You are on page 1of 7

1.

Perumusan Tujuan dengan Jelas


Tujuan dalam organisasi sangat penting untuk ditetapkan dan dirumuskan secara
jelas karena tujuan sebagai dasar dari sebuah organisasi untuk bergerak. Suatu organisasi
tidak mungkin akan berjalan tanpa adanya tujuan. Adanya tujuan yang jelas biasanya
membantu para manajer dalam organisasi untuk memperhitungkan tindakan apa yang
perlu diambil dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan berkat pengetahuan
manajerial, pengalaman, dan kemampuannya menggunakan gaya kepemimpinan yang
dipandang paling tepat. sebaliknya, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan gaya
kepemimpinan tidak akan banyak manfaatnya apabila tidak diketahui dengan jelas ke
arah mana organisasi akan dibawa.

2. Pemahaman Tujuan Oleh Para Anggota Organisasi


Alasan utama seseorang memasuki berbagai jenis organisasi adalah pemuasan
kepentingan dan kebutuhan yang biasanya bersifat individualistis, bahkan juga mungkin
egoistis. Akan tetapi keanggotaan seseorang dalam satu organisasi menuntutnya
melakukan berbagai penyesuaian. Salah satu bentuk penyesuaian yang sangat
fundamental sifatnya ialah kesediaan membawahkan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi. Artinya, untuk menjadi seorang anggota organisasi ynng baik,
seseorang harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami secara tepat tujuan yang
ingin dicapai oleh organisasi sebagai keseluruhan.

3. Penerimaan Tujuan Oleh Para Anggota Organisasi


Agar mempunyai makna yang positif, tujuan yang dipahami harus meningkat
menjadi sesuatu yang diterima oleh para anggota organisasi sebagai tujuan yang layak.
Penerimaan tujuan dapat menjadi motivasi kuat bagi para anggota organisasi untuk
menunjukkan sikap, tindak tanduk, dan perilaku positif yang biasanya tercermin pada
prestasi kerja yang sesuai dengan harapan organisasi yang bersangkutan.

4. Kesatuan Arah
Manajemen dalam organisasl menggerakkan organisasi sebagai satu kesatuan yang
bulat meskipun di dalamnya terdapat beraneka ragam satuan kerja dengan tugasnya yang
spesialistis dan teknis. Dengan demikian, apa pun yang terjadi dalam organisasi dan
kegiatan apa pun yang dilakukan, semuanya ditujukan pada hanya satu arah, yaitu
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hanya dengan demikian,
organisaii akan bekerja tidak hanya secara efisien, efektif, dan produkrif, tetapi juga yang
di dalamnya tumbuh dan terpelihara interaksi yang positif antara orang-orang dan
antarberbagai satuan kerja.

5. Kesatuan Perintah
Prinsip kesatuan perintah disebut juga prinsip kesatuan komando. Wursanto
(2005:223) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kesatuan perintah atau kesatuan
komando adalah setiap anggota dalam organisasi hendaknya mempunyai seorang atasan
langsung.
W. Warren Haynes & Joseph L. Massie (Sutarto, 2006:192) menyatakan bahwa No
man can serve two bosses, artinya tidak ada orang dapat melayani dua kepala atau
pimpinan. Hal ini berarti setiap anggota hanya dapat diperintah secara langsung oleh satu
orang atasan atau pimpinan. Garis-garis saluran perintah dan tanggung jawab juga harus
dengan jelas menunjukkan dari siapa seorang anggota menerima perintah dan kepada
siapa dia harus bertanggung jawab. Sehubungan dengan ini Marry Cushing Nile (Sutarto,
2006:192) juga mengatakan bahwa tiap-tiap jabatan harus melapor hanya kepada satu
jabatan, atau tiap-tiap individu harus melapor kepada seseorang dan hanya satu orang.
Azas itu menunjukkan sebagai kesatuan perintah.
Prinsip kesatuan perintah atau kesatuan komando bertujuan untuk menghindari
timbulnya kebingungan dan keraguan dari para anggota organisasi, serta menghindari
adanya ketidakjelasan tanggung jawab.

6. Fungsionalisasi
Setiap organisasi terdapat satuan kerja tertentu yang secara fungsional bertanggung
jawab atas penyelesaian tugas-tugas tertentu pula. Penerapan prinsip ini sangat
bermanfaat untuk berbagai kepentingan antara lain 1) mencegah timbulnya tumpang
tindih; 2) mencegah timbulnya duplikasi; 3) mempermudah pelaksanaan koordinasi antar
satuan kerja karena satuan kerja; 4) memperlancar jalannya pengawasan.

