You are on page 1of 19

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(ATOMIC ABSORPTION SPEKTROPHOTOMETRY)

Pendahuluan
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul
analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan
metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802 Wollaston
menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut
oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer
ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian
mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum
dari absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang
tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah
energi tertentu, ( = hv = hc/). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang
ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan
sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak tahun
1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya
tentang penggunaan hollow cathode lamp sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan
radiasi panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang sama
Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai
sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat dianggap
sebagai Bapak AAS .
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh Walsh
Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik di dalam
sampel yang dianalisis.
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-
atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat ini umumnya digunakan
untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali, mengingat unsure non logam
dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat unsur
yang terionisasi.
Pada metode ini larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian
pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya
berupa garis didalam nyala.
Spektrofotometer serapan atom (SSA) sebetulnya adalah metode umum untuk
menentukan kadar unsur logam konsentrasi renik. Keadaan bentuk contoh aslinya tidak penting
asalkan contoh larut dalam air atau dalam larutan bukan air.
Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan meskipun dalam
campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir semua analisis basah, boleh dikatakan
tidak diperlukan, menjadikan SSA sederhana dan menarik. Kenyataan ini, ditambah dengan
kemudahan menangani SSA modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan
ekonomis oleh tenaga laboratorium yang belum terampil.

Prinsip
Penentuan kadar logam berat dengan AAS didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu
absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom
dalam nyala. Semakin tinggi konsentrasi larutan standar maka nilai absorbansinya juga akan
semakin tinggi. Oleh karena yang mengabsorbansi sinar adalah atom, maka atom ion/senyawa
logam berat dalam suatu contoh harus diubah menjadi bentuk atom yang dilakukan oleh
pembakaran pada AAS. Perubahan bentuk ion menjadi bentuk atom biasana dilakukan pada suhu
tinggi (2000oC) melalui pembakaran gas asetilen (Noor, 1990).
Penggunaan AAS ini sampel yang akan dianalisis harus dalam suasana asam dengan pH
antara 2 sampai 3. Hal ini disebabkan karena proses atomisasi dapat berlangsung secara
sempurna pada pH tersebut. Pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah, maka proses atomisasi
tidak dapat berlangsung sempurna. Selain itu, penggunaan pH antara 2 sampai 3 pada AAS
dilakukan untuk mencegah korosi pada dinding kapiler AAS, dimana dinding-dinding kapiler
tersebut diatur untuk kondisi pH tersebut.
Secara sederhana prinsip dari alat ini yaitu ketika atom diberi suatu energy berupa
nyala, maka electron pada atom tersebut akan bergerak cepat akibat suhu yang sangat tinggi,
electron pada atom tersebut akan tereksitasi untuk menghindari tolakan dari inti. Hal ini
menyebabkan proses penyerapan (absorpsi) energy dari sumber cahaya. Jumlah energy cahaya
yang terabsorpsi ini sebanding dengan jumlah atom. Penyerapan energy oleh atom terjadi pada
panjang gelombang tertentu sesuai dengan energy yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada
temperature. AAS dapat digunakan untuk mengukur sebangak 61 logam.

Gambar Alat dan Skema AAS

Alat AAS
Bagian Alat AAS
Bagian Alat AAS

Gambar Rangkaian Alat AAS


a. Sumber radiasi
b. Burner
c. Monokromator
d. Detector
e. Amplifier
f. Display (readout)
Skema Spektrofotometer Serapan Atom

Bagian-bagian pada Spektrofotometer Serapan Atom


1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai
atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa
digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya
saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada
AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi
lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur
logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang
kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada
gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas
dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam
kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
lamanya waktu pemakaian dicatat.
2. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada
tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan
gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan
pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang
keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada,
maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan
dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas
akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
3. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar
bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya
yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang
masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila
lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap
hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang
terhubung dengan ducting
4. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara
yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang
kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan
disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air
yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi
basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
5. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner,
merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan
ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian
pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk
menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator
berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang
yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji
merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam
memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada
tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik,
dan paling panas, dengan konsentrasi
6. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang
dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada
proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.
Sumber Radiasi

