You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Definisi
Tumor ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka
kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena
(Anonim,2006)

Epidemiologi
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya
terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,
mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal
tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan)
cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit
dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena
selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat
berakibat fatal bagi penderita(1).
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah karsinoma
sel basal (basalioma), karsinoma sel squamosa, yang tergolong non melanoma dan
melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum. Di Amerika, sekitar
800.000 orang menghidapi kanker ini setiap tahun. 75% kanker kulit adalah kanser sel
basal. Karsinoma sel skuamos pula didapati apa 200.000 orang Amerika setiap tahun.
Melanoma adalah yang paling jarang dijumpai tetapi menyebabkan paling banyak
kematian. Menurut WHO, sebanyak 160.000 orang menghidapi melanoma setiap tahun
dan sebanyak 48.000 kematian dilaporkan setiap tahun(3).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Embriologi Kulit (4)


Kulit memiliki asal ganda:
(a) lapisan superfisial (epidermis), terbentuk dari permukaan ektoderm.
(b) lapisan dalam (dermis), berasal dari mesenkim di bawahnya.

A. Epidermis
Pada awalnya, mudigah diilapisi oleh satu lapisan sel ektoderm (Gambar
20.1A). Pada awal bulan kedua, epitel ini membelah dan terbentuk suatu lapisan
Sel gepeng, periderm atau epitrikium, di permukaannya (Gambar 20.1B). Pada
proliferasi sel selanjutnya di lapisan basal, terbentuklah zona ketiga (zona
intermediat) (Gambar 20.1C). Akhirnya, pada akhir bulan keempat, epidermis
memperoleh susunan definitifnya, dan dapat dikenali empat lapisan (Gambar
20.1D)

1. Stratum basale atau stratum germinativum, berperan dalam


menghasiikan sel sel baru. Lapisan ini kemudian membentuk bubungan dan
cekungan yang tercermin di permukaan kulit sebagai sidik jari.
2. Stratum spinosum yang tebal terdiri dari sel-sel polihedral besar yang
mengandung tonofibril halus.
3. Stratum granulosum mengandung granula keratohialin kecil di sel-selnya.

2
4. Stratum korneum (lapisan tanduk) yang membentuk permukaan mirip sisik
keras pada epidermis, disusun oleh sel-sel mati yang terkemas rapat dan mengandung
keratin. Sel-sel periderrn biasanya dilepaskan sewaktu paruh kedua kehidupan intra-
uterus dan dapat ditemukan di dalam cairan amnion. Selama 3 bulan pertama
perkembangan, epidermis diinvasi oleh sel-sel yang berasal dari krista neuralis. Sel-sel
ini mensintesis pigmen melanin dalam melanosom. Setelah terkumpul, melanosom di
angkut melalui prosesus dendritik melanosit dan dipindahkan interseluler ke
keratinosit kulit dan tunas rambut. Dengan cara ini, kulit dan rambut memperoleh
pigmentasinya.

B. Dermis
Dermis berasal dari mesoderm lempeng lateral dan dermatom dari somit.
Selama bulan ketiga dan keempat, jaringan ini, korium (Gambar 20. ID), membentuk
banyak struktur papilar ireguler, papila dermis yang menonjol ke atas ke dalam
epidermis Sebagian besar dari papila ini mengandung kapiler halus atau end organ
(ujung) saraf sensorik. Lapisan dermis yang lebih dalam, subkorium, mengandung
banyak jaringan lemak.
Saat lahir, kulit dilapisi oleh pasta keputihan, verniks kaseosa; yang dibentuk
oleh sekresi kelenjar sebasea dan sel epidermis dan rambut yang meng-alami
degenerasi. Lapisan ini melindungi kulit dari efek maserasi cairan ketuban.

C. Rambut
Rambut muncul sebagai suatu proliferasi epidermis solid yang menembus
dermis di bawahnya (Gambar 20.3A). Di ujung terminalnya, tunas rambut
mengalami invaginasi. Invaginasi ini, papila rambut, cepat terisi oleh mesoderm
tempat terbentuknya pembuluh darah dan ujung saraf (Gambar 20.3-B,C).
Sel-sel di bagian tengah
tunas rambut segera berubah
bentuk menjadi seperti
gelendong dan mengalami
keratinisasi, membentuk batang
rambut, sementara sel di perifer

3
berubah menjadi kuboid dan menghasilkan epitel selubung rambut (Gambar
20.3B,C).
Selubung akar dermis dibentuk oleh mesenkim sekitar. Di selubung akar
dermis biasanya melekat sebuah otot polos halus, juga berasal dari mesenkim.
Otot ini adalah m. arektor pili. Proliferasi sel epitel yang terus berlangsung di
dasar batang rambut mendorong rambut ke atas, dan pada akhir bulan ketiga rambut
pertama telah muncul di permukaan di sekitar alis dan bibir atas. Rambut pertama
yang muncul, rambut lanugo, rontok pada waktu lahir dan kemudian diganti oleh
rambut yang lebih kasar yang tumbuh dari folikel baru.
Dinding epitel folikel rambut biasanya memperlihatkan suatu tunas kecil yang
menembus mesoderm di sekitarnya (Gambar 20.3C). Sel-sel dari tunas ini
membentuk kelenjar sebasea. Sel-sel dari kelenjar mengalami degenerasi,
membentuk bahan mirip lemak yang disekresikan ke dalam folikel rambut, dan dari
sini bahan tersebut mencapai kulit.

