Professional Documents
Culture Documents
25
Sari Dewi Yuhana Ningtyas / Educational Psychology Journal 1 (1) (2012)
rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis sendiri melainkan bagian dari kelompok
tersebut mengaku tinggal disebuah warnet untuk masyarakat. Individu mampu mengontrol diri
memainkan game online (sumber: Media berarti individu memiliki self control. Gangguan
Indonesia, 2008:7). self control pada remaja yang menimbulkan
Seorang pakar psikolog di Amerika David kecanduan pada internet merupakan gangguan
Greenfield menemukan sekitar 6% dari yang dideskripsikan sebagai gangguan kontrol
pengguna internet mengalami kecanduan. pada hasrat atau keinginan untuk mengakses
Orang-orang tersebut mengalami gejala yang internet tanpa melibatkan penggunaan obat atau
sama dengan kecanduan obat bius, yaitu lupa zat adiktif.
waktu dalam berinternet. Kebanyakan orang Pengguna internet yang mempunyai self
yang kecanduan internet ini dikarenakan mereka control yang tinggi akan mampu memandu,
menemukan kepuasan di internet, yang tidak mengarahkan dan mengatur perilaku online.
mereka dapatkan di dunia nyata. Internet telah Setiap individu yang mempunyai kontrol diri
membuat remaja kecanduan, karena di internet yang tinggi dapat mampu mengatur penggunaan
menawarkan berbagai fasilitas informasi, internet sehingga tidak tenggelam dalam
mainan, dan hiburan yang membuat remaja internet, mampu menggunakan internet sesuai
tidak ingin meninggalkan internet. Kebanyakan dengan kebutuhan, mampu memadukan
mereka terperangkap pada aktivitas negatif aktivitas online dengan aktivitas-aktivitas lain
seperti games, judi dan sex online walaupun tidak dalam kehidupannya (Herlina Siwi, 2004, 9).
semua. Penelitian Herlina (2004) mengenai
Pecandu internet tidak dapat hubungan kontrol diri dengan kecenderungan
menghentikan keinginan untuk online sehingga kecanduan internet di Jogjakarta menunjukkan
kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan adanya hubungan negatif yang signifikan antara
kehidupannya (Young, 1996b, 21). Internet kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan
addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, internet. Kategori kontrol diri tergolong tinggi,
alkohol, dan judi akan mengakibatkan sedangkan kategori kecanduan internet
kegagalan akademis, menurunkan kinerja, tergolong sedang. Hal ini dapat dipahami karena
perselisihan dalam perkawinan bahkan sebagian besar subjek penelitian menggunakan
perceraian. internet lebih dari satu tahun dengan lama online
Ketidakmampuan seseorang dalam 4 sampai 5 jam per minggu. Selain itu internet
mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet masih merupakan alat komunikasi baru yang
dan melakukan kegiatan bersamanya adalah belum menjadi gaya hidup di Indonesia,
cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini, khususnya di Jogjakarta. Internet sudah mulai
bahkan di Amerika Serikat sendiri telah berdiri banyak digunakan tetapi belum menjadi bagian
panti rehabilitasi untuk menyembuhkan bentuk dari kehidupan sehari-hari, salah satunya karena
kecanduan khusus internet. Kebiasaan yang faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk
tidak terkendali memang terkadang dapat memperoleh jasa internet.
menimbulkan petaka tersendiri bagi diri kita, Hasil penelitian yang dilakukan oleh
dengan tidak bisa mengatur lamanya durasi Rahayuning (2009) tentang hubungan antara
berinternet, menghabiskan waktu dan kontrol diri dengan kecanduan internet pada
menghancurkan semua tanggung jawab dalam siswa Sekolah Menengah Pertama di Surakarta
kehidupannya. menunjukkan tidak ada hubungan antara
Menurut Chaplin, (2001:450) self control kontrol diri dengan kecanduan internet pada
sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah siswa SMP sehingga kontrol diri tidak dapat
laku sendiri, kemampuan untuk menekan, dijadikan prediktor terhadap variabel kecanduan
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku internet. Kategori kontrol diri tergolong tinggi,
impulsif. Di mana self control ini penting untuk sedangkan kategori kecanduan internet
dikembangkan karena individu tidak hidup tergolong sedang.
27
Sari Dewi Yuhana Ningtyas / Educational Psychology Journal 1 (1) (2012)
30