You are on page 1of 20

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

seharihari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Lie,

2004).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara

komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapai berbagai situasi dilingkungan, sehingga

individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian

seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih

mantap (Mutadin, 2002).

Kemandirian seperti halnya psikilogis yang lain, dapat berkembang

dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan

yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini, latihan tersebut

berupa pemberian tugas tanpa bantuan. Kemandirian akan memberi dampak

yang positif bagi perkembangan anak, maka sebaiknya kemandirian diajarkan

pada anak sedini mungkin sesuai kemampuan anak. Seperti telah diakui

segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan

semakin berkembang menuju kesempurnaan (Mutadin, 2002).


8

Kemandirian seorang anak diperkuat melalui proses sosialisasi yang

terjadi antara anak dengan teman sebaya. (Hurlock 1991) mengatakan bahwa

melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar berfikir secara mandiri,

mengambil keputusan sendiri. Dalam mencapai keinginan untuk mandiri

sering kali anak mengalami hambatanhambatan yang disebabkan oleh masih

adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain (Mutadin 2002).

2. Peran Orang Tua dalam Memandirikan Anak Usia Sekolah

Pada masa sekolah perkembangan anak mulai beranjak menjadi

manusia sosial dan belajar bergaul dengan orang lain. Ada beberapa peran

orang tua adalah membina kemandirian anak usia sekolah yaitu : (Lie, 2004)

a.Ajari anak untuk merawat tubuhnya sendiri

Walaupun anak hidup dalam keluarga kecukupan, orang tua perlu

mendidik anak untuk bersikap mandiri terutama pada perawatan dirinya

sendiri. Dalam keluarga yang berkecukupan, pelayanan yang diberikan

oleh pengasuh bisa berlebihan. Hal ini hanya merugikan anak dan

menghambat perkembangan kedewasaan. Orang tua perlu meminta anak

melakukan kegiatan kegiatan rutin seputar perawatan tubuhnya sendiri

dan mengkomunikasikan harapan ini kepada pengasuh agar bisa ikut

mendukung proses kemandirian anak.


9

b.Biarkan anak menyiapkan sarapan sendiri

Banyak orang tua mengeluh mengenai kesulitan makan anak.

Sebetulnya orang tua perlu menyikapi permasalahan ini dengan lebih

bijak. Orang tua perlu membedakan apakah anak menolak makan atau

memprotes hilangnya otonominya dalam menentukan dan memenuhi

kebutuhannya sendiri. Dengan memberi anak kesempatan untuk

menyiapkan sarapannya sendiri, orang tua bisa mengajar untuk mandiri

dalam memenuhi kebutuhan fisiologi mereka sendiri.

c.Ajari anak untuk menata buku sekolahnya sendiri

Pada beberapa keluarga kelas menengah dan keatas, keberadaan

pengasuh bisa membatasi anak dalam mengembangkan kemandirian.

d.Jangan mengerjakan pekerjaan rumah anak

Disekolah dasar, anak mulai mendapatkan pekerjaan rumah dari

sekolah. Jumlah dan tingkat kesulitan pekerjaan rumah ini bisa bervariasi

dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Dibeberapa sekolah, anak bisa

mendapatkan pekerjaa rumah yang cukup berat dan banyak. Walaupun

orang tua merasa kasihan dan tidak tega melihat beban anak, tidaklah

bijak jika orang tua mengambil alih dan mengerjakan pekerjaan rumah

anak.
10

e.Ajari anak menyelesaikan masalahnya sendiri

Orang tua wajib mengasuh dan melindungi anak. Tapi hal ini tidak

berarti orang tua perlu mengambil alih setiap permasalah anak. Orang tua

yang membiasakan diri untuk ikut campur dan menyelasaikan permasalah

anak sebenarnya kurang mendidik anak bersikap mandiri.

f.Ajari anak merapikan mainanya sendiri

Orang tua dapat mulai menumbuhkan rasa mandiri anak dengan

memberikan tugastugas sederhana seperti membereskan mainannya

sendiri.

g.Ajari anak untuk merapikan / melipat bajunya sendiri

Pada masa ini, anak juga diminta untuk merapikan dan melipat

pakaiannya sendiri. Kegiatan ini bermanfaat bagi perkembangan motorik

anak dan juga meningkatkan kemandirian anak.

h.Hargai kebebasan anak dalam memilih pakaiannya

Ketika anak akan mulai menginjak usia belasan tahun, dia sudah

mulai enggan mengenakan pakaian dengan model yang kekanak

kanakan. Dia ingin memakai modelmodel yang memberikan kesan pra

remaja. Padahal orang tua masih memandang anaknya kekanakkanak.

