Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK III
DISUSUN OLEH :
DOSEN :
JAKARTA
2014
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas untuk mata
kuliah Teknologi Kosmetika. Pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai
sediaan kosmetika sabun cair antiseptik.
Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya.
Dan penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi
untuk tugas mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
I.2.Permasalahan ..................................................................................................... 3
I.3.Tujuan ................................................................................................................ 3
I.4.Manfaat .............................................................................................................. 3
iii
II.4.1. Gambaran Umum Kulit ....................................................................... 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Saai ini sabun telah dikembangkan dalam bentuk tekstur yang berbeda.
Sabun cair mulai sering digunakan karena dianggap lebih higienis. Berbagai
kelebihan dari sabun cair banyak ditampilkan sehingga mulai mengubah
kebiasaan masyarakat dari yang biasa menggunakan sabun batang menjadi
menggunakan sabun cair.
Bila dilihat dari segi harga, sebenarnya sabun cair jauh lebih hemat
dibanding sabun batang. Sabun cair bisa dipakai dengan maksimal hingga tetes
terakhir. Sedangkan sabun batang cenderung menyisakan produknya dan
terkadang terbuang dalam wujud padat. Selain itu harga sabun cair saat ini juga
cenderung lebih murah. 600ml sabun cair, dapat dipakai oleh dua orang kurang
lebih 2 bulan dalam pemakaian rutin, dengan harga yang tidak lebih dari
Rp.40.000 Sedangkan harga sabun batang per kemasan sudah mencapai Rp. 5000
10.000 dan biasanya habis dalam seminggu.
1
dengan air. Formulasi sabun cair antiseptik ditujukan untuk mencegah,
memperlambat dan menghentikan pertumbuhan mikroba pada permukaan kulit
serta mencegah terjadinya infeksi.
2
1.2 Permasalahan
a. Bagaimana membuat formula sabun cair antiseptik yang baik?
b. Bagaimana stabilitas yang baik untuk sabun cair antiseptik?
c. Bagaimana cara membuat sediaan sabun cair antiseptik yang baik?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui tentang teori dari sediaan sabun cair
b. Dapat membuat rancangan sediaan sabun cair
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Praktis, karena Sabun mandi cair tersedia dalam bentuk kemasan botol,
sehingga dapat mudah di bawah kemana-mana.
b. Sabun cair mudah larut di air ( bathtub ), menghasilkan lebih banyak busa
dan dapat digunakan untuk mandi berendam.
c. Mudah berbusa dengan menggunakan spon kain, dengan begitu dapat
menghemat sabun mandi cair.
d. Kesehatannya (kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari) bisa menjamin
bila dibandingkan sabun mandi padat (Sabun curah) yang digunakan banyak
orang.
Sabun adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak. Ketika lemak
atau minyak tersaponifikasi, garam Natrium atau Kalium terbentuk dari rantai
panjang asam lemak yang disebut sabun. (handbook of Cosmetic Science 2nd
4
edition, 485). Sabun adalah garam atau campuran garam dari asam lemak
(Preparation of soap,1)
5
II.2.3. Macam Macam Sabun
a. Sabun cair
b.Sabun lunak
c. Sabun keras
- Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang
dikeraskan dengan proses hidrogenasi
- Alkali yang dipakai NaOH
- Sukar larut dalam air
d. Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya
sabun toilet yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang
digunakan dalam industri textile sebagai pengangkat kotoran pada wool dan
cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air untuk larut dan tidak
berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang dikemas
dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari
asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat, biasanya
digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan lacquer. Dan
salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise guineensis)
yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin.
6
II.2.4. Komposisi Sabun
Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan
garam alkali serta sabun deterjen saat ini yang dibuat dari bahan sintetik, biasanya
mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodoran, warna, parfum,
pengontrol pH, dan bahan khusus.
Surfaktan
Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang
dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa (asam lemak C12), minyak
zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak babi. Penggunaan bahan berbeda
menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Ada sabun
yang cepat berbusa tetapi terasa airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat
berbusa tetapi lengket dan stabil. Jenis bahan surfaktan pada syndet dewasa ini
mencapai angka ribuan.
NaOH / KOH
Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahan
kimia, ambil yang teknis saja.
Air
Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air
dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral.
Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak
saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak ,
misal : asam lemak bebas, fatty alcohol , gliserol , paraffin lunak, cocoa butter,
dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat , asam lemak
isotionat , asam lemak etanolamid, plimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat).
