You are on page 1of 15

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i
Kata Pengantar..... ii
Daftar Isi... iii

BAB I LATAR BELAKANG. 1


A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan. 2
D. Manfaat.. 2

BAB II PEMBAHASAN................ 3
A. Anatomi trakea 3
B. Definisi 3
C. Indikasi dan kontraindikasi trakeostomi. 4
D. Klasifikasi dari trakeostomi 4
E. Kegunaan dari trakeostomia.. 6
F. Jenis-jenis dari trakeostomi. 6
G. Prosedur perawatan trakeostomi. 7
H. Komplikasi dari trakeostomi... 11
I. Indikasi pelepasan dari trakeostomi 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan. 13
B. Saran... 13
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan
ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan
pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya
diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan
menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi atau
bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada tahun-tahun belakangan ini
digunakan istilah yang lebih tepat yaitu trakeostomi.
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea untuk
mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea serta
cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan
terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca
trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir trakeostomi.
Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge, Pemeriksaan periodik
kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan infeksi sekunder dan
jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure cuff sangat penting
agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Tindakan trakeostomi dapat menimbulkan berbagai
komplikasi baik akut maupun kronik (Kenneth, 2004). Pada makalah ini akan dibahas tentang
trend dan issue perawatan trakeostomi

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam makalah
ini yaitu:

1. Bagaimanakah anatomi trakea?


2. Apa pengertian dari trakeostomi?
3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari trakeostomi ?
4. Apa saja klasifikasi dari trakeostomi?
5. Apa kegunaan dari trakeostomia?
6. Apa saja jenis-jenis dari trakeostomi?
7. Bagaimana prosedur perawatan trakeostomi
8. Apa saja komplikasi dari trakeostomi?
9. Bagaimana indikasi pelepasan dari trakeostomi?

C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah anatomi trakea.


2. Untuk mengetahui apa pengertian dari trakeostomi.
3. Untuk mengetahui bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari trakeostomi.
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari trakeostomi.
5. Untuk mengetahui apa kegunaan dari trakeostomia.
6. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari trakeostomi.
7. Untuk mengetahui bagaimana prosedur perawatan trakeostomi
8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari trakeostomi.
9. Untuk mengetahui bagaimana indikasi pelepasan dari trakeostomi.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu
mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang perawatan trakeostomi dan menambah wawasan
pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan trakeostomi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari
kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke
dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah
besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung
karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea
di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren
terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian
depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid (Davies, 1997).

B. Definisi
1. Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan
ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang
dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat
stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke
dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian
atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
2. Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
3. Trakeostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea agar klien
dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya. ( Putriardhita, C, 2008).
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui
leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago
trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul.
Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas

3
jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan
lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.

C. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi trakeostomi antara lain:
1. Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring.
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga
mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh seluruh oksigen yang
dihirupkan akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini
berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.
4. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan).
5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.
6. Cedera parah pada wajah dan leher.
7. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi (Robert, 1997).

Kontraindikasi trakeostomi antara lain

1. Infeksi pada tempat pemasangan.


2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.

D. Klasifikasi Trakeostomi
1. Menurut Lama Pemasangan
a) Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas
cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan
tracheostomy tube (canule).

4
b) Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada
penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).
2. Menurut Letak Insisi
a) Insisi Vertikal dilakukan pada keadaan darurat.
b) Insisi Horisontal dilakukan pada keadaan elektif.
3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
a) Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan
tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Menggunakan teknik insisi vertical.
b) Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan
teknik insisi horizontal.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

No. Waktu dilakukan Tindakan Lama Penggunaan Teknik Insisi

Vertikal, dibuat di anatara cincin


1. Darurat Sementara
trakea 1 dan 2 atau 2 dan 3.

Horizontal, dibuat di antara


2. Non-darurat Permanen cincin trakea 2 dan 3 sepanjang
4-5 cm.

5
E. Kegunaan Trakeostomi
Menurut Masdanang (2008), kegunaan dilakukannya tindakan trakeostomi antara lain adalah:
1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml.
Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10% sampai 50% tergantung pada ruang
hampa fisiologik tiap individu.
2. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan
total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar
(paling sedikit pipa 7).
3. Proteksi terhadap aspirasi.
4. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan.
5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan.
6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus.
7. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

F. Jenis-Jenis Pipa Trakeostomi


1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya
aspirasi.
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
3. Trakeostomi Dua Cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam
dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.

