You are on page 1of 45

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PIPERIN DALAM SIMPLISIA


LADA HITAM

Diajukan sebagai salah satu syarat nilai akhir praktikum fitokimia

Kelompok : 5C 2014 // jam 07.00-10.00


Asisten : Julia Ratnawati, Dra., MS., Apt,
Ketua : Rizqi Irfan Anshory (3311141090)
Anggota : Lisna Nurhayati Kurnia (3311141109)
Derawati Gustiani (3311141112)
Inggi Novitasari (3311141115)
Wurityas Armiyanti (3311141116)
Rahmi Islamy (3311141122)
Feby Anisa Fitrianti Suwito (3311141126)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1 Tinjauan Botani Tanaman Lada Hitam .......................................................... 3

2.2 Senyawa Alkaloid .......................................................................................... 6

2.3 Senyawa Piperin ............................................................................................ 7

2.4 Proses Isolasi.................................................................................................. 7

2.5 Identifikasi karakteristik ............................................................................. 10

BAB III ALAT DAN BAHAN .............................................................................. 12

3.1 Alat ............................................................................................................... 12

3.2 Bahan ........................................................................................................... 12

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 13

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 17

5.1 Hasil ............................................................................................................. 17

5.2 Pembahasan ................................................................................................. 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 34

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17

6.2 Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 36

LAMPIRAN .......................................................................................................... 38

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lada atau sering disebut merica (Piper nigrum L) secara empiris dikenal
sebagai tanaman yang berkhasiat yang digunakan sebagai bahan obat alternative
seperti analgetik, antipiretik, memperlancar proses pencernaan dan diduga juga
sebagai pencegah kanker karena bersifat antioksidan, tetapi masyarakat sering
juga menggunakan buah lada hitam sebagai bahan penyedap rasa untuk makanan.
Berbagai manfaat lada tersebut sangat berhubungan erat dengan senyawa
metabolit sekunder terutama alkaloida. Peperin merupakan senyawa metabolit
sekunder yang juga merupakan suatu senyawa alkaloid utama yang terkandung
dalam buah lada hitam. Piperin adalah komponen pembentuk oleoresin berupa
campuran antara mintak atsiri dan resin (damar) yang diperoleh dengan isolasi.
Isolasi dalam percobaan ini yaitu mengambil senyawa piperin yang
terdapat dalam lada hitam melalui ekstraksi refluks dengan menggunakan pelarut
organik seperti metanol. Piperin merupakan senyawa polar begitupun dengan
metanol sehingga metanol mampu melarutkan piperin yang terdapat dalam lada
sesuai dengan prinsip like dissolved like. Berdasarkan Literatur bahwa piperin
merupakan senyawa alkaloid yang dapat larut dalam alkohol yaitu metanol,
dimana antara piperin dengan metanol mampu untuk membentuk ikatan hydrogen.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk
mengetahui metode isolasi piperin dari lada (Piper ningrum L.).Percobaan yang
dilakukan yaitu meliputi meliputi penafisan fitokimia sebagai uji pendahuluan,
kemudian dilakukan proses isolasi dengan memperoleh ekstrak dengan cara
refluks menggunakan metanol, kemudian dilakukan pemantauan KLT terhadap
ekstrak kental yang didapat. Selanjutnya dilakukan proses kristalisasi dan
rekristalisasi untuk memurnikan kristal yang didapat. Setiap kristal yang sudah di
rekristalisasi dilakukan proses KLT hingga hasil menunjukan bahwa kristal

1
piperin sudah murni.Kristal yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan
alat diantaranya Spektrofotometer UV-Visible dan Spektrofotometer Inframerah.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah cara penafisan fitokimia, proses isolasi dan identifikasi senyawa
piperin yang terkandung pada buah lada hitam?

1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan, bertujuan untuk mengetahui cara penafisan fitokimia,
proses isolasi dan identifikasi senyawa piperin yang terkandung pada buah lada
hitam.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Tanaman Lada Hitam


2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L. (3)

2.1.2 Deskripsi Tanaman


Tanaman lada memiliki akar tunggang dengan akar utama dapat
menembus tanah sampai kedalaman 1-2 m. Batang tanaman lada berbuku-buku
dan berbentuk sulur yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam sulur, yaitu
sulur gantung, sulur panjat, sulur buah, dan sulur tanah. Daun lada merupakan
daun tunggal dengan duduk daun berseling dan tumbuh pada setiap buku. Warna
daun hijau muda pada waktu muda dan daun tua berwarna hijau mengkilat pada
permukaan atas. Pertulangan daun melengkung dengan tepi daun bergelombang
atau rata. Bunga-bunga terdapat pada cabang plagiotrophic (horizontal) yang
tersusun dalam bulir (spica) atau untai (amentum). Buah lada temasuk buah buni
berbentuk bulat berwarna hijau dan pada waktu masak berwarna merah. Buah lada
berwarna putih cokelat dengan permukaan licin. Bila dikeringkan bersama
kulitnya hingga kulit keriput dan berwarna hitam.(4)

3
Gambar . Tanaman lada(5)

2.1.3 Karakteristik Sifat


Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah
lada hitam, 90-95 % disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada
dalam buah lada hitam yang kering kadarnya 2-5 % dan terdiri atas senyawa asam
amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya
chavicine yang merupaka salah satu isomer dari piperin, selain chavicine terdapat
juga Isopiperin dan Isochavicine yang merupakan isomer dari piperin.

4
O O
O O
H H
H
H
H H H
H O
O N
N

Isochavisin Isopiperin
O
O
H

H O
H O O
H
H N H
N
H
H O

Chavisin Piperin

2.1.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan


1. Kandungan kimia
Menurut Williamson (6), kandungan kimia lada hitam terdiri dari:
Minyak atsiri (Essential oil)
Lada hitam kering mengandung 1,2 2,6% minyak atsiri yang terdiri dari
sabinine (15-25%), caryophyllene, -pinene, -pinene, -ocimene,-guaiene,
farnesol, -cadinol, guaiacol, 1-phellandrene, 1,8 cineole, pcymene, carvone,
citronellol, - thujene, -terpinene, bisabolene, dllimonene, dihydrocarveol,
camphene dan piperonal.
Alkoloids dan amides
Amides merupakan senyawa yang memberikan aroma tajam terdiri dari
piperine, piperylin, piperolein A dan B, cumaperine, piperanine, piperamides,
pipericide, guineensine dan sarmentine.

