Professional Documents
Culture Documents
Tugas III Analisa Struktur Organisasi Puskesmas, Analisa Manajemen dan Analisa
Universitas Hasanuddin
Tugas III Analisa Struktur Organisasi Puskesmas, Analisa Manajemen dan Analisa Mutu
pusat pengembangan kesehatan ,masyarakat serta membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan terpadu kepada masyarakat dalam wilayah kerjanya (Efendi &
Makhfudli, 2013). Puskesmas Waiboga merupakan salah satu puskesmas peningkatan dari
puskesmas pembantu menjadi puskesmas rawat jalan yang mulai diresmikan pada bulan
Januari Tahun 2011. Puskesmas Waiboga sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan mempunyai peranan penting
Sula Provinsi Maluku Utara. Puskesmas Waiboga memiliki luas wilayah kerja kurang lebih
950 Ha dan mencakup wilayah kerja di 6 desa yaitu Desa Waiboga, Soamole, Waiman,
Fatiba, Bega dan Manaf. Puskesmas Waiboga juga memiliki beberapa puskesmas pembantu
atau Pustu serta poskesdes. Adapun sistem pelayanannya, pasien langsung datang ke
Puskesmas Waiboga atau dapat merupakan pasien rujukan dari Pustu. Apabila tidak dapat
Struktur organisasi adalah susunan dari suatu organisasi yang menggabungkan unsur-unsur
kecil menjadi unsur yang lebih besar dan tersusun secara sistematis (Huber, 2010). Susunan
organisasi Puskesmas Waiboga disusun berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Sula
No. 71 tahun 2011. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Puskesmas Waiboga
KEPALA PUSKESMAS
dr. Ilham Wahyudi Soamole
BENDAHARA
UNIT PENGOBATAN
POSKESDES SOAMOLE POSKESDES WAIBOGA
Maida Basahona A. POLI UMUM : Munandar, Amd.Kep
Soraya Y, A.md. Keb
B. TINDAKAN : Masri Masuku, Amd. Kep
PUSTU WAIMAN
PUSTU FATIBA PUSTU BEGA
Anto, Amd. Kep
Nurida Selpia Akhmad, Amd. Kep
4
TUGAS III ROSDIANA S MANAJEMEN KEPERAWATAN
5
TUGAS III ROSDIANA S MANAJEMEN KEPERAWATAN
beberapa program pada tiap-tiap unit puskesmas. Kepala puskesmas membawahi beberapa
unit sesuai dengan bagan di atas. Selama bertugas di Puskesmas Waiboga saya diamanahkan
untuk memegang program Surveilans yang termasuk dalam unit P2M. Selain itu saya juga
bertanggungjawab untuk membuat laporan kesehatan jiwa. Dalam struktur organisasi, saya
bertanggungjawab langsung kepada kepala puskesmas. Adapun tugas dan tanggung jawab
melaporkan jumlah kejadian penyakit serta Kejadian Luar Biasa atau KLB. Sedangkan tugas
sebagai pemegang laporan kesehatan jiwa adalah mendata, mengidentifikasi dan melakukan
skrining kasus kesehatan jiwa seperti skizofrenia, depresi, retardasi mental, dan lain-lain yang
terjadi di masyarakat serta kunjungan ke rumah pasien. Semua kegiatan yang dilakukan harus
dilaporkan kepada kepala puskesmas. Setiap bulan laporan yang berkaitan dengan program
Analisa Proses Manajemen. Dokter yang memimpin Puskesmas adalah dr. Ilham
Wahyudi Soamole. Beliau adalah dokter umum yang telah diangkat menjadi PNS. Selama
pengambilan keputusan melibatkan staf serta mengarahkan staf melalui dukungan dan
pendampingan. Tetapi kadang beliau juga menerapkan gaya otoriter sesuai dengan situasi
tertentu. Ini sesuai dengan gagasan bahwa gaya kepemimpinan harus bervariasi sesuai dengan
situasi atau biasa dikenal dengan teori kepemimpinan situasional (Marquis & Huston, 2010).
