Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami proses-proses ekstraksi mineral / konsentrat, proses pemurnian dan
peleburan emas.
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas terbatas pada materi atau
teori mengenai proses pemurnian dan peleburan emas.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literatur, dimana
bahan-bahan penulisan berasal dari buku-buku pedoman, materi kuliah, maupun
sumber lain yang masih berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Emas
Emas merupakan unsur kimia yang memiliki nama kimia Aurum dengan simbol
Au dan tergolong ke dalam jenis logam transisi. Emas merupakan logam yang lunak,
mengkilap, berat, dapat ditempa dan ulet. Selain itu, emas juga memiliki daya
konduksi yang tinggi, tahan terhadap oksidasi (tahan korosi) dan juga tahan terhadap
temperatur yang tinggi. Emas merupakan unsur kimia yang relatif inert dan stabil,
tidak bereaksi dengan zat kimia lain, hanya dapat dilarutkan oleh klor, fluorin, dan
aquaregia.
Di Bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat
di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga
ditemukan dalam bentuk emas alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan
terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks), serta dalam
bentuk sulfida dimana Au terendapkan atau terjebak di dalam mineral-mineral
sulfida. Emas juga ada dalam bentuk endapan dalam hydrothermal veins dalam
tanah. Emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak (Ag) dan tembaga
(Cu).
2.2 Hidrometalurgi
Hidrometalurgi adalah proses ekstraksi, recovery, dan pemurnian dari logam
melalui proses-proses menggunakan larutan aqueous. Logam-logam tersebut dapat
dimurnikan dalam bentuk lain seperti oksida dan hidroksida. Proses Hidrometalurgi
dapat digunakan untuk:
Memproduksi larutan yang memiliki kemurnian logam tertentu yang yang cukup
tinggi, dan dapat diproduksi lebih lanjut melalui proses elektrolisis, contohnya
yaitu tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), emas (Au), dan perak (Ag).
Memproduksi senyawa murni yang dapat digunakan untuk menghasilkan logam
murni dengan metode lain. Contohnya menggunakan alumina murni untuk
menghasilkan aluminium dengan metode smelting.
Dapat digunakan untuk daur ulang logam dari scrap, slag, sludge, anode slime,
dan lain-lain.
1. Leaching (Pelindian)
2. Konsentrasi dan pemurnian larutan
3. Recovery
Proses pemurnian larutan dilakukan sebelum proses recovery dari larutan hasil
pelindian. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi logam berharga
yang lebih tinggi di dalam larutan tersebut sehingga logam berharga dapat
diendapkan dengan lebih efektif. Metode-metode pemurnian yang umum dilakukan
yaitu proses adsorpsi dengan karbon aktif, adsorpsi dengan ion exchange resins,
ektraksi dengan pelarut (menggunakan pelarut organik), dan presipitasi dengan logam
(sementasi).
Proses ekstraksi emas yang paling umum dilakukan yaitu:
Liquation Separation
Merupakan pemisahan pencairan, dimana proses pemisahan dilakukan dengan cara
memanaskan mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan
terpisahkan dari pengotornya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan adalah densitas dan
temperatur leleh dari logam yang akan dipisahkan.
Amalgamasi
Merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas dengan merkuri
(Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas- perak dengan merkuri yang
dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas
yang sederhana dan murah, tetapi penggunaan merkuri sangat beracun. Karena
adanya masalah lingkungan dari proses Amalgamasi, maka penggunaan proses ini
semakin berkurang.
Sianidasi
Sianidasi atau leaching sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana
hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, seperti Au, Ag, Cu, Fe, Hg, Zn, dan
lain-lain. Kelemahan metode sianidasi adalah proses berjalan sangat lambat dan
menggunakan natrium sianida yang beracun. Metode sianidasi akan dibahas lebih
lanjut.
Kelebihan dari proses hidrometalurgi adalah dapat mengolah bijih dengan kadar
logam yang rendah, dapat memisahkan logam yang mirip (seperti Ni dan Co), dapat
dilakukan dalam operasi skala kecil dan mudah untuk diperbesar, modal yang
dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan pirometalurgi, dan penanganan material
dalam hidrometalurgi lebih mudah, dapat dengan menggunakan pompa dan alat
transportasi berat.