Gambar Diagram Peristiwa Absorpsi Cahaya


Di dalam Hollow Cathode Lamp (HCL) atau Electrodeless Discharge Lamp (EDL),
atom elemen yang dimaksud dalam keadaan gas dieksitasikan dengan pengawamuatan
(discharge) listrik. Atom-atom yang tereksitasi mengemisikan radiasi khas bila kembali ke
tingkat energi yang lebih rendah. Sebagian dari radiasi yang diemisi akan mempunyai persis
sama dengan garis absorpsi resonansi. Dengan sumber radiasi yang dipilih dengan cermat, garis-
garis emisi dapat mempunyai pita yang lebarnya lebih kecil dari pita absorpsi.

Walaupun masalah pita radiasi sudah dapat dipecahkan, SSA ini maish mempunyai
keterbatasan, yaitu untuk setiap analisis diperlukan adanya HCL yang sesuai dengan elemen
yang dianalisis.

Persyaratan lain untuk memperoleh sinyal penyerapan yang tinggi adalah sebagian besar
atom dalam keadaaan energi dasar (ground state) dan sejumlah besar elektron harus dapat
dieksitasi ke tingkat energi pertama (E1) ketika foton dengan frekuensi yang tepat diserap.

Sistem Pengatoman
Sistem pengatoman dalam spektrofotometer serapan atom merupakan bagian yang
sangat penting karena pada sistem ini ditempatkan senyawa yang akan dianalisis. Pada sistem
pengatoman, unsur yang akan dianalisis diubah bentuknya dari ion dalam larutan menjadi atom
netral dalam keadaan dasar pada nyala.
1. Proses Atomisasi
Metal oksida adalah senyawa yang umum dijumpai pada nyala yang menggunakan
udara, oksigen atau dinitrogen monoksida sebagai oksidan. Logam alkali praktis tidak
membentuk oksida, sedangkan logam alkali tanah mudah membentuk monoksida kecuali bila
digunakan nyala yang fuel rich.
Logam-logam tertentu seperti La, Al, Ti membentuk oksida yang sangat stabil
sehingga konsentrasi atom-atom bebas menjadi sangat kecil, kecuali bila digunakan nyala
panas dari asetilen-dinitrogen monoksida yang fuel rich. Pengembangan molekul akan
mengakibatkan adanya latar belakang berupa radiasi kontinyu sehingga menurunkan
sensitifitasnya.
Untuk mendisosiasikan molekul sampel menjadi atom, disamping nyala digunakan
juga proses atomisasi elektro-termal misalnya menggunakan batang karbon (graphite furnace)
terutama bila jumlah sampel terbatas (mikrosampel).
Proses atomisasi dapat diterangkan sebagai berikut:
Bila larutan zat yang akan diperiksa disemprotkan ke dalam nyala sebagai aerosol,
maka mula-mula terjadi proses penguapan pelarut, meninggalkan partikel garam tersuspensi
pada nyala. Partikel-partikel ini lalu menguap dan sebagian atau seluruh uap partikel tersebut
akan terdisosiasi menjadi atom-atom.
Proses ini sebagian mungkin disebabkan oleh panas dari nyala dan sebagian oleh
reduksi dari spesies yang ada pada nyala. Proses lain juga dapat terjadi pada nyala yaitu
terionisasinya atom-atom sehingga mengakibatkan menurunnya sensitivitas.
Logam-logam alkali mempunyai potensial ionisasi yang rendah (4-5 eV) sehingga
pada nyala dengan suhu T 2500oK, mudah terionisasi.
Oleh karena spektra dari ion berbeda dengan spektra dari atom, maka perlu dijaga
agar derajat ionisasi ini pada level yang konstan atau bila mungkin ditiadakan.
Ini dilakukan dengan menurunkan suhu dari nyala atau dengan menambahkan metal
yang mudah terionisasi (deionizer/radiation buffer), misalnya logam alkali.
Penambahan deionizer akan mempertinggi konsentrasi elektron pada nyala sehingga
akan menggeser keseimbangan ke kiri.
2. Macam Sistem Pengatoman
a. Flame Methode atau Atomisasi dengan Nyala (Flame SSA)
Teknik ini menggunakan nyala sebagai sel tempat cuplikan. Cuplikan dalam bentuk
larutan disemprotkan ke dalam nyala pembakar bercampur dengan gas bahan bakar dan gas
pengoksidasi. Dalam nyala cuplikan mengalami beberapa proses yaitu penguapan pelarut
meninggalkan butiran-butiran padatan yang kemudian langsung terurai menjadi atom-
atomnya atau berubah terlebih dahulu menjadi uap dan kemudian terurai, dan atom-atom
energi cahaya dari sumber cahaya dan tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi.
Pada SSA nyala keberhasilan proses pengatoman bergantung pada suhu nyala
yang digunakan :
1) Nyala udara-asetilen (air-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 23000C
2) Nyala N2O-asetilen (N2O-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 30000C
,digunakan untuk senyawa refraktori yaitu senyawa yang sukar diuraikan.
3) Nyala udara-propana menghasilkan suhu maksimum 18000C.
Selain menggunakan campuran-campuran gas tersebut, ada juga jenis nyala yang nyala
udara terbawa (entrained air flames). Jenis nyala ini hanya digunakan untuk keperluan
khusus seperti pada teknik generasi. Penguapan (vapor generation). Gas bahan bakar
yang digunakan adalah gas hydrogen yang diencerkan oleh gas inert seperti nitrogen
atau argon.

