You are on page 1of 20

KARAKTERISASI BAKTERI ENTERON

Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Rombongan : II
Kelompok :7
Asisten : Arie Tri Pangestu Judanto

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakterisasi merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi bakteri.


Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan ciri khas dari isolat, sehingga dapat
diketahui jenisnya. Karakterisasi bakteri dilakukan melalui dua tahap, yaitu
karakterisasi makroskopis, meliputi tipe pertumbuhan pada berbagai media dan
karakterisasi mikroskopis, yaitu karakterisasi bentuk sel, ukuran, dan sebagainya.
Karakterisasi untuk bakteri dilakukan pula terhadap aktivitas metabolisme, seperti
kebutuhan akan sumber energi, kebutuhan oksigen, sifat fermentasi, produksi
senyawa tertentu, dan sebagainya. Hasil karakterisasi kemudian disesuaikan dengan
bakteri acuan dalam Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology (9th ed.)
(Brooks et al., 2008).
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup di usus besar manusia dan
hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian
kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (sel inang) bila kuman tetap
berada di dalam usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan
pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak
diantara kuman ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia.
Organisme-organisme di dalam famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan
penting di dalam infeksi nosokomial misalnya sebagai penyebab infeksi saluran
kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya (Wahab, 2007).
Eschericia coli, lebih dikenal sebagai E. coli, adalah salah satu model
organisme yang paling penting , serta genetika dan biokimia telah banyak dipelajari.
Kebanyakan anggota Enterobacteriaceae memiliki fimbriae peritrik Tipe I berkaitan
dalam adhesi sel bakteri untuk host mereka. Sering dijumpai pada permukaan
eksternal atau internal dari tubuh sebagai infeksi opurtunistik terutama sesudah
prosedur invasif seperti pembedahan. Pengantar Enterobacteriaceae adalah kelompok
besar, heterogen batang gram negatif yang alami habitat adalah saluran usus manusia
dan hewan. Keluarga mencakup banyak genera (E. coli, Shigella, Salmonella,
Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain). Spesies Salmonella
tersebar luas di alam, dan terjadi sebagai bakteri patogen di usus hewan, termasuk
burung, paling banyak diidentifikasi adalah Salmonella enterica dan dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan (Krawiec et al., 2015). Beberapa
organisme enterik, misalnya, Escherichia coli, adalah bagian dari flora normal dan
kebetulan menyebabkan penyakit, sementara yang lain, yang Salmonella dan
Shigella, secara teratur patogen bagi manusia (Clayton, 1986). Shigella sp
merupakan salah satu bakteri Gram negatif penyebab utama penyakit diare (Pratiwi,
2016).
Uji yang dilakukan dalam praktikum ini, antara lain :
1. Karakterisasi morfologi bertujuan untuk mengamati baik morfologi koloni,
maupun morfologi sel bakteri pada isolat bakteri yang telah lolos seleksi. Isolat
bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni,
warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar
miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang
sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat
gram dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Cappuccino &
Sherman, 1992).
2. Pewarnaan Gram dan spora dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu
bakteri. Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat
warna dasar (Crystal Violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram
positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat kristal violet lebih
kuat, sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-
pori mudah membesar dan kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol
(Pelczar & Chan 2007).
3. Uji proteolitik adalah uji untuk mengetahui kemampuan menghasilkan protease
untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino. Proes hidrolisis protein
berlangsung secara bertahap sebelum akhirnya menjadi asam amino. Reaksi
hidrolisis protein akan memutuskan ikatan peptida. Aktivitas proteolitik
