Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN H-3
SOL LIOFIL
I. Tujuan Percobaan :
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat sol liofil dan
menentukan titik isoelektrik gelatin protein melalui pengamatan viskositas.
b. Data Piknometer
massa
pH
Larutan Piknometer Piknometer Piknometer
gelatin kosong + Air + Larutan
(gram) (gram) (gram)
2,83 44,91
3,05 45,05
4,09 45,12
19,54 44,54
5,05 45,19
6,09 45,37
7,09 45,41
= 1,009321 gram/mL
Tabel 4.1 Hasil pengolahan data massa jenis larutan gelatin pada suhu 27 oC
Massa
pH
Larutan Piknometer Piknometer Piknometer Massa Jenis
gelatin kosong + Air + Larutan Larutan
(gram) (gram) (gram) (gram/mL)
2,83 44,91 1,009321
3,05 45,05 1,014891
4,09 45,12 1,017676
19,54 44,54
5,05 45,19 1,020461
6,09 45,37 1,027622
7,09 45,41 1,029213
pH t
No. larutan larutan
(gram/mL) (cPa.s)
gelatin (sekon)
1. 2,83 92 1,009321 0,16517
2. 3,05 76 1,014891 0,13720
3. 4,09 64 1,017676 0,11585
4. 5,05 69 1,020461 0,12525
5. 6,09 68 1,027622 0,12430
6. 7,09 76 1,029213 0,13914
00,000
00,000 pH terhadap Viskositas
00,000
00,000
viskositas
00,000
00,000
00,000
00,000
00,000 y = 0.0069x2 - 0.0711x + 0.3073
00,000 R = 0.75
00,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
pH
0 = 2 x 0.0069x 0,0711
0,0138x = 0,0711
x = 5,15
V. Pembahasan:
(Terlampir)
VI. Kesimpulan:
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai viskositas sol liofil gelatin pada berbagai pH adalah sebagai berikut :
pH
No. larutan
(cPa.s)
gelatin
1. 2,83 0,16517
2. 3,05 0,13720
3. 4,09 0,11585
4. 5,05 0,12525
5. 6,09 0,12430
6. 7,09 0,13914
2. Titik isoelektrik melalui pengamatan viskositas dari larutan gelatin yaitu 5,15
Keenan, C.W,Kleinfelter, D.C, dan Wood, J.H. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1.
Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan kestabilan sol liofob dan liofil?
Kestabilan sol liofob disebabkan oleh adanya lapisan rangkap listrik pada antar muka
partikel dan medium pendispersinya. Permukaan partikel-partikel terdispersi dapat
mengadsorpsi ion-ion tertentu sehingga akan memiliki muatan listrik sejenis dan akan
saling tolak-menolak antar sesamanya. Jadi adanya sedikit elektrolit akan menstabilkan sol
liofob. Kestabilan sol liofil terutama disebabkan oleh karena partikel zat tersolvavi
(mempunyai selubung molekul zat pelarut pada permukaannya, bila pelarut/medium
pendispersi berupa air disebut terhidrasi). Sol liofil terbentuk antara lain bila gelatin atau
protein dimasukkan ke dalam air. Selain itu, salah satu yang mempengaruhi stabilitas
koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel
dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation
pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut
dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu
gaya London Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap. Gaya kedua ialah gaya tolak
menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan
sama. Gaya tolak menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil. Gaya
ketiga ialah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.
Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini
juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
3. Apa arti ion-zwitter? Nyatakan aH+ (aktivitas ion hidrogen) pada titik isoelektrik dengan
suatu persamaan.
Zwitter-ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada
pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion)
Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar dan
sukar larut dalam pelarut nonpolar). Zwitter ion adalah molekul yang memiliki dua
muatan (positif dan negatif) sekaligus, Pada protein, gugus karboksilnya cenderung
membentuk ion negatif. Sedangkan pada gugus aminanya akan membentuk ion positif.
Sifat tersebut menyebabkan zwitter-ion baik sebagai larutan penyangga. Apabila terdapat
ion hidrogen berlebih (larutan bersifat asam), zwitter-ion akan menangkapnya (berperan
sebagai basa). Sebaliknya, apabila larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion
hidrogen ke dalam larutan. Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik
ini dikenal sebagai zat amfoter.
pH = - log [H+], [H+]: aktivitas ion H+ didalam larutan
pE = - log (ae), (ae) : aktivitas elektron dalam larutan
Definisi termodinamika konsep pE diberikan oleh Stumm dan Morgan berdasarkan
persamaan :
2H+(aq) + 2 e- H2(g)
contoh :
Pada 250C didalam air murni konsentrasi ion hydrogen = 1 X 10-7 maka aktivitas
hydrogen = 1 X 10-7 pH =7
Aktivitas elektron didefinisikan seperti persamaan diatas:
Jika H+ (ag) dalam keadaan setimbang dengan gas H2 pada tekanan 1 atm, aktivitas
elektron di dalam medium adalah 1,00 dan pE adalah 0.
Jika aktivitas electron ditingkatkan 10 kali (pada kasus dimana H+(ag) pada aktivitas
0,1 ada dalam kesetimbangan dengan H2 pada aktivitas 1,00), aktivitas elektron = 10, pE
= -1,0
4. Bagaimana besarnya viskositas sol liofil bila dibandingkan dengan liofob? Mengapa
demikian?
Viskositas liofob lebih besar dibandingkan viskositas liofil. Hal tersebut terjadi karena
liofob merupakan jenis sol yang partikel-partikelnya tidak menyerap molekul cairan dan
tidak stabil. Selain itu, memiliki sifat membenci larutan sehingga kekentalanya meningkat
dan hal tersebut berbanding lurus terhadap viskositas.