5
Alkoloids terdiri dari chavicine, piperidine dan piperretine, methyl caffeic
acid, piperidide dan -methyl pyrroline.
Amino acids
Lada hitam kering kaya akan kandungan -alanine, arginine, serine,
threonine, histidine, lysine, cystine, asparagines dan glutamic acid.
Vitamin dan mineral
Lada hitam kering mempunyai kandungan ascorbic acid, carotenes,
thiamine,riboflavin, nicotinic acid, potassium, sodium, calsium, phosporus,
magnesium, besi, tembaga dan seng.

2. Kegunaan
Buah lada hitam dapat digunakan untuk mencegah kanker karena bersifat
antioksidan, sebagai obat anti inflamasi, antiarthritik, analgetik, antipiretik, dan
memperlancar proses pencernaan, depresan sistem saraf pusat dan antikonvulsan.
Timing dari London mengadakan penelitian bahwa lada hitam ternyata bukan saja
bermanfaat sebagai rempah penyedap makanan. Menurut sebuah penelitian lada
hitam juga memiliki potensi menjadi obat baru penyakit pigmen kulit yang
disebut vetiligo. Dalam istilah medis, vetiligo dikenal sebagai kondisi dimana
sebagian wilayah kulit kehilangan pigmen normal, sehingga permukaan kulit
memutih.

2.2 Senyawa Alkaloid


Alkaloid merupakan salah satu senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
dapat disintesis, megandung nitrogen yang bersifat basa yang terikat dalam cincin
heterosiklik dan memiliki aktivitas biologi.
Menurut Hegnauer(13),merupakan system klasifikasi yang paling banyak
diterima:
Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya
mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam
amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Ada
pengecualian aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat

6
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
Protoalkaloida
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan
asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida
diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh,
adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini,
yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin) dan purin (kaffein)
Sifat fisika alkaloid pada umumnya tidak berwarna kecuali berberin dan
betanin dan sebagian besar berbentuk kristal atau amorf. Dalam isolasi , kelarutan
alkaloid bebas atau garamnya sangatlah penting, umumnya basa akan larut dalam
pelarut organik dan pseudoalkaloid, protoalkaloid juga yang mengandung
ammonium kuartener akan larut dalam air.

2.3 Senyawa Piperin


Piperin termasuk dalam senyawa alkaloid golongan piridin, isomer dari
piperin yaitu kavisin merupakan senyawa yang berasa pedas. Piperin merupakan
senyawa yang banyak terdapat pada lada dan cabe. Senyawa ini memiliki banyak
efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor,
antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel.
Piperin lada merupakan konsentrat yang diperoleh melalui proses ekstraksi
lada hitam dengan menggunakan pelarut organic seperti aseton, etanol, etilen, etil
asetat, n-heksan dan pelarut organik lainnya.

2.4 Proses Isolasi


2.4.1 Penafisan Fitokimia
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat
atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang

7
dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype
senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji
sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah
metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di
laboratorium (14)
2.4.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode ekstraksi kandungan senyawa kimia yang
terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan dengan menggunakan pelarut-pelarut
dalam suasana asam, basa, ataupun netral, dengan metode-metode yang tertentu
dan khas sesuai dengan sifat fisik dan kimia dari kandungan kimianya. Pelarut-
pelarut yang biasanya dipergunakan untuk senyawa-senyawa organik diantaranya
adalah eter, etanol, karbon, tetra klorida, aseton, metanol, heksan, petroleum eter
dan lain sebagainya.(8)
Ekstraksi umumnya didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana memiliki tujuan untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada simplisia.
2.4.3 Refluks
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk
mensintesis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi
ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi
berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun
pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung.(19)
2.4.4 Kristalisasi dan Rekristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsug dari gas.
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair,
dimana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suatu zat terlarut (solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat.

8
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari
zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-
cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%.
Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian zat padat dimana zat-zat
tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini
bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar.(20)
Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu : memilih pelarut, melarutkan
zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat,
mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan
produknya.(21)
2.4.5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben
inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering
digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT,
di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang
sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil
(15)
.
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut
yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan
tergantung pada (16)

9
2.4.6 Kromatografi lapis tipis dua dimensi (KLT-2D)
Kromatografi lapis tipis dua dimensi adalah salah satu metode yang
telah banyak digunakan untuk pemisahan sejumlah besar senyawa yang tidak
dapat dipisahkan dalam dimensi tunggal dan juga bertujuan untuk
meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute
mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf
juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem
fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga
memungkinkanuntuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat
polaritas yang berbeda. Prinsip dari KLT dua dimensi adalah adsorpsi dan partisi
dengan menggunakanlempeng GF 254 sebagai fase diam dan
perbandingan eluen pada profil KLT dimana akan memperpanjang lintasan noda
(Rf) dengan menunjukkan seyawa tunggal yang terdapat pada sampel .

2.5 Identifikasi karakteristik


2.5.1 Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri UV-Visible adalah bagian teknik analisa spektroskopi
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.(10)
Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini
sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. (11)
2.5.2 Spektrofotometri inframerah (IR)
Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa
dapat memberikan gambaran dan struktur molekul senyawa tersebut. Spektra IR
dapat dihasilkan dengan mengukur absorbsi radiasi, refleksi atau emisi di daerah
IR. Daerah inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik mencakup
bilangan gelombang 14.000 cm-1 hingga 10 cm-1. Daerah inframerah sedang
( 4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang

10
memberikan informasi mengenai gugus-gugus fungsi dalam molekul tersebut.
Daerah inframerah jauh (400-10cm-1) bermanfaat untuk menganalisis molekul
yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa anorganik, namun
membutuhkan teknik khusus yang lebih baik. Daerah inframerah dekat (12.500-
4000cm-1) yang peka terhadap vibrasi overtone (18)

11
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
Timbangan analitik, satu set alat refluks, erlenmeyer, tabung reaksi,
seperangkat alat kromatografi lapisan tipis, pipet tetes, botol vial, beaker glass,
cawan porselen, rotary evaporator, chamber, cawan penguap, Indicator universal
Lampu uv 254 nm atau 365 nm, Spektrofotometer UV-Visible dan
Spektrofotometer Inframerah, alat titik lebur tester digital WRS-100, pipa kapiler
titik leleh, lemari 40 C.