Skema Flame Methode


Pengaruh suhu terhadap flame atomizer
1) Suhu semakin tinggi meningkatkan jumlah populasi atom di dalam flame, dan
meningkatkan sensitivitasnya.
2) Suhu Flame menentukan jumlah relatif dari atom yang tereksitasi ataupun yang
tidak tereksitasi di dalam sebuah flame.

b. Electrothecmal Methode
Definisi: Electrothermal atomizer adalah metode S. Atomik yang proses
atomisasinya menggunakan pemanasan oleh arus listrik. Electrothermal Atomizer
umumnya digunakan untuk AAS dan AFS
Keuntungan: sampel dibutuhkan hanya sedikit dan dalam konsentrasi sangat
rendah.

Desain Atomizer
c. Graphite Furnace
SSA nyala memberikan kemudahan dalam pengoprasian alat dengan ketelitian
dan kepekaan yang cukup tinggi tetapi mempunyai kelemahan dalam penggunaan nyala
yaitu efesiensi pengatoman rendah, penggunaan gas mempertinggi biaya oprasional,
kemungkinan bahaya ledakan dan memerlukan cuplikan dalam jumlah cukup banyak.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dikembangkan teknik tanpa nyala menggunakan tungku
grafit sebagai pengganti nyala yang mempunyai efesiensi atomisasi 90% dibanding nyala
efesiensi atomisasi 10%.
Tungku grafit yang digunakan berupa tabung silinder tersebut dari grafit
terkompresi dengan atau tanpa pelapisan grafit pirolitik. Tungku dipanaskan dengan listrik
yang dapat diatur suhunya sesuai kebutuhan. Tungku ini dihubungkan
dengan platform Lvov untuk memasukkan gas inert ke dalam tabung yang berguna untuk
mencegah oksidasi tabung grafit selama proses pemanasan.
Tahapan proses yang terjadi dalam tungku adalah penguapan pelarut (1000C-
2000C), pengabuan bahan organic (6000C-10000C), setelah langkah ini gas inert dialirkan
dan kemudian logam diuapkan (15000C-30000C) dan absorbansinya diukur. Suatu modifier
dapat ditambahkan untuk mencegah hilangnya analit.