Orang tua perlu bersikap bijak dan menghargai kebebasan anak dalam

memilih gayanya sendiri sepanjang dia tidak melanggar norma-norma

kesantunan dan budaya setempat.


11

i.Ajak anak untuk merapikan dan membersikan kamar sendiri

Kamar adalah teritori tanggung jawabnya secara langsung. Mungkin

orang tua beranggap mereka masih terlalu muda untuk membersihkan

kamarnya sendiri. Tetapi tidak berarti orang tua mengambil alih tanggung

jawabnya atas kamar anak. Secara bertahap anak bisa diajak untuk

mandiri terhadap ruangannya sendiri.

j.Ajari anak untuk mengembalikan buku yang sudah dibaca pada tempatnya

Jika keluarga gemar membaca dan mempunyai banyak buku. Anak

juga dilibatkan dalam menata bukubuku dan majalah yang dikoleksi

keluarga. Kemandirian anak terus berkembang jika orang tua terus

meningkatkan harapannya.

k.Ajari anak untuk menabung dan berhemat

Ketika anak sudah terbiasa menggelola keuangan sendiri, anda bisa

mendorong dia untuk menabung dan berhemat. Tidak seluruh uang saku

harus dibelanjakan. Ajari anak mengenai berbagai manfaat menabung dan

berhemat.

l.Libatkan anak dalam kegiatan masak memasak

Orang tua bisa melibatkan anak dalam memberikan kesempatan anak

untuk ikut membantu dan terlibat. Keterlibatan anak bisa menggarahkan

untuk lebih mandiri.


12

m.Ajak anak untuk menyiapkan hidangan makan malam

Menyiapkan hidangan makanan dalam beberapa keluarga biasanya

dilakukan oleh satu orang tertentu yakni ibu atau pembantu rumah tangga.

Sekalisekali ajak anak untuk menyiapkan hidangan makan malam agar

anak tidak tergantung kepada orang lain.

n.Minta anak untuk beberapa pekarjaan rumah tangga

Sejak usia dini anak bisa diajarkan untuk ikut melakukan beberapa

pekerjaan rumah tangga. Ketika pembantu pulang orang tua tidak perlu

terlalu repot karena anak bisa diharapkan untuk ikut membantu dalam

pekerjaan rumah.

o.Libatkan anak dalam kegiatan belanja

Keterlibatan anak dalam kegiatan belanja ini bisa ditingkatkan

menjadi proses pendewasaan anak dan peningkatan kemandirian.

p.Libatkan anak dalam perencanaan acara liburan keluarga

Acara liburan akan menjadi lebih menyenangkan jika setiap anggota

keluarga ikut terlibat dan merasa menjadi bagian yang penting.

Perencanaan liburan keluarga ini bukan hanya urusan orang tua saja.

Anak juga bisa diberikan kesempatan untuk ikut terlibat sejak awal.

Keterlibatan anak akan mengajarkannya untuk menjadi lebih mandiri.


13

3. FaktorFaktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia

sekolah

Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian anak usia

sekolah terbagi 2 adalah : (Soetjiningsih, 1995 & Mutadin 2002 ).

1.Faktor Internal adalah faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang

meliputi:

a) Emosi

Faktor ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak

tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

b) Intelektual

Faktor ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi.

2.Faktor Eksternal adalah halhal yang datang atau ada dari luar diri anak itu

sendiri meliputi :

a) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya

atau tidak tingkat kemandirian anak usia sekolah. Lingkungan yang

baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak.

b) Karekteristik sosial

Karekteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak misalnya :

tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak

dari keluarga kaya .


14

c) Stimulasi

Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat

mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat

stimulasi.

d) Pola asuh

Anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan, dukungan dan

dorongan. Peran orang tua sebagai pengasuh sangat diperlukan bagi

anak sebagai penguat perilaku yang yang telah dilakukannya. Oleh

karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang penting dalam

pembentukan kemandirian anak.

e) Cinta dan Kasih Sayang

Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya

karena ini akan mempengaruhi kemandirian anak bila diberikan

berlebihan akan menjadi anak kurang mandiri.

f) Kualitas interaksi anakorang tua

Interaksi dua arah anakorang tua dapat menyebabkan anak menjadi

mandiri.

g). Pendidikan orang tua

Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima

segala info dari luar terutama cara memandirikan anak.


15

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan

pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu kewaktu. Pola

perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative maupun positif

(www.E Psikologi. Com).