2.2.1 Leaching
Leaching adalah proses pelarutan selektif dari logam berharga dari konsentrat
atau bijih dengan cara mengontakkan dengan larutan. Pengotor akan tetap dalam
bentuk padatan dan dapat dipindahkan langsung menuju waste dump. Leaching dapat
dilakukan pada tekanan udara normal atau tekanan udara tinggi, pada temperatur
kamar ataupun temperatur tinggi. Leaching reagent yang biasa digunakan:
Pemilihan leaching reagent didasarkan pada jenis mineral bijih, kadar logam
berharga dalam bijih, harga, kemudahan dalam material handling, selektivitas dari
reagen, dapat atau tidaknya reagen tersebut untuk digunakan kembali, korosif atau
tidak terhadap reaktor, dan peraturan pemerintah yang berlaku yang berkaitan dengan
isu pencemaran lingkungan. Dalam leaching emas, sampai saat ini reagen yang
paling banyak digunakan adalah sianida (CN-), walaupun sianida sangat beracun dan
dapat mencemari lingkungan.
Dalam proses leaching emas dengan menggunakan sianida (proses sianidasi), reaksi
yang terjadi yaitu:
4 Au + 8 CN - + O2 + 2 H20 = 4 Au(CN)2- + 4 OH -
(CN-)
Pada umumnya, mineral akan bereaksi lebih cepat jika ada cacat yang terbentuk dari
kristal yang berukuran kecil dalam butirannya. Jika terdapat pengotor dalam kisi
mineral, seperti mineral semi-konduktor sulfida (seperti Fe dalam sphalerite), dapat
mempengaruhi kinetika reaksi. Porositas bijih juga mempengaruhi laju leaching,
semakin porous bijih, maka semakin cepat laju leaching.
Tipe-tipe bijih emas yang digunakan dalam leaching:
1. Bijih oksida
Merupakan bijih dimana material pembentuk bijihnya telah teroksidasi atau
lapuk. Oksidasi atau proses hidrotermal yang terjadi menyebabkan
penghancuran struktur batu, yang menimbulkan peningkatan permeability dari
bijih tersebut. Bijih oksida cukup mudah untuk di-leaching, dapat menghasilkan
recovery yang cukup tinggi dengan proses heap leaching langsung dari bijih
hasil run of mine, dengan ukuran bijih yang cukup besar.
2. Bijih silver-rich
Meskipun emas selalu berasosiasi dengan perak, jika kandungan perak tinggi (>
10 g/ton) dan emas berbentuk electrum dalam bijih tersebut, maka diperlukan
proses untuk memodifikasi sifat bijih tersebut. Semakin tinggi reaktivitas perak
maka akan mempengaruhi perolehan emas dalam proses flotasi, leaching, dan
proses recovery yang dilakukan. Electrum dapat menurunkan laju kinetika
pelarutan karena dapat membentuk silver sulphide layer dengan ketebalan 1 - 2
m, yang dapat menghalangi interaksi larutan sianida dengan emas dan perak
dalam bijih, dan menurunkan perolehan emas dan perak dari bijih.
3. Bijih sulfida
Pada bijih sulfida, emas menempel di dalam matriks bijih sulfida, seperti bijih
besi sulfida seperti pyrite (FeS), marcasite (FeS2), dan pyrrhotite (Fe(1-x)Sx),
arsen sulfida seperti arsenopyrite, orpiment (As2S3), dan realgar (As2S2),
tembaga sulfida seperti chalcopyrite (CuFeS2), chalcocite (Cu2S), dan covellite
(CuS), dan antimoni sulfida seperti aurostibnite (AuSb3) dan stibnite (Sb2S3).
Bijih sulfida tidak reaktif terhadap oksidasi dalam proses leaching dengan
sianida, sehingga sulit untuk meliberasi emas dari bijih sulfida dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan bijih oksida.
4. Bijih carbonaceous
Bijih carbonaceous adalah bijih yang mengandung komponen carbonaceous
yang dapat menyerap emas yang telah terlarut dalam proses leaching, dan
menyebabkan penurunan recovery emas dalam proses sianidasi. Bijih emas tipe
carbonaceous membutuhkan pre-treatment sebelum dilakukan sianidasi.
Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka aktivitas dan kecepatan difusi dari reaksi akan
meningkat. Tetapi, dengan meningkatnya temperatur, akan berpengaruh juga terhadap
kandungan dissolved oxygen (DO), yaitu akan menyebabkan penurunan DO.
Temperatur optimal leaching emas yaitu pada suhu 85 oC.
Durasi leaching
Semakin lama leaching, maka perolehan akan meningkat. Tetapi juga harus dilihat
seberapa efektif proses yang berlangsung setelah proses leaching sudah cukup lama
(laju produksi menurun).
