Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus (leher rahim), suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim dan vagina. Kanker serviks sering disebut juga
kasus kanker serviks terbesar daripada negara berkembang yang lain. Kanker
(Sukaca, 2009)
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak
diderita wanita diatas usia 18 tahun. Kanker leher rahim ini menduduki urutan
nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh
dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim dan rata 270.000 meninggal
penduduk, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun. Data Dinas Kesehatan
(Dinkes) jatim menyebutkan, jumlah kasus kanker serviks pada 2013 sebesar
2
sangat penting bagi kaum wanita, karena kanker ini merupakan kanker yang
dapat mematikan yang terjadi pada perempuan apabila tidak dapat di cegah
dan di deteksi secara dini. Deteksi secara dini ini tentang adanya lesi pra
kanker yang akan menyebabkan terjadinya kanker yaitu salah satunya dengan
metode Inspeksi Pap Smear Pap Smear sendiri merupakan skrining awal
untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada leher rahim sehingga
apabila kelainan tersebut dapat ditemukan secara dini maka pencegahan dapat
terdapat 2 (20% wanita yang sudah IVA dan 8 (80%) wanita belum pernah
IVA. Hal ini dikarenakan belum pernah ada penyuluhan terkait IVA pada
bahwa deteksi dini kanker serviks harus berobat ke rumah sakit dan
bahwa kanker serviks tidak dapat disembuhkan sama sekali, hal ini
kanker serviks metode IVA pada ibu di BPM Ny T Amd.Keb Dsn Padangan
kurangnya edukasi dari tenaga kesehatan, jarak fasilitas kesehatan dari tempat
ibu jauh, serta kurangnya minatibu untuk melakukan IVA dikarenakan takut
dengan hasil yang akan diperoleh, malu juga sebagai sebab ibu tidak mau
gejala awal dari kanker servik. Oleh karena itu Bidan sangat berperan penting
dalam hal ini yaitu dengan memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Smear secara teratur, makan makanan yang bergizi seimbang, istirahat cukup,
indera dalam proses belajar atau penyuluhan tidak terlepas dari adanya suatu
adalah pemakaian alat bantu (media) dan audio. Alat bantu (media dan audio)
menyampaikan informasi secara bersama sama berupa suara dan gambar atau
2017
AudioVisual tentang Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) terhadap minat ibu
Kabupaten Mojokerto
3. Bagi Responden
4. Bagi Peneliti
kebidanan dan Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan data awal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bias dilakukan, secara
(Effendy, 2014).
dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak
perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu
b) Wawancara
tersebut.
Alat bantu penyuluhan adalah alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
2. Media Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media,
mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil
oleh sasaran.
12
unsur gambar jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik
Audiovisual terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu Audio dan Visual.
dapat didengar dan alat yang visible artinya dapat dilihat. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media
gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak, unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari
suatu sumber.
a. Film Bersuara
Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang
yang berpegang kepada 4-R yaitu: The right film in the right
nyata kepada siswa. Film yang baik memiliki ciri sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tema pembelajaran
2) Dapat menarik minat siswa
3) Benar dan autentik
4) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan
5) Sesuai dengan tigkat kematangan siswa
6) Perbendaharaan bahasa yang benar
b. Video
Video sebagai media Audio-Visual yang menampilkan
Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat
film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video
murni ini sering disebut juga dengan Audio-Visual diam plus suara
saja atau media visual diam plus suara. Gabungan slide (film
memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang
kelancaran pembelajaran.
4. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai,
tersebut.
2.3.4 Contoh Pemanfaatan Audiovisual
Menurut Rochmatun naili (2012) Secara umum, semua mata
pelajaran akan lebih efektif jika diajarkan dengan media yang sesuai. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui terlebih dahulu materi dan tujuan
sebagainya.
2. Ranah Afektif
Materi aqidah untuk menjelaskan tentang rukun iman maupun
misalnya:
a. Ketika menjelaskan tentang tata cara shalat
b. Ketika menjelaskan tentang tata cara haji
c. Ketika menjelaskan tentang tata cara berkurban
Ketiganya akan lebih menarik ketika dikembangkan dengan
yaitu:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
secara verbal
5) Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim
2.3 Minat
2.3.1 Pengertian
dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan
hanya muncul dari perasaan tanpa disertai pemikiran akan mudah berubah
ini minat seseorang bisa sangat lemah dan tidak stabil sesuai dengan
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivas,
(Tampubolon, 2010)
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila
19
2012).
Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat
akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif
dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia, sebaliknya minat akan padam
20
kategori yaitu:
tertentu.
dalam memahai ciri dari niai baru yang diterima (Wordpress, 2010)
b. Perhatian
21
c. Motivasi
interaksi.
d. Pengetahuan
keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak
berlangsung
b. Interview
bebas.
22
Angket atau kuesiner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi
d. Inventori
dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa
segera.
Minat diukur menggunakan kuesioner atau dengan menggunakan
bagian dari intens sehingga belum nampak kegiatanna dsan tidak dapat
Faktor timbulnya minat dilihat Crow & Crow terdiri dari tiga faktor
yaitu :
makanan.
b. Faktor Motif Sosial
Adalah faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar
Misalnya minat pada studi karena ingin mendapat penghargaan dari orang
tuanya.
c. Faktor Emosional
Yaitu minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor ini selalu
2.4.1 Definisi
24
(leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dan vagina. Kanker
serviks sering disebut juga kanker leher rahim. Kanker leher rahim
yang lain. Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian nomor satu
2.4.2 Etiologi
insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin,
terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia
dari golongan sosial ekonomi rendah, hygiene seksual yang jelek, aktivitas
atau 18, dan akhirnya kebiasaan merokok (Sarwono, 2009). Kanker servik
virus HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker serviks
1) Infeksi HPV
18 tahun, sebab sel sel serviksnya masih belum matang ( rapuh )dan
dewasa, sehingga resiko akan meningkat lima kali lipat pada usia
muda.
kanker serviks.
1. Makanan
dan sedang.
3. Pemakaian kontrasepsi
Faktor genetik meningkat resiko kanker serviks lebih besar jika ada
5. Polusi udara
2.4.4 Epidemiologi
28
seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan
40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering.
Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati
urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita. Saat ini di
Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus
sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu,
lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam
keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara
invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari KIS (kanker in-situ)
System for Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000 menetapkan suatu
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas diserviks
IA1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3
mm dengan diameter permukaan tumor <7mm
IA2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm tetapi
<5mm dengan diameter permukaan tumor <7mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <4cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium
dan sepertiga proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding Panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke
parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria
IVB Lesi meluas ke mukosa rektum dan atau meluas ke
organ jauh
2.1.6. Prognosis
stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV
1. Stadium 0
100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.
30
2. Stadium 1
3. Stadium 2
merugikan.
32
2. Pencegahan sekunder
Tes pap merupakan tes yang dipercaya sebagai pencegahan
sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Tes pap yang pertama
usia 18 tahun. Karna tes ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-
6%, Tes pap yang kedua seharusnya dilakukan saat tahun pemeriksaan
tahun. Semakin besar jumlah hasil negatif yang didapat, maka akan
utama tes pap adalah untuk menemukan sel-sel kanker serviks dalam
2.4.7 Skrining
33
tentang riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi
utama kanker serviks, selain itu sebuah laporan sitologi baru telah
dan metode lain berdasarkan sitologi. Hal ini merupakan batu loncatan
macam.
rahim secara visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat
3-5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna
berusia 40-50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi
serviks jika mereka memiliki HPV (Human Papilloma Virus). Wanita yang
untuk wanita berusia antara 30-45 tahun atau yang memiliki faktor resiko
meningkatkan nilai prediktif positif IVA. Selain itu, karena angka penyakit
lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, lebih besar kemungkinan untuk
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska
keguguran. Tes IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai
atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS (Depkes RI, 2012). Tidak
1. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah
sebelumnya.
3. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam,
sekali.