dikatakan berhasil apabila terbentuk zona bening disekitar koloni yang tumbuh
pada media protease agar (Susanto, 2003).
6. Uji katalase merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah bakteri yang
diuji merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob. Bakteri tersebut
dikatakan positif aerob atau dapat menghidrolisis H2O2 apabila setelah diberi
reagen katalase (H2O2) terbentuk gelembung gas (Hadioetomo, 1993).
7. Uji oksidase. Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport
elektron selama respirasi aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan
reduksi sitokrom oleh molekul oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri
aerob, fakultatif anaerob dan mikroaerofilik. Mikroorganisme ini menggunakan
oksigen sebagai akseptor elektron terakhir selama penguraian karbohidrat
menjadi energi. Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat
diketahui dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase pada
koloni. Reagen yang biasa digunakan adalah tetramethylDphenylenediamine
dihidrocloride (Cappucino & Sherman, 1992).
8. Uji Indole bertujuan mengidentifikasi kemampuan bakteri menghasilkan indol
dengan menggunakan enzim tryptophanase. Produksi indol di dalam media
dimungkinkan karena adanya tryptophan. Bakteri yang memiliki enzim
tryptophanase menghidrolisis tryptophan. menjadi indol, piruvat dan amonia.
Hal ini digunakan sebagai bagian dari prosedur IMVIC, sebuah tes yang
dirancang untuk membedakan antara anggota keluarga Enterobacteriaceae
(Hemraj, 2013).
9. Uji Methyl Red bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme dalam
memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari fermentasi
glukosa. Beberapa bakteri menghasilkan sejumlah besar asam dari fermentasi.
Methyl Red adalah indikator pH, yang tetap berwarna merah pada pH 4,4 atau
kurang (Sridhar et al., 2006).
10. Uji VP (Voges Proskauer) adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi acetoin
dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan -
napthole dan kalium hidroksida dengan kaldu Voges Proskauer yang telah
diinokulasi dengan bakteri. Warna merah cherry menunjukkan hasil yang
positif, sedangkan warna kuning-coklat menunjukkan hasil negatif (Iwade et al.,
2006).
11. Uji Citrate bertujuan mendeteksi kemampuan suatu organisme untuk
memanfaatkan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Bakteri
diinokulasi pada medium yang mengandung natrium sitrat dan indikator pH
bromothymol biru. Media juga mengandung garam amonium anorganik, yang
digunakan sebagai satu-satunya sumber nitrogen (Hemraj, 2013).
12. Uji Urease berguna untuk mengidentifikasi organisme yang mampu
menghidrolisis urea yang dapat menghasilkan amonia dan karbon dioksida
terutama untuk mengetahui mikroorganisme tersebut mempunyai enzim urease
atau tidak. Urease merupakan enzim konstitutif yang menghidrolisis urea
menjadi karbon dioksida dan ammonia (Brink et al., 2012). Hidrolisis urea akan
melepaskan amonia yang akan menurunkan pH pada media dan akan terjadi
perubahan warna dari kuning ke merah muda pekat (deep pink) (Danish &
Mishra, 2014).
13. Uji H2S. Uji ini menggunakan medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA) . TSIA
adalah media deferensial yang digunakan dalam menentukan fermentasi
karbohidrat dan produksi H2S. Selain itu, uji TSIA ini juga dapat mendeteksi
adanya gas hasil dari metabolisme karbohidrat. TSIA membedakan bakteri
berdasarkan fermentasi mereka laktosa, glukosa, dan sukrosa dan produksi
hidrogen sulfida. TSIA yang paling sering digunakan dalam identifikasi
Enterobacteriaceae, meskipun berguna untuk bakteri Gram negatif lainnya (Holt
et al., 1994).
14. Uji gula-gula digunakan untuk mengetahui apakah bakteri dapat memfermentasi
masing-masing gula membentuk asam. Sebagian besar mikroorganisme
memperoleh energi dari substrat berupa karbohidrat yang selanjutnya di
fermentasi menghasilkan asam-asam organik (seperti asam laktat, format,
asetat), dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas. Organisme-
organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat atau gula-gula yang
berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya (McNeil & Harvey,
2008)