7. Deliniasi Berbagai Tugas


Dalam organisasi diperlukan perumusan yang jelas dari uraian tugas, bukan hanya
dari satuan-satuan kerja yang terdapat dalam organisasi tetapi juga uraian tugas setiap
anggota organisasi. Salah satu manfaat yang dapat dipetik dengan penerapan prinsip ini
ialah bahwa setiap orang mengetahui hal-hal yang harus dikerjakannya, dengan siapa ia
perlu berinteraksi, sarana kerja apa yang diperlukan, dan kepada siapa ia
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya. Selain itu, manfaat lainnya adalah
adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab.

8. Pembagian Tugas
Dalam penata laksanaan kegiatan oragnisasi kita harus melakukan pembagian
tugas/kerja/unit untuk menghindari kemungkinan adanya pekerjaan yang tertumpuk dan
terjadinya kelalaian dalam pekerjaan pada sebuah unit kerja organisasi.
Semua tugas yang harus dikerjakan harus terbagi habis sesuai tujuan organisasi.
Ada dua hal penting dalam pembagian tugas, yaitu 1) semua tugas harus jelas wadahnya
dan jangan sampai ada tugas yang tidak diketahui dengan pasti berinduk ke mana; 2)
jangan sampai terjadi bahwa ada kegiatan tertentu yang menjadi rebutan dan diwadahi
oleh lebih dari satu satuan kerja. Perlu diperhatikan pula bahwa karena organisasi
merupakan pewadahan interaksi antara orang-orang atau antara satuan-satuan kerja
tertentu, sifat dan kecenderungan para anggota organisasi bertindak dengan cara tertentu
tidak bisa diabaikan begitu saja.

9. Kesederhanaan Struktur
Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kebutuhan dan usaha koordinasi dapat berjalan dengan lancar. Perlu disadari bahwa jika
di satu pihak susunan organisasi lebih rumit dari yang diperlukan sesungguhnya, akan
terjadi pemborosan tenaga, ruang, dan peralatan karena akan ada satuan-satuan kerja
yang tidak mempunyai cukup kegiatan. Sebaliknya jika struktur organisasi terlalu
sederhana, ada dua kemungkinan besar dapat timbul, yaitu tidak semua tugas dapat
terlaksana secara wajar dan satuan-satuan kerja akan dibebani dengan tugas-tugas yang
mungkin dirasakan terlalu berat.

10. Prinsip Fleksibilitas


Prinsip Fleksibilitas ini menerangkan bahwa fleksibilitas dari suatu organisasi akan
mempengaruhi eksistensi organisasi tersebut dalam menghadapi perkembangan.
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh dari luar
organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi-fungsinya
dalam upaya mencapai mencapai tujuannya. Organisasi yang mampu berkembang dan
menyesuaikan terhadap pertumbuhan sosial akan mampu terus tumbuh dan membuat
organsasi tersebut menjadi lebih baik.

11. Adanya Pola Pendelegasian Wewenang


Dalam menjalankan kegiatan,suatu unit harus diberi kekuasaan/ untuk
melaksanakan tugas tugasnya agar dapat dimintai pertanggung jawabannya. Salah satu
faktor penentu efektivitas manajerial seseorang terletak pada kemampuannya
mengenali situasi organisasi yang dipimpinnya yang pada gilirannya rnemungkinkan
manajer yang bersangkutan untuk menentukan pola pendelegasian wewenang kepada
para bawahannya. Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa pola pendelegasian apa
pun yang digunakan dalam satu organisasi, pada analisis terakhir manajer yang
mendelegasikan wewenang itu pulalah yang bertanggung jawab atas keberhasilanatau
kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan yang didelegasikannya itu.

12. Rentang Pengawasan


Wursanto (2005:233) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rentang
pengawasan adalah seberapa jauh kemampuan seorang pemimpin dalam mengawasi para
bawahannya secara cepat dan tepat. Sedangkan Sutarto (2006:172) memberikan definisi
sebagai berikut.
Yang dimaksud dengan azas rentangan kontrol adalah jumlah terbanyak bawahan
langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan tertentu. Yang dimaksud
dengan bawahan langsung adalah sejumlah pejabat yang langsung berkedudukan di
bawah seorang atasan tertentu. Yang dimaksud dengan atasan langsung adalah seorang
pejabat yang memimpin langsung sejumlah bawahan tertentu.
Apabila dilihat dari segi jumlah bawahan yang harus diawasi, Wursanto
(2005:233) membedakan rentangan pengawasan menjadi dua, yaitu rentangan
pengawasan yang luas dan rentangan pengawasan yang sempit. Rentangan pengawasan
dapat dikatakan luas jika jumlah bawahan yang harus diawasi oleh seorang atasan cukup
banyak. Sedangkan rentangan pengawasan sempit jika jumlah bawahan yang harus
diawasi oleh seorang atasan relatif sedikit atau kecil.
Dari beberapa penjelasan mengenai rentangan pengawasan dapat disimpulkan
bahwa rentangan pengawasan atau rentangan kontrol merupakan kegiatan organisasi
yang menuntut kemampuan dari seorang anggota yang memiliki jabatan untuk
memimpin dan mengawasi anggota lainnya yang dipimpinnya dalam melaksanakan
tugasnya atau pekerjaannya.