Waktu tinggal
Waktu tinggal adalah lamanya slurry bercampur dengan sianida di dalam tangki
pelindihan. Waktu tinggal tergantung pada ukuran tanki pelindihan dan laju aliran ke
tangki. Karena volume tanki pelindihan adalah tetap, waktu tinggal semata-mata
bergantung pada laju aliran ke sirkuit.
pH
Bila Natrium Sianida ditambahkan ke air, molekul sianida lepas dari bagian sodium.
Tergantung pada kadar pH lumpur, sianida dapat bereaksi dengan hidrogen di dalam
air untuk membentuk gas yang mematikan.
leaching. Terdapat juga untuk penambahan lime slurry secara manual untuk tangki
leach No.1 dan / atau tank leach No.3. Persentase HCN yang dihasilkan berkaitan
dengan pH ditunjukkan pada diagram di bawah ini:
pH minimal yang digunakan dalam pengolahan bijih emas di PTAR sekitar 10.5-11.
Intensitas agitasi
Pelarutan emas biasanya terjadi berdasarkan fenomena perpindahan massa pada
sianidasi, dan lajunya dipengaruhi oleh ketebalan lapisan difusi dan karakteristik
pencampuran (kehomogenan) dari bulk solution. Pada slurry leaching, ketebalan
lapisan difusi juga dapat diperkecil dengan cara mencampurkan solid dan solution
dengan agitasi menggunakan alat mekanik (impeller) atau udara. Dengan
meningkatkan derajat melalui agitasi pada campuran tersebut maka kecepatan larut
emas akan meningkat secara signifikan karena ketebalan lapisan difusi berkurang dan
juga akan meningkatkan kehomogenan slurry dalam bulk solution.
Densitas slurry (% solid)
Jika % solid terlalu tinggi dengan waktu tinggal yang sama maka recovery Au dan Ag
akan menurun. Jika % solid terlalu rendah maka pemakaian sianida akan berlebih,
dan akan menyebabkan proses menjadi tidak ekonomis. Jika terlalu tinggi, maka
tekanan parsial oksigen akan berkurang sehingga menyebabkan konsentrasi dissolved
oxygen (DO) menurun. Densitas yang digunakan dalam PTAR sebesar 50 % - 55%.
Penggunaan oksidator
Umumnya dengan adanya oksidator, maka reaksi akan semakin cepat. Saluran-
saluran penambahan oksigen yang masing-masing dilengkapi dengan rotameter
pengukur aliran yang dapat disetel memungkinkan oksigen yang mengandung gas
masuk ke slurry melalui O2 Sparges. Air Sparges (pipa baja) dipasang pada setiap
tangki untuk mengalirkan oksigen atau udara yang mengandung gas ke lumpur.
Sparges memanjang ke bawah ke dalam lumpur sehingga gas dapat dilepaskan di
bawah puncak bilah-bilah agitator.
2.4 Elektrometalurgi
Elektrometalurgi merupakan proses ekstraksi dan pemurnian logam dengan
menggunakan energi listrik. Proses ekstraksi dan pemurnian logam meliputi
electrowinning dan electrorefining yang dilakukan baik dalam larutan aqueous
maupun dalam lelehan garam. Selain ekstraksi dan pemurnian logam, aplikasi proses
elektrometalurgi juga meliputi proses pelapisan logam seperti electroplating,
anodisasi, baterai, fuel cell, dan pengendapan logam dari ionnya untuk pengendalian
lingkungan (environmental remediation).
Katoda : Au+ + e = Au
Pada proses electrowinning, kedua reaksi tersebut terjadi pada saat bersamaan. Reaksi
reduksi terjadi di katoda dan reaksi oksidasi terjadi di anoda. Umumnya digunakan
anoda yang inert, seperti paduan Pb dan Pt. Jumlah katoda pada proses
Esel = 0, karena reaksi anoda adalah kebalikan dari reaksi di katoda. Tegangan sel dan
kebutuhan energi listrik lebih kecil secara signifikan daripada tegangan sel dan
kebutuhan energi listrik pada proses electrowinning.
Massa logam yang dilarutkan atau diendapkan di anoda dan katoda berdasarkan
Hukum Faraday yaitu:
I t efisiensi arus
m
n F
dimana:
m= massa logam yang diendapkan atau dilarutkan di elektroda (gram)
I= arus listrik (A)
T= waktu (detik)
n= jumlah elektron yang terlibat reaksi
F= konstanta Faraday = 96485 Coulomb / ekivalen
C.E.
massa aktual I for deposition
massa teoritik
x100% C.E x100%
I applied
Tegangan Operasi
Tegangan operasi adalah kontribusi dari overpotential-overpotential selama
elektrolisis, seperti overpotensial karena tahanan elektrolit dan koneksi-koneksi
listrik. Tipikal tegangan operasi < 0,5V, konsumsi energi <0,5 kWh/kg deposit,
efisiensi arus: 90 99%.
