You are on page 1of 10

MAKALAH AGAMA

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

OLEH

KELOMPOK : DUA

ANGGOTA : AFRIYUNI

RAHMAD IHSAN SAPUTRA

FOURI SALCI

RIZKY NOVICA

DOSEN : ULFATMI

JEM KHAIRIL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAB I

Pendahuluan

Dalam abad ke 20 ini, di satu pihak orang mengamati kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang sangat pesat dan mendalam, namun bersamaan dengan itu dipihak lain orang mengamati dekadensi
kehidupan beragama dikalangan umat manusia. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tampak jelas memberikan buah yang sangat menyenangkan bagi kehidupan lahiriyah umat manusia
secara luas. Dan manusia merasa telah mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-
besaran.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini, secara bertahap tapi pasti
membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu benar dan mengagumkan. Sejak bentuk tulisan yang paling
primitif dengan bahan kertas yang amat sederhana manusia memulai abad-abad yang gemerlapan oleh
sinar ilmu pengetahuan itu, manusia telah menulis berjuta-juta buku, dan dapat menyelesaikan penulisan
beribu-ribu kata dalam waktu yang amat singkat. Dna yang paling aktual serta masih mengagumkan di
kalangan manusia adalah penemuan alat komputer yang begitu besar manfaatnya.
BAB II

Pembahasan

1. Pandangan Islam terhadap Ilmu

Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu agamapun yang melampaui
dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana pandangan yang diberikan Islam.
Islam sangat gigih dalam mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya,
sebagai sesuatu yang utama dan mulia.

Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an), masalah ilmu pengetahuan
merupakan pangkal perintah Allah kepada manusia. Perintah membaca merupakan kunci mencari
dan mengulas ilmu pengetahuan itu, membaca apakah yang hendak dibaca tanpa ada sesuatu yang
tersurat? Dan ini merangsang manusia untuk giat menulis, meneliti, mengobservasi, menganalisis,
dan kemudian merumuskannya sebagai teori ilmu, membacapun tak dapat jalan tanpa memiliki
pengetahuan membaca dan ketrampilan bahasa dan pandai menulis adalah rangkaian dari sarana
dalam rangka menimba ilmu pengetahuan itu.

Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar menyatakan betapa
tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik
disisi Allah maupun disisi manusia.

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan. (QS. 58 : 11).

2. Ilmu Pengetahuan di Tengah Umat Islam

Banyak sekali ilmuwan Islam dengan karya-karya mereka dengan besar, yang pengaruh hasil
karya ilmiahnya masih dirasakan hingga berabad-abad kemudian di dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di Eropa. Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir ibn Hayyam (721-815) adalah
orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya dalam alkemi yang
kemudian oleh ilmuwan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang
sebagai ilmu kimia.

Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan bahwa
Muhammad ibn Zakaria ar-Rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan
proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti distalasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya.
Sekitar tahun 1231 ketika Henrick Harpestraeng, orang yang kemudian menjadi dokter istana
raja Eric II Walder Marsson, berusaha menulis risalah kedokteran dalam ilmu bedah di Salerno ia
meminta bantuan Michael the Schott bekas mahasiswa dari Universitas Islam di Toledo, untuk dapat
menggunakan buku-buku standar ar-Rozi dan Ibn Sina yang berbahasa Arab tersebut sebagai
sumber.

Profesor Fuad Sezgin guru besar sejarah Universitas Frankfurt, telah menulis dua puluh jilid
buku tentang karya-karya Ilmuwan muslim zaman lalu yang diberi judul Geschichte des Arabis
Chen Schriftums, dan memberikan komentar tentang pengaruhnya pada ilmuwan Eropa kemudian,
serta pembajakan-pembajakan naskah yang disalin dari bahasa arab kemudian diakui sebagai karya
ilmiah penyalin.

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan penguasa di bumi


dengan tugas, kewajiban serta tanggung jawabnya, dia harus melalukan pengelolaan yang baik untuk
itu ia harus mengetahui dan memahami benar-benar sifat dan kelakuan alam sekitarnya yang harus
dikelolanya itu, baik yang tak bernyawa maupun yang hidup beserta masyarakatnya, pengetahuan
dan pemahaman ini dapat diperolehnya karena manusia hidup di dalam, dan dapat menginderakan
alam fisis di sekelilingnya. Dan diharapkan orang dapat memperoleh pengetahuan yang berguna
baginya dalam menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi.

Pemeriksaan dengan perhatian yang besar untuk mengetahui sesuatu memerlukan observasi
yang berulang-ulang secara teliti serta pengumpulan data secara sistematis yang kemudian dianalisis
untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang apa yang diperiksa itu untuk dihimpun sebagai
pengetahuan, tetapi analisis terhadap suatu himpunan data untuk mencapai kesimpulan itu
memerlukan kemampuan berfikir secara kritis. Namun untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan
yang dapat dihimpun menjadi suatu sistem yang logis atau kesatuan yang rasional yang kita sebut
ilmu pengetahuan perlu digunakan pertimbangan yang melibatkan akal. Dan hal inipun diungkapkan
dalam ayat lanjutannya yaitu ayat 12 surat an-Nahl yang artinya:

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-
bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)
Dalam abad-abad yang lalu umat Islam hanya dapat meraba serta menerka saja jawabannya,
maka kita yang hidup dalam abad ke-20 ini telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana
teknologi propulsi roket dan pengendalian elektronik yang canggih telah berhasil melontarkan
manusia sampai ke permukaan bulan dan mengembalikannya ke bumi serta mengirimkan pesawat
antariksa yang masing-masing mempunyai misi tertentu ke planet dalam tata surya kita.