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui langkah-


langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri, yaitu secara morfologi, biokimia,
dan enzimatis.
.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mikroskop, inkubator, tabung


reaksi, cawan petri, beaker glass 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, pipet ukur 1 mL,
Object glass, cover glass, jarum ose, kertas merang dan lampu spiritus.
Bahan yang digunakan yaitu sampel bakteri enteron, medium Protease Agar
(PA), medium Sulfide, Indole, Motility Agar (SIM A), medium Tryptone Broth (TB),
medium Protease Broth (PB), medium Simmons Citrate, medium Urease Broth
(UB), medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA), dan berbagai gula (manosa, xylosa,
arabinosa, dan maltosa). Bahan lainnya adalah reagen H2O2, reagen oksidase, reagen
Kovacks Indole, reagen Methyl Red, KOH 40%, -naphtole, dan pewarna Gram
(Gram A, B, C, D). Pewarna Gram A adalah Crystal Violet, pewarna Gram B
Lugols Iodine, pewarna Gram C Ethanol 96%, dan pewarna Gram D Safranin.

B. Metode

B.1 Uji Morfologi


B.1.1 Uji Makromorfologi
Isolat diamati bentuk koloni, ukuran koloni, elevasi koloni, margin
koloni, permukaan koloni, dan warna koloni
B.1.2. Uji Motilitas
Isolat diinokulasi dengan stab inocuation ke medium SIM A dan diinkubasi
2x24 jam pada suhu 37oC. Interpretasi positif (+) jika terjadi pertumbuhan
koloni yang menyebar, dan negatif (-) jika tidak terjadi pertumbuhan koloni.
B.1.3. Uji Mikromorfologi
Isolat diulas di atas object glass, lalu ditetesi akuades secukupnya, dan
difiksasi 2-3 kali di atas api bunsen. Setelah itu isolat ditetesi dengan Gram A
(Crystal Violet) dan didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci-kering-
angin-kan. Lalu, isolat ditetesi dengan Gram B (Lugols Iodine) dan
didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci-kering-angin-kan. Isolat dibilas
dengan Gram C (Ethanol 96%) sampai bersih, kemudian dicuci-kering-angin-
kan. Isolat ditetesi dengan Gram D (Safranin) dan didiamkan selama 45 detik,
kemudian dicuci-kering-angin-kan. Setelah pewarnaan, isolat diamati di
bawah mikroskop untuk mengetahui bentuk sel dan jenis gramnya.
B.2 Uji Enzimatis
B.2.1 Uji Katalase
Isolat diulas di object glass dan ditetesi reagen H2O2 lalu diamati.
Interpretasi positif (+) jika terdapat gelembung, dan negatif (-) jika tidak
terdapat gelembung
B.2.2 Uji Oksidase
Isolat diulas pada kertas merang dan ditetesi reagen oksidase
(tetramethyl-p-phenylenediaminedihidrochloride), lalu diamati. Interpretasi
positif (+) jika kertas merang berwarna biru gelap, dan negatif (-) jika tidak
ada perubahan warna
B.2.3 Uji Protease
Isolat diinokulasikan ke medium SMA secara streak continue setengah
cawan, lalu diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37oC. Interpretasi positif (+) jika
terdapat zona jernih di sekitar koloni, sementara negatif (-) jika tidak terdapat
zona jernih.
B.2.4 Uji Urease
Isolat diinokulasikan sebanyak 0,1 mL ke medium Urease Broth dan
diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37oC. Interpretasi positif (+) jika
medium berubah warna menjadi merah muda, dan negatif (-) jika tidak ada
perubahan.
B.3 Uji Biokimawi
B.3.1 Uji IMViC
Indole: isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml ke dalam medium TB,
kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC. Setelah
inkubasi, medium ditetesi dengan reagen Kovacks Indole sebanyak 3
tetes. Interpretasi positif (+) jika terbentuk cincin merah di permukaan
koloni, dan negatif (-) jika tidak terbentuk cincin merah.
Methyl Red dan Voges Proskauer: isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml ke
dalam medium PB, kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu
37oC. Setelah inkubasi, medium ditetesi dengan reagen Methyl Red (untuk
uji Methyl Red) dan reagen KOH 40% + -naphtole (untuk uji Voges
Proskauer). Interpretasi positif (+) jika medium berubah warna menjadi
merah, dan negatif (-) jika tidak ada perubahan.
Simmons Citrate: isolat cair diinokulasikan sebanyak satu ose ke dalam
medium SC, lalu diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC.
Interpretasi positif (+) jika medium berubah warna menjadi hijau, dan
negatif (-) jika tidak ada perubahan warna..
B.3.2 Uji Gula (Acid Form)
Isolat cair diinokulasikan sebanyak 0.1 mL ke medium TSIA berisi
monosa, xylosa, maltosa, dan arabinosa, kemudian diinkubasi selama 2 x 24
jam dalam suhu 37oC. Interpretasi positif (+) terjadi jika terdapat gelembung
gas pada tabung Durham dan media berubah menjadi kuning, dan negatif (-)
jika tidak terjadi perubahan
B.3.3 Uji H2S
Isolat diinokulasikan ke medium TSIA secara stab inoculation dengan
tusuk sate steril. lalu diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC. Ada tiga
interpretasi positif (+), yaitu (a) jika dasar medium berubah warna menjadi
kehitaman; (b) glukosa, laktosa, dan sukrosa medium miring dan tegak
berubah warna menjadi kuning; (c) glukosa bagian medium tegak berubah
warna menjadi kuning.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Karakter Makroskopis Isolat Bakteri