Polarisasi aktivasi
Polarisasi konsentrasi akibat kekurangan konsentrasi ion logam
yang diendapkan di muka katoda
Hambatan ohmic elektrolit
Hambatan penghantar listrik (bus bar)
Evolusi gas di katoda dan anoda : H2, O2, Cl2
E. E C.E x V. E
Vdekomposisi
V .E x 100%
Vaktual
BAB III
pada gambar ore processing dibawah ini . Batuan yang mengandung emas dan
dan screening.
(ukuran kasar).
GAMBAR 3.1
2. Milling
Bijih emas yang telah dilakukan screening selanjutnya dimasukkan
-74 m = -200 mesh, dengan persen solid 40%, yaitu 40 % solid dan 60 %
cair.
GAMBAR 3.2
BALL MILL
Proses ini disebut juga dengan proses kombinasi antara hidro dan
elektrometalurgi. Proses ini memerlukan suatu reagen kimia dan aplikasi dari
c. Tidak mudah bereaksi dengan metal yang lain dan tidak membentuk
Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa
reagent kimia. Proses ini sering kita sebut ekstraksi. Proses ekstraksi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu : amalgamasi dan sianidasi dan kombinasi
keduanya.
kemungkinan bijih adalah refraktori. Dari penelitian mineral akan dilihat pula
Proses ini dipilih jika ukuran emas cukup halus (<100#). Untuk
larutan encer sianid (0,08-0,1). Dari alkali metal atau alkali tanah
FLOWSET SIANIDASI
1. Unit pelarutan
2. Unit Filtrasi.
konsentrat seng.
3. Proses Presipitasi
Proses presipitasi ada dua macam yaitu merill crowe dan prose
karbon aktif.
a. Meril Crowe.
kantong-kantong filter.
Reaksi kimia yang terjadi merupakan reksi pendesakan
logam emas dan perak dari senyawa kompleks oleh logam seng
sebagai berikut :
b. Carbon in Leach
berikut :
2Au(CN)2 + Ca +2 + 2C Ca[C-Au(CN)2]2
- Elution
2+
CaCO3 + 2HCl Ca + 2Cl + CO2 + H2O
4HCN
elution
+
- Electrowinning
Anoda : 2OH O2 + H2 + 2e
III.3 Pemurnian
Proses pemurnian emas dilakukan dengan cara elektrorefining. Emas
tama presipitat akan dilebur untuk memisahkan logam mulia (Au, Ag) dari
ganguenya terhadap metal yang dihasilkan dari peleburan dilebur lagi untuk
Anode yang kaya akan kandungan perak diproses dalam sel elktrolisa
perak. Perak akan larut dalam elektrolit dan kemudian diendapkan pada katode
sebagai perak murni, sedangkan emasnya tidak larut dan membentuk slime.
GAMBAR 3.4
FLOWSET PEMURNIAN
Dalam sel elktrolisa emas dalam anode akan larut kedalam elektrolit
yang selanjutnya diendapkan dalam katode yang dibuat dari plat tipis emas
murni. Elktrolit dalam sel pemurnian emas dalam larutan amas florida dengan
konsentrasi tertentu. Apabila emas yang diendapkan sudah cukup banyak dan
katode sudah tebal, maka katode diangkat dari cell, dicuci dan dilebur. Emas
murni yang dihasilkan menghasilkan 99,99 % emas. Emas murni ini dilebur dan
dicetak sebagai emas balok atau bar dengan standar industri bahan baku
tertentu.
memurnikan dan melakukan lebur cap barang rongsokan emas, perak dan
platina. Selain itu, unit logam mulia menghasilkan barang atau logam industri
seperti patri emas, jarum uji, larutan penyepuh, perhiasan, medali emas, dan
bahan pengisi pada tambang, sedangkan air yang didapat diproses lagi untuk
GAMBAR 3.5
pemahaman dan skema tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6 sebagai berikut :
ORE PROCESSING
Crushing and Screening
Milling
Leaching
Carbon in Leach
Tailing
Treatment
Elution
Tailing Back
Dam Filling
Electrowinning
Smelting CN Destruction
Plant Stope
GAMBAR 3.6
ORE PROCESSING