
sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Kalau penyakit campak
berat dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau bisa
menyerang otak.
4. Imunisasi Polio
Ini adalah jenis vaksinasi yang pemberiannya melalui oral (mulut) dan manfaat
imunisasi polio ini untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan
kelumpuhan atau kecacatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi
berusia 1 sampai 4 bulan.
5. Imunisasi Campak
Tujuan pemberian imunisasi campak ini adalah mencegah penyakit campak.
Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan.
Pemberiannya dapat diulang pada saat anak masuk SD atau mengikuti program
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicanangkan pemerintah.
15
6. 9 Bulan : Campak.
Tips Cara Kiat Mengatasi Panas Demam Pada Anak Setelah Imunisasi
Penyebab panas demam pasca imunisasi pada bayi anak adalah Demam
yang timbul pasca imunisasi disebabkan oleh respon tubuh terhadap vaksin yang
diberikan. Vaksin yang dilemahkan akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk
membentuk antibodi melalui serangkaian proses.
Salah satu proses tersebut melibatkan timbulnya respon peradangan yang
dapat memicu timbul demam. Namun demam pasca imunisasi bersifat ringan dan
seringkali tidak membutuhkan penanganan khusus.Demam pasca imunisasi adalah
demam ringan yang timbul setelah anak mendapatkan imunisasi. Biasanya demam
yang timbul bersifat ringan dan tidak pernah mencapai suhu lebih dari 38,5 derajat
Celsius
16
Bagi para orang tua bunda berikut beberapa cara dan tips atasi demam efek
dari pemberian imunisasi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Apabila bayi anak demam, maka berikan obat penurun demam dengan dosis
yang tepat sesuai anjuran dokter agar suhu tubuh menjadi normal kembali.
2. Kompres bayi anak dengan air hangat untuk mengurangi resiko kejang-kejang
dibandingkan dengan menggunakan air dingin.
3. Kompres dengan air dingin bagian tubuh yang disuntik untuk mengurangi nyeri
dan bengkak yang timbul.
4. Apabila anak bunda masih bayi, berikan ASI sesering mungkin karena ASI
memiliki zat yang dapat mengurangi peningkatan suhu tubuh. Sedangkan
apabila buah hati bunda sudah tidak dalam usia menyusui, berikan banyak air
putih untuk mengurangi demam.
5. Apabila buah hati menunjukkan gejala yang lebih serius tak lama setelah
diimunisasi seperti sulit bernapas, gatal dan bintik-bintik, jantung berdebar, atau
hilang kesadaran, segera periksakan buah hati ke dokter
17
2.9 Kesehatan Lingkungan
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat
menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab
kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan
dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang
dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis .
a. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
3. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
18
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
1. Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas
permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara
demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu
kesehatan.
2. Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang paling
mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah
dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak di bawah 90 cm =
kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok
ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di tempat di mana air tanah
letaknya dalam.
3. Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya
lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung
di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang
kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan,
mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk
bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal dengan
diameter antara 90 120 cm.
4. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara
pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi
yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan mengalami proses
dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu tergantung
kapasitas tangki.
Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya
penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini
akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian peranan masing-masing
komponen dalam transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap
hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat
langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden
penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya
thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari
19
pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan
komponen-komponen lain dalam sanitasi lingkungan.
20
dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah
potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
21
2. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu
orang atau ditutup.
4. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. KUESIONER
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
23
12-
2015)
24
DATA KHUSUS
7 Apakah dalam satu tahun ini ada kematian pada bayi/ balita/ 2
anak/ ibu/ bapak/ kakek/ nenek/ yang disebabkan oleh
penyakit tertentu?
25
anemia?