D. Kelenjar mamaria
Tanda-tanda awal adanya kelenjar mamaria di-temukan dalam bentuk
penebalan memanjang epidermis,
garis mamaria atau mammary ridge.
Pada mudigah 7 minggu, garis ini
berjalan di kedua sisi tubuh dari
pangkal lengan hingga ke regio
tungkai (Gambar 20.4C). Meskipun
sebagian besar garis mamaria lenyap
segera setelah terbentuk, sebagian
kecil di daerah toraks menetap dan menembus mesenkim di bawahnya (lihat Gambar
20.4A). Di sinij garis tersebut membentuk 16 sampai 24 tunas yang selanjutnya
menghasilkan tunas-tunas solid kecil. Pada akhir kehidupan pranatal, tunas epitel
tersebut mengalami kanalisasi dan membentuk duktus laktiferus, dan tunas
membentuk duktus kecil dan alveolus kelenjar. Pada awalnya, duktus laktiferus
membuka ke suatu lubang epitel kecil (Gambar 20.4B). Segera setelah lahir, lubang
ini berubah menjadi putting payudara akibat proliferasi mesenkim di bawahnya.

4
II.2 Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garus besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:
1) Lapisan epidermis atau kutikel
2) Lapisan dermis (Korium, kutis vera, true skin)
3) Lapisan subkutis (hipodermis)
Tidak ada garis tengah yang memisahkan dermis dan subkutis, sub kutis ditandai
dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

A. Lapisan Epidermis atau Kutikel


Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu (6).
Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan ( dari lapisan paling atas sampai yang
terdalam) 2 :
1) Stratum Korneum (Lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2) Stratum Lusidum
Terdapat di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang di sebut eleidin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (tidak tampak pada kulit
tipis).
3) Stratum Granulosum ( Lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar terdiri atas keretohialin (granula
keratohialin). Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini dan tampak jelas di
telapak tangan dan kaki.
4) Stratum Spinosum (Stratum Malphigi / prickle cell layer)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-

5
beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel in makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril
atau keratin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat
kecil yang di sebut nodulus bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel
langerhans. Sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
5) Stratum Basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti palisade. Lapisan ini merupakan
lapisan epidermis yang paling bawah. Sel basal ini mengadakan mitosis dan
berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu:
a. Sel-sel yang berbenuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan
besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (Melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna
muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen
(melanosomes).
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain.

catatandiky.blogspot.com

B. Lapisan Dermis

6
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling
tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai bidang
yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke dalam
epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis
disebut rete ridge. Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier
yang memberi gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik jari).
Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis total. Bagian
bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler yang mengandung vasa darah
dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya(7).
Dermis ini tersusun dari beberapa unsure atau organ yang meliputi: unsure
seluler, unsure fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe, system saraf.
1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari:
a) fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan substansi
dasarnya
b) Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamine dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
c) Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahan-bahan
asing fan mikroorganisme.
d) Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat
berupa mononuclear ataupun granulosit.
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
a) Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut
ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polypeptide.
Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsure
pembentuk garis langer (cleavage line)
b) Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga
dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus disbandingkan
dengan kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
c) Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanyalah
dapat dilihat dengan pewarna khusus.

7
3. Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan
dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya
merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini
mampu menahan sejumlah air, sehingga akan menempati ruang terbesar dari
dermis.
4. Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan 10%
dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam kulit terdiri
dari 2 plexus yaitu :
a) Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun sejajar
dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas kepiler-kapiler,
endarteriole dan venulae yang member makan ke papilla.
b) Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat subcutis
dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dari
pada plexus superficialis.

Sistem saraf
Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit. Serabut
saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root ganglia .
Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian masing-masing
terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak bermyelin. Serabut
saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan serabut yang sama,
kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan menginervasi dermis bagian
superficial. Dalam perjalanan selanjutnya serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan
sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di dermis, beberapa melakukan penetrasi
membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke epidermis.
Ada 3 macam serabut saraf yag terdapat pada kulit, yaitu :
1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk
vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot tersebut),
dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.

8
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu :
1) Korpuskulum Meisnerri
Berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan tekanan ringan. Terdapat pada papilla
dermis dan paling banyak dapat dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
2) Korpuskulum Paccini
Berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam dan terdapat pada dermis bagian
dalam terutama pada bagian-bagian badan yang sering menahan beban berat.
3) Akhiran serabut saraf bebas
Berfungsi untuk menerima rangsangan panas, dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas
ini terdapat terutama pada papilla dermis dan sekitar folikel rambut.
Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4
komponen yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah
intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat dengan
mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone membrane basalis
ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dn cairan
antara dermis dan epidermis2.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi6.

C. Lapisan Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber(6).

Vaskularisasi Kulit

9
Arteri yang
memberi
nutrisi pada
kulit
membentuk
pleksus
terletak
antara
lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara
dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla
dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis
tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran
epidermis(6).

II.3 Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal

10
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas(6)

II.4. Klasifikasi Tumor Ganas Kulit


Tumor-tumor ganas kulit yang paling sering ditemukan adalah :
1. Karsinoma Sel Basal
2. Karsinoma Sel Skuamosa
3. Tumor Maligna (Melanoma Maligna)

1. KARSINOMA SEL BASAL

Defenisi
Karsinoma Sel Basal (KSB) adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih
mirip set germmatif folikel rambut dibandingkan dengan lapisan sel basal epidermis.
KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri alas komponen stroma interdependen
(jaringan fibrosa) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari primordial pluropofensial di
lapisan sel basal, dan dapat juga dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar
sebasea atau adneksa kulit lain.5
Nama lain dari Karsinoma Sel Basal mi adalah Basalioma, Basal Sel l-pitellioma.
ulkus rodens. ulkus Jacob, tumor komprecher, basal sel karsinoma.

