You are on page 1of 17
10 HIDUNG: ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN Peter A. Hilger, M.D. Hidung merupakan organ peating, yang sebarvsnya mendapat perhatian lebih dari biasanya; ment pakan salah satu organ pelindung tubub terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan, Pada era di mana semakin banyak penclitian dan publikasi iimiah didedikasikan terhadap babaya kerja dan polutan udaza, suatu pemahaman mendasar mengenai anatomi dan lsiologi hidung adalaby penting. Hidung mempunyai beberapa fungsi: sebagai indra penghidu, mneayiapkan udara inhalasi agar da~ pat diguaskan paru-paru, mempengarubi refleks tertentu pda paru-paru dan memodifikasi bicara ANATOMI Midung Luar Menonjol pada garis tenga di antara pipi dengan bibir atas; struktur hidung Ivar dapat dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas, kubsh tulang, ‘yang wk dapat digerakkan; dt bavabinya terdapat kubal Rang yang lan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah formis hanya kerangka tulangnya saja, memisahkan hidung Iuar dengan hidung dalam, Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, scmuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang fron- talis dan suatu bagian lamina perpendikularis twlang ctmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan ba- sian dati prosesus maksilaris medial embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap schagai higian dari hidung luar. Bagian be tu kubah kartilago yang sedikit dapat digerak- kan, dibentuk oleh kartilago latcralis superior yang saling berfusi di garis tengah seria berfusi pula de- gan tepi alas kanilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawab hidung Iuar atau lobulus hidung, di- pertabankan bentuknya oleh karilago lateralis inferior, Lobulus menutup vestibulum nasi dan diatasi Ui selelals medial oleh Kolusicla, di Interol olch ala nasi, dan antcrosuperior oleh wjunys hidung (Gbe. 10-1), Mobilitas lobulus hidung penting untuk ekspresi wajab, gerakan mengendus, dan bersin. Otot ckspresi wajah yang terlewak subkutan di alas tulang hidung, pipi anterior, dan bibir atas menjamin ‘mobilitas lobulus. Jaringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong hidung luar. Jaringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi di sebelah inferior oleh Krista piritonmis dengan kultt penutup- ‘aya, di medial oleh septum nasi, dan tepi bawah karilago lateralis superior sebagai batas superior dan. lateral, Struktur tersempit dari sclurvh saluran pernapasan atas adalah apa yang disebut sebagai limen nasi slau os internum oleb abili anatomi, atau sebavai katup hidung Mink oleh abli taal. Istilah “katup” ddisnggap tepat karena struktur ini bergerak bersama, dan ikut mengatur pemapasan, dapat digerakkan; 174 BAGIAN TIGA—HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS Kartiago laterals interior Kartlago sept orsum nasi ‘subkus alts Spina nasalis Daerah «ates apne jung hidung Ui a sco — Pa naslabae Kelumela Nates ekstoma, Angulus nasolabial, ties <<) -Prosesus fentalis maksia Katlago eras anon ‘GAMBA 10-4. Bain ur bidg Kartlago a septinas Karlilago lateralis inferior Hidung Dalam Struktur ini membentang, dari os internum di sebelah anterior hingya koana di posterior, yang, memisabkan ronges hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengab, secara anatomi membagi ongan menjadi dua hidung. Selanjutnya, pada dinding lateral hidung terdapat Lonka dengan rnngga adara yang tak torstur di antaranya—-meatus supering, media dan inferior (Gbr. 10-2), Sementara keringka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongaa uudara, struktur jaringsn lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tcbalnya, juga men- ‘gubah resistensi, dan akibatnya tekanan dan volume alirin udara inspirasi dan ekspirasi, Diameter yan berbeds-Leue Uisebabhan olel Kougesti dan dchunigestiniuhos, peiubahan ada vashulat ya {dapat mengembang pada konka dan septum atas, dan dari krusta dan deposit atau sekret mukosa. Duktus nasolakrimalis bermuara pada meatus inferior di bagian anterior. Triatus semiilunasis da reals nea susthan nas sas fontal, et Galis anterior dan simis maksiars, Sel- sel sinus etmoidalis