Professional Documents
Culture Documents
1
dideokxycytidine
Stavudine Zerit d4t
Lamivudine Epivir 3TC
Zidovudine/lamivudine Combivir Kombinasi AZT dan
3TC
Abacavir Ziagen ABC
Zidovu dine/lamivudine/abacavir Trizivir Kombinasi AZT, 3TC
dan abacavir
tenofavir viread Bis-poc PMPA
2
4. Asuhan keperawatan pada pasien ARV
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
alamat, no regestrasi dan diagnosa medis.
2) Status Kesehatan
a) Alasan MRS
b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur,
diare dll.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Aukultasi
3
4) Aktivitas / istirahat
Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu).
5) Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
6) Psikososial
Takut menghadapi kematian karena penyakitnya.
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan
efek samping dari pemberian ARV sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Kekurangan volume Keseimbangan Pantau warna, jumlah
cairan elektrolit dan asam dan frekuensi
basa; keseimbangan kehilangan cairan
Definisi : Kekurangan
elektrolit dan non Observasi khususnya
jumlah cairan yang elektrolit dalam terhadap kehilangan
ada di dalam tubuh kompartemen cairan yang tinggi
intrasel dan ekstrasel elektrolit
tubuh Pantau perdarahan
Batasan Karakteristik : Hidrasi; Identifikasi factor
keadekuatan cairan pengaruh terhadap
Subjektif: Haus
yang adekuat dalam bertambah buruknya
kompartemen dehidrasi
Objektif
Perubahan status intrasel dan ekstrasel Kaji adanya vertigo
mental tubuh atau hipotensi
Penurunan turgor Status nutrisi: asupan postural
kulit dan lidah makanan dan cairan; Kaji orientasi
Penurunan haluaran jumlah makanan dan terhadap orang,
urin
cairan yang masuk tempat dan waktu
Penurunan
kedalam tubuh Pantau status hidrasi
pengisian vena
Kulit dan selama periode 24 Timbang berat badan
membrane mukosa jam setiap hari dan pantau
kering kecenderungannya
Kematokrit Pertaruhkan
meningkat keakuratan catatan
Suhu tubuh
asupan dan haluaran
meningkat
Peningkatan
4
frekuensi nadi,
penurunan TD,
penurunan volume
dan tekanan nadi
Konsentrasi urin
meningkat
Penurunan berat
badan yang tiba-
tiba
Kelemahan
5
tinggi badan, interval yang tepat
rangka tubuh, jenis
kelamin dan usia.
6
Gangguan(mis.,untuk
tujuan terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
Kurang kontrol tidur
Kurang privasi,
Pencahayaan
7
Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesiaonal kesehatan
(Niven, N, 2002). Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan
dimana pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan
hanya karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan
lebih meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan
harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan.
Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien
mengkonsumsi ARV.
Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan
terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai
tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh
terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.
Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum
obat.
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku
pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya.
Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau
tidak. Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan ART, karena:
a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan
memungkinkan berkembangnya resistensi.
b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.
c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam
mempertahankan supresi virus.
8
terhadap obat akan berkembang cepat dan berakibat bertambah buruknya
perjalanan penyakit.
b. Menekan virus secara terus menerus. Obat-obatan ARV harus diminum
seumur hidup secara teratur, berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik
untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan meminum obat
secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk minum obat dengan benar serta
di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
c. Kiat penting untuk mengingat minum obat.
1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.
2) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada,
misalnya dikantor, di rumah, dan lain-lain.
3) Bawa obat kemanapun pergi.
4) Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat.