Epidemiologi
Pertama sekali yang melaporkan Karsinoma Sel Basal ini adalah Jacob pada tahun
1827 yang meruapakan suatu sel invasi dan metastase yang lambat, serta jarang
menimbulkan kematian.5 Karsinoma Sel Basal ini lebih sering dijumpai pada orang kulit
putih dari pada orang yang kulit berwarna, dan pengaruh sinar matahari sangat berperan
dalam perkembangan Karsinoma Sel Basal. Pria lebih banyak dari pada wanita dan
umumnya di atas 40 tahun. Lebih dari 80% berlokasi di kepala dan leher, 30% di
hidung.
Menurut penelitian Tjarta di Indonesia peringkat kanker kulit adalah :
1. Karsinoma Sel Basal 36,67%
2. Karsinoma Sel Skuamosa 11,4%

11
3. Melanoma Maligna 0,59%
4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya

Faktor predisposisi dari Karsinoma Sel Basal


1. Faktor internal : umur, ras, jenis kelamin, dan genetik
2. Faktor external
1. Sinar UV (UVB 290 -320 um)
2. Trauma pada kulit sepeni bekas vaksinasi , luka bakar
3. Zat-zat kimia hidrokarbon polisiklik
4. Radiasi lonisasi
5. Arsen organic

Patogenesis
Patogenesis Karsinoma sel Basal didahului dengan kolagen yang sering dijumpai
pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga
nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan predileksi terjadinya suatu
kelainan kulit.8 Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan
menghilangkannya dalam bentuk panas Jika energi masuk terlalu besar dapat merusak
dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjulnya menjadi sel kanker.

Manifestasi klinik
Predileksinya terutama pada wajah (pipi. dahi, hidung, lipat, nasolabial, daerah
periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, langan, badan,
tungkai, kaki, dan kulit kelapa. Tumor ini tumbuh lambat dan jarang metastasis jauh,
namun cenderung invasif lokal dan menyebabkan morbiditas yang hebat, rekurrensi
lokal dan destruksi jaringan. Metastasis dapat terjadi pada varian noduler yang disebut
karsinoma sel basal basaloskuamous.

Gambaran klinik KSB bervarisasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk


1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2. Berpigmen

12
3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing
4. Superficial
5. Fibroepitelioma

Tipe Nodulo Ulseratif


Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi
biasanya tampak sebagai lesi tunggal Paling sering
mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial. dahi,
dan tepi kelopak mata Pada awalnya lampak papul atau
nodul kecil, transparan seperti mutiara. berdiamater
kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Permukaannya
tampak mengkilat. sering dijumpai adanya teleangiektasia. dan kadang-kadang dengan
skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti
kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat
bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi keras. Jika
terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut ulkus rodem), dengan destruksi
jaringan di sekiranya

Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo
ulseratif Bedanya, pada jenis ini berwama coklat atau
hitam berbintik-bintik atau homogen yang secara Minis
dapat menyerupai melanoma.

http://courses.washington.edu/hubio567/melanoma/large/mel14.jpg

Tipe Morfea Fibrosing/Sklerosing


Biasanya terjadi pada kepala dan leher lesi tampak
sebagai plak sklerotik yang cekung. berwarna putih
kekuningan dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan perifer
diikuti oleh perluasan sklerosis ditengahnya.

13
http://www.skincarephysicians.com/skincancernet/images/basal_13.jpg

Tipe Superfisial
Lesi biasanya multipel, mengenai badan Secara Minis
tampak sebagai plak transparan, eritematousa sampai berpigmen
terang, berbentuk oval sarnpai iregular dengan tepi berbatas legas
sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya
dihubungkan dengan digesti arsenik kronis.

http://www.skincarephysicians.com/skincancernet/images/basal_13.jpg

Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah Secara klinis, lesi berupa papul kecil
yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek. dengan permukaan halus dengan warm
yang bervariasi.

Histopatologi
Lever membagi KSB dalam beberapa tipe histopalologi yang terdiri atas KSB
yang berdiferensiasi dan KSB tidak berdiferensiasi.
1. KSB berdiferensiasi
a. Jenis keratotik
Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi ke arah rambut Menunjukkan
sel-sel parakeratotik dengan gambaran inti yang memanjang dan sitoplasma
agak eosinofilik dan dijumpai horncyst, selain sel-sel undiferentiated dengan
sitoplasma basofilik
b. Jenis kistik
Dijumpai adanya bagian-bagian kistik dibagian tengah massa tumor yang terjadi
akibat degenerasi sel-sel tumor atau defferensiasi sel-sel ke arah kelenjar.
c. Jenis adenoid
Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang dibatasi jaringan ikat Kadang-
kadang ditemukan lumen yang dikeilingi sel-sel bersekresi. Dalam lumen dapat

14
ditemukan semacam bahan koloid atau massa amorf.

2. KSB tidak berdifferensiasi/ KSB solid


Merupakan gambaran histopatologik yang banyak ditemukan. Berupa pulau-pulau
sel dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam, terdiri dari sel-sel basaloid,
dengan inti basofilik yang bulal atau lonjong. sitoplasma sedikit, sel-sel pada tepi
massa tumor tersusun palisade.