3.2 Bahan
Simplisia lada hitam, KOH 10% , aethanol 96%, methanol, n-heksan, etil
asetat, kloroform, butanol, aseton, toluen pereaksi dragendorf, plat silika gel 60
GF254.

12
BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Persiapan sampel
Sejumlah 250 g Simplisia kering buah lada hitam yang diperoleh, dihaluskan
hingga diperoleh ukuran yang lebih kecil.
2. Pemeriksaan senyawa alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g kemudian ditambahkan masing
masing 5 ml kloroform dan ammonia, saring diambil lapisan kloroform
ditambahkan 5 ml asam klorida 2 N dikocok kuat lalu selanjutnya diambil
lapisan kloroforn disaring. Pada filtrate masing-masing ditambahkan 2 tetes ,
Dragendorf dan mayer. Alkaloid positif jika terjadi endapan merah untuk
pereaksi dragendorf dan endapapan putih atau kekeruhan pada pereaksi mayer.
3. Pembuatan ekstrak
Serbuk simplisia buah lada hitam 250 g direfluks dengan pelarut methanol
selama 1,5 jam . Kemudian dilakukan penyaringan dan direfluks kembali
dengan memakai methanol yang baru. Kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. kemudian dihitung rendemen
ekstrak yang didapat.
4. Uji pemantauan ekstrak dengan KLT
Ekstrak yang di peroleh dilakukan uji pemantauan dengan KLT menggunaka
fase diam menggunakan plat silika gel 60GF254, fase gerak campuran n-
heksan: etil asetat (7:3) , sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya
diamati dan catat harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365
nm.
5. Kristalisasi dengan pelarut KOH 10%
Ekstrak yang diperoleh ditambahkan 10 ml KOH 10 % kemudian didiamkan
sebentar dilakukan pemisahan antara filtrate dan residu dengan teknik
dekantasi. Filtratnya Disimpan pada lemari pendingin didiamkan semalaman,
hingga terbentuk Kristal. Kemudian Kristal yang terbentuk dipisahkan
dikeringkan dan kemudian di timbang , lalu disimpan dalam botol vial.

13
6. Uji kemurnian kristal dengan KLT
Kristal yang di peroleh dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan
fase diam menggunakan plat silika gel 60GF254, fase gerak campuran etil
asetat-n-heksan (7:3) , sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati
dan catat harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.
7. Rekristalisasi dengan pelarut Aethanol 96%
Kristal yang belum murni disimpan dalam cawan porselen kemudian
dilarutkan dengan aetanol 96%, dipisahkan filtrate dan residu, kemudian
disimpan di dalam lemari dengan suhu 40oC sampai terbentuk Kristal, Kristal
yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang , dimasukkan kedalam botol vial.
8. Uji kemurnian kristal dengan KLT
Kristal yang di peroleh dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan
fase diam menggunakan plat silika gel 60GF254, fase gerak campuran etil
asetat-n-heksan (7:3) , sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati
dan catat harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.
9. Uji pemantauan kristal dengan KLT berbagai pelarut tunggal
Kristal yang di peroleh dilakukan uji pemantauan dengan KLT menggunakan
fase diam plat silika gel 60GF254, fase gerak kloroform, aethanol 96% ,
butanol, n-heksan, etil asetat, masing-masing dengan konsentrasi 100%,
sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati dan catat harga Rf dan
di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.
10. Rekristalisasi dengan pelarut campuran N-Heksan dan Etil Asetat (7:3)
Kristal yang belum murni disimpan dalam cawan porselen kemudian
dilarutkan dengan pelarut campuran n-heksan dan etik asetat, dipisahkan
filtrate dan residu, kemudian disimpan di dalam lemari dengan suhu 40oC
sampai terbentuk Kristal, Kristal yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang ,
dimasukkan kedalam botol vial.
11. Uji kemurnian kristal dengan KLT
Kristal yang diperoleh dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan
fase diam menggunakan plat silika gel 60GF254, fase gerak campuran etil
asetat-n-heksan (7:3) , sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati
dan catat harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.

14
12. Uji pemantauan kristal dengan KLT berbagai pelarut campuran
Kristal yang di peroleh dilakukan uji pemantauan dengan KLT
menggunakan fase diam plat silika gel 60GF254, fase gerak
kloroform:aseton (7:1) toluene:aseton (1:1) klorofom:etil (7:3), sebagai
penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati dan catat harga Rf dan di
amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.
13. Uji kemurnian Kristal dengan KLT dua dimensi
Kristal yang diperoleh dilakukan uji kemurnian secara KLT dua dimensi
Fase gerak etil asetat: n-heksana (7:3) dan toluene:aseton (4:3) fase diam
plat silika gel 60GF254, sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya
diamati dan catat harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365
nm.
14. Uji pemantauan Kristal yang diperoleh dan Kristal pembanding
dengan KLT
Kristal yang diperoleh dan kristal pembanding dilakukan uji pemantaun
secara KLT Fase gerak etil asetat: n-heksana fase diam plat silika gel
60GF254, sebagai penampak noda Dragendorf. Hasilnya diamati dan catat
harga Rf dan di amati dibawah sinar uv 254 nm atau 365 nm.
15. Pengujian Titik Leleh Kristal
Kristal dimasukkan ke dalam pipa kapiler, kemudian Pipa kapiler
dimasukkan ke dalam alat titik lebur tester digital WRS-100 kemudian di
atur suhu . bila suhu kristal masih diatas rentang menandakan bahwa Kristal
tersebut belum murni
16. Identifikasi karakteristik kristal
Karakterisasi Isolat Alkaloid : Untuk mengetahui struktur dari senyawa
alkaloid murni yang didapatkan, maka isolat alkaloid dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer FTIR.
1) Spektrofotometri uv-visible
Kristal dilarutkan dengan metanol, sampel yang diduga sebagai
senyawa utama diamati pada panjang gelombang 200-600 nm, direkam
dan dicatat hasilnya

15
2) Spektrofotometri FTIR
Sampel berbentuk cair diletakkan diantara 2 lempeng NaCl dengan
konsentrasi sampel 1-5% diamati spektrumnya.