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang

tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak

adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi

masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada

pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu

proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup

perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan

dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku

umum yang diterima oleh masyarakat.

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan caracara orang tua

dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai

pola pengasuhan. Dalam interaksinya dengan orang tua anak cenderung

menggunakan caracara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak.

Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pola asuh. Disuatu sisi

orang tua harus bisa menentukan pola asuh apa yang tepat dalam

mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua
16

juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak menjadi

seseorang yang dicita citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya (Jas

& Rahmadiana, 2004).

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh

tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi :

a. Perilaku yang patut dicontoh.

Artinya setiap peilakunya tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik,

tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan

lahan peniruan dan identifikasi bagi anak anaknya.

b. Kesadaran diri.

Ini juga harus ditularkan pada anak anak dengan mendorong mereka agar

perilaku kesehariannya taat kepada nilainilai moral. Oleh sebab itu orang

tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri

melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal

tentang perilaku.

c. Komunikasi

Komonukasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anakanaknya,

terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk

memecahkan permasalahnya.
17

Menurut Baumrind (1997) dalam www. E psikologi.com, terdapat 3

macam pola asuh orang tua :

1. Pola asuh Otoriter

Para orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya bersamaan dengan ancamanancaman. Misalnya kalau tidak

mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua cenderung

memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan

apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tidak senggan

menghukum anaknya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi

dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak

memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai

anaknya.

Pola asuh Otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma, berkepribadian lemah dan menarik diri.

2. Pola asuh Demokratis

Pola asuh yang mempentingkan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu

ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap

rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran

pemikiran dan orang tua bersikap realitis terhadap kemampuan anak,

memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan dan pendekatannya pada anak bersifat hangat.


18

Pola asuh Demokratis akan menghasilkan karekteristik anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan

temannya dan mempunyai minat terhadap halhal baru.

3. Pola asuh Permisif

Orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan

yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe

ini biasanya hangat sehingga sering disukai anak.

Pola asuh Permisif akan menghasilkan karekteristik anak yang impulsiv,

agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang

percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor yang mempengaruhi pola asah anak adalah :

a.Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai polapola pengasuhan

yang diberikan orang tua terhadap anaknya.


19

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti caracara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaankebiasaan masyarakat

disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena polapola tersebut dianggap

berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua

mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik,

oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh

anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh

terhadap anaknya (Anwar, 2000).

C. Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan anak sekolah

Menurut Erik Erikson, pada masa usia 612 tahun anak belajar untuk

menjalankan kehidupan sehari harinya secara mandiri. Jika orang tua bisa

membimbing anak dengan baik, anak akan belajar menjadi rajin dan bersemangat

melakukan kegiatankegiatan yang produktif bagi kemajuan dirinya sendiri (Lie,

2004).

Jika kemandirian tidak tercapai anak akan menjadi ragu dan malu. Pada

masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandirian namun anak belum

berfikir secara diskriminatif oleh karena itu masih perlu mendapat bimbingan

yang tegas. Meskipun lingkungan mengharapkan anak untuk mandiri, anakpun

masih perlu dilindungi terhadap pengalaman yang dapat menimbulkan rasa ragu
20

dan malu. Secara bertahap anak belajar untuk memngendalikan diri, bila anak

berhasil mengendalikan diri tanpa harus kehilangan harga diri, maka akan timbul

kebanggaan dan percaya diri padanya (Soetjiningsih, 1995).

Sebaliknya bila anak tidak diberikesempatan untuk bisa mengendalikan

diri secara mandiri melainkan terlalu banyak dikendalikan dari luar maka akan

timbul keraguan dan rasa malu yang berlebihan. Anak pada umur ini sangat aktif

dan banyak bergerak, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan untuk

bermasyarakat dan inisiatifnya mulai berkembang pula. Bersama teman

temannya mulai belajar merencanakan sesuatu dan melakukan dengan gembira.

Untuk memenuhi kebutuhan sosial, teman harus berperan sebagai teman

bermain. Meskipun anak mempunyai hubungan yang erat dengan beberapa

anggota kelompok tertentu, namun anak menganggap semua anggota kelompok

sebagai teman walaupun anak berperan sebagai anggota kelompok bermain.

Keakraban disekolah atau dilingkungan tetangga adalah penting karena untuk

memilih teman. Lingkungan anakanak terbatas pada daerah yang relatif sempit.

Terdapat kecenderunagn yang kuat bagi anak untuk memilih teman dari kelasnya

sendiri disekolah (Soetjiningsih, 1995).