Diagnosis
Keluhan umumnya adalah lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula
lesi tersebut berupa borok yang tidak sembuh. Gambaan klasik dikenal sebagai ulkus
rodent yaitu ulkus dengan tepi tidak rata, warna kehitaman dengan perifer tampak
hiperplasia (meninggi) dan di sentral ulkus. Bentuk tidak klasik bervariasi
tergantung tipe klinikkopatologinya. Pada awal ditemukan umumnya karsinoma sel
basal kecil, translusen atau seperti mutiara, tampak area yang menonjol dengan
adanya pembuluh darah yang dilatasi (telangiectasia). Pertumbuhannya lambat,
namun bila diabaikan dapat tumbuh ke lapisan kulit lebih dalam dan menyebabkan
kerusakan yang besar, khususnya karsinoma sel basal yang tumbuh pada daerah
sekitar mata, hidung, atau telinga.
Lesi basalioma umumnya berupa papul, nodul, translusen seperti mutiara,
ulkus (sering ditutupi krusta) dengan tepi meninggi, berwarna merah jambu atau
merah, telangiektasis dapat dijumpai (dengan bantuan loupe). Jenis pigmented dapat
berwarna coklat sampai biru atau hitam. Pada palpasi dapat teraba keras, padat dan
kistik. Bentuk biasanya bulat, oval, tengah melekuk (umbilicated). Hampir tidak
pernah didapat metastasis ke kelenjar getah bening regional. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.13

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KSB bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dengan hasil
kosmetik yang baik serta hasil fungsional yang maksimal. Dalam menentukan cara
penatalaksanaan KSB, banyak hal yang harus diperhatikan, baik dari faktor tumornya
maupun pasiennya. Faktor tumor yang perlu diperhatikan adalah tipe tumor, ukuran

15
lokasi, sifat penumbuhan dan apakah tumor primer atau rekurens. Sedangkan faktor
pasien yang perlu dipertimbangkan adalah usia, riwayat penyakit lain, faktor psikologis
dan riwayat pengobatan.
Secara garis besar penatalaksanaan KSB digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu
dengan pembedahan dan tanpa pembedahan Pembedahan dapat dilakukan dengan cara
eksisi dengan skapel, bedah mikrografik Mote, kuretase dan elektrodesikasi, bedah
beku, serta bedah laser Penatalaksanaan tanpa pembedahan dilakukan dengan cara
radioterapi, interferon intralesi, kemoterapi. pemberian retinoid dan foto dinamik.

Prognosis
Pengobatan pada KSB primer memberikan angka kesembuhan sekitar 95%
sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada KSB rekuren lebih sulit
daripada KSB Primer, dan angka kekambuhan selelah dilakukan prosedur yang kedua
adalah tinggi.

16
2. KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Definisi
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu proliferasi ganas dari keratosit epidermis,
yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan salah satu dari
kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Faktor predisposisi karsinoma sel
skuamosa (KSS) antara lain radiasi sinar ultraviolet, bahan karsinogen. arsenic dan lain-
lain.9
Nama lain KSS adalah epitelioma sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle,
karsinoma epidermoid, pavement epithelioma, spinalioma, karsinoma Bowen dan
cormfied epithelioma. 2

Epidemiologi
KSS lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna dan
lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita, terutama pada usia 40-5- tahun.
Insiden KSS meninggi setting dengan bertambahnya usia 9

Etiologi
Seperti pada umumnya kanker yang lain, penyebab kanker kulit ini juga belum
diketahui secara pasti Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan
KSS pada kulit yaitu faktor sinar matahari, arsen, hidrokarbon, suhu, radiasi kronis,
parut, virus.8
Peranan UV untuk terjadinya karsinoma sel skuamousa melalui berbagai
mekanisme. UV-B tampaknya mempengaruhi densitas dan kapabilitas sel-sel
Langerhans interleukin-2 (T helper 1 cytokine) dan Interferon. Penelitian telah
membuktikan bahwa sinar ultraviolet meng-introduksi mutasi dari p53 dengan
memproduksi dimer dari pyrimidine DNA oleh karena itu dapat dipertimbangkan
bahwa sinar ultra violet sebagai petanda pemicu mutasi.13

17
Manefestasi Kllinik
KSS pada umunya sering terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokasi yang
tersering adalah pada daerah yang terbanyak terpapar sinar matahari seperti wajah,
telinga, bibir bawah, punggung, tangan dan tungkai bawah.

Secara klinis ada 2 bentuk KSS, y aitu


1. KSS in situ
Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada
epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit
yang telah ada sebelumnya seperti solar
keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon
keratosis, arsenikal keratosis. kornu kutanea.
penyakit bowen, dan entroplasia Queyrat KSS
in situ ini dapat menetap di epidermis dalam
jangka waktu lama dan tak dapat diprediksi. dapat menembus lapisan basal sampai
ke dermis dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah bening regional.