d. Hydride Methode
Beberapa logam dapat membentuk hidrida yang mudah menguap. Dengan cara
pembentukan hidrida proses penguapan dapat dilakukan pada suhu rendah atau suhu
kamar. Teknik SSA generasi hidrida dapat diterapkan untuk beberapa macam logam yaitu :
As, Sb, Se, Sn, Te, Bi. Hidrida dibentuk dengan cara mereaksikan cuplikan dengan natrium
borohidrida (NaBH4) atau dilakukan dengan memberikan reduktor dari KI dan
SnCl2, ditambah Zn dan asam kuat. Kemudian hidrida logam yang terbentuk dialirkan ke
sel gas panas menggunakan aliran argon/nitrogen dan dialirkan ke dalam sel gas di atas
nyala Ar-H2 atau udara-asitilena.Selanjutnya akan teratomisasi menjadi atom-atom bebas.
Untuk unsur Arsen (As), biasanya terdapat dalam tingkat oksidasi +3 dan +5.
Kepekaan As3+ lebih tinggi daripada As5+ jika menggunakan metode hidrida. Oleh karena
itu sebelum analisis, As5+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi As3+menggunakan
reduktor seperti KI, SnCl2 atau NaBH4. Berikut ini reaksi penentuan Arsen dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom :
As5+ + BH4- As3+
As3+ + BH4- AsH3 As

e. Cold Vapour Methode atau Atomisasi dengan Metode Penguapan (Vapour Generation
Methode)
Metode atomisasi ini memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dari pada metode
atomisasi di atas, metode meliputi :
1) Metode Penguapan Merkuri (Mercuri Generation Methode)
Khusus untuk atomisasi merkuri (Hg), atom atom Hg yang ada di dalam
sampel sebagai ion positif, direduksi menjadi netral dan akan menguap sebagai atom-
atom bebas pada suhu normal. Sebagai reduktor dapat digunakan SnCl2 20% atau
NaHB4 dalam HCl 10%. Reaksi penentuan Hg dengan metode ini adalah:
Hg+ + BH4- HgH Hg0
Kemudian uap (gas) atom atom Hg bersama sama gas inert (N2 atau Ar)
dialirkan melalui sel gas.
Ada 4 metode dalam menguapkan Hg yaitu :
a) Reduksi Aerasi : Hg dalam larutan air direduksi dan kemudian dikeluarkan
dari larutan dengan cara mengalirkan gelembung gas.
b) Pemanasan : Cuplikan dipirolisis atau dibakar.
c) Amalgamasi Elektrolitik : Hg dilapiskan pada katode Cu selama elektrolisis. Katoda
kemudian dipanaskan untuk membebaskan Hg.
d) Amalgasi Langsung : Hg dikumpulkan pada kawat Ag atau Cu yang kemudian
dibebaskan dengan pemanasan. Metode ini dapat digabung dengan 1 dan 2 sebagai
metode konsentrasi.

Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak
spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis
menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa
untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi difraksi.
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan
difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan
memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor.
Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.

Detektor
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal listrik untuk
kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses data. Proses pengubahan ini dalam
alat SSA dilakukan oleh detektor. Detektor yang biasa digunakan ialah tabung pengganda foton
(photomultiplier tube), terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan
suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka
elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat
dinoda-dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai
menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja
alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu
lain seperti autosampler.
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas
biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer.
Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi
energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat
oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam deterktor sebagai
berikut:
1. Detector Cahaya atau Detector Foton
Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya.
Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
2. Detector Infra Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul
jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
Gangguan dalam Analisis dengan AAS
Gangguan-gangguan diklasifikasi sebagai suatu proses yang menyebabkan kesalahan
pengukuran. Terdapat dua macam gangguan yaitu :
1. Gangguan Spektrum (Spectral Interference)
Gangguan sinar emisi. Di dalam bagian atomizer selain terbentuk atom yang stabil
terjadi juga atom yang tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar emisi dengan panjang
gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga tidak dapat dipisahkan oleh
monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang ditransmisikan dan akan memperkecil
kadar. Gangguan ini dapat diatasi dengan modulator. Ada 2 sistem modulasi yaitu : Chopper
(mechanicaly modulation) dan Voltage (electric modulation).
Meskipun gangguan ini sangat sederhana, tetapi gangguan ini dapat mengakibatkan
tumpangsuh panjang gelombang (Line Overlap), misalnya seperti terlihat pada tabel dibawah
ini :