Di Amerika waktu awal skrining kira-kira 3 tahun setelah aktivitas
seksual yang pertama, namun tidak lebih dari usia 21 tahun. Interval
skrining tiap tahun atau tiap 2-3 tahun untuk wanita usia 30 tahun
pada wanita usia 70 tahun dengan 3 kali berturut-turut hasil tes negatif
Interval skrining tiap 3-5 tahun dan penghentian skrining setelah usia 60-
menunjukan perubahan pada sel yang menutupi serviks (sel epitel) dengan
tebal):
(discharge).
3. Kemudian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks.
4. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SCJ (Squamocolumnar
acetonwhite.
5. Hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas bersama ibu, dan
tersedia.
1. Hasil tes negatif: apabila permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu
2. Hasil tes positif : apabila di dapatkan plak putih yang tebal atau
keganasan/ada sel abnormal atau kanker di area leher rahim segera bisa
diketahui maka bagi yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, maka
perempuan dibawah usia 30 tahun dan 2 kali setahun untuk usia diatas 30
tahun.
2.6 Pengaruh penyuluhan tentang Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dengan
metode Audiovisual terhadap Deteksi dini kanker serviks
metode tersebut sesuai dengan tercapainya tujuan atau sasaran seperti yang
telah ditentukan, yang mana suatu kegiatan dilakukan dengan benar dan
Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks. Sehingga tujuan yang telah
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) secara benar dan rutin untuk mendeteksi
38
dini kanker serviks metode IVA. Selain itu sikap merupakan produk dari
proses sosialisasi sehingga reaksi yang ada sesuai dengan rangsangan yang
tindakan melakukan deteksi dini kanker serviks, maka berdasarkan teori yang
ada tadi seseorang akan mampu dan mau melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks. Hasil penelitian ini menunjang hasil penelitian Sarini, 2011
yang mengatakan bahwa tidak semua wanita yang bersikap positif akan
positif terhaap nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata
dalam perilaku, karena sikap positif akan di ikuti oleh perilaku yang mengacu
pada pengalaman orang lain atau didasarkan pada banyak atau sediktnya
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual penelitian
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Audiovisual tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA. Metode yang
Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks. Sehingga tujuan yang
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) secara benar dan rutin untuk mendeteksi awal
prosesnya adalah Pemeriksaan IVA Output dalam penelitian ini adalah Perubahan
minat wanita dan Upaya deteksi dini kanker serviks sebagai Outcome adalah
minat ibu melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA.
3.2 Hipotesis
H1: Ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
H0: Tidak ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat
BAB 4
METODE PENELITIAN
kuisioner yang telah ditetapkan yang disebut pretest dan posttest. Design
4.2.1 Populasi
sebanyak 79 wanita.
4.2.2 Sampel
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
n= N
1+(N.e2)
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : besar populasi
e : standart error 10% (0.1)2
Kelompok intervensi n = N
1+(N.e2)
= 79
43
1+ (79.0,12)
= 79
1+ (79.0,01)
= 79
1,79 = 44,13 Responden
sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian
atau suatu elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
1. Data wanita
2. Media dan sarana pelatihan meliputi alat tulis, leaflet, LCD, laptop
(Notoatmojo, 2010).
moment.
penelitian.
persetujuan.
46
menjadi responden
menit
yang sama
peneliti
analisa data.
b) Coding
ditentukan.
Data umum
1) Usia responden
Usia <20 tahun diberi kode (1)
Usia 20-35 tahun diberi kode (2)
Usia >35 tahun diberi kode (3)
2) Pekerjaan
3) Pendidikan
Tidak sekolah diberi kode (0)
Dasar (SD-SMP) diberi kode (1)
Menengah (SMA) diberi kode (2)
Tinggi (D3-PT) diberi kode (3)
4) Pernah atau tidak mendapatkan informasi tentang IVA?
Kode 1 : Pernah
Kode 2 : Tidak pernah
5) Sumber Informasi
Kode 1 : Media Cetak
Kode 2 : Media Elektronik
Kode 3 : Keluarga
Kode 4 : Tenaga Kesehatan
Kode 5 : Tidak pernah
Data khusus
Minat
c) Scoring
d) Tabulating
N=
Keterangan:
N = nilai
49
Sm = skor maksimal
100% : seluruhnya
50% : setengahnya
0% : tidak satupun
Asetat (IVA) terhadap minat ibu melakukan IVA Uji kenormalan distribusi