2. KSS invasif
KSS invasiv ini dapat berkembang dari
KSS in situ dan dapat juga dari kulit normal,
walaupun jararang KSS invasif yang dini
baik yang muncul pada karsinorna in situ, lesi
premaligna atau kulit normal, biasanya adalah
berupa nodul kecil dengan batas yang tidak
jelas, berwama sama dengan warna kulit atau
agak sedikit eritema Permukaannya mula-
mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilomatosa Ulserasi
biasanya timbul didekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, string
sebelum tumor berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan
mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras. Dapat
dijumpai krusta 8,10

18
Stadium Klinik
Stadium klinik untuk karsinoma sel basal (basiloma) dan karsinoma sel
skuamous menggunakan standart TNM-AJCC (American Joint Commission on Cancer)
2002.
Stadium TNM T Tumor Primer
0 Tis.N0.M0 Tx = Tidak dapat dievaluasi
T0 = Tidak ditemukan
I T1.N0.M0 Tis = Kanker in situ
T1 = Tumor terbatas pada kulit, ≤2cm
II T2.N0.M0 T2 = Tumor terbatas pada mammae, 2-5cm.
T3.N0.M0 T3 = Tumor > 5cm
T4 = Invasi tumor dalam ke jaringan
dibawahnya
III T4.N0.M0. N Nodus Regional
TiapT.N1.M0 NX = Tidak dapat diperiksa
N0 = Tidak ada metastasis nodus regional
N1 = Ada nodus regional
IV Tiap T.tiapN.M1 M Metastasis jauh
Mx = Tidak dapat diperiksa
M0 = Tidak ada metastasis jauh
M1 = Ada metastasis jauh

Histopatologis
Secara histopatologi KSS terdiri dari massa yang irreguler dari sel-sel epidermis
yang berproliferasi dan menginvasi ke dermis KSS yang berdiferensiasi baik
menunjukkan keratinisasi yang cepat dari lapisan sel skuamosa Sel-sel tumor tersusun
secara fokal dan konsentris disertai massa keratin, sehingga terbentuklah mutiara tanduk
(hom pearls) yang khas pada KSS berdiferensiasi baik.
Pada KSS diferensiasi buruk menunjukkan keratinisasi yang terbatas atau kurang
sel-sel atipik dengan gambaran mitosis yang abnormal. Tidak dijumpai interseluler
bridge.
Diagnosis
Keluhan utamanya adalah lesi dikulit yang tumbuh menonjol, mudah berdarah,

19
bagian atasnya terdapat borok seperti bunga kol disertai bau yang khas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan lesi yang tumbuh eksofitik, tumbuh progresif dan mudah
berdarah terkadang berupa ulkud dengan bau yang khas.
Karsinoma sel skuamous umumnya tumbuh pertama dalam bentuk bercak
keratotik dan selanjutnya menjadi nodul eritematos dengan ulkus yang meninggi,
dengan krusta yang berkeratin, bertanduk dengan tepi yang meninggi, basah, mudah
berdarah dan berbau khas. KSS sering berhubungan dengan ekstensi subkutaneus yang
dapat menyebabkan kerusakan lapisan dalam dermis, yang dapat berhubungan dengan
timbulnya rasa nyeri kerena invasi perineural. Secara klinis dicurigai karsinoma sel
skuamous bila terdapat lesi di kulit terutama pada kulit yang terpapar sinar matahari
atau trauma, betuk plaque, nodul, papula, tumor atau ulkus, mudah berdarah,
konsistensi padat, tumbuh ada yang eksofitik, endofitik, infltrat progresif dengan
cepat.13 Diagnosis pasti dengan pemeriksaan histopatologis. 4,8

Penatalaksanaan
Pengobatan KSS tergantung dan ukuran tumor, bentuk dan lokasi tumor, sifat
dasar dari kulit dimana tumor itu timbul, tipe. kedalaman jaringan yang diinvsi tumor
tersebut.
Pada karsinoma sel skuamous batas sayatan yang diajurkan adalah1-2 cm diluar
indurasi. Bila terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional, harus dilakukan
diseksi kelenjar getah bening yakni diseksi leher modifikasi, diseksi inguinal superfisial
atau diseksi aksila sampai level II. Khusus pada karsinoma sel skuamous yang
mengenai kulit leher dan kepala diseksi yang dianjurkan adalah classic radical neck
dissection oleh karena kanker ini sangat limfogenik dan infiltratif.
Penatalaksanaan menurut stadium, stadium I, II, dan III (dengan T4 N0 M0)
dilakukan eksisi luas dengan batas sayatan 1-2cm. Stadium III (dengan T1,2,3 N1 M0)
dilakukan eksisi luas dan diseksi kelenjar getah bening regional. Stadium IV hanya
diberi terapi yang paliatif.
Radiasi primer diindikasikan pada kasus inoperable, kasus dengan toleransi operasi
yang buruk dan penderita menolak operasi. Radiasi adjuvant diberikan pada kondisi:
batas sayatan tidak bebas tumor, batas sayatan dekat tumor, terdapat kontaminasi
lapangan operasi oleh sel tumor dan radikalitas sayatan diragukan.

20
Radiasi untuk adjuvant lokoregional diberikan jika kelenjar getah bening
mengandung metastasis lebih dari satu, diameter kelenjar getah bening >3 cm, ada
pertumbuhan ekstra kapsul atau high grade malignancy. Radioterapi sebaiknya dihindari
pada pasien usia muda oleh karena adanya morbiditas kosmetik jangka panjang dan
beresiko untuk terjadinya karsinoma sel skuamous di area radiasi.
Kemoterapi primer diindikasikan pada kasus dengan metastasis jauh, inoperable
atau penderita yang gagal diterapi dengan pembedahan dan radioterapi. Kemoterapi
yang sering digunakan adalah cisplatin, 5-fluorouracil, bleomycin dan doxorubicin.
70%-80% dari semua KSS kulit rekurrent dalam 2 tahun pertama setelah operasi.
Oleh karena itu follow up ketat pada periode ini sangat krusial.