13. Prinsip Koordinasi


Prinsip koordinasi ada usaha untuk mengarahkan seluruh kegiatan unit-unit
organisasi agar tertuju pada pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Adanya
pembagian tugas kepada unit unit kerja tersebut terkadang tanpa kita sadari
menimbulkan kecenderungan untuk memisahkan diri dari tujuan organisasi secara
keseluruhan. Untuk itu, koordinasi diperlukan agar kita terhindar dari sebuah konflik,
dengan mengurangi duplikasi tugas, mengurangi pengangguran, dan memperkuat
kerjasama.

14. Prinsip Rentang Manajemen


Dalam suatu organisasi perlu kita perhatikan suatu efektivitas dan sebuah efisiensi
dari seorang pemimpin yang dapat membawahi beberapa orang yang dibawahinya
sehingga seorang pemimpin dapat melakukan tugas kepemimpinannya secara
efektif,efisien dan maksimal serta dapat melakukan tugas pengawasan secara optimal.

15. Jaminan Pekerjaan


Setiap karyawan ingin memperoleh kepastian bahwa ia akan mendapat perlakuan
yang rasional, objektifi, dan manusiawi dalam kehidupan organisasionalnya. Artinya
para manajer diharapkan untuk tidak memperlakukan para bawahannya dengan semena-
mena, misalnya melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa dasar yang sangat kuat.
Dengan perkataan lain, selama seseorang melakukan tugasnya sesuai dengan berbagai
ketentuan yang berlaku dalam organisasi, ada jaminan seseorang tidak akan kehilangan
pekerjaan yang menjadi sumber mata pencahariannya yang pada gilirannya
memungkinkannya memuaskan berbagai kebutuhan terutama yang bersifat kebendaan
dan sosial.

16. Keseimbangan antara Jasa dan Imbalan


Dalam sebuah organisasi, pemberian balas jasa atau imbalan jasa (compensation)
merupakan hal yang sangat kompleks tetapi mempunyai arti penting bagi anggota
maupun organisasi itu sendiri. Menurut Wursanto (2005:255), balas jasa adalah imbalan
yang diberikan kepada seseorang atas jerih payah yang telah disumbangkannya.
Handoko (2001:155) juga memberikan pengertian imbalan jasa atau kompensasi sebagai
segala sesuatu yang diterima oleh para anggota sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
Sedarmayanti (2001:9) menyatakan bahwa kompensasi adalah pemberian balas
jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) berupa uang atau barang kepada
anggota sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi.
Pemberian balas jasa langsung merupakan imbalan yang diterima secara rutin atau
per periode oleh anggota, misalnya pemberian upah, gaji, insentif, dan bonus. Sedangkan
pemberian balas jasa tidak langsung merupakan imbalan yang diterima pegawai atau
anggota tidak secara rutin, misalnya penyediaan fasilitas transportasi, pemberian
asuransi, dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas mengenai prinsip pemberian balas jasa maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian balas jasa atau imbalan jasa (compensation) merupakan
imbalan yang diberikan kepada pegawai atau anggota atas jasa dan prestasi yang telah
diberikan untuk organisasi. Selain itu, imbalan jasa atau kompensasi memiliki cakupan
yang lebih luas daripada gaji atau upah, artinya dapat diberikan dalam berbagai macam
bentuk kompensasi.

17. Prinsip Penempatan Orang yang Tepat


Anggota merupakan penggerak organisasi untuk mewujudkan fungsi dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penempatan orang yang tepat adalah serangkaian langkah
kegiatan yang dilaksanakan untuk memutuskan apakah tepat atau tidaknya seseorang
ditempatkan pada posisi tertentu yang ada di dalam organisasi.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001:64) penempatan anggota hendaknya
memperhatikan azas penempatan orang-orang yang tepat dan penempatan orang yang
tepat untuk jabatan yang tepat atau the right man in the right place and the right man on
the right job. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya prinsip atau
azas orang yang tepat di tempat yang tepat akan memberikan jaminan terhadap
kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja dalam organisasi.
Dari berbagai penjelasan mengenai prinsip penempatan orang atau anggota yang
tepat, penulis menyimpulkan bahwa penempatan seseorang dalam organisasi harus
disesuaikan dengan bakat dan keahlian yang yang dimilikinya. Selain itu, harus
memperhatikan kualifikasi yang dimiliki anggota sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan dari suatu pekerjaan atau jabatan dalam organisasi.

http://artikelampuh.blogspot.com/2013/08/prinsip-prinsip-organisasi.html

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsip-organisasi_11.html

http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan-prinsip-prinsip.html

You might also like