Minat dan kegiatan bermain pada masa ini lebih sedikit dibanding dengan

ketika ia masih berada dalam tahun-tahun pra sekolah. Bermain sangat penting

untuk perkembangan fisik dan psikologis sehingga semua anak diberi waktu dan

kesempatan untuk bermain dan juga didorong untuk bermain, tanpa

memperdulikan status sosial ekonomi keluarga. Dalam membahas akibat


21

sosialisasi dari bermain, (Lever) mengatakan selama bermain dapat

mengembangkan berbagai ketrampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk

menimati keanggotaan kelompok dan dalam masyarakat anakanak (Hurlock,

1990).

Selama masa anakanak baik laki maupun perempuan sangat sadar akan

kesesamaan jenis pemainan dengan kelompok seksnya. Oleh karena itu, anak

menghindari kegiatan bermain yang dianggap tidak sesuai untuk kelompok

seksnya. Terlepas dari perbedaan bagi sebagian besar anak bermain menjadi

kurang aktif dengan berjalannya masa kanakkanak. Perubahan ini disebakan

bertambah banyaknya tugastugas dirumah (Hurlock, 1990).

D. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia

Sekolah

Keluarga merupakan tempat pertama kali anaknya seseorang anak

memperleh pendidikan dan mengenal nilainilai maupun peraturanperaturan

yang harus diikutinya yag mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial

dengan lingkungan. Namun adanya perbedaan latar belakang, pengalaman,

pendidikan dan kepentinagan orang tua maka terjadilah keanekaragaman

mendidik.

Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang

tua terhadap anaknya. Lewat pola asuh anak anak akan merasakan bagaimana

orang tua bersikap memandang yang baik dan buruk (Amaliana, 2006)
22

Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola

asuh orang tua. Didalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh,

membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Masa

anakanak merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan

kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada

anakanaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah krusial. Meskipun

dunia sekolah juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak

untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam

pembentukan anak untuk mandiri.

Beberapa sikap orang tua yang berkaitan dengan kemandirian seorang

anak : ( Mutadin, 2002 & Jas & Rahmadiana, 2004).

a.Komunikasi

Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif

untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan. Komunikasi harus bersifat

dua arah artinya kedua belah pihak harus saling mau mendengarkan

pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi orang tua

dapat mengetahui pandanganpandangan dan kerangka pikir anaknya, dan

sebaliknya anakanak juga mengetahui apa yang diinginkan orang tuanya.

b.Kesempatan

Orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk membuktikan

atau melaksanakan keputusan yang diambilnya. Biarkan anak mengusahakan

dirinya sendiri apa yang diperlukan dan biarkan juga anak mengatasi
23

masalahnya sendiri.

c.Tanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang dibuat merupakan

kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani bertanggung jawab anak

akan belajar untuk tidak mengulangi halhal yang memberikan dampak

negative bagi dirinya.

d.Konsistensi

Konsistensi orang tua dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai

nilai kepada anak sejak dini didalam keluarga akam menjadi panutan bagi

anak untuk mengembangkan kemandirian.

e.Perlindungan yang berlebihan

Sering tanpa disadari, rasa kasih sayang yang berlebihan membuat orang

tua menjadi pelindung yang berlebihan bagi anak. Kemampuan dan apapun

yang dilakukan anak akan selalu didampingi, karena cemas sesuatu akan

terjadi. Mungkin anak terlalu dibatasi ruang geraknya karena harus selalu

dalam kawasan perlindungan orang tua. Apabila perelindungan terlalu

berlebihan anak akan tergantung dan tidak mandiri.


24

E. Kerangka Teori

1. Faktor Internal

a. Emosi

b. Intelektual

Kemandirian Anak

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan

b. Sosial

c. Stimulasi

d. Pola asuh

e. Cinta dan kasih

sayang

f. Interaksi orang tua

anak

g. Pedidikan orang tua

Sumber : Soetjiningsih, 1995

Gambar 2.1 Kerangka Teori


25

F. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pola Asuh

a. Otoriter
Kemandirian Anak
b. Demokratis

c. Permesif

Gambar 2.2 Kerangka Teori

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independent

Dalam penelitian ini sebagai variabel independent adalah pola asuh. Pola

asuh merupakan sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent

(variabel terikat) yaitu kemandirian anak atau dapat dikatakan bahwa pola

asuh adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain (Alimul Aziz,

2006).

2. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini sebagai variabel dependent adalah tingkat


26

kemandirian anak, karena variabel tersebut dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari adanya variabel bebas (Nursalam, 2003).

H.Hipotesis

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah :

Ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak usia sekolah

di SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan.

You might also like