3. TUMOR MALIGNA (M elanoma Maligna


)

21
Definisi
Adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sd melanosit dengan gambaran berupa
lesi kehitam-hitaman pada kulit Penyebabnya belum diketahui sering terjadi pada usia 30
sampai 60 tahua Frekwensi sama pada pria maupun wanita.8
Berbagai faktor yang diperkirakan sebagai faktor penting dalam mekanisme
karsinogenesis keganasan adalah sebagai berikut.
1. Faktor genetik
Adalah keluarga yang menderita keganasan ini meningkatkan risiko 200 kali
terjangkitnya Melanoma Maligna. Ditemukan Melanoma Maligna familial pada 8%
kasus baru Terjadinya Melanoma Maligna jug didihubungkan dengan teriadinya
keganasan lainnya misalnya retinoblastoma dan beberapa sindroma keganasan dalam
keluarga.
2. Melanocytic nevi
Keadaan ini dapat timbul berhubungan dengan kelainan genetik atau dengan
lingkungan tertentu. Jumlah nevi yang ditemukan berkaitan dengan jumlah paparan
sinar matahari pada masa kanak-kanak dan adanya defek genetik tertentu. Sejumlah
30-90% Melanoma Maligna terjadi dari nevi yang sudah ada sebelumnya.
3. Faktor biologik
Trauma yang berkepanjangan merupakan risiko terjadinya keganasan ini. misalnya
pada iritasi akibat ikat pinggang. Keadaan biologik lainnya yang mempengaruhi
adalah berkurangnya ketahanan imunologik. misalnya pada penderita pengangkatan
ginjal dan juga M. Hodgkin akan memngkatkan kejadian Melanoma Maligna.
Perubahan keadaan hormonal juga meningkatkan kejadian Melanoma Maligna dan
juga meningkalkan kekambuhan setelah pengobatan pada penderita Melanoma
Maligna
4. Faktor lingkungan

22
Paparan sinar UV dari matahari merupakan faktor penting yang dikaitkan dengan
peningkatan terjadinya Melanoma Maligna,
terutama bila terjadi sun burn yang berulang
pada orang yang berpigmen rendah Gejala
dan tanda-tanda spesifik ditemukan pada
Melanoma Maligna yang telah dikenal
secara luas. adalah sebagai beriku
(ABCDEF dari Melanoma Maligna)
 A-Sy merry, yaitu bentuk rumor
yang tidak simetris
 Border irregularity, yaitu garis batas
yang tidak teralur
 Colour variation, dari yang tidak
berwarna sampai hitam pekat dalam satu lesi.
 Diameter tumor lebih besar dari 6mm
 Evolution/change dari lesi dapat diperhatikan sendiri oleh penderita atau
keluarga.
Funny looking lesions.
http://www.metrohealth.org/images/Patient%20Services/Cancer%20Care%20Center/abcd_melanoma.jpg

Manefestasi Klinik
Terdapat 3 jenis Melanoma Maligna (Clark, 1967,1969 dan Me Govern, 1970)
dengan I jenis lambahan baru (Reed, 1976 dan Seiji, M, dkk . 1977). Keempat jenis
Melanoma Maligna tersebut terdiri atas:
1. Superficial spreading melanoma (SSM)
Merupakan jenis yang terbanyak dari
melanoma (70%) di Indonesia merupakan jenis
kedua terbanyak. Pada umumnya timbul dari
nervus atau pada kulil normal (de novo), Berupa
plak archiformis berukuran 0,5-3 cm dengan lepi
meninggi dan ireguler. Pada permukaamya
terdapat campuran dari bermacam-macam warna.
seperti coklat. abu-abu, biru. hitam dan sering kemerahan. Meluas secara radial Pada

23
umumnya tesi mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1 tahun. untuk melanjutkan
tumbuh secara vertikal dan berkembang menjadi nodula biru kehitaman Dapal
mengalami regresi sponian dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi.
Predileksinya pada wanita dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada pria di badan
dan leher.
Epidermis : - Melanosit berbenluk epiteloid, dapat tersusun sendiri-sendiri atau
berkelompok
- Pada umumnya sel-sel tersebut tidak menunjukkan bentuk yang
pleomorfik
Dermis : - Sarang-sarang tumor yang padat dengan melanosit berbentuk
epiteloid yang besar serta berkromatin atipik
- Di dalam sel-sel tersebut terdapat butir-butir melanin
- Kadang-kadang dapat ditemukan melanosit berbentuk kumparan
(spindle) dan sel-sel radang
2. Nodular Melanoma (NM)
Merupakan jeras melanoma kedua terbanyak
(15-30%) sifalnya Icbih agresif Di Indonesia mi
merupakan jenis yang lersering. Timbul pada kulit
normal (de novo) dan jarang dan suatu nevus
Berupa nodul berbentuk setengah bola (dome
shaped), atau polipoid dan eksofitik, berwarra
coklat kemerahana atau biru sampai kehitaman
Pertumbuhannya secara vertikal (invasif) Dapat mengalami ulserasi. perdarahan,
dan timbul lesi salelit Metastasis limfogen dan hemalogen, dapat timbul sejak awal
terutama dijumpai pada pria dengan prediteksi dipunggung. Perbandingan antara pria
dan Wanita 2:1.
Epidermis : - Melanosit berbentuk epiteloid dan kumparan atau campuran kedua
bentuk tersebul. dapat dilemukan pada daerah dermo-epidermal
Dermis : - Sejak semula sel-sel tersebut mempunyai kemampuan untuk
meluas secara vertikal. Menginvasi lapisan retikularisdermis,
pembuluh darah dan subkulis
3. Lentigo Maligna Melanoma (LML)