4. Silver Negus Tubes


Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu
terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
5. Fenestrated Tubes
6
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

G. Prosedur Perawatan Trakeostomi


1. Peralatan
Menurut Roni7iftitah (2010), Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi
adalah :
a. Kateter penghisap
b. Sarung tangan steril
c. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi
d. Tali pengikat
e. Kassa steril
f. Swab
g. Hidrogen Peroksida
h. Normal salin
i. Kanul trakea
j. Sikat
k. Mangkuk Steril
l. Mantel pelindung
m. Bib trakeostomi
n. Pelindung mata
o. Gunting
p. Perlak dan handuk

2. Prosedur Perawatan Pasca Trakeostomi


Menurut Ilham (2010), segera setelah trakeostomi dilakukan:
a. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
b. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
c. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

7
Menurut Roniftitah (2010), langkah-langkah tindakan perawatan trakeostomi adalah :
a. Kaji pernapasan klien, termasuk kebutuhan klien akan pengisapan dan pembersihan
trakeostomi
b. Cuci tangan
c. Letakkan alat-alat di atas meja
d. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk bekerja
e. Bantu klien untuk mengambil posisi semi fowler atau terlentang
f. Jika diperlukan, hubungkan selang pengisap ke aparatus penghisap. Letakkan ujung
selang di tempat yang mudah di jangkau dan hidupkan penghisap
g. Letakkan handuk melintang di dada klien
h. Buka set atau peralatan penghisap. Buka juga bungkus alat-alat yang diperlukan untuk
pembersihan trakheostomi
1) Letakkan perlak paling bawah dan atur peralatan penghisap

2) Atur mangkuk steril kedua dekat. Jangan sentuh bagian dalam mangkuk

3) Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk kedua. Jangan sampai menetes


ke perlak.

4) Buka sikat steril dan letakkan di sebelah mangkuk yang berisi hidrogen peroksida

5) Buka ketiga bungkus kasa 10 x 10 cm. pertahankan sterilitas kasa. Tuangkan


hidrogen peroksida di atas kasa pertama dan normal salin di kasa kedua. Biarkan
kasa ketiga tetap kering.

6) Buka swab berujung kapas. Tuangkan hidrogen peroksida pada satu paket swab
dan normal salin pada paket swab lainnya.

7) Jika menggunakan kanul dalam sekali pakai, buka bungkusnya sehingga kanul
dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilsasi kanula dalam.

8) Tetapkan panjang tali pengikat trakheostomi yang diperlukan dengan


menggandakan lingkar leher dan menambah 5 cm dan gunting tali pada panjang
tersebut.

8
a. Lakukan prosedur pengisapan. Pastikan bahwa anda telah menggunakan mantel pelindung
dan sarung tangan steril
b. Lepaskan bib trakheostomi dari keliling pipa trakheostomi dan buang bib tersebut
c. Lepaskan sarung tangan yang sudah basah dan kenakan sarung tangan steril yang baru.
Tangan dominan anda harus tetap steril sepanjang prosedur dilakukan. Bersihkan kanul
dalam.
d. Mangganti kanul dalam sekali pakai (dispossible inner-canula).
1) Buka dan dengan hati-hati lepaskan kanul dengan menggunakan tangan tak dominan
anda.

2) Lakukan pengiapan dengan teknik steril, jika diperlukan.

3) Keluarkan kanul dalam baru steril dalam bungkusnya dan siramkan sejumlah normal
salin steril pada kanul baru tersebut. Biarkan normal salin menetes dari kanul dalam.

4) Bantalan kasa pertama di gunakan untuk membersihkan kulit di sektar trakheostomi.


Kasa kedua digunakan untuk mengangkat debris yang dilunakkan oleh hidrogen
peroksida, dan kasa ketiga digunakan untuk mengeringkan kulit.

5) Swab digunakan untuk membersihkan sekitar trakheostomi.

6) Kanul dalam steril harus sudah siap dipasang setelah anda membersihkan kulit.

7) Tali menahan trakheostomi di tempatnya tanpa menghambat sirkulasi.

e. Membersihkan jalan udara sehingga pembersihan trakheostomi menjadi lebih efisien.


Pengisapan merupakan prosedur steril. Mantel pelindung mencegah kontak dengan cairan
tubuh klien.
f. Kulit harus dibersihkan untuk mencegah kerusakan kulit.
g. Menurunkan penyebaran mikroorganisme.
1) Kanul dalam harus dilepaskan dan diganti untuk mengurangi penyebaran
mikroorganisme dan untuk meningkatkan pernapasan.