16
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Hasil randemen ekstrak dan Kristal


Jumlah Sampel Berat Rendemen (%)

Simplisia 250 g -

Ekstrak 120 g 48 terhadap jumlah


simplisia

Kristal total 1,267 g - 1,05 terhadap


jumlah ekstrak
- 0,50 terhadap
jumlah simplisia

Kristal murni 67,25 mg - 5,3 terhadap


jumlah Kristal total
- 0,05 terhadap
jumlah ekstrak
- 0,0269 terhadap
jumlah simplisia

Kristal tidak murni 14,39 mg - 0,0113 terhadap


jumlah Kristal total
- 0,011 terhadap
jumlah ekstrak

17
- 0,005 terhadap
jumlah simplsia

Kristal tidak murni + 81,64 mg - 0,064 terhadap


Kristal murni jumlah Kristal total
- 0,068 terhadap
jumlah ekstrak
- 0,032 terhadap
jumlah simplisia

B. Hasil Organoleptik Kristal Murni


Pengujian Hasil Literarur
(wiryowidadgo dan sumaali,2007)

Bentuk Kristal seperti Kristal seperti jarum


jarum
warna Kuning Kuning

Bau Tidak berbau Tidak berabau

C. Hasil penapisan fitokimia alkaloida


Golongan Foto Keterangan Hasil
senyawa

18
alkaloida Pereaski dragendorf

Endapan + alkaloida
merah bata

1. Pereaski mayer

Keruh + alkaloida

19
D. Hasil pengamatan KLT

Pengujian Visual Uv 254 nm Uv 365 nm Spot Nilai Fase gerak


Rf

Ekstrak
metanol Banyak 0,71 n-heksan :
spot etil asetat

Kristal
(rekistralis 3 spot 0,46 n-heksan :
asi KOH etil asetat
10 %)

20
Kristal
(rekistralis 2 0,46 n-heksan :
asi etil asetat
Aethanol
96 %)

Pemantaua 2 0,71 Kloroform


n kristal

Pemantaua
n kristal 1 0,73 Aethanol
96%

21
Pemantaua 1 0,86 Butanol
n kristal

Pemantaua Tidak 0 n-heksan


n kristal adanya
elusi

Pemantaua 2 0,75 Etil asetat


n kristal

Kristal
(rekristalis
asi n-
heksan :
etil asetat )

22
1 0,44 n-heksan:
etil asetat
(7:3)

Pemantua 1 0,77 Kloroform


n kristal :aseton
(7:1)

Pemantaua 1 0,68 Toluene:as


n kristal eton (1:1)

23
Pemantaua
n kristal 1 0,71 Kloroform
: etil asetat
(7:3)

Kristal n-
dengan klt 1 0,37 heksan:et
2 dimensi il asetat
dan
toluene :
aseton

Kristal Pipe
dengan rin
pembandi 1 uji = N
ng standar 0,44 heksan:etil
piperin asetat
Pipe (7:3)
Kiri : kristal
Kiri : kristal rin =
uji
uji 0,44
Kanan :
Kanan :
kristal
kristal piperin
piperin
standar
standar

24
E. Hasil Titik Leleh
Pengujian Titik leleh Literature Hasil

Kristal 129-135 C 128-130oC Tidak sesuai


(rekristalisasi (Adosraku, dengan
aethanol 96 %) et al., 2013) literatur

Kristal 125 131 C 128-130oC Tidak sesuai


(rekristalisasi n- (Adosraku, dengan
heksan : eti asetat ) et al., 2013) literatur

F. Data Hasil Spektrofotometer uv-visible

Wavelength Wavelenght nm. Keterangan


No. Abs.
nm. (P.n.Shingate.,2013).

1 339.8 0.3005 343.5 Tidak sesuai


2 310.4 0.1879 310 Tidak sesuai
3 253.2 0.1036 - -
4 245.4 0.1048 - -

G. Data Hasil Spektrofotometer FTIR


Nilai standar IR Hasil isolasi
No. Data analisis gugus fungsi
(P.n.Shingate.,2013).

1 regang C-H aromatik 3000 3008,95

regang simetrik dan 1635 1633,71


2 1612,49
asimetrik C=C (diene) 1608

1608 1612,49

3 regang C=C romatik 1580 1583,56

1495 1490,97

25
4 Regang -CO-N 1635 1633,71

Regang CH2 simetrik dan 2920,23


2925
5 asimetrik, Regang C-H 2862,36
2840
alifatik

6 Lentur CH2 1450 1454,33

1250 1253,73
7 regang asimetrik =C-O-C, 1195,87
1190

1030 1031,92
regang simetrik =C-O-C, 929,69
930
8 Regang C-O, Lentur C-H
1132 1134,14
pada trans CH=CH- 997,2
995

850 846,75
1,2,4-trisubtitusi fenil pada 831,2
9 830
lentur C-H 804,32
805

4.2 Pembahasan
1. Ekstraksi simplisia, Penapisan Fitokimia , dan Pemantaun KLT Dari
ekstrak
Percobaan ini dilakukan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam.
Pada percobaan ini, 250 g lada hitam kering yang sudah digerus
diekstraksi dengan menggunakan metode refluks, dan digunakan metanol
sebagai pelarut. Proses refluks dilakukan sebanyak 2 kali sirkulasi selama
1,5 jam, hal ini dapat dianggap bahwa piperin yang terkandung dalam
lada hitam telah terikat oleh metanol yang dapat dilihat dari perubahan
warna larutan menjadi warna coklat. Digunakan batu didih pada labu alas
bulat yang bertujuan untuk menjaga tekanan dan suhu larutan supaya tetap
stabil dan tidak terjadi booming selama proses ekstraksi berlangsung.
Hasil tadi kemudian dievaporasi yang bertujuan untuk memisahkan hasil
ekstrak dengan pelarutnya, yakni metanol. Dalam evaporator akan terjadi