bijaksana dan disiplin serta dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di puskesmas. Beliau
juga selalu memberikan contoh yang baik dengan turut serta berpartisipasi dalam setiap
kegiatan puskesmas. Beliau juga rela berkorban untuk kepentingan puskesmas, bahkan beliau
sering mengeluarkan biaya pribadi dan menggunakan fasilitas pribadi untuk kegiatan
6
TUGAS III ROSDIANA S MANAJEMEN KEPERAWATAN
puskesmas. Beliau juga dekat dengan stafnya sehingga semua staf dapat bekerja dengan baik
dan kegiatan-kegiatan di puskesmas yang telah direncanakan dapat mencapai target yang
diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Huber (2010) bahwa pemimpin itu harus
memiliki nilai, keterampilan dan gaya dalam memimpin serta harus menjadi contoh yang
Analisa Mutu Pelayanan. Mutu pelayanan kesehatan dapat dinilai melalui enam
dimensi quality of care. Definisi quality of care atau kualitas pelayanan di bidang kesehatan
adalah pelayanan yang secara klinis efektif, aman, dan memberi pengalaman yang baik bagi
pasien. Secara menyeluruh hal ini mengacu pada kualitas pelayanan yang sesuai standar
dengan cara aman, berpusat pada pasien, efektif, efisien, tepat waktu, dan adil (PMNCH,
2010). Aplikasi enam dimensi ini di Puskesmas Waiboga belum terlaksana sepenuhnya
karena puskesmas ini adalah puskesmas baru dan masih dalam tahap pengembangan.
Dimensi quality of care yang pertama adalah patient safety atau keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah prinsip fundamental dari perawatan kesehatan. Setiap proses
obat-obatan yang aman, praktek klinis, peralatan dan lingkungan perawatan yang aman
(WHO, 2014). Dimensi Patient safety sudah dilaksanakan dengan baik di Puskesmas
Waiboga namun masih ada sedikit kekurangan misalnya pasien yang dilayani kadang
mendapatkan pelayanan yang kurang aman misalnya tindakan perawatan luka yang dilakukan
kepada pasien kadang kurang memperhatikan hand hygiene dan tidak menggunakan
handscoon sehingga pasien berisiko infeksi. Patient safety menjadi perhatian utama karena
semakin banyak terjadi kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian,
Dimensi yang kedua yaitu patient-centered atau perawatan berpusat pada pasien.
Umumnya ini dipahami sebagai pelayanan kesehatan yang berfokus pada perawatan individu
atau pasien (WHO, Health systems strengthening glossary, 2014). Di Puskesmas Waiboga
dimensi ini dapat terlaksana dengan baik karena pada pemberian pelayanan kepada pasien
petugas kesehatan selalu memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna. Salah satu
contohnya yaitu ketika melakukan skrining dan mendapatkan pasien dengan skizofrenia maka
langsung dilakukan pengkajian dan berkolaborasi dengan dokter untuk mengatasi masalah
pasien tersebut.