Unsur Panjang Unsur Panjang


Gelombang Pengganggu Gelombang
Al 308,33 V 308,21
Cu 324,75 Eu 324,76
Fe 271,90 Pt 271,9
Ga 403,30 Mn 403,31
Hg 253,65 Co 253,65
Mn 403,31 Ga 403,30
Sr 250,69 V 250,69

Gangguan Spektrum terhadap Panjang Gelombang

Bentuk lain dari gangguan spektrum :


a. Berkas sinar yang dipancarkan oleh lampu katode berongga tidak diserap atau absorban
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.
b. Berkas sinar katode menyimpang.
c. Terjadinya penyerapan bukan atom, misalnya penyerapan molekul.
2. Gangguan Kimiawi (Chemical Interference) terdiri dari :
a. Pengaruh matrik (Matriks Effect)
Gangguan-gangguan kimiawi dapat mempengaruhi jumlah atom bebas yang
mencapai sinar (optical path) untuk diserap. Fakto-faktor seperti adanya cuplikan yang
mengendap akan mempengaruhi proses masuknya cuplikan kedalam nebulizer, dan juga
sifat fisik larutan seperti kekentalan, tegangan permukaan, pH, tekanan uap pelarut dan
berat jenis.
b. Pembentukan senyawa yang stabil
Pembentukan senyawa yang stabil mengakibatkan banyak gangguan dalam SSA.
Hal tersebut terjadi karena unsur membentuk senyawa yang stabil dengan unsur-unsur
yang terdapat di dalam matriksnya, misalnya : posfat, aluminat, silikat, atau dengan unsur
lain yang terdaoat dalam nyala seperti : Alumunium, Vanadium, Boron yng membentuk
oksida-oksida refaraktori yang tidak pecah pada nyala udara N2O-asetilen. Oksida-oksida
refraktori ini akan pecah jika menggunakan nyala N2O-asetilen, dengan menambahkan
Lanthanum atau Stronsium yang dapat mencegah terbentuknya senyawa refraktori, dimana
Lanthanum tersebut bertindak sebagai Releasing Agent.
c. Terjadinya ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan electron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini
mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah
diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K
dan Na. penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
Nyala udara-asetilen atau N2O-asetilen dapat menyebabkan analit terionisasi,
untuk mencegah hal ini dapat ditambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi seperti K,
Na, dan Ce sekitar 4000 ppm yang akan menghasilkan elektron berlebih pada nyala,
sehingga mencegah terjadinya ionisasi analit.
d. Pengaruh adanya anion
e. Terjadinya penyerapan bukan atom (non- atomic absorption).
3. Gangguan Fisik
Seperti kekentalan dan tegangan permukaan sangat berpengaruh terhadap
kesempurnaan proses atomisasi contoh. Keadaan ini dapat dikurangi dengan peningkatan suhu
pembakar.

Kegunaan AAS
1. Berfungsi untuk menentukan kadar konsentrasi dari unsur metalik untuk kepentingan medis
dalam pemeliharaan kesehatan, seperti kalsium, magnesium, tembaga, seng, dan besi.
2. Menentukan apakah obat-obatan terapeutik tingkat seperti lithium telah dicapai dalam darah
dan juga dapat mendeteksi quantitatif kadar racun pada logam.

Keunggulan dan Kekurangan ASS :


Keunggulan :
1. Selektivitas dan kepekaan tinggi, karena dapat menentukan unsur dengan kadar ppm hingga
ppb.
2. Cepat dan pengerjaannya relatif sederhana.
3. Tidak diperlukan pemisahan unsur logam.

Kekurangan :
1. Analisis tidak simultan.
2. Larutan cuplikan harus berbentuk larutan siap ukur dan cukup encer.
3. Keterbatasan jenis lampu katoda karena harganya yang sangat mahal.

You might also like