Enterobacteriaceae Kelompok 7 Rombongan II

Karakter Kenampakan
Permukaan Mengkilap
Elevasi Rata
Tepi Filiform
Bentuk Bulat
Ukuran Medium
Warna Putih kusam

Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk
koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar
miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang
sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram
dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Cappuccino & Sherman,
1992). Pada Tabel 3.1 menunjukkan karakter makroskopis dari isolat bakteri
Enterobacteriaceae kelompok 7 rombongan II. Permukaan koloni tampak mengkilap,
elevasinya rata, tepi koloni filiform dengan bentuk yang bulat, ukurannya medium,
dan warnanya tampak seperti putih kusam. Pengamatan makroskopis belum cukup
untuk menentukan spesies dari isolat bakteri enteron yang digunakan. Sehingga,
dibutuhkan uji-uji lain untuk mengidentifikasi spesies bakteri tersebut.

Gambar 3.1. Hasil Pewarnaan Gram Isolat Bakteri Enterobacteriaceae


Kelompok 7 Rombongan II

Hasil pengamatan pewarnaan Gram menunjukkan bakteri Gram positif


karena bakteri ini tetap mempertahankan warna crystal violet pada pewarnaan Gram
(Jamaluddin et al., 2016). Bakteri Gram positif adalah bakteri yang pada pengecatan
Gram akan tahan terhadap alkohol, sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan
tidak mengikat warna cat kedua dan warna bakteri tetap berwarna ungu (Fardiaz,
1993).

Gambar 3.2. Hasil Uji Gula-Gula Isolat Enterobacteriaceae Kelompok 7


Rombongan II

Uji IMViC empat gula pada media TSIA menunjukkan hasil negatif untuk ke
empatnya. Interpretasi hasil positif ditandai dengan perubahan warna media dan
terbentuknya gelembung gas. Menurut Downes & Ito (2000),
Enterobacteriaceae dapat memfermentasi gula menjadi asam laktat dan produk
lainnya. Fermentasi merupakan salah satu aktivitas biokimia yang dilakukan oleh
mikroba. Fermentasi adalah proses pengunahan senyawa makromolekul organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob.
Fermentasi dapat menghasilkan berbagai senyawa akhir, contohnya fermentasi
karbohidrat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa asam seperti asam laktat dan
propionet, ester-ester, keton dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas
(Pelczar & Chan, 2007).
Gambar 3.3. Hasil Uji Motiltas Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok 7
Rombongan II

Uji motilitas pada media SIM Agar menunjukkan hasil positif. Interpretasi hasil
positif ditandai dengan terbentuknya endapan FeSO4 berwarna hitam pada media. Koloni
yang diuji pada media SIM (Sulfur Indole Motility) dengan hasil sulfur positif yaitu
terbentuknya logam sulfur yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam media
tersebut dapat menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam media (Arrizqiyani
& Nurlina, 2016).