12. Bagaimana cara ibu merawat payudara selama masa nifas, ceritakan?
Indikator : Skor :
a. Membersihkan puting dengan air biasa 1 = Bila Tidak Melakukan/Salah
b. Membersihkan puting dengan air hangat 2 = Benar Melakukan Salah Satu Cara
c. Mengompres payudara 2
13. Bagaimana cara ibu merawat organ kewanitaan selama masa nifas, ceritakan?
Indikator : (Lingkari yang dilakukan) Skor :
a. Cuci Tangan Sebelum Dan Sesudah 1 = Bila Tidak Melakukan/Salah
Membersihkan Alat kelamin 2 = Benar Melakukan Salah Satu Cara
b. Tidak Menyentuh Daerah Luka Jahitan 2
c. Membersihkan Dengan Air Dari Arah Depan
Ke Belakang
26
d. Mengobati Luka Jahitan Dengan Betadin
e. Ganti Pembalut Minimal 2X Sehari
14. Bagaimana cara ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi selama masa nifas,
ceritakan ?
Indikator: (Lingkari yang dilakukan) Skor :
15. Apakah ibu ada melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan ? (Menyesuaikan
dengan hari nifas )
Indikator : Skor :
2
a. Sesuai standar 1 = menjawab b
- 1 kali Pada 6 Jam 3 Hari Setelah Melahirkan 2 = menjawab a
- 1 kali Pada Hari Ke 4 28 Hari Setelah
Melahirkan
- 1 Kali Pada Hari Ke 29 42 Hari Setelah
Melahirkan
b. Tidak sesuai standar / tidak pernah
2
16. Apakah ibu mengkonsumsi vitamin A setelah melahirkan?
Indikator: Skor :
2 = dalam 24 jam
27
17. Apakah ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya dalam masa nifas? Sebutkan!
Indikator : (Lingkari, boleh lebih dari satu!)
1
a. Perdarahan yang banyak lewat jalan lahir
b. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang
c. Demam atau panas tinggi > 2 hari
d. Keluar cairan berbau (lochea) dari jalan lahir
e. Nyeri atau panas di daerah tungkai
f. Payudara bengkak berwarna kemerahan dan sakit
g. Putting lecet
h. Ibu mengalami depresi (menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada bayinya)
Skor :
melakukan/salah
28
19. Pada umur berapa anak ibu disapih?
Skor:
1 < 2 tahun
2 2 tahun
C. PELAKSANAAN PERAWATAN BAYI (3 bulan)
20. Apakah ASI yang pertama keluar (colostrum) yang berwarna kekuningan diberikan
pada bayi
Indikator
2
1 = Tidak
2 = Ya
23. Apakah ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir? Sebutkan!
Indikator : (Lingkari, boleh lebih dari satu!)
1
a. Tidak mau menyusu
b. Kejang-kejang
c. Lemah/letargis
29
d. Sesak nafas
e. Bayi merintih atau menangis terus menerus
f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau dan bernanah
g. Demam atau panas tinggi
h. Mata bayi bernanah
i. Diare atau BAB cair lebih dari 3 kali sehari
j. Kulit dan mata bayi kuning
k. Tinja bayi saat BAB berwarna pucat dan berdempul
Skor :
24. Nutrisi apa saja yang ibu berikan pada bayi hingga umur 6 bulan?
Indikator & skor: 2
2 = ASI saja
25. Umur anak saat diberi MP-ASI pertama kali (ditanyakan pada ibu yang memiliki
bayi usia > 6bln)
Skor:
1 6 bulan
2 > 6 bulan
26. Apa jenis MP-ASI/ makanan tambahan yang pertama kali ibu berikan? (ditanyakan
pada ibu yang memiliki bayi usia > 6bln)
Indikator Skor
27. Jenis immunisasi dasar yang sudah diberikan (lihat KMS/buku JICA, isi dengan
tanggal pemberian)
30
Indikator: Skor:
2
FREKUENSI 1= tidak lengkap sesuai umur
JENIS
1 2 3 4 2 = lengkap sesuai umur
BCG
DPT
POLIO
HEPATITIS
CAMPAK
PROGRAM ORI
(Difteri)
28. Apakah ibu selalu membawa balita ke posyandu dalam 3 bulan terakhir?
1
Skor :
1 = Tidak
2 = Ya
1 = Tidak
2 = Ya
30. Apakah anak ibu mendapatkan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dalam 1
tahun terakhir?