26
pemisahan ekstrak dari pelarutnya (metanol) dengan prinsip pemanasan
yang dipercepat oleh putaran labu bundar, pelarut dapat menguap 5-10oC
di bawah titik didih pelarutnya disebabkan adanya perubahan tekanan.
Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan pelarut metanol akan
menguap naik ke kondersor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan pelarut metanol murni yang ditampung dalam labu bundar
sebagai penampung pelarut. Sehingga diperoleh ekstrak larutan coklat
dengan kristal jarum kecil setelah didapat ekstrak larutan dilakukan
penapisan fitokimia dan pemantaun KLT.
Pada pengujian untuk mengidentifikasi alkaloid yaitu dengan
penambahan HCl 1 %. penambahan HCl berfungsi untuk membentuk
garam alkaloid, karena alkaloid yang bersifat basa dapat larut dalam
pelarut yang bersifat asam. Pemanasan dalam uji alkaloid bertujuan utnuk
membentuk garam alkaloid yang stabil. Penambahan dragendorf pada
pengujian alkaloid bertujuan untuk mengendapkan alkaloid karena dalam
senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang memiliki satu pasang
elektron bebas yang menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik
(basa). maka dari itu , senyawa alkaloid mampu mengikat ion logam berat
(dragendorf) yang mempunyai muatan positif sehingga terbentuk endapan
jingga. Larutan yang ditambahkan pereaksi mayer membentuk endapan
putih . pereaksi mayer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid dimana
pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara
atom N alkaloid dengan Hg pereaksi mayer sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang non polar mengendap berwarna putih.
atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg sehingga
membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai
ligannya.
Tahap selanjutnya, uji pemantauan ekstrak untuk mengetahui
banyaknya komponen senyawa dalam ekstrak dengan metode KLT. Pada
percobaan ini dilakukan dengan menggunkaan KLT fase normal dimana
pada fase diamnya menggunakan silica gel yang cenderung lebih polar
yang dapat dapat membentuk ikatan hidrogen dipermukaannya, karena

27
pada permukannya terikat gugus hidroksi, sedangkan untuk fase geraknya
digunakan campuran pengembang antara n-heksan yang bersifat non polar
dan etil asetat bersifat semipolar (7:3). Penambahan pelarut yang bersifat
sedikit polar seperti etil asetat ke dalam pelarut non polar seperti n-
heksan akan meningkatkan harga Rf secara signifikan. Digunakan fase
gerak tersebut karena sifat piperin yang cenderung non polar sehingga
akan terbawa oleh fase gerak sedangkan zat lain dan pengotor yang
memiliki polaritas berbeda akan tertahan oleh silika gel. Sebelum proses
elusi dimulai, chamber terlebih dahulu harus di jenuhkan dengan pelarut.
Tujuan penjenuhan dengan eluen ialah untuk menjaga reprodusibilitas
dari proses KLT. Selain itu, untuk menyamakan tekanan uap eluen dalam
chamber agar dapat merata sehingga proses elusi dapat seragam
kecepatannya dan penjenuhan dilakukan untuk mengoptimalkan proses
pengembangan didapat hasil hasil Rf 0,71 dan tandai secara visual
dengan lampu uv 254 dan 365 yang menyatakan masih banyak terdapat
senyawa yang belum diketahui.
2. Kristalisai, Rekristalisasi dan KLT kristal
Penambahan larutan KOH dalam metanol bertujuan untuk
memperoleh piperin dari ekstrak tersebut, dimana di dalam ekstrak
tersebut terdapat komponen lain ketika ditambahkan KOH-alkohol yang
menyebabkan piperin yang ada dalam ekstrak tersebut bereaksi menjadi
garam asam piperat dan dengan penambahan KOH-alkohol dapat
mengeliminasi senyawa lainnya, karena dalam ekstrak tersebut masih ada
zat pengotor. Masih terdapatnya zat pengotor ini disebabkan senyawa
piperin, merupakan senyawa alkaloid golongan amida yang dapat
mengalami reaksi hidrolisis baik dalam suasana asam maupun basa. Jadi
penambahan larutan KOH-alkohol ini bertujuan untuk mengisolasi
senyawa piperin dalam bentuk garamnya, karena senyawa golongan
alkaloid sering kali diisolasi dalam bentuk garamnya yaitu garam asam
piperat.

28
Reaksi:

Filtrasi dilakukan untuk memisahkan senyawa piperin dari


pengotornya. Filtrat yang diperoleh berwarna cokelat. Filtrat yang
diperoleh dimasukkan ke dalam cawan penguap kemudian dimasukkan ke
dalam lemari pendingin dan didiamkan selama semalam untuk
mempercepat proses kristalisasi.
Kristal berwarna coklat yang terbentuk dilakukan uji KLT.Kristal
tersebut dilakukan uji kemurnian senyawa piperin dengan KLT dengan
fase diam dan pengembang yang sama didapat hasil profil dengan 3 spot
dan Rf 0,46 menandakan Senyawa tersebut belum murni dan belum
sampai pada daerah Rf piperin Kristal yang terbentuk selanjutnya
direkristalisasi menggunakan etanol, rekristalisasi ini berdasarkan prinsip
perbedaan dalam kelarutan. Selain itu, etanol juga bersifat vollatil (mudah
menguap) sehingga mempermudah proses pemisahan antara etanol dengan
piperin. Piperin dalam suhu kamar berbentuk Kristal. Piperin dan etanol
memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat polar sehingga etanol mampu
melarutkan piperin sesuai dengan prinsip like dissolved like, dimana antara
piperin dengan etanol mampu untuk membentuk ikatan hidrogen.
Diperoleh Kristal berwarna kuning agak kecoklatan yang terbentuk
dilakukan uji KLT dengan pelarut dan pengembang yang sama, hasilnya
masih terdapat 2 spot di Rf 0,46 ini menandakan senyawa tersebut belum
murni ditandai adanya 2 spot, pot yang paling bawah menandakan
pengotor yang larut dalam aethanol dan dilakukan uji titik leleh untuk
mengkonfirmasi adanya pengotor dengan hasil 129-1350C.
Kristal dilakukan rekristalisasi lanjutan dengan n-heksan:etil asetat