Gambar 3.4. Hasil Uji Methyl Red Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok
7 Rombongan II

Uji merah metil (methyl red test) bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri untuk mengoksidasi glukosa dengan memproduksiasam dengan konsentrasi
tinggi sebagai hasil akhirnya. Jika media MR-VP akan menjadi merah setelah
ditambahkan merah metil menunjukkan bahwa hasil uji positif, sedangkan jika media
tetap berwarna kuning menunjukkan hasil uji negatif (Yulvizar, 2013). Uji ini
bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme dalam memproduksi dan
mempertahankan produk akhir asam stabil dari fermentasi glukosa. Methyl Red
adalah indikator pH. Methyl Red berwarna merah pada pH di bawah 4,4
(menunjukkan hasil positif) dan kuning pada pH diantara 6 dan warna orange
menunjukkan pH menengah dan dianggap hasil negatif

Gambar 3.5. Hasil Uji Voges Proskauer Isolat Bakteri Enterobacteriaceae


Kelompok 7 Rombongan II

Dari uji VP tidak terbentuk warna eosin merah muda sehingga hasilnya
negatif. Uji voges-proskauer menunjukkan pembentukan asetil metil karbinol dari
glukosa, dan uji penggunaan sitrat sebagai sumber karbon (Wulandari et al., 2014).
Uji VP adalah uji yang dilakukan untuk mendeteksi acetoin yang dilakukan dengan
menambahkan -napthole dan KOH.

Gambar 3.6. Hasil Uji Simmons Citrate Isolat Bakteri Enterobacteriaceae


Kelompok 7 Rombongan II
Uji Citrat ditemukan adanya pertumbuhan (perubahan warna dari hijau ke
biru) sehingga hasilnya positif (Selfiana et al., 2017). Uji ini bertujuan untuk
mendeteksi kemampuan organisme memanfaatkan sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon dan energi. Bakteri diinokulasi pada media yang mengandung medium sitrat
dan indikator pH bromothymol blue. Media juga mengandung garam amonium
anorganik yang digunakan sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Pemanfaatan sitrat
melibatkan enzim citrat permease yang memecah sitrat menjadi oksaloasetat dan
asetat. Oksaloasetat lebih lanjut dipecah menjadi piruvat dan CO2. Produksi Na2CO3
serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam amonium masing-masing
menghasilkan pH basa (Suardana et al., 2016).

Gambar 3.7. Hasil Uji Indole Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok 7


Rombongan II

Uji IMViC pada media Protease Broth menunjukan hasil yang negatif.
Interpretasi yang positif menunjukan bakteri memproduksi asam kuat sehingga pada
penambahan indikator metil red menghasilkan warna merah bentuk cincin pada
permukaan tabung (Rifta et al., 2016). Uji Indole bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan bakteri menghasilkan Indole dengan menggunakan enzim
tryptophanase. Bakteri yang memiliki enzim tryptophanase menghidrolisis
tryptophan menjadi Indole, piruvat, dan amonia.
Gambar 3.8. Hasil Uji Proteolitik Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok
7 Rombongan II

Uji protease pada media Skim Milk Agar (SMA) menunjukkan hasil positif.
Uji positif ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri pada
media SMA. Zona bening yang dihasilkan merupakan hasil hidrolisis substrat protein
yang terkandung dalam media SMA oleh enzim protease yang dihasilkan oleh isolat
bakteri. Media SMA mengandung pepton dan susu skim sebagai sumber karbon utama
bagi kebutuhan metabolisme bakteri (Yuniati et al., 2015).

Gambar 3.9. Hasil Uji Katalase Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok 7


Rombongan II
Pada uji katalase menghasilkan interpretasi yang positif. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan bahwa
organisme yang bersangkutan menghasilkan enzim katalase yang mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Yulvizar, 2013).
Gambar 3.10. Hasil Uji Oksidase Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok 7
Rombongan II
Pada uji oksidase menunjukan interpretasi yang negatif. Bakteri digoreskan
pada kertas filter yang telah mengandung tetramethylpphenylenediamine
dihidrocloride (C6H4[N(CH3)2] 22HCl) 1%. Reagen ini mendonorkan elektron
pada enzim untuk dioksidasi membentuk kompleks warna biru marun. Apabila
terjadi perubahan warna menjadi keunguan dalam waktu 10-60 detik, maka bakteri
mempunyai sitokrom C (Suharti et al., 2017).