Skor : 2
1 = Tidak
31
2 = Ya
32. Jenis immunisasi dasar yang sudah didapatkan (lihat KMS/buku JICA, isi dengan
tanggal pemberian)
FREKUENSI Skor: 1
JENIS
1 2 3 4 1= tidak lengkap sesuai umur
DPT
POLIO
HEPATITIS
CAMPAK
PROGRAM ORI
(Difteri)
E. KELUARGA BERENCANA
(Responden: 31 tahun)
1 =Tidak
2 =Ya
32
3. Pil 7. MOW 2= No. 2-8 (KB Modern)
4. Suntik 8. MOP
1 = 1 kali
2 = Ya
33
2 = Ya
1 = Tidak ada
2 = Ada
42. Apakah sumber air bersih yang digunakan keluarga memenuhi syarat kesehatan?
2
Skor :
1 = Tidak/ kadang-kadang
2 = Ya
47. Berapa jarak jamban/kakus dengan sumur (sumber air bersih)? (Diobservasi)
Skor:
2
34
1 = < 10 meter
2 = 10 meter
35
Tk. Seriusness (S) 2 4 4 3 4 5 5 3
UXSXG 18 36 48 27 64 100 75 12
Prioritas 7 5 4 6 3 1 2 8
IV. POA
No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Tanggal Keterangan
Kesehatan Kegiatan
1. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 13 april
pengetahuan konseling tentang konseling tentang 2016
ibu tentang pemanfaatan buku KIA pemanfaatan buku
pemanfaatan ibu dapat mengerti dan KIA
KMS/ buku tau pemanfaatan buku
KIA KIA
2. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 13 april
pengetahuan konseling tentang konseling tentang 2016
ibu tentang imunisasi ibu dapat imunisasi
pentingnya mengerti pentingnya
imunisasi imunisasi tersebut
3. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 13 april
minat ibu konseling tentang konseling tentang 2016
dalam kegiatan posyandu ibu dapat posyandu dan
posyandu mengikuti kegiatan membawa bayi balita
36
posyandu setiap bulannya ke kegiatan posyandu
ekstra yang akan
diadakan pada hari
sabtu tanggal 16 april
2016 pukul 08.00
WIB
4. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 15 april
pengetahuan konseling tentang cara konseling tentang 2016
ibu tentang menyusui bayi yang benar cara menyusui bayi
cara menyusui ibu dapat menerapkan yang benar
bayi yang pada bayinya
benar
5. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 15 april
pengetahuan konseling tentang tanda- konseling tentang 2016
ibu tentang tanda bahaya masa nifas tanda-tanda bahaya
tanda-tanda ibu dapat mengetahuinya masa nifas
bahaya masa
nifas
6. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 15 april
pengetahuan konseling tentang tanda- konseling tentang 2016
ibu tentang tanda bahaya pada bayi tanda-tanda bahaya
tanda-tanda baru lahir ibu dapat pada bayi baru lahir
bahaya pada mengetahuinya
bayi baru lahir
7. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 17 april
pengetahuan konseling tentang Inisiasi konseling tentang 2016
ibu tentang Menyusu Dini (IMD) ibu Inisiasi Menyusu
Inisiasi dapat mengetahuinya Dini (IMD)
Menyusu Dini
(IMD)
8. Kurangnya Setelah diberikan Memberikan 17 april
pengetahuan penyuluhan tentang penyuluhan tentang 2016
ibu tentang kesehatan lingkungan ibu kesehatan lingkungan
37
kesehatan dapat melaksanakan
lingkungan dengan benar
BAB IV
PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil asuhan KK binaan, meliputi :
a. Ibutelah mengetahui tentang Inisiasi menyusu Dini (IMD), tanda-tanda bahaya pada
ibu nifas, teknik menyusui yang benar, tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir,
manfaat posyandu, manfaat KMS/buku KIA dan pentingnya imunisasi.
b. Ibu telah menerapkan perilaku kesehatan lingkungan seperti membuang limbah
sehari-hari pada saluran tertutup.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Keluarga Tn. H
Diharapkan kepada keluarga Tn H agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.
39
40