29
(7:3). Pengembang tersebut digunakan berdasarkan pemantauan KLT
dengan beberapa pengembang tunggal yaitu klroform, aethanol, butanol,
n-heksan, dan etil asetat, ini dikarenakan untuk membantu pada proses
pemurnian kristal, dilihat dari bentuk polaritasnya, spot dan berdasarkan
pemisahan yang baik , hal ini dikarenakan berbagai senyawa fitokimia
memeberikan nilai Rf yang berbeda pada system eluen yang berbeda.
Variasi nilai Rf pada fitokimia memberikan petunjuk penting dalam
memhami polaritas senyawa serta membantu untuk memilih system
pelarut untuk memisahkan senyawa murni sehingga akan didapat Kristal
yang lebih murni. Didapat hasil KLT berturut-turut dari kloroform yaitu
terdapat 2 spot di Rf 0.71, aethanol 96% 1 spot Rf 0,73, butanol 1 spot Rf
0,86 , n-heksan 1 spot Rf 0, dan etil asetat 2 spot di Rf 0,75.
Pada etanol, butanol, dan n-heksan tidak terjadi pemisahan ini
menandakan bahwa senyawa pengotor yang terdapat pada Kristal larut
dalam dalam aetanol dan butane tetapi pada pelarut n-heksan tidak terjadi
pemisahan karena n-heksan tidak dapat melarutkan pengotor dan tidak
dapat dipisahkan, pada pelarut etanol yang diamati pada proses elusi,
waktu elusinya sangat cepat bila dibandingkan dengan butanol ini
menandakan bahwa gugus polar pada etanol dapat berkompetisi dengan
senyawa untuk terikat pada permukaan silica gel, dan hanya menyisakan
sedikit tempat bagi senyawa untuk terikat pada silica gel, akibatnya
senyawa akan bergerak cepat melewati fase diam tanpa pemisahan, pada
butanol waktu elusinya sangat lama karena butanol tersebut bersifat
pelarut yang lemah dibandingkan dengan ethanol hal ini dikarenakan ada
beberapa faktor seperti tetapan dielektrik , momen dipol pelarut semakin
besar tetapan tersebut maka semakin besar polar pelarut tersebut. Pada
pelarut kloroform dan etil asetat didapat hasil terdapat 2 spot ini
menandakan pelarut tersebut dapat memisahkan pengotor dari senyawanya.
Maka untuk memilih pelarut pada proses rekristalisasi dilakukan
pertimbangan atas dasar profil klt yang diperoleh, digunakan pelarut yang
dapat memisahkan pengotor, tidak melarutkan pengotor dan bentuk spot
yang baik, maka di digunakan pelarut campuran n-heksan dan etil asetat

30
(7:3) karena pada bentuk spot etil asetat yang baik dan terjadi pemisahan
pengotor sedangkan digunakannya n-heksan karena dia tidak melarutkan
pengotor.
Kristal yang terbentuk dilakukan uji KLT, hasilnya sudah terdapat 1
spot ini menandakan Kristal yang sudah direkristalisai dengan n-heksan
dan asetat sudah murni kemudian dilakukan uji titik leleh untuk
menyatakan Kristal yang di peroleh benar-benar murni atau tidak.

3. KLT 2 dimensi dan Uji Titik Leleh


Pada tahap ini kromatografi lapis tipis dua dimensi, kristal
dilarutkan pada metanol lalu ditotolkan pada lempeng Dua Dimensi (5x5).
Digunakan perbandingan n-heksan:etil asetat (7:3) untuk mengelusi. Pada
KLT Dua Dimensi, digunakan 2 cara penotolan pada satu lempeng
dimana penotolan ke-2, salah satu arahnya diputar berlawanan arah jarum
jam. Kemudian dielusi dengan toluene :acetone (4:3), dimana pada
penentuan pengembang toluene dan aseton didasarkan pada hasil
pemantaun KLT dengan berbagai pengembang campuran diantaranya,
kloroform : aseton (7:1) toluene : aseton (1:1) dan kloroform : etil (7:3)
masing-masing memiliki nilai Rf yaitu, 0,77, 0,68 dan 0,71 kemudian
dipilih nilai Rf yang lebih kecil dan diamati dibawah sinar UV 366nm dan
254nm.
Pada 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap. Penampakan noda pada lampu 366 nm karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut. Flouresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang
lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan
energi. Sehingga noda yang tampak padalampu UV 366nm terlihat terang
karena silika gel yang digunakan tidak berfluoresensi pada sinar UV 366
nm. Adapun hasil yang didapatkan yaitu didapatkan noda berwarna

31
kuning tunggal. Dimana noda tunggal ini merupakan suatu senyawa
piperin.
Pada pengujian titik leleh pertama hasil rekristalisasi dengan
menggunakan aethanol 96% didapat hasil 129-1350C ini masih jauh bila
dibandingkan dengan literature maka Kristal tersebut dinyatakan belum
murni karena masih terdapat senyawa pengotor yang belum hilang secara
sempurna sehingga masih ikut terelusi atau merupakan senyawa piperin
yang belum terhidrolisis sempurna oleh KOH etanolik. Pada pengujian
titik leleh kedua hasil rekristalisasi dengan n-heksan dan etil asetat
didapat hasil 126-1310C. Sedangkan dalam literatur titik leleh piperin
adalah 128-130 C. Hal ini titik lebur kristal yang diperoleh sesuai pada
acuan yaitu 128-130oC (Adosraku, et al., 2013). Namun, kristal yang
murni memiliki rentang temperatur sempit yaitu 1-2oC (Hart H, et al.,
2012) sedangkan kristal yang diperoleh memiliki rentang yang lebar, yaitu
126-1310C. Pelebaran rentang temperatur di atas 5oC mengindikasikan
kristal kurang murni. Kontaminan megacaukan kosistensi dan bentuk
ikatan kristal pada level molekuler. Gangguan tersebut melemahkan
struktur ikatan lebih mudah terurai sehingga batas bawah temperatur turun
dan rentang temperatur menjadi melebar (Hart H, et al., 2012).
Kristal yang diperoleh berwarna kuning dengan rendemen sebesar
0,0269 % dalam 250 gram lada hitam. Kristal yang terbentuk sangat
sedikit disebabkan terjadi kesalahan pada penggunaan pelarut sebelumnya
yang mengakibatkan banyaknya senyawa terdegradasi. menyatakan
bahwa kristal belum .