24
Merupakan kelaman yang jarang ditemukan (4-10%).
Pertumbuhan vertikal. sangat lambal dengan lokasi terbanyak di daerah muka
yang terpapar sinar matahari
Timbul dari hutchinaon’s freckle yang terdapat pada muka (pipi, pelipis) atau pada
bagian lain tubuh terutama daerah yang terkena sinar matahari Berupa makula
coklat sampai kehitaman, berukuran beberapa sentimeter dengan tepi tidak teratur.
Meluas secara lambat pada bagian tepi lesi (radial) Pada permukaan dapal dijumpai
adanya bercak-bercak yang berwama lebih gelap (hitam) atau biru, tersebar secara
tidak teratur Dapat berkembang menjadi nodul biru kehitaman yang invasif dan
agak hiperkeratotik Terutama terdapat pada wanita usia lanjut Perbandingan antara
pria dan wanita 1: 2-3.
Epidermis : - Melanosit atifik sepanjang membrana basalts, berbentuk
pleomorfik dengan inti yang atipik. - Sel-sel yang sering dijumpai
berbentuk kumparan (spindleshaped melanocyl)
Dermis : - Intilirasi limfosit dan makrofage yang mengandung melanin.
- Kadang-kadang pada tempat tertentu ditemukan sarang-sarang
tumor.
4. Acral LeMiginous Melanoma (ALM)/Palmar-Plantar-Subungual Melanoma
(PPSM)
Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo).
Berupa nodul dengan wama yang bervariasi dan pada
permukaannya dapal timbul papula, nodul serta ulserasi.
Kadang-kadang lesinya tidak mengandung pigmen
(amelanotic melanoma).
Predileksinya : pada telapak kaki, tumit, telapak
tangan, dasar kuku, teruiama ibu jari kaki dan tangan
http://homemoleremovalguide.com/wp-content/uploads/2010/06/superficial-spreading-melanoma1.jpg

Merupakan tipe yang banyak dijumpai pada orang negro dan bangsa lain yang
tinggal pada daerah tropik Di Afnka. plantar melanoma dijumpai pada 70% kasus.
Acral Lentinginous Melanoma (ALM) merupakan jenis yang lebih banyak
ditemukan pada penderita kulit berwarna (35-60%). Menyerupai gambaran Melanoma
Maligna, SSM. atau campuran keduanya

25
Sistem Klinis
Pada Melanoma Maligna digunakan sistem klasifikasi klinik (stadium klinik) dan
klasifikasi histologik (tingkat invasi Clark & kedalaman Breslow)3,4,5,6,9,
Kegunaan atau kepentingan sistem klasifikasi tersebut, yaitu:
 Untuk menentukan iindakan pengobatan.
 Untuk menentukan prognosis.
 Untuk membandingkan hasil pengobatan antara berbagai klinik
 Klasifikasi Klinik

Sampai saat ini digunakan Stadium Klinik (dengan beberapa modifikasi)


sebagai klasifikasi standar Melanoma Maligna, terdiri atas 3 stadium6,8,11,12
Stadium I : Melanoma Maligna lokal tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar
limfe regional.
Termasuk stadium 1:
Melanoma primer yang belum diobati atau tdah dilakukan biopsi
eksisi.
Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 soitimeter dari
lesi primer
Melanoma primer multipel.
Stadium II : Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe
regional.
Termasuk Stadium II.
Melanomap rimer yang mengadakan metastasis secara simultan.
Melanoma primer yang terkortrol dan kemudian terjadi metastasis.
Melanoma rekuren lokal dengan metastasis.
Metastasis in-transit yang berada di luar jarak 4 sentimeter dari
lesi primer.
Melanoma primer yang tidak diketahui dengan metastasis
Stadium III : Melanomad iseminala, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Termasuk Stadium III
Bila sudah terjadi metastasis ke alat- alat dalam dan atau subkutan.

26
Pada kira-kira 25-30% penderita Melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya
metastasis ke kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran
kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan
pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi Stadium Klinik saja,
tetapi perlu disertai dan ditentukan berdasarkan histologik.
 Klasifikasi Histologik
Klasifikasi histologik didasarkan pada perangai biologik Melanoma Maligna.
Dikenal dua klasifikai histologik standar yang digunakan, yaitu .8,11,12
• Klasifikasi lingkat invasi menurut Clark
• Klasifikasi kedalaman menurut Breslow

 Klasifikai Tingkat Invasi Menurut Clark


Clark (1969) membagi Melanoma Maligna menurut invasinya didalam kulit atas
lima tingkat8,11,12
Tingkat : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (melanoma in
situ : intraepidermal) Sangat jarang dan tidak membahayakan :
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis (dermis
bagian superfisial).
Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan papilaris
dan lapisan retikularis dermis Sel melanoma mengisi papila dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis.
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai dengan janngan subkutan

27
 Klasifikasi kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow
Breslow (1970) membagi Melanoma Maligna dalam tiga golongan2,4,5,6,9,
Golongan I : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor kurang dari 0,76 mm
Golongan II : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor antara 0,76mm - 1 ,5mm
Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor lebih dari 1.5 mm

