You are on page 1of 9

ANATOMI KATAK SAWAH

(Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama : Istiq Fauziah
NIM : B1A015001
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Tsarahanifah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup.
Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia
darat dan air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya
tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak
bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari (Liswanto, 1998).
Amfibi adalah hewan yang secara tipikal dapat hidup dengan baik di air
tawar maupun di darat. Sebagian besar amfibi mengalami metamorfosis dari berudu
(akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas dengan
paru-paru), namun beberapa spesies amfibi tetap mempunyai insang selama
hidupnya. Spesies-spesies yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit
biasanya tipis dan basah. Tengk orak lebar dengan rongga otak yang kecil. Kaki
depan umumnya memiliki empat jari sedangkan kaki belakang lima jari
(Brotowidjoyo, 1993).
Pada dasarnya semua amfibi adalah karnivora, untuk jenis amfibi yang
berukuran kecil makanan utamanya adalah Arthropoda, cacing dan larva serangga.
Untuk jenis amfibi yang berukuran lebih besar makanannya adalah ikan kecil,
udang, kerang, katak kecil atau katak muda, kadal kecil dan ular kecil. Pada saat
berudu, kebanyakan merupakan herbivora. Ada jenis-jenis tertentu yang bersifat
karnivora dan tidak memerlukan makan sama sekali, kebutuhan makanan sudah
tercukupi dari kuning telurnya. Sebagian besar amfibi mencari makan dengan
strategi diam dan menunggu (Darmawan, 2008).
Amfibi merupakan salah satu fauna penyusun ekosistem dan merupakan
bagian keanekaragaman hayati yang menghuni habitat perairan, daratan hingga
arboreal. Amfibi memegang peranan penting pada rantai makanan dan dalam
lingkungan hidupnya, juga bagi keseimbangan alam serta bagi manusia selain itu
juga jenis-jenis tertentu dapat dijadikan sebagai bio-indikator kerusakan lingkungan.
Habitat utama amfibi adalah hutan primer, hutan rawa, sungai besar, sungai sedang,
anak sungai, kolam dan danau (Ahmad, 2015).
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) merupakan kelompok dari kelas
amfibi yang habitatnya sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi habitat dan
aktivitas manusia. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) adalah amfibi yang dapat
terus hidup di perairan garam dan mentolerir lingkungan laut. Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) biasanya menghuni air payau hutan mangrove, tapi mereka
dapat hidup di air tawar. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) tersebar luas di Asia
Tenggara termasuk Indo-China, Hainan dan Guangxi di Cina, Filipina, Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Irian Jaya.
Praktikum kali ini menggunakan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
digunakan sebagai preparat karena keberadaan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
mudah ditemui dan merupakan hewan yang tidak berbahaya. Selain itu, Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) memiliki struktur morfologi dan anatomi yang mudah
diamati. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan untuk mewakili class
amphibian.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
Morfologi dan Anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset,
gunting bedah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora).

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Kadal (Eutropis multifasciata) dilemahkan dengan cara pembiusan terlebih dahulu
dengan menggunakan kloroform.
2. Alat-alat disiapkan dan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) diletakkan dalam
bak preparat.
3. Pembedahan dimulai dengan pengguntingan di bagian posterior ke arah anterior
kemudian seluruh ventral.
4. Dinding perut sebelah medio posterior dengan hati-hati dijepit dengan pinset.
5. Lapisan-lapisan otot yang menyusunnya diamati.
6. Lapisan otot digunting dengan hati-hati, arah pemotongan dilanjutkan ke kiri dan
ke kanan sampai pangkal lengan atas.
7. Organ-organ yang terdapat dalam tubuh diamati tanpa merubah letaknya.
B. Pembahasan

Klasifikasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) menurut Iskandar (2003)


adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) berukuran besar dengan lipatan-lipatan
atau bintil-bintil memanjang paralel dengan sumbu tubuh. Hanya terdapat satu bintil
metatarsal dalam, selaput selalu melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3
dan ke 5. Warnanya seperti lumpur yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris
berwarna gelap. Sering disertai dengan garis dorsol lateral yang lebar. Katak ini
merupakan hewan nocturnal (Iskandar, 2003).
Tubuh Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) mempunyai dua pasang
anggota gerak, yaitu extremitas anterior dan extermitas posterior, dimana extremitas
anterior lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan extermitas posterior. Pada
extremitas anterior Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) hanya memiliki empat
buah jari-jari, sedangkan pada extremitas posterior memiliki lima buah jari-jari
dengan ukuran yang lebih besar dan panjang. Untuk memudahkan berenang pada
jari-jari Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) terdapat selaput renang. Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) memiliki kloaka yang merupakan muara dari saluran
pencernaan, saluran kemih, dan saluran telur atau sperma. Kulit Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) tidak dihubungkan dengan urat-urat otot sehingga terletak
lepas. Kulit ini selalu dibasahi oleh kelenjar kulit yang menghasilkan lendir
(Mahardono, 1980)
Perbedaan antara Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) jantan dan Katak
Sawah (Fejervarya cancrivora) betina dapat dilihat dari morfologinya. Pada Katak
Sawah (Fejervarya cancrivora) jantan ukuran gendang telinga dua kali lebih besar
dari lingkaran mata. Warna kulit disekitar kerongkongan berwarna hijau kekuningan.
Ukuran badan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) jantan relatif lebih kecil serta
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) jantan memiliki kantung suara yang terletak
diantara selaput belakang dan pangkal kaki depan. Sedangkan pada Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) betina dapat dilihat dari ukuran lingkaran gendang telinga
relatif sama dengan lingkaran mata. Warna kulit disekitar kerongkongan berwarna
putih dengan bintik-bintik kehitaman. Mempunyai ukuran badan relatif lebih besar
dan tidak mempunyai kantung suara (Hartanto, 2003).
Sistem pencernaan pada Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri dari
hepar, vesica fellea, pancreas, gastrum, pylorus, ductus coleodochus, duodenum,
intestine, rectum, dan kloaka. Organ penyusun sistem pencernaan Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) sendiri yaitu terdiri dari cavum oris, pharing, oseophagus,
gastrum, pylorus, intestinum dan colon. Saluran pencernaan ini akan berakhir pada
rectum dan dikeluarkan oleh kloaka. Pancreas merupakan organ tubuh istimewa yang
berguna sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin, dimana kelenjar eksokrin membantu
dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan cara mensekresikan enzim-
enzim pancreas seperti amilase, lipase dan tripsin (Adnyane, 2012).
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) merupakan jenis hewan ovipar, ketika
katak betina mengeluarkan sel-sel telur atau ovum, maka katak jantan menyusulnya
dengan mengeluarkan sel-sel sperma. Jadi, pembuahan terjadi di luar tubuh atau bisa
dikatakan bahwa Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) berkembang biak secara
fertilisasi eksternal. Setelah pembuahan terjadi maka sel telur akan terselimuti oleh
cairan kental, sehingga kumpulan telur menjadi gumpalan telur lalu sel telur
membelah menjadi dua, empat, delapan dan seterusnya. Sehingga membentuk
gelembung kosong (blastula lalu pembelahan selanjutnya menghasilkan sel-sel
turunan yang menuju ke arah dalam, sehingga terjadi gelembung bola padat yang
disebut dengan gastrula, pada tingkat ini terbentuk dua lapisan yang luar disebut
eksoderm, yang dalam disebut endoderm (Mahardono, 1980).
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) bereproduksi untuk menghasilkan
keturunan adapun ciri-ciri spesifik alat reproduksi pada Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) adalah salah satunya mempunyai ovarium pada betina, ovarium ini
merupakan kelenjar kelamin betina atau alat genital betina. Kelenjar kelamin
mempunyai saluran-saluran yang bermuara di kloaka. Pada Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) testis merupakan kelenjar kelamin jantan, berwarna kuning
dan terdapat sepasang besarnya kira-kira setengah dari ginjal, di ujungnya terdapat
jaringan lemak padat yang berbentuk seperti jari-jari. Testis ini terikat oleh jaringan
ikat yang menggantungkan testis tersebut pada ginjal. Sebelum bermuara di kloaka
saluran inimelebar disebut dengan kantong sperma, dimana di dalam kantong sperma
terdapat sperma yang disimpan (Mahardono, 1980).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Tubuh Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) dapat dipisahkan menjadi caput,
truncus, extremitas anterior, dan extremitas posterior.
2. Sistem pencernaan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) tersusun dari cavum
oris, faring, oesophagus, gastrum, pylorus, intestine, dan colon.
3. Organ reproduksi atau genetalia pada Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
jantan terdiri atas testis, vas efferens, vesica seminalis, dan corpus adiposum.
4. Organ reproduksi atau genetalia pada Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
betina terdiri atas sepasang ovarium, oviduct, uterus, dan cloaca.
B. Saran

Praktikan diharapkan memahami teori-teori tentang Katak Sawah (Fejervarya


cancrivora) sebelum praktikum dimulai, sehingga dalam pembedahandan
pengamatan Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) praktikan bisa memahaminya
dengan jelas.
DAFTAR REFERENSI

Adnyane. 2012. Studi Mikroanatomi Kodok Lembu Menggunakan Metode Pewarna


Baku dan Immunohistokimia. Jurnal Veteriner, 12(1), pp. 1-6
Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Darnawan, B. 2008. Keanekaragaman Amfibi di Berbagai Tipe Habitat. Bogor
Institut Pertanian Bogor.
Hartanto, R. 2003. Biologi Kodok Lembu. Semarang. Universitas Diponegoro
Iskandar, D.T. 2003. Seri Panduan Lapangan Amfibi Jawa dan Bali. Bogor.
Puslitbang Biologi LIPI.
Liswanto, D. 1998. Survei Monitoring Herpetofauna. Jakarta. Yayasan titian.
Mahardono. 1980. Anatomi Katak. Jakarta. PT Intermasa.
R. Zhumei., Z. Bin., & W. Jun. 2013. Complete Nucleotide Sequence And Gene
Arrangement Of The Mitochondrial Genome Of The Crab-Eating
Frogfejervarya Cancrivoraand Evolutionary Implications. Jurnal Gene, 441(9),
pp. 148-155.
Y. Ahmad., S. Syafruddin., & Erianto. 2015. Keanekaragaman Jenis Amfibi Ordo
Anura Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Kecamatan Sengah
Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 3(1), pp.
15-20.

You might also like