9
tidaknya akses untuk mendapatkan ARV.
c. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya
sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala
yang berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau
penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus
diminum.
d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien-
tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi:
kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf
klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan,
komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan
keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka,
kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat
layanan dengan kebutuhan pasien
Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program
terapi ARV beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi,
konseling dan dukungan kepatuhan harus dilakukan oleh petugas
(konselor dan/atau pendukung sebaya/ODHA). Tiga langkah yang
harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain:
Langkah 1: Memberikan informasi
Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana
terapi, kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi
ketidakpatuhan. Perlu diberikan informasi yang mengutamakan aspek
positif dari pengobatan sehingga dapat membangkitkan komitmen
kepatuhan berobat
10
orang lain. Hal ini sering mengganggu kepatuhan minum ARV,
sehingga sering menjadi hambatan dalam menjaga kepatuhan. Ketidak
siapan pasien bukan merupakan dasar untuk tidak memberikan ARV,
untuk itu klien perlu didukung agar mampu menghadapi kenyataan dan
menentukan siapa yang perlu mengetahui statusnya.
Langkah 3: Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat
rencana terapi.
Setelah memahami keadaan dan masalah klien, perlu dilanjutkan
dengan diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara
bersama dan membuat perencanaan praktis. Hal-hal praktis yang perlu
didiskusikan antara lain:
1) Di mana obat ARV akan disimpan?
2) Pada jam berapa akan diminum?
3) Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk minum obat?
4) Apa yang akan diperbuat bila terjadi penyimpangan kebiasaan
sehari-hari?
Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien
berkunjung dan mengambil obat secara teratur sesuai dengan kondisi
pasien.
Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan
petugas kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi
kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas
yang mendukung dan peduli, tidak mengadili dan menyalahkan pasien,
akan mendorong klien untuk bersikap jujur tentang kepatuhan makan
obatnya.
2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV
Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien
untuk memulai terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien
takut minum obat dengan semua kemunginan efek samping dan
kegagalan pengobatan.
b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik
11
c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak terlewatkan
d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna.
e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumur hidupnya.
f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu
kalau dikatakan dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12
jam.
g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan
kondisi pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya
jika perlu disertai dengan banyak minum wajib menanyakan sumber
air, dll).
h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa
membuat pasien takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua
obatmempunyai efek samping untuk menetralkan ketakutan terhadap
ARV.
i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap
menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau
menggunakan alat suntik steril bagi para penasun.
k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan
obat ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk
komunikasi dengan dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obat-
obat yang boleh terus dikonsumsi dan tidak.
l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat
memenuhi janji/jadwal berkunjung.
m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak
patuhan tanpa menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa
minum obat.
n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan
aspek lain diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk
evaluasi ketidak patuhan pasien.
12
b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat
postif dari ARV
c. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu
menemukan seseorang sebagai pendukung berobat
d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai
dengan gaya hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat
digunakan sebagai pengingat minum obat
e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah
pil yang harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau
dua kali sehari), dan meminimalkan efek samping obat.
f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah
tergantung dari faktor penyebabnya.
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan
menghitung sisa obat yang ada dan laporan dari keluarga atau
pendamping yang membantu pengobatan. Konseling kepatuhan
dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus menerus
dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa
bosan.
4. Monitoring
Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART,
doperlukan juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang
berwenag (perawat, konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan
dnegan ODHA lainnya. Upaya monitoring terdiri atas :
a. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1) Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada
setiap kunjungan.
2) Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan
langsung, pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.
3) Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor
klinis, misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan
viral load.
13
b. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan
riwayat penyakit yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang
teratur. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap kali
dilakukannya pemeriksaan klinis.
1) Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika
terjadi efek samping.
2) Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan.
3) Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang
berhubungan dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup.
4) Pemeriksaan, berat badan, dan suhu.
c. Pemeriksaan laboratorium dasar
1) Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total
limfosit count tiap 3 bulan dan pada awlah pemakaian ARV).
2) SGOT dan SGPT.
3) Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.
d. Monitoring efektivitas
ARV dinilai efektif bila :
1) Menurunnya/menghilangnya gejala.
2) Meningkatkan berat badan.
3) Menurunnya lesi kaposi.
4) Meningkatkan TLC.
5) Meningkatnya hitungan CD4.
6) Supresi VL yang bertahan lama.
14
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
15
Daftar pustaka
16
PERTANYAAN:
17