Dimensi ketiga yaitu dimensi effective yaitu pelayanan yang diberikan secara efektif
dan sesuai dengan dasar ilmu pengetahuan. Dalam hal ini di Puskesmas Waiboga sudah
melaksanakannya namun masih belum begitu optimal karena masih kurangnya tenaga
profesional seperti tidak ada sarjana keperawatan/ners. Selain itu setiap pelaksanaan tindakan
keperawatan di puskesmas juga belum memiliki Standar Operasional Prosedur atau SOP
yang jelas. Padahal tanggung jawab perawat memberikan jaminan kualitas keamanan dan
kepuasan pasien dimana dalam melaksanakan tindakan keperawatan harus bekerja secara
Dimensi yang keempat yaitu efficiency dapat terlaksana dengan baik di Puskesmas
Waiboga. Pelayanan akan efisien apabila birokrasi pelayanan atau lembaga pemerintah dapat
menyediakan input atau output pelayanan seperti biaya dan waktu pelayanan yang
(Monoarfa, 2012). Dalam hal ini bisa diberikan contoh setiap pelayanan umum hanya
dikenakan biaya Rp 5000. Ini sangat efisien bagi pasien sehingga pasien dapat memperoleh
pelayanan yang berkualitas dengan biaya yang murah. Sedangkan bila pasien yang
menggunakan Askes dan Jamkesmas tidak dipungut biaya sedikitpun. Selain dalam hal biaya,
Puskesmas Waiboga juga sudah ada namun masih didokumentasikan secara manual. Untuk
meningkatkan kualitas, efisiensi, keamanan, dan aspek lainnya dari perawatan pasien (Jha,
Dimensi kelima yaitu timely juga terlaksana dengan baik di puskesmas. Hal ini
terlaksana karena puskesmas ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang sesuai sehingga
waktu tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga yang profesional juga lebih
optimal. Selain itu pasien diberi kesempatan untuk datang berkunjung di puskesmas dari jam
08.00 sampai 13.00. Bila berkunjung di luar jam kerja bisa langsung datang ke petugas
kesehatan misalnya tenaga keperawatan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Waiboga.
waktu dinas perawat seharusnya tidak membatasi waktu pelayanan sehingga tidak menutup
Dimensi keenam yaitu equitable atau adil. Seharusnya penyediaan pelayanan yang
diberikan sama kualitasnya tanpa memandang karakteristik personal misalnya jenis kelamin,
suku bangsa, lokasi geografis, dan sosial ekonomi. Dalam hal equitable, di Puskesmas
Waiboga sudah dilaksanakan dengan baik. Contohnya yaitu jika pasien datang ke puskesmas
dengan latar belakang ekonomi dan suku yang berbeda baik suku sula, taliabu, maupun
mangoli tetap diberikan pelayanan yang sama. Keadilan dalam memberikan pelayanan
kesehatan merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh seorang perawat, karena setiap pasien
memiliki hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal tanpa
Daftar Pustaka
Coben, J. H., Owens, P. L., Steiner, C. A., & Crocio, T. J. (2008). Hospital and demographic
influence on the dispotition of transient ischemic attack. Academic emergency medice
, 15. 171-176.
Efendi, F., & Makhfudli. (2013). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Huber, D. L. (2010). Leadership and nursing care management. Missouri: Saunders elsevier.
Jha, A. K., Desroches, C. M., Kralovec, P. D., & Joshi, M. S. (2010). A progress report on
electronic health records in U.S hospital. Health affairs , 29 (10) 1951-1957.
Monoarfa, H. (2012). Jurnal pelangi ilmu. Diakses tanggal 19 Oktober 2014, from
Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik::
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/891/831
PMNCH. (2010). The partnership for maternal, newborn and child health. Diakses tanggal
19 Oktober 2014, from PMNCH knowledge summary 07 assure quality care:
http://www.who.int/pmnch/knowledge/publications/summaries/ks7/en/
Shaffer, F. A., & Tuttas, C. A. (2009). Nursing leadership's responsibility for patient quality,
safety, and satisfaction. Nurse leader , 7 (3) 34-43.
Sulkin, D. J. (2008). Like night and day-shedding light on off-hours care . New england
journal of medicine , 358. 2091-2093.
Utarini, A. (2014). Safety and quality in health care. Diakses tanggal 19 Oktober 2014, from
Clustering penelitian S3 fakultas kedokteran universitas gadjah mada:
http://clusters3.fk.ugm.ac.id/cluster/36
WHO. (2014). Health systems strengthening glossary. Diakses tanggal 19 Oktober 2014,
from World health organization:
http://www.who.int/healthsystems/hss_glossary/en/index8.html
WHO. (2014). Patient safety. Diakses tanggal 19 Oktober 2014, from World health
organization: http://www.who.int/topics/patient_safety/en/