You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin.(Gustian, 2012)
Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat terbesar
dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk sedangkan posisi
urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika Serikat dan WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Diperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030
yaitu India (79,4 juta), Cina, Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta), tahun 2020
menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (PERKENI, 2011). Di Indonesia
berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada
penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar
14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan
Negara maju, sehingga Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, dan
dapat terjadi pada lansia (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).
Menurut International Diabetes Foundation (IDF) komplikasi diabetes mellitus dibagi
menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut terduri dari Hipoglikemi dan
hiperglikemi (KAD dan HHS). Sedangkan komplikasi kronis yaitu munculnya penyakit makrovaskuler,
mikrovaskuler, dan neurologis. Menurut data di indonesia terdapat 1785 penderita diabetes melitus
yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler
(16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%). Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah
timbulnya komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani, konsumsi
obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita diabetes
melitus (Purwanti, 2013). Menurut penelitian Setyani (2007) menunjukkan hanya 43% pasien yang
patuh menjalankan diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak patuh menjalankan diet yang
dianjurkan. Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan kontrol
glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah komplikasi akut dan mengurangi resiko
komplikasi jangka panjang. Sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol
glikemiknya menjadi kurang baik bahkan tidak terkontrol, hal ini akan mengakibatkan komplikasi
yang mungkin timbul tidak dapat dicegah. (Bilous, 2002)
Sehingga diperlukan upaya pengelolaan pada pasien Diabetes Mellitus secara tepat sebagai
suatu langkah penanganan yang strategis dan sangat penting, dengan harapan upaya tersebut dapat
menunda perkembangan terjadinya komplikasi maupun menghambat progresifitas komplikasi yang
telah terjadi (Permana, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pemahaman terkait tanda dan gejala hipoglikemi dan hiperglikemi beserta
penanganannya pada lansia prolanis kecamatan Sutojayan?
1.3 Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman tanda dan gejala hipoglikemi dan hiperglikemi serta
penanganannya pada lansia prolanis kecamatan Sutojayan.
1.4 Manfaat Kegiatan
Memberikan pemahaman yang benar tanda dan gejala hipoglikemi dan hiperglikemi serta
penanganannya pada lansia prolanis kecamatan sutojayan

You might also like