Bahan-bahan tersebut selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan
berfungsi sebagai peramas (plasticizers).
7
(0,02 %- 0,1%). Sequestering agent dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang
mengkatalisasi oksidasi EDTA, EHDP ( ethanehidroxy -1- diphosphonate).
Deodoran
Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun
oleh karena khawatir efek samping, penggunaan nya dibatasi. Bahan yang
digunakan adalah TCC (trichloro carbanilide) dan 2- hidroxy 2,4, 4-
trichlodhenyl ester (Irgasan PP 300).
Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem.
Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada,
pigemen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01
0,5 %).Titanium oksidasi 0,01 % ditambahkan pada berbagai sabun tanpa
menimbulkan efek berkilau. Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan
transparan.
Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfumsebagai pewangi.
Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik
memilih baud an warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat
pemakaiannya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk
membedakan produk masing-masing.
Pengontrol Ph
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat,dapat
menurunkan pH sabun.
8
d. Antiseptik (medicated =carbolic ) yang menambahkan bahan antiseptik,
misalnya : fenol, kresol, dan sebagainya.
e. Sabun bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.
f. Sabun netral , mirip dengan sabun bayi dengan konsentrasi yang berbeda.
g. Apricot , dengan menambahkan apricot atau monosulfiram.
a. Saponifikasi
Saponifiksi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida yang menghasilkan
pembebasan asam lemak dalam benuk garam dan gliserol. Garam dari asam
lemak berantai panjang adalah sabun.
Reaksi kimia pada prose saponifikasi adalah sebagai berikut :
b. Netralisasi
Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak
atau lemak, dengan cara mereaksikn asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun.
Reaksi kimia pada proses netralisasi adalah sebagai berikut :
9
II.2.6. Efek Samping Sabun Pada Kulit
Kontak air (pH7) pada kulit yang lama akan menyebabkan lapisan
tanduk kulit membengkak akibat kenaikan permeabilitas kulit terhadap
air. Cairan yang mengandung sabun dengan pH alkalis akan
mempercepat hilangnya mantel asam pada lemak kulit permukaan
sehingga pembengkakan kulit akan terjadi lebih cepat. Marchionini dan
Schade (1928) yang meneliti hal tersebut menyatakan bahwa kelenjar
10
minyak kulit berperan dalam membentuk keasaman kulit dengan
pembentukan lapisan lemak permukaan kulit yang agak asam. Seperti air
dan sabun, deterjen sintetik juga dapat menggangu lapisan lemak
permukaan kulit dalam kapasitas yang lebih kecil. Besarnya kerusakan
lapisan lemak kulit yang terjadi bergantung pada : tempratur ,konsentrasi
, waktu kontak , dan tipe kulit pemakai. Kerusakan lapisan lemak kulit
dapat meningkatkan permeabilitas kulit sehingga mempermudah benda
asing menembus ke dalamnya. Bergantung pada lama kontak dan
intensitas pembilasan, maka cairan sabun dapat diabsorpsi oleh lapisan
luar kulit sehingga dapat berada di dalam kulit sesudah dibilas.
Kerusakan lapisan lemak kulit dapat menambah kekeringan kulit akibat
kegagalan sel kulit mengikat air. pembengkakan kulit inisial akan
menurunkan pula kapasitas sel untuk menahan air sehingga kemudian
terjadi pengeringan yang akan diikuti oleh kekenduran dan pelepasan
ikatan antarsel tanduk kulit. Kulit tampak berskuama,kasar dan tidak
elastis. Terjadi pula peningkatan permeabilitas stratum korneum terhadap
larutan kimia yang iritan. Inilah yang sering dirasakan pada kulit oleh
mereka yang sering dan lama berhubungan dengan deterjen (rasa
deterjen). Penambahan sabun/ deterjen dengan bahan-bahan pelumas
(superfatty) dapat mengurangi efek ini.
11
d. Daya Antimikrobial
e. Daya Antiperspirasi
f. Lain-lain
12
II.3. Antiseptik
13
dapat menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antiseptik tersebut, dan dapat
menimbulkan iritasi atau alergi pada kulit.
14
mempercepat penyembuhannta. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi
lebih besar penerapan jenis antiseptic lain yang lebih kuat disarankan setelah
luka dibersihkan.
b. Alcohol
Alcohol adalah antiseptic yang kuat, alcohol membunuh kuman dengan cara
menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur,
protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alcohol. Alcohol (yang biasanya
dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan
kulit sebelum dan sesudah suntikan dan tindakan medis lain. Alcohol kurang
cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan efek terbakar.
c. Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut
yodium tinktur) untuk sterilisasi sebelum dan sesudah tindaan medis. Larutan
ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena
mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan.
Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer
larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi
kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit
yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk
antiseptic dengan iodine povidone adalah betadine.
15
d. Hydrogen Peroksida
Larutan hydrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan
borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka
gores atau iris ringan di rumah. Hydrogen peroksida sangat efektif
memberants jenis kuma anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun,
oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untuk mengurangi efek sampingnya,
hydrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun
sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hydrogen peroksida sebagai
obat kumur, pastikan anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur.
Jangan menelannya.
e. Triklosan
Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai
antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial
sedang terhadap koki gram positif, mikrobakteria dan jamur, tetapi tidak
terdapat baksil gram negati, khususnya P.aeruginosa (Larson, 1995).
Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa
berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain. Resistensi pada flora kulit
tidak ditemukan penelitian klinis sampai saai ini.
16
II.4. KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastic
dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh.
Kulit mempunyai fungsi sangat kompleks dan berkaitan satu dengan
lainnya di dalam tubuh manusia, antara lain : fungsi proteksi, fungsi absorpsi,
fungsi ekskresi, fungsi pengindra (sensorik), fungsi pengatur suhu tubuh, fungsi
pembentukan pigmen, fungsi keratinisasi, fungsi produksi vitamin D, dan fungsi
ekspresi emosi.
Warna kulit bermacam-macam, misalnya warna terang (fair skin), pirang,
kuning, sawo matang dan hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan, serta
kecoklatan pada genitalia eksterna orang dewasa.
Demikian pula dalam kelembutannya kulit bervariasi, tebal, tipis, dan
elastisitasnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir,
dan prepusium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki. Kulit yang
kasar terdapat pada skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir
kemaluan besar), sedangkan kulit yang halus terdapat di sekitar mata dan leher.
Untuk lebih jelas tentang anatomi kulit dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.
17
Gambar II.1. Anatomi Kulit
Dermis dan subkutis tidak ada garis tegas yang memisahkannya. Subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk
jaringan lemak. Lapis epidermis dan dermis dibatasi oleh taut dermoepidermal
(dermo epidermal junction) yang berbeda, irregular, dengan cones, ridges, dan
cord.
18
II.4.2.1. Lapis Epidermis
Fungsi Epidermis yaitu proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D
dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).
Lapisan epidermis ini terdiri atas :
1. Lapisan Tanduk (Stratum Corneum), merupakan lapisan kulit yang paling
atas/luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti,
dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2. Lapisan Jernih (Stratum Lucidum), terdapat langsung di bawah stratum
korneum, merupakan lapis sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini terdapat jelas di telapak tangan
dan kaki. Antara stratum lucidum dengan stratum granulosum terdapat
lapisan keratin tipis yang disebut reins barrier yang tidak dapat ditembus
(impermeable).
3. Lapisan Berbutir-butir (Stratum Granulosum) disebut juga lapisan
keratohialin, merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti sel diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum
granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
4. Lapisan Malphigi (Stratum Spinosum), terdiri atas beberapa lapis sel
berbentuk polygonal dengan ukuran bermacam-macam akibat proses mitosis.
Protolasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti sel
terletak di tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan kulit makin gepeng
bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel
(intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat sel
Langerhans yang mempunyai peranan penting dalam system imun tubuh.
5. Lapisan Basal (Stratum Germinativum), terdiri atas sel-sel kubus (kolumnar)
yang tersusun vertical, dan pada taut dermoepidermal berbaris sperti pagar
(palisade). Lapisan ini merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara
mitosis. Pada lapisan ini terdapat dua jenis sel, yaitu:
a. Sel berbentuk kolumnar, protoplasma basofilik, inti lonjong besar,
dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antarsel.
19
b. Sel pembentuk melanin (melanosit, clear cell) merupakan sel pucat dengan
sitoplasma basofilik, inti gelap, dan mengandung badan pembentuk
pigmen.
20
mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.
Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
21
secret dari kelenjar sebasea, mengandung berbagai macam lipid yaitu
trigliserida, skualen, wax esters, kolesterol, dan mendekati permukaan
kulit terdapat asam lemak bebas. Sekresi kelenjar dipengaruhi oleh
berbagai factor dan hormone androgen. Fungsi kelenjar palit pada anak-
anak belum terlalu penting daripada remaja atau dewasa muda.
a. Uji Organoleptis
Alat : Panca Indera
Cara :
22
masing-masing konsentrasi ditempatkan pada kasa hipoalergenik berplester
kemudian ditempelkan pada punggung kelinci. Pengamatan dilakukan pada
jam ke-24, 48 dan 72 setelah pemakaian, terhadap pemunculan gatal,
kemerahan, eritema dan udem. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu 15
30 menit untuk menghilangkan efek plester.
23
Kegunaan : Zat aktif (antigatal akibat jamur Candida/ candidiasis)
24
h. Nama Bahan : Dinatrium hidrogen fosfat
Pemerian : Serbuk, putih, higroskopis
Kegunaan : Garam dari asam lemah yang biasa dikombinasikan dengan asam
kuat untuk buffering agent.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
III. 2. Karakteristik sediaan
F1 Organoleptis :
- Warna: coklat tua (lebih pekat)
- Bentuk: larutan
- Bau: khas kubis
pH: 6,3
kelarutan : larut
tidak memberikan aktivitas antijamur
berat jenis :1,04 g/ml
Diameter hambat : 1,65 mm
F2 Organoleptis:
Warna : kuning
Bentuk : : Cairan
Bau : khas zaitun
Bobot jenis : 0.910 g/ml
pH stabil yaitu 6.7
F3 Organoleptis:
Warna : putih
Bentuk : cairan kental
Bau : wangi
Bobot jenis :0.997 g/ml
pH stabil selama penyimpanan yaitu dengan rata-rata 7.83
Aktivitas daya hambat : 21.3 mm
F4 Organoleptis:
Warna:khas
Bau:khas
Bentuk:cairan
pH: 7.1
Diameter daya hambat :31.39mm
Bobot jenis ; 1.01 g/ml
F5 Organoleptis :
Warna: putih agak kemerahan
Bau:khas
Bentuk :cairan homogen
Bobot jenis : 1-1.2 g/ml
Diameter daya hambat : diatas 22 mm
Ph: 6-8
III.2. Cara Pembuatan
27
berat ekstrak kental
Rendemen = 100%
Berat daun kubis
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
F4 : Formula dengan ekstrak daun pepaya
F5 : Formula dengan ekstrak daun sirih merah
Dari tabel diatasung jenis ekstrak yang digunakan dapat disimpulkan
bahwa tiap-tiap sediaan memiliki warna dan bau yang berbeda-beda tergantung
jenis ekstrak yang digunakan. namun, bentuk sediaan yang digunakan sama
yaitu bentuk cairan.
F1 6.3
F2 6.7
F3 7.83
F4 7.1
F5 6.1
Keterangan :
F1 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
F2 : Formula dengan ekstrak lidah buaya
F3 : Formula dengan ekstrak batang nanas
F4 : Formula dengan ekstrak daun pepaya
F5 : Formula dengan ekstrak daun sirih merah
Dapat disimpulkan bahwa kelima formulasi memiliki pH yang sesuai dengan
yang telah ditetapkan dan mempunyai kestabilan yang bagus.
30
F1 1.04 g/ml
F2 0.910 g/m
F3 0.997 g/ml
F4 1.01 g/ml
F5 1.00-1.20 g/ml
Keterangan :
F1 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
F2 : Formula dengan ekstrak lidah buaya
F3 : Formula dengan ekstrak batang nanas
F4 : Formula dengan ekstrak daun pepaya
F5 : Formula dengan ekstrak daun sirih merah
Berdasarkan hasil pengamatan selama masa penyimpanan, terlihat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara berat jenis masing-
masing sediaan sehingga dapat dikatakan bahwa berat jenis sediaan vaginal
douche yang dibuat relatif stabil.
Keterangan :
F1 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
F2 : Formula dengan ekstrak lidah buaya
31
F3 : Formula dengan ekstrak batang nanas
F4 : Formula dengan ekstrak daun pepaya
F5 : Formula dengan ekstrak daun sirih merah
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tiap-tiap ekstrak
memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri patogen maka diameter zona
hambatnya berbeda-beda.
32
BAB V
KESIMPULAN
33
vii. Apricot , dengan menambahkan apricot atau monosulfiram.
- Metoda
Saponifikasi
Netralisasi
34
DAFTAR PUSTAKA
35