4. Jenis-Jenis Pengetahuan

Di kalangan masyarakat awam, kita akan menemukan bermacam-macam pengetahuan dan


kepercayaan. Burung hantu yang berteriak di malam hari ada yang mempercayai sebagai pertanda
munculnya malapetaka, pelangi dianggap tangga bidadari yang sedang turun mandi. Orang yang
mempunyai ilmu, sehingga tidak mempan di tembak dengan peluru / pedang dan masih banyak lagi
penjelasan kepercayaan yang kita temukan dalam masyarakat.

Berdasarkan pada hal-hal yang kita sebutkan di atas maka pengetahuan manusia dapat
digolongkan atas 4 jenis pengetahuan, yaitu:

a. Pengetahuan takhayul / mitos

Mitos adalah suatu penjelasan atas fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya didengar
dan dipercaya begitu saja. Ada juga yang disebut legenda yaitu ceritera rakyat yang berdasarkan
mitos.

Contohnya: pada zaman dahulu orang percaya bahwa pelangi dianggap tangga bidadari
yang sedang turun mandi, bunyi burung hantu dianggap pertanda munculnya bencana, kaisar
Jepang adalah keturunan dewa matahari.

b. Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah


(penelitian) dengan pengamatan panca indra dan penalaran akal budi yang disusun secara
sistematika untuk menjelaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang panca indra dan
pikiran manusia.

Pengetahuan ilmiah dapat dibagi lagi seperti berikut:


Pengetahuan ilmiah :

Fakta objektif benar

Tafsiran fakta ---> Benar, objektif ---> Salah, objektif

Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda mati,
kemudian manusia menjelaskan fakta itu / memberi tafsiran pada fakta objektif yang tidak dapat
dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda padat yang tercelup
dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang dipindahkannya.

c. Pengetahuan supernatural

Pengetahuan supernatural adalah pengetahuan yang tidak termasuk pada takhayul dan
pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta pengetahuan supernatural tidak dapat dijangkau
dengan panca indra maupun akal budi, sifatnya transrasional (di luar jangkauan akal budi).
Karena itu pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi dan bukan objek pengetahuan
ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi dengan iman, believe it or not yang sifatnya
sangat pribadi dan menyangkut hak-hak azasi manusia.

d. Pengetahuan ilmiah semu (pseudo science)

Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah tetapi
dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang bersifat supernatural. Bangsa Babilonia kira-kira
2500 SM, dalam menyembuhkan penyakit disamping obat juga menggunakan mantra. Bangsa
babilonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan memberikan nama pada rasi bintang menurut
nama-nama binatang seperti Leo, Scorpio, Pisces, dan sebagainya. Ilmu perbintangan yang
dihubungkan dengan kepercayaan ramalan ramalan nasib disebut astrologi. Astrologi bukan
pengetahuan ilmiah melainkan pseudo science.

5. Aqidah Islam Sebagai Dasar Ilmu

Ketika Aqidah Islam dijadikan landasan ilmu dan pengetahuan, bukan berarti konsep-konsep ilmu
dan pengetahuan harus bersumber dari Al Qur'an dan Al hadits.Yang benar adalah konsep ilmu dan
pengetahuan harus di standard kan benar dan salahnya dengan tolak ukur Al Qur'an dan Al Hadits dan tidak
boleh bertentangan dengan keduanya.Artinya jika kita menjadikan Aqidah Islamsebagai landasan ilmu
pengetahuan, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, dan sebagainya harus di dasarkan pada ayat
tertentu atau hadits tertentu.Kalau ada ayat atau hadits yang sesuai dengan fakta sains itu adalah bukti
keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.
Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya
dan panas ( QS.Nuh:16 )
bahwa langit berasal dari asap sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensi(pemekatan) gas
( QS.Fushshilat:11-12).

Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi
tolak ukur kesimpulan Iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat tersebut.
Jadi yang dimaksud menjadikan aqidah Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan bukanlah bahwa konsep
ilmu dan pengetahuan wajib bersumber kepada Al Qur'an dan Hadits, akan tetapi iptek wajib bersandar
kepada Al Qur'an dan Al Hadits.

6. Anjuran Menuntut Ilmu dalam Islam

Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Quran maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi
nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui.
Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini
kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang
yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke
liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut
ilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam
memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu
didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal
dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan
zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-
negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak
membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam
seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.

Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal;
karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita
ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara
keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang
disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah.

Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria dan wanita punya
kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa
mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan
sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu
termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan
menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan
ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar. Imam Jafar As-Shadiq pernah berkata: Aku sangat senang dan
sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan
supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk
menuntut ilmu agama.

Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal gender. Karena
menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak
bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti
sesuatu yang bermanfaat.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari rangkaian kegiatan mulai dari observasi dan pengukuran yang dilakukan dalam pemeriksaan
yang diperintahkan Allah Swt itu, dan penggunaan akal serta pikiran untuk menganalisa data untuk
sampai pada kesimpulan yang rasional itulah kegiatan utama dari pengembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya. Ia bersifat empiris / eksperimental.

Dan dengan semakin majunya turut pemikiran dan kebudayaan, ada manusia yang tidak percaya
lagi kepada hal-hal yang bersifat supernatural, tidak percaya kepada ajaran agama, mereka hanya
mengandalkan solusi dari IPTEK untuk mengatasi masalah kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Amin Suyitno, M.Pd., Ilmu Alamiah Dasar, Semarang, 2002.

Drs. Kaelany HD, MA., Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Bumi Aksara, Jakrta, 2000.
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/islam-dan-ilmu-pengetahuan.html

http://uswahislam.blogspot.com/2010/04/aqidah-islam-sebagai-dasar-ilmu.html

You might also like