You are on page 1of 6

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Telah berabad-abad manusia mengenal gunanya tumbuhan sebagai

penghasil bahan obat-obatan. Namun penemuan-penemuan tersebut bukan

berdasarkan perbuatan-perbuatan yang rasional, melainkan karena perasaan

instriktif dan kemudian setelah pilihan tadi ternyata dapat memberikan yang

diharapkan (sakitnya sembuh atau rasa sakit berkurang), secara turun temurun

pengetahuan tadi didapatkan dengan penuturan-penuturan secara lisan.

Seiring dengan berkembang dan meningkatnya pengetahuan dan

peradaban manusia, maka pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat

mulai diabadikan sebagai dokumen.

Bila kita meninjau banyaknya tumbuhan yang bahannya dipakai

dalam obat tradisional oleh mereka yang tidak mengenal ilimu pengoobatan

modern, maka rasanya tinggal dilakukan suatu penyelidikan ilmiah saja untuk

memperoleh kepastian bahwa penduduk yang mempergunakan macam-

macam tumbuhan itu memang berlasan.

Pada oraktikum farmakognosi ini, cara dilakukan dengan maserasi,

perkolasi, dan infundasi maka sudah selayaknya dilakukan penelitian dan

perkembangan dari tanaman-tanaman tersebut agar agar dapat diketahui

senyawa kimia apa saja yang terkandung didalamnya, sehingga manfaatnya

dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

cara penyarian secara sederhana.

Tujuan dari percobaan ini dalah untuk melakukan penyarian dengan

metode maserasi, perkolasi, dan infundasi.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah untuk menentukan ekstraksi dengan

cara maserasi, perkolasi, dan infundasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Singkat

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode ini dilakukan untuk menyari simplisia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin,

stiraks, dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa

daun, conthnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan

lemakl atau lipid (Sudjadi , 1986 ).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu,

kerusakan pada kompnen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara

maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna

(Sudjadi , 1986 ).

Ada beberapa modifikasi metode maserasi, antara lain : ( Ditjen

POM, 1986)

1. Modifikasi digesti, yaitu maserasi yang dilakukan dengan

menggunakan pemanasan lemah, pada suhu antara 40 o 50o C

terutama untuk sampel yang mengandung kmponen kimia yang

tahan terhadap pemanasan


2. Modifikasi dengan menggunakan mesin pengaduk yang ditujukan

untuk mempercepat penyarian.

3. Remaserasi adalah penyarian yang dilakukan setelah penyarian

pertama selesai, diperas dan ditambahkan lagi larutan penyari.

4. Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan

cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar sehingga

kejenuhan cairan penyari dapat merata.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan cara mengalirkan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi

adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah

melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel

simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan kebawah

disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari

cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk

menahan gerakjan kebawah ( Ditjen POM , 1986 ).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi

karena: ( Ditjen POM , 1986 )

a. Aliran penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah

sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi


lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan

konsentrasi.

Adapun kerugian dari perklasi ini adalah serbuk kina yang

mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi

dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat

dan berhenti mengalir. Aalat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator

, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum,

larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat,

sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa

perkolasi ( Sudjadi, 1986 ).

Bentuk perkolator ada 3 macam, yaitu : ( Ditjen POM, 1986 )

1. Perklator berbentuk tabung, biasanya digunakan untuk

pembuatan ekstrak cair.

2. Perkolator berbentuk paruh, biasanya digunakan untuk

pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi.

3. Perkolator berbentuk corong.

Infundasi, proses ini dilakukan untuk mendfapatkan sediaan cair

dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90 oC selama 15 menit,

sediaan yang diperoleh dinamakan infus. Proses ini pada umumnya digunakan

untuk menyari kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam air dari bahan-

bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh sebab itu sari yang

diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Asni, 2008)

You might also like