posterior bermus- 1 pada meatus superior, sedangkan sinus sfenoidalis bermuara pada resesus slenoctmoidalis (Gbr. 10-3). Ujung-vjung saraf olfaktorius menempati dacrah Kecil pada bagian medial dan lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kuboh hidung. Deformitas struktur demikian pula peacbalan atau ‘edema mukosa berlcbihan dapat mencegab alran wara untuk mencapai dacrah olfsktoris, dan, den- ‘gan dentkian dapat sangat menggangeu penghiduan agian tulang dari septum terdiri dari karilago septum (kuadrangularis) di sebelah anterior, lamina perpendikularistulang etmoidalis di sebelah atas, vomer dan rostrum sfenoid di posterior dan suatu krista di sebelah bawah, terdiri dari krista maksial dan krista palatina (Gh. 10-4). Krista dan tonjolan yang terkedang perl diangkat, tidak orang ditemukan, Peibeagkokan septuin yang dapat tcrjedi ka- rena faktor-fakior pertumbuhan ataupun trauma dapat sedemikian hebatnya schingga menggange 10—-HIDUNG: ANATOMI DAN FISIOLOG! TERAPAN 175 Kona ‘media Konka Inferior GAMBAR 10-2, Stroke ana. tom dnding lateral Ndung Meatus Inferior aliran udata dan perlu dikoreksi secara bedab. Konka di dekatnya umumaya tgmpegmerganh | dapat mengkorapensasi Kelainan septum (bila tidak terlalu berat), dengan ‘memperbesar ukurannya pada sisi yang konkaf dan mengecil pada sisi tain- nya, sedemikian rupa agar dapat mempertahankan lehar rongga udara yang ‘optimum, Jadi, meskipun septum nasi bengkok, alien udara masih akan ada dan masih normal. Daerah jatingan erektil pada kedua sisi septum berfungsi mengatur ketebalan datam berbagai Kondisi atmosfer yang berbeda Sinus rontalis| Pansh pada ‘tutus rentals nasets Permukaan konka super yang terpatong dan muara sel-sel Permukaan konka ‘etmeidais postorier di bawahnya, yang terpotong Muara dar set-sel sinus ‘etmoldats anterior dan ‘sinus maisilais iA ‘Muara duitus ——“Permukaan Konks inferioe nnasolakrimals yang terpotong (GAMIAN 1045, binding late ipertnakan tops Konka. Muar snes parental, ethan pte his abil apa liar memboka pada mess yang berseswaan 176 BAGIAN TIGA—HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS, GAMBAR 10-4. Septum nasi dn siukiurd kanya, Sinus Paranasalis Manusia mempunyai sekitar 12 rong di sepanjang atap dan bagian lateral rongga wars hidung; jumlab, bentuk, ukuran, dan simeti bervariasi. Sinussinus ini membentuk rongge di dalam beberapa tulang wajah dan diberi nama yang sesuai: sinus maksilars, sfenoidalis, frontalis dan etmoidalis (Gbr, 10-3 dan 10-5). Yang terakhirbiasanya berupa kelompok-kelompok sel etmodiatis anterior dan pos- ng berhubungan, masing-masing kelompok bermunre ke dalem hidung, Scluruh sinus 4ilopisi oleh epite saluran pernapasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasifkan mukus, «dan bersilia, sekretdisalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang seb, sinus teutama berisi daa, Sinus maksilaris rudimenter, atau ontrum umumaya telah ditemukan pada saat lahir. Sinus paranasalis lainnya timbul pada masa kanak-kanak dalam tu- lang wajah. Tulang-tulang ini bertumbub melebihi kranium yang menyangea- nya. Dengan teresorpsinya bagian tengah yang keras, maka membran mukosa hhigung menjadi tersedot ke dalam ronges-rongga yang baru terbentuk ini, terior yang HISTOLOGI Mukosa Pernapasan Hidung Epitel organ pemapasan yang biasanya berupa epitel toraks bersilia, bertingkat palsu (pseudo. stratified), berbeda-beda pada berbagat bagian hndung, fergantung pada tekanan dan kecepatan aliran vudara, demikian pula subu, din derajat kelembaban udara (Ghr. 10-6). Jadi, mukosa pada jung anterior konka dan septum sedikit melampaui os internum masih dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa sitia—lanjutan epitel kulit vestibulum nasi, Sepanjang ialur utama arus inspirasi epitel meniadi toraks; silia pendek dan agak iregular. Sel-sel meatus media dan inferior yang terulama menangani anus ekspirasi memiliki silia yang panjang yang tersusun rapi. Sinus mengandung epitel kubws dan silia yang sama panjang dan jarak antaranya. Kekvatan aliran dara yang melewati berbagai lokasi juga mempenqaruhi ketebalan lamina propria dan jumlab kelenjar mukoss, Lamina propria tipis pada

You might also like