Beberapa penulis mengemukakan vanasi sebagai berikut:


 Kedalaman(ketebalan) tumor kurangdari 0,85 mm 4
 Kedalaman (ketebalan) tumor antara 0.85 mm - 1,69 mm.
 Kedalaman (ketebalan) tumor antara 1,70 mm- 3,64 mm.
 Kedalaman (ketebalan) tumor lebih dari 3,65 mm.
Kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow, diukur secara langsung
menggunakan mikrometer okuler (dinyatakan dalam NM) dan merupakan metode yang
objektif untuk menentukan prognosis. Sedangkan Tingkat Invasi menurut Clark
merupakan arah pengukuran ketebalan tumor secara tidak langsung. Hubungan antara
tingkat menurut Clark dan kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow: Melanoma
Maligna dengan kedalaman sampai 0.65 mm menurut klasifikasi Breslow, sesuai
dengan Tingkat II menurut klasifikai Clark. Lesi Melanoma Maligna dengan
kedalaman 1,5 mm atau lebih menurut klasifikai Breslow, sesuai dengan tingkal IV dan
V menurut klasifikasi Clark Sedangkan kedalaman antara 0.65 mm dan 1,5 mm
menurut klasifikasi Clark.
Diagnosa ditegakkan dengan Biopsi dengan mengangkat semua pertumbuhan
yang mencurigakan. Apabila jaringan terlalu besar untuk diangkat. maka cukup
diangkat contoh jaringannya saja.

Penatalaksanaan meliputi:
A. Eksist bedah.
Dilakukan pada melanoma stadium I dan II Zitelli dkk Menyarankan untuk
mengambil sampai 1.5 cm diluar tepi lesinva, kecuali bila dilakukan Moh's
microsurgery. Pada melanoma yang terdapat pada kuku dianjurkan untuk
dilakukan amputasi pada seluruh jari yang terkena.
B. Elective Lymph Node Dessection( ELND)

28
Dilakukan pada melanoma stadium III, dimana telah terdapat metastase ke
kelenjar lymph. Hal ini dibuktikan dengan terabanya pembesaran kelenjar lymph
ELND masih merupakan terapi yang kontroversial Cara yang lebih dianjurkan
adalah dengan intraoperative lymphatic mapping.
C. Interferon a-2b
Dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada melanoma yang berukuran lebih dari
4 mm (stadium V), tetapi harus dipertimbangkan tingkat toksisitasnya yang masih
tinggi. Tujuannya diharapkan dapat menghambat metastasis yang lebih jauh lagi.
D. Kemoterapi
Dikatakan tidak terlalu bermanfaat pada terapi melanoma Jenis kemoterapi yang
paling efektif adalah dacarbazine (DT1C-Dimethyl Triazone Imidazofe
Carboxamidc Decarb zine).
E. Kemoterapi Perfusi
Cara ini bertujuan untuk menciptakan suasana hipertermis dan oksigenasi pada
pembulun-pembuluh darah pada sel tumor dan membatasi distribusi kemotlerapi
dengan menggunakan torniquet
Cara ini diharapkan dapat menggantikan amputasi sebagai suatu terapi.
F. Terapi Radiasi
Digunakan hanya sebagai terapi simptomatis pada melanoma dengan metastasis ke
tulang dan susunan syaraf pusat (SSP). Meskipun demikian hasilnya tidak begitu
memuaskan.
Tanpa pengobatan, kebanyakan melanoma akan bermetastase dan
mengakibatkan kematian pasien. Saat ini, karena diagnosis klinik yang dim. lebih dari
80% melanoma diterapi dengan bedah eksis sederhana dan dengan edukasi yang lebih
baik mengenai tanda-tanda klinik melanoma, angka kesembuhannya menjadi 95%.

29
BAB III
KESIMPULAN
1. Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan
berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit.
2. Menurut jenis sel yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan
sebagai berikut: karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan
melanoma maligna (MM).
3. Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor
ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan
kimia dan adanya jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik berupa
genetik, sistem imun yang rendah dan ras.
4. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala klinis
berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan fibroepitelioma.
Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa adanya metastasis
jauh.
5. Predileksi karsinoma sel skuamosa pada daerah kulit yang terpapar sinar
matahari dan pada membran mukosa dengan gambaran klinis berupa:
(1) nodul berwarna seperti kulit normal dengan permukaan halus tanpa krusta.
(2) nodul kemerahan dengan permukaan papilomatosa/verukosa yang
menyerupai bungan kol.
(3) ulkus dengan krusta pada permukaannya dengan tepi meninggi berwarna
kuning kemerahan.
6. Melanoma maligna paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari
tapi hampir separuhnya tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen, terdapat tanda-
tanda peradangan pada kulit sekitar tahi lalat, terjadi perubahan warna, ukuran,
bentuk/konsistensi serta mudah mengadakan metastase jauh.
7. Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang.

30
8. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan
cara kuretase dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah.
Sedangkan penanganan MM prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada
awalnya dilakukan pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu dengan teknik
Breslow thickness.
9. Prognosa dari KSB adalah baik dengan angka kesembuhan skitar 95%
sedangkan pada KSS tergantung dari lokasi, ukuran, tingkat diferensiasi sel-sel
dan kedalaman perluasannya, dan pada MM prognosa ditentukan oleh sifat
tumor, stadium klinis, lokasi metastase dan faktor penderita.

31
32

You might also like