Gambar 3.11. Hasil Uji H2S Isolat Enterobacteriaceae Kelompok 6 Rombongan


II
Pada uji H2S ditemukan bahwa isolat membentuk endapan hitam sehingga uji
bersifat positif yaitu bakteri mampu membentuk H2S. Uji H2S bertujuan untuk
mengetahui terbentuknya Sulfida. Uji positif, terbentuknya warna/ endapan hitam.
Uji negatif, tidak terbentuk endapan/ warna hitam (Kambey et al., 2016).
Gambar 3.12. Hasil Uji Urease Isolat Bakteri Enterobacteriaceae Kelompok 7
Rombongan II

Uji urease pada media Urea Broth menunjukkan hasil positif. Interpretasi hasil
positif ditandai dengan perubahan warna media menjadi merah muda, apabila warna
media tidak berubah maka hasil ujinya negatif. Uji Urease berguna untuk
mengidentifikasi organisme yang mampu menghidrolisis urea yang dapat
menghasilkan amonia dan karbondioksida terutama untuk mengetahui
mikrooeganisme tersebut mempunyai enzim urease atau tidak. Urease merupakan
enzim konstitutif yang menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan ammonia
(Brink et al., 2012). Hidrolisis urea akan melepaskan amonia yang akan menurunkan
pH pada media dan akan terjadi perubahan warna dari kuning ke merah muda pekat
(deep pink) (Danish & Mishra, 2014).
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, kelompok 6 rombongan I mendapatkan
bakteri Citrobacter freundii. Citrobacter adalah genus dari bakteri Gram-negatif
coliform dalam keluarga Enterobacteriaceae. Spesies C. amalonaticus, C. koseri, dan
C. freundii dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Spesies
Citrobacter dibedakan oleh kemampuan mereka yang dapat mengubah triptofan
untuk indol, memfermentasi laktosa, dan menggunakan malonat. Citrobacter
menunjukkan kemampuan untuk mengakumulasi uranium dengan membangun
kompleks fosfat. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, air limbah air, dan di usus
manusia (Lay, 1994).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan, yaitu tahapan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri enteron yaitu melalui uji biokimiawi,
enzimatis, dan pengamatan morfologi. Hasil positif ditunjukkan oleh uji motilitas,
Indole, Methyl Red, urease, dan oksidase. Sedangkan hasil negatif ditunjukkan oleh
uji Voges Proskauer, Simmons Citrate, H2S, katalase, proteolitik, dan gula-gula.
Hasil yang diperoleh berdasarkan uji-uji yang dilakukan menunjukan isolat dari
kelompok 7 rombongan II merupakan Citrobacter freundii
B. Saran

Saran untuk praktimum yang dilakukan yaitu sebaiknya uji yang dilkukan
lebih teliti dan tepat agar memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR REFERENSI

Arrizqiyani, T & Nurlina, L. 2016. Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Cincau
Hitam yang Dijual di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada, 16(1), pp. 188-196.

Brink, A., Coetzee, J. & Clay C. 2012. The spread of carbapenem-resistant


Enterobacteriaceae in South Africa: Risk factors for acquisition and
prevention. J Med, 10(2), pp. 599-601.

Brooks, G. F., Butel J. S., & Morse S. A. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika.

Capuccino, J.G. & Sherman, N. 1992. Microbiology a Laboratory Mannual. USA:


The Benjamin/Cummings Publish.

Clayton P., Feltham R. K. A, Mitchell C. J., & Sneath P. H. A. 1986. Constructing


Data-Base For Low Cost Identification Gram Negative Rods In Clinical
Laboratories. Journal of Clinical Pathology. 39(1),pp. 798-802.

Danish, M.S. & Mishra, R.P. 2014. Age and Gender Wise Distribution Pattern Of
Typhoid Causing Bacteria Salmonella serovars In Mahakaushal Region.
World Journal of Pharmaceutical Research, 3(4): pp.1183-1203.
Downes, F.P. & Ito, K. 2000. Compendium of Methods for the Microbiological
Examination of Foods 4th Edition. USA: American Public Health
Association.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia

Hemraj, V. 2013. A Review on Commonly Used Biochemical Test for Bacteria.


Innovare Journal of Life Science, 1(1): pp.1-7.