4. Analisis data Spektrofotometri UV-Visible


Kristal Piperin yang diperoleh dilakukan analisis data dengan
menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. Abdorban dan panjang
gelombang piperin dapat ditentukan dengan alat spektrofotometer uv-vis
karena dari strukturnya piperin memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap
terkonjugasi). Filtrat yang sudah diencerkan kristal hasil isolasi dilarutkan
dalam pelarut methanol p.a kemudian diukur absorbansi pada panjang

32
gelombang 200-400 nm. Dilihat bentuk spektrum dan daerah
serapannnya, secara kimia spektrum ultraviolet piperin menunjukan
adanya kespesifikan dalam bentuk pita dan panjang gelombangnya, yaitu
panjang gelombang maksimumnya pada 343.5 dan lamda max ke 2 pada
panjang gelombang 310 nm (P.n.Shingate.,2013).
Hasil analisa dengan spektrofotometri UV-Visible terhadap piperin
memberikan puncak-puncak pada panjang gelombang yaitu 339,8 nm,
310,4 nm, 253,2 nm, dan 245,4 nm. Pada puncak pertama lamda maximal
nya tidak sesuai dengan literature ini menandakan bahwa kristal yang kita
peroleh dinyatakan sedikit kurang murni .

5. Analisis data Spektrofotometer FTIR


Analisis lebih lanjut dengan spektrofotometri inframerah (IR)
menunjukan adanya regang C-H aromatik pada peak 3008,95 , regang
simetrik dan asimetrik C=C (diene) pada peak 1633,71 dan 1612,49
regang C=C romatik pada peak 1612,49, 1583,56 , dan 1490,97 ,
Regang -CO-N pada peak1633,71 , Regang CH2 simetrik dan asimetrik,
Regang C-H alifatik pada peak 2920,23 dan 2863,36 , Lentur CH2 pada
peak 1454,33 , regang asimetrik =C-O-C pada peak 1253,73 dan
1195,87 , regang simetrik =C-O-C ada peak 1031,93 Regang C-O, Lentur
C-H pada trans CH=CH- pada peak 929,69 dan 997,2 , 1,2,4-
trisubtitusi fenil pada lentur C-H pada peak 846,75831,2 dan 804,32dari
analisa data menyatakan bahwa Gugus-gugus yang terbaca merupakan
daerah bilangan yang mendekati piperin yang menduga bahwa Kristal
yang kita peroleh sudah sedikit murni.

33
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pada hasil penapisan fitokimia alkaloid pada ekstrak lada hitam positif
menandakan adanya senyawa alkaloid dalam lada hitam.
2. Pada hasil rekristralisasi yang paling efesien dan optimal digunakan
pelarut n-heksan dan etil asetat (7:3) dibuktikan dengan uji kemurnian
dengan klt yang menandakan Kristal tersebut murni ditandai dai adanya 1
spot dan Rf 0,44.
3. Kristal yang diperoleh berwarna kuning dengan rendemen sebesar
0,0269 % dalam 250 gram lada hitam.
4. Pada pengujian titik leleh pertama hasil rekristalisasi dengan
menggunakan aethanol 96% didapat hasil 129-1350C sedangakn pengujian
titik leleh kedua hasil rekristalisasi dengan n-heksan dan etil asetat
didapat hasil 126-1310C pada keduanya masih belum memenuhi literatur.
5. Kristal yang diperoleh memiliki daerah serapan dengan memberikan
puncak-puncak pada panjang gelombang yaitu 339,8 nm, 310,4 nm, 253,2
nm, dan 245,4 nm panjang gelombang tersebut tidak memenuhi literatur.
6. Dari analisa dataspektrofotometri FTIRmenyatakan bahwa Gugus-gugus
yang terbaca merupakan daerah bilangan yang mendekati piperin yang
menduga bahwa Kristal yang kita peroleh sudah sedikit murni.
7. Pada pengujian Titik Leleh, serta Uv Visible , dan FTIR didapat bahwa
Kristal yang kita peroleh dinyatakan masih kurang murni, dikarenakan
masih adanya sedikit pengotor.

34
4.2 Saran
1. Pada saat melakukan proses rekristalisasi harus diperhatikan dari
pemilihan pelarut, temperature, serta perlakuan. Diharapkan kristal yang
diperoleh memiliki rendemen yang besar.
2. Pengadaan peralatan laboratorium lebih banyak, agar praktikum dapat
diselesaikan dengan jangka waktu yang lebih cepat.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Article in Journal: Ahmed, M. F., et al.,2012, Phytochemical Studies and


Antioxidant Activity of Melia azedarach Linn Leaves By DPPH Scavenging
Assay. Journal of Pharmaceutical Applications, 3(1), 271-276.
2. Article in Journal:Asadujjaman, e. a. (2013). Assessment of Bioactivities of
Ethanolic Extract of Melia azedarach (Meliaceae) Leaves. Journal of Coastal
Life Medicine, 1, 118-122.
3. Steenis, C.G. G. J` Van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Pusat Penelitian
Biologi (LIPI). Bogor.
4. Wahid, P. 1996. Identifikasi Tanaman Lada. Monograf Tanaman Lada. Balittro:
hal 27-32
5. Parthasarathy, U.,G.R. Asish., T.J. Zachariah., K.V. Saji., J.K. George., K.
Jayarajan.,P.A. Mathew. 2008. Spatial Influence of the Important Biochemical
Properties of Piper nigrum Linn. Leaves. Natural Product Radiance
Vol.7(5),2008:444-447
6. Williamson, E.M. 2002. Major Herbs of Ayurveda. Churchill Livingstone.
United Kingdom
7. Rismunandar,2000. Laju dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina pada
Berbagai Tingkat Salinitas (Studi kasus di Kawasan Hutan Mangrove
Blanakan, RPH Tegal Tangkil, BKPH Ciasem- Pamanukan, KPH Purwakarta,
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat).
8. Ketaren, S.1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
9. Soebagio. 2002. Kimia Analitik II. Malang. Universitas Negeri Malang.
10. Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Ed. 1, Erlangga
University Press, Surabaya.
11. Dacriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang: Universitas Andalas Press`
12. Silverstein,dkk. 1986. Penyidikan Spektrometri Senyawa Organik. Edisi
keempat. Penerjemah A.J. Hartomo. Jakarta : Penerbit Erlangga.
13. Hegnauer, R., 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen, Bhrkhauser Verlag,

36
Sturttgart.
14. Iskandar et al, 2003. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
15. Fessenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta :
Binarupa Aksara
16. Soebagio. 2002. Kimia Analitik, Universitas Negeri Makasar Fakultas MIPA,
Makasar.
17. Nasution M.N., 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management),
Ghalia Indonesia, Jakarta.
18. Schechter, I barzilai,I.L., anda Bulatov,V.,1997, Online Remote Prediction of
Gasoline Properties by Combined Optical Method, Ana.Chim.
Acta,339,p,193-199
19. Kister, Henry Z. 1992. Distillation Design (1st ed.). McGraw-Hill.
20. Arsyad, M.Natsir,2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia,
Jakarta.
21. Williamson.1999. Macroscale and Microscale Organic Experiments.
Houghton Mifflin Company, U

37
LAMPIRAN

BAGAN PENELITIAN

250 g simplisia lada


hitam - Dilakukan penafisan fitokimia
- Direfluks dengan methanol
- Disaring

residu Ekstrak kasar


Dipantau dengan KLT
methanol
(n-heksan ; etil asetat)
Dipekatkan dengan
rotary evaporator

Ekstrak pekat
methanol Di Kristalisasi dengan
KOH 10%

Kristal A
Diuji kemurnian
dengan klt (n-
heksan:etil)
Direkristalisasi
(aetanol 96%)

Kristal B

Diuji kemurnian
dengan KLT (n-
heksan:etil asetat)
Dipantau dengan KLT
dengan berbagai
pelarut
Direkristalisasi
n heksan:etil asetat
(7:3)

Kristal C

38
Kristal C
Diuji kemurnian dengan KLT (n-heksanettil asetat)
Dipantau dengan KLTdengan pelarut campuran
Dilakukan KLT 2 dimensi
Dilakukan uji pemantauan dengan pembanding
Diidentifikasi Kristal denganSpektrofotometriUV dan IR

HASIL

PERHITUNGAN
1. Pemantauan KLT ekstrak etanol lada hitam
Jarak spot : 1,5cm (>2spot)

1,5
Rf = 4,5= 0,33

2. Pemantauan KLT kristal (kristalisasi KOH 10%) (eluen n-heksan:etil asetat


(7:3))
Jarak spot : 2,1cm (3spot)

2,1
Rf = 4,5= 0,46

3. Pemantauan KLT kristal (rekristalisasi Aethanol 96 %) (eluen n-heksan:etil


asetat (7:3))
Jarak spot : 2,1cm (2spot)

2,1
Rf = 4,5= 0,46

4. Pemantauan KLT kristal (eluen Etanol)


Jarak spot : 3,3cm (1spot)

3,3
Rf = 4,5= 0,73

5. Pemantauan KLT kristal (eluen Kloroform 100%)


Jarak spot : 3,2cm (2spot)

3,2
Rf = 4,5= 0,71

6. Pemantauan KLT kristal (eluen Etanol)


Jarak spot : 3,3cm (1spot)

39
Rf = = 0,73
7. Pemantauan KLT kristal (eluen Butanol)
Jarak spot : 3,9cm (1spot)

3,9
Rf = 4,5= 0,86

8. Pemantauan KLT kristal (eluen n-hexan)


Jarak spot : 0cm (1spot)

0
Rf = 4,5= 0

9. Pemantauan KLT kristal (eluen etil asetat)


Jarak spot : 3,4cm (2spot)

3,4
Rf = 4,5= 0,75

10. Pemantauan KLT kristal (rekristalisasi n-heksan dan etil asetat) (eluen n-
hexan : etil asetat (7:3))
Jarak spot : 2cm (1spot)

2
Rf = 4,5= 0,44

11. Pemantauan KLT kristal (eluen Kloroform : Aseton (7:1))


Jarak spot : 3,5cm
3,5
Rf = 4,5= 0,77

12. Pemantauan KLT kristal (eluen Toluen : Aseton (1:1))


Jarak spot : 3,1cm

3,1
Rf = 4,5= 0,68

13. Pemantauan KLT kristal (eluen Kloroform : Etil Asetat (7:3))


Jarak spot : 3,2cm

3,2
Rf = 4,5= 0,71

14. Pemantauan KLT 2 Dimensi kristal (eluen n-hexan : etil asetat (7:3)) dan
(eluen Toluen : Aseton (1:1))
Jarak spot : 1.3cm

40
1,3
Rf = 3,5= 0,37

15. Pemantauan KLT kristal : pembanding (1)


Jarak spot : 2,0cm

2,0
Rf = 4,5= 0,44

16. Pemantauan KLT kristal : pembanding (2)


Jarak spot : 2,0cm

2,0
Rf = 4,5= 0,44

1. Perhitungan Rendemen
Jumlah sample : 250g
Jumlah ekstrak : 120g
120
Rendemen ekstrak =250 100% = 48%

Jumlah kristal total : 1,267g


1,267
Rendemen kristal total = 120 100% = 1,05%

Jumlah kristal belum murni : 14,39mg


14,39mg
Rendemen kristal belum murni=1267 100% = 0,0113%

Jumlah kristal murni : 67,25 mg


67,25 mg
Rendemen kristal murni = 1267 100% = 5,3%

Rendemen kristal murni dan kristal belum murni


67,25+14,39
= 100% = 6,4%
1267

41
H. Sepktrum Spektrofotometer uv-visible

42
0.5000

0.4000

1
0.3000
Abs.

2
0.2000

4
3
0.1000

0.0000
200.00 250.00 300.00 350.00 400.00
nm.

Kristal uji dalam metanol p.a

I. Spektrofotometri FTIR

43

You might also like