Professional Documents
Culture Documents
NIM.P27820714026
a. Dialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut.
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien
sampai fungsi ginjal pulih kembali. Dialisis dilakukan dalam penanganan pasien dengan
edema yang tidak responsif terhadap terapi, koma hepatikum, hiperkalemia,
hiperkalsemia, hipertensi dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium
yang tinggi dan meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang
mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat. Dialisis kronis
atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis dalam keadaan berikut : (1) terjadi
tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual muntah, anoreksia
berat, letargi, dan konfusi mental) ; (2) kadar kalium serum yang meningkat ; (3) muatan
cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan ; dan
(4) penurunan status kesehatan yang umum. Selain itu, terdengarnya suara gesekan
perikardium (pericardial friction rub) merupakan hasil aukultasi yang merupakan indikasi
yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk pasien gagal ginjal kronis (Brunner &
Suddarth, 2002).
1) Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser). Dialiser ini memiliki
fungsi seperti nefron yang dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan
mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal
(Black, 2005; Ignatavicius, 2006 dalam Septiwi, 2011).
Prinsip dari pelaksanaan hemodialisis adalah darah dikeluarkan dari tubuh
melalui sebuah kateter arteri, kemudian masuk ke dalam sebuah mesin besar, di
dalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran
semipermeabel. Darah dimasukkan ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain
diisi oleh cairan perdialisis dan diantara keduanya akan terjadi difusi. Darah
dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena (Corwin, 2009).
2) Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal dilakukan dengan cara menanamkan sampai 2 L larutan
glukosa isotonik atau hipertonik dalam rongga peritoneal pasien melalui pemasangan
kateter Silastic permanen. Terjadi ekuilibrium cairan, melalui membran peritoneal
seluas 2 m2 dengan darah di kapiler peritoneum. Setelah beberapa jam cairan yang
mengandung sisa buangan toksik ditarik keluar. Prosedur ini diulangi tiga atau empat
kali sehari. Kelebihan cairan diambil oleh larutan hipertonik. Komplikasi utama
adalah peritonitis, biasanya akibat Staphylococcus epidermidis atau S.aureus
(Rubenstein et.al, 2007).
b. Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan transplantasi atau cangkok ginjal sebenarnya adalah suatu terapi definitif
yang paling tepat dan ideal untuk penatalaksanaan suatu keadaan gagal ginjal yang sangat
berat. Prinsip dari pelaksanaan terapi cangkok ginjal ini adalah pencangkokan ginjal sehat ke
dalam tunuh pasien. ginjal sehat tersebut bisa didapatkan dari donor manusia yang sehat dan
masih hidup atau bisa juga dari donor yang baru saja meninggal. Permasalahan yang paling
sering dihadapi dalam cangkok ginjal adalah adanya reaksi penolakan dari tubuh pasien
sebagai resepien terhadap ginjal baru yang dicangkokkan ke dalam tubuhnya. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya harus dipilih ginjal yang paling cocok sehingga memberikan reaksi
penolakan yang paling minimal. Setelah pelaksanaan transplantasipun, resepien juga masih
harus minum obat imunosupresan seumur hidupnya untuk menekan reaksi penolakan oleh
tubuhnya terhadap ginjal baru dalam tubuhnya (Aziz, 2008).
3. HEMODIALISIS
3.1 Definisi
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk membuang sisa metabolisme tubuh dan
menggantikan fungsi ginja yang rusak dengan ginjal bauatan (dialyzer)
3.2 Indikasi
a. PGA
- PGA dengan komplikasi oedema paru berat- kelebihan volume cairan berat
- PGA dengan hiperkalemia berat aritmia
- PGA dengan asidosis metabolic berat
- PGA dengan toksik uremia berat
b. PGK
- PGK Stadium V dengan GFR <15
3.3 Proses Hemodialisa
Darah dari arteri pasien Arterial Blood Line (Merah) Dializer terjadi proses
pencucian (Difusi dan Ultrafiltrasi) Venous Blood Line (Biru) kembali ke vena
pasien
Difusi: Perpindahan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melewati membrane
semipermeable
Ultrafiltrasi: Perpindahan cairan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah melewati membrane
semi permiable
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, Merupakan data dasar terhadap kemampuan
pola aktivitas kemampuan dalam beraktivitas dan untuk tindakan berikutnya.
Peningkatan yang cepat indikasi terhadap
ADL keadaan bedrest
b. Kaji perubahan tekanan darah dan aktivitas
Tanda dan gejala anemia dengan penurunan
pola selama aktivitas
c. Kaji kelemahan dyspnoe, pucat dan produksi eritropoetin yang menstimulasi
pusing produksi.
d. Kaji perdarahan dari gusi, luapan Hasil dan penurunan fungsi penurunan
menstruasi berat saluran
Penurunan merupakan indikasi suspek
gastrointestinal.
anemia, kehilangan darah.
e. Monitor jumlah darah merah,
hematokrit, hemoglobin, jumlah
platelet RBC kurang dari 6 juta Hct
Tekanan darah menurun dengan kehilangan
kurang dari 20% Hgb kurang dari 10
darah, pols meningkat, peningkatan
g/dl
berhubungan dengan aktivitas
f. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
Bertugas untuk memelihara eritpoesis normal
dan stimulasi produksi sel darah merah,
pembekuan (folic acid atau sebagai pengganti
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-2017. United Ki
ngdom: Blackwell.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning
and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 2000
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
volume 2. Jakarta: EGC.