Hidayat, A. S. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio sp. dari Ikan Kerapu
Sunu (Plectropomus leopardus). Jurnal Teknosains, 8(2), pp. 209-216.

Holt, J.G., Krig, N.R., Sneath, P., Staley, J. & William, S. 1994. Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology. Pennsylvania: Lippincott Williams and Wilkins
Company.

Iwade, Y., Tamura, K., Yamauchi, A., Kumazawa, N.H., Ito, Y. & Sugiyama. 2006.
A (Characterization of the outbreak-derived Salmonella enterica serovars
enteritidis strains with atypical triple sugar iron and Simmons citrate
Reactions) Japanese. Journal of Infectious Diseases, (59): pp.512-513.

Jamaluddin., Suryanto, D & Lesmana, I. 2016. Jenis-Jenis Bakteri Gram Positif


Potensial Patogen pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Desa
Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei Tuan. Aqua Coast Marine, 2(2), pp. 1
10.
Kambey, D., Fatimawali & Manampiring. 2016. Isolasi Bakteri Resisten Merkuri
dalam Urin Pasien dengan Tumpatan Amalgam di Puskesmas Bahu Manado.
Jurnal e-Biomedik, 4(2), pp. 1-9.

Krawiec, M., Kuczkowski, M., Kruszewicz, A. G & Wieliczko, A. 2015. Prevalence


and Genetic Characteristics of Salmonella in Free-living Birds in Poland.
BMC Veterinary Reseach, 11(15), pp. 1-10.

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press.

McNeil, B. & Harvey, L. 2008. Practical Fermentation Technology. England: John


Wiley & Sons Ltd

Pelczar, M.J. & Chan, E.S.S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.

Pratiwi, A. P. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Singkong (Manihot


esculenta Crantz.) Terhadap Shigella sp. Jurnal Kesehatan, 7(1), pp. 161
164.

Rifta, R., Budiyono & Darundiati, Y. H. 2016. Studi Identifikasi Keberadaan


Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan oleh Pedagang Warung Makan
di Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), pp. 176-185.

Selfiana, D. R., Rastina., Ismail., Thasmi, C. N., Darniati & Muttaqien. 2017. Jumlah
Cemaran Escherichia coli pada Daging Ayam Broiler di Pasar Rukoh Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Veteriner, 1(2), pp. 148-154.

Sridhar, V.R., Smeianov, V.V. & Steele, J.L. 2006. Construction and evaluation of
food-grade vectors for Lactococcus lactis using aspartate aminotransferase
and -galactosidase as selectable markers. Journal of Applied Microbiology,
101(1): pp.161-171.
Suardana, I.W., Putu, J.R., Apsari, P. & Nengah, K.B. 2016. Isolasi dan Identifikasi
Escherichia coli O157:H7 pada Feses Sapi di Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung-Bali. Buletin Veteriner Udayana. 8(1), pp. 31-35.
Suharti, T., Joko, T & Arwiyanto. 2017. Deteksi Bakteri Patogen Terbawa Benih
Akor (Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth). Jurnal HPT Tropika, 17(1),
pp. 19-36.

Susanto, J. 2003. Pengaruh Logam dan Konsentrasi Substrat Terhadap Pertumbuhan


dan Aktivitas Bakteri Proteolitik Pada Proses Deproteinasi Cangkang
Rajungan. Jurnal Teknologi Lingkungan, 4(1), pp.1-12.

Wahab, M. F. A. 2007. Analysis Of Citrobacter Freundii A1 Whole Cell And Its


Recombinant Flavin Reductase Biodegradation Of Azo Dyes Using
Spectrophotometric And Voltametric Techniques. thesis, Johor: Universiti
Teknologi Malaysia.
Wulandari, C., Nasir, N & Agustien, A. 2014. Kondisi Bakteriologis Air Sumur di
Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Air Dingin di Kota Padang. Jurnal
Biologi Universitas Andalas, 3(4), pp. 289-295.

Yulvizar, C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp.
Biospesies, 6(2), pp. 1-7.

Yuniati, R., Nugroho, T. T & Puspita, F. 2015. Uji Aktivitas Enzim Protease dari
Isolat Bacillus sp. Galur Lokal Riau. JOM MIPA, 1(2),pp. 116-122.

You might also like