2) Melepaskan kanul dalam dapat menstimulasi batuk dan klien mungkin membutuhkan
pengisapan.

9
3) Normal salin yang menetes ke dalam trakheostomi dapat menyebabkan klien batuk.

4) Dengan hati-hati dan cermat pasang kanul dalam ke dalam bagian luar kanul dan
kunci kembali agar tetap berada di tempatnya.

5) Hubungkan kembali klien dengan sumber oksigen.

h. Membersihkan kanul dalam tak disposable


1) Lepaskan kanul dalam menggunakan tangan tak dominan dan letakkan kanul tersebut
dalam mangkuk yang berisi hidrogen peroksida.

2) Bersihkan kanul dalam dengan sikat (tangan dominan anda memegang sikat dan
tangan tak dominan anda memegang kanul dalam).

3) Pegang kanul di atas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan normal
salin pada kanul tersebut sampai semua kanul terbilas dengan baik. Biarkan normal
salin memetes dari kanul dalam.

4) Pasang kembali kanul dalam ke dalam kanul luar dan kunci agar tidak berubah
letaknya.

5) Hubungkan kembali ke sumber oksigen.

i. Gunakan kasa dan swab berujung kapas yang dibasahi dengan hidrogen peroksida untuk
membersihkan permukaan luar dari kanul luar dan area kulit sekitarnya.bersihkan juga
area kulit tepat di bawah kanul. Lalu bilas menggunakan kasa dan swab yang dibasahi
dengan normal salin. Kemudian keringkan dengan menggunakan kasa kering.
j. Ganti tali pengikat trakheostomi. Biarkan tali yang lama tetap di tempatnya sementara
anda memasang tali yang baru. Sisipkan tali yang baru pada salah satu sisi dari faceplate.
Lingkarkan kedua ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher lain ke sisi lainnya
dari faceplate. Sisipkan salah satu ujung bebasnya pada salah satu sisi faceplate dan ikat
dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali yang lama.
k. Letakkan bib trakheostomi atau balutan bersih mengelilingi kanul luar di bawah tali
pengikat faceplate. Periksa untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi
pipa trakheostomi telah dengan aman tertahan di tempatnya.
l. Mengempiskan dan mengembangkan manset (cuff) pipa trakheostomi.
10
1) Pakai sarung tangan steril

2) Lakukan pengisap jalan udara orofaring klien

m. Bilas selang penghisap


n. Cuci tangan
o. Evaluasi dan dokumentasikan

H. Komplikasi Trakeostomi
Menurut Ilham (2010), komplikasi yang terjadi pada tindakan trakeostomi dibagi atas:

No. Waktu Komplikasi

Haemorrhage (pendarahan).
Rasa panas pada jalan nafas
Cedera pada trakea dan laring
Cedera pada struktur trakeal
Emboli udara
1. Intraoperatif
Apnea
Henti jantung
Perforasi
Ruptur pleura viseralis
Sumbatan darah/secret

Emfisema subkutan
Pneumotoraks / pneumomediastinu
Tabung berpindah
Tabung tersumbat
2. Postoperatif
Infeksi luka
Trakea nekrosis
Pendarahan sekunder
Masalah menelan

11
Obstruksi jalan nafas atas
Infeksi
3. Jangka panjang Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
Iskemia atau nekrosis trakea

I. Indikasi Pelepasan Trakeostomi


Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau
kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan :
1. Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.

2. Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.

3. Tidak terdapat infeksi lanjutan.

4. Tanda-tanda vital klien normal.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat
stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga dan
keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara
pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas. Prosedur pelaksanaan trakeostomi antara
lain rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi,
antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi dan mengajari pihak keluarga dan
penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi. Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah
jika klien menunjukkan kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Komplikasi dari
tindakan trakeostomi antara lain Cedera pada trakea dan laring,Cedera pada struktur trakeal
dan Emboli udara

B. Saran

Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang bagaimana perawatan trakeostomi
selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk
berbagi kepada masyarakat tentang informasi bagaimana perawatan trakeostomi. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Irman Somantri. 2012 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.

Claudia Russell & Basil Matta. 2004. Tracheostomy, A Multiprofesional Handbook. London San
Fransisco:GMM.

Nurseslab. 2011. Tracheostomy Nursing Care & Management.Nurseslabs.Diakses 9 November


2014 pukul 08.15, dari web site http://nurseslabs.com/nursing-procedures/tracheostomy-nursing-
